Disusun oleh:
1
Muhibbin Syah. 2017. Psikologi Belajar. Depok. Rajawali Pers. Cet ke-15. Hal 183.
2
Sattu Alang. 2015. Urgensi Diagnosis dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Jurnal Bimbingan
Penyuluhan Islam. Vol. 2 No. 1
2
PEMBAHASAN
A. Dasar Teori
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.3
Diagnosis dalam dunia kedokteran lebih dikenal sebagai proses untuk
penentuan penyakit dengan cara melihat dari gelaja-gejalanya yang muncul.
Diagnosis dapat pula diartikan sebagai menjelaskan tentang adanya proses
pemeriksaan terhadap munculnya gejala-gejala yang dianggap bermasalah dan
tidak beres.4
Pada umumnya, “kesulitan belajar” merupakan suatu kondisi tertentu yang
ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan,
sehingga memerlukan usaha yang lebih keras untuk dapat mengatasinya. Prayitno,
dalam buku Bahan Pelatihan Bimbingan dan Konseling (Dari “Pola Tidak Jelas ke
Pola Tujuh Belas”) Materi Layanan Pembelajaran, Depdikbud (1995/1996:1-2)
menjelaskan: Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses
belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar yang optimal. Hambatan-hambatan tersebut mungkin
dirasakan atau mungkin tidak dirasakan oleh siswa yang bersangkutan. Jenis
hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis dan fisiologis dalam keseluruhan
proses belajar mengajar.5
Proses belajar merupakan hal yang kompleks, di mana siswa sendiri yang
menentukan terjadi atau tidak terjadinya aktivitas atau perbuatan belajar. Dalam
kegiatan-kegiatan belajarnya, siswa menghadapi masalah-masalah secara intern
3
Ismail. 2016. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah. Jurnal
Edukasi. Vol. 2 No. 1
4
M. Khoirur, M. Nizar. Konsep dan Implementasi Diagnosis Kesulitan Belajar Peserta Didik di
Sekolah.
5
Sugianto. 116. Diagnosis Kesulitan Belajar. Skripsi.
3
dan ekstern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka siswa tidak dapat
belajar dengan baik. Dimyati dan Mudjiono (1994 : 228 – 235) mengatakan: Faktor-
faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses
belajar adalah sebagai berikut:
1. Sikap terhadap belajar
2. Motivasi belajar
3. Konsentrasi belajar
4. Mengolah bahan belajar
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8. Rasa percaya diri siswa
9. Inteligensi dan keberhasilan belajar
10. Kebiasaan belajar
11. Cita-cita siswa.
6
Ibid
4
ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis
kesulitan belajar siswa.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas
langkah-langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar
jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik”
kesulitan belajar.
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru antara lain yang
cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip
Wardani (1991) sebagai berikut :
1) Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika
mengikuti pelajaran;
2) Memeriksa pengelihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar;
3) Memewancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga
yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar;
4) Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui
hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa;
5) Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang
diduga mengalami kesulitan belajar.
Secara umum, langkah-langkah tersebut di atas dapat dilakukan dengan mudah
oleh guru kecuali langkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan tes IQ, guru dan orangtua
siswa dapat berhubungan dengan klinik psikologi. Dalam hal ini, yang perlu dicatat
ialah apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar itu ber-IQ jauh dibawah
normal (tuna gharita), orang tua hendaknya mengirimkan siswa tersebut ke lembaga
pendidikan khusus anak-anak tuna gharita (sekolah luar biasa), karena
lembaga/sekolah biasa tidak menyediakan tenaga pendidik dan kemudahan khusus
untuk anak-anak abnormal. Selanjutnya, para siswa yang nyata-nyata menunjukan
misbehavior berat seperti perilaku agresif yang berpotensi antisosial atau
kecanduan narkoba, harus diperlakukan secara khusu pula, umpamanya
dimasukkan ke lembaga permasyarakatan anak-anak atau ke “pesantren” khusus
pecandu narkotika.
5
Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap sindrom
disleksia, disgrafia, dan diskalkulia sebagaimana yang telah diuraikan, guru dan
orang tua sangat dianjurkan untuk memanfaatkan support teacher (guru
pendukung). Guru khusus ini biasanya bertugas menangani para siswa pengidap
sindrom-sindrom tadi di samping melakukan remedial teaching (pengajaran
perbaikan).7
B. Hasil Penelitian
Pada perhitungan ini peneliti menggunakan pernyataan yang unfavourable
dengan nilai SS (Sangat Setuju) = 1, S (Setuju) = 2, KS (Kurang Setuju) = 3, dan
TS (Tidak Setuju) = 4.
Dari hasil perhitungan didapat bahwa ada 9 pernyataan yang valid.
7
Ibid
6
Penyataan unfavourable yang valid :
• Saya mengalami gangguan pengelihatan yang menyebabkan saya kesulitan
belajar
• Saya mengalami gangguan pendengaran yang menyebabkan saya kesulitan
belajar
• Saya mempunyai masalah diluar atau didalam sekolah sehingga saya sulit
untuk fokus pada pembelajaran
• Keluarga tidak mendukung saya untuk bersekolah
• Saya malas untuk belajar
• Saya mengandalkan teman saya dalam mengerjakan tugas dari guru
• Memperoleh nilai bagus tidak harus dengan belajar
Dari hasil output diatas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.600, nilai
ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel, r tabel dicari pada signifikasi
0,05 dengan n = 28. Di dapat r tabel = 0,361. Oleh karena nilai r = 0,600 > r tabel
= 0,361 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut reliable. Dan pernyataan-
pernyataan tersebut dapat berhubungan dengan kesulitan belajar peserta didik.
Adapun hasil pengumpulan data dengan wawancara didapatkan bahwa guru
menegaskan bahwa tidak ada siswa yang bodoh, tetapi terdapat siswa yang rajin
7
dan tidak rajin. Pendidikan yang ditanamkan SMA Negeri 24 Bandung ini menjadi
penangkal utama adanya kesulitan belajar, dimana sekolah sudah menyediakan
berbagai kegiatan pencegah terjadinya kesulitan belajar dengan membuat buku
pendidikan karakter. Sebagai sekolah umum berbasis imtak juga pastinya SMA
Negeri 24 Bandung mempunyai standar tersendiri dalam penerimaan peserta
didiknya. Dimana tidak dapat dipungkiri bahwa peserta didik yang bukan berlatar
belakang pesantren mengalami kesulitan dalam belajar khususnya dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), namun hal ini dianggap wajar dan guru
siap memberikan bimbingan agar peserta didik dapat melewati kesulitan belajar itu.
C. Tinjauan Teoritis
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data
yaitu wawancara yang ditujukan kepada guru dan angket (kuisioner) yang dituju
kepada peserta didik.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap
muka dan tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Angket (kuesioner)
merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Untuk mengolah data angket peneliti menggunakan aplikasi SPSS dalam
perhitungannya, yaitu untuk mencari tingkat ke-valid-an data dan ke-relible an data
yang kemudian dapat diambil pernyataan mana yang dapat dijadikan ukuran dari
penelitian ini.
D. Analisis Peneliti
Dari hasil penelitian secara kuantitatif didapatkan bahwa banyak peserta didik
memilih KS (Kurang Setuju) dan TS (Tidak Setuju) terhadap pernyataan yang
unfavourable. Berikut Presentase penolakan peserta didik terhadap pernyataan yang
unfavourable dibawah ini.
8
Presentase
Pernyataan Total Point
Penolakan
Siswa mengalami gangguan pengelihatan
84
75%
112
9
Simpulan
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa peserta didik SMA Negeri 4 Bandung
terdiangnosis mengalami kesulitan belajar yang ringan dikarenakan banyaknya
faktor pendukung untuk membantu peserta didik belajar yaitu salah satunya dengan
adanya buku pendidikan karakter. Adapun diagnosis penyebab kesulitan belajar nya
ialah :
• Siswa mengalami gangguan pengelihatan
• Siswa mengalami gangguan pendengaran
• Siswa mempunyai masalah diluar atau didalam sekolah
• Keluarga tidak mendukung siswa untuk bersekolah
• Siswa malas untuk belajar
• Siswa mengandalkan temannya dalam mengerjakan tugas dari guru
• Mindset bahwa memperoleh nilai bagus tidak harus dengan belajar
Daftar Pustaka
1. Ismail. 2016. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Aktif di
Sekolah. Jurnal Edukasi. Vol. 2 No. 1
2. M. Khoirur, M. Nizar. Konsep dan Implementasi Diagnosis Kesulitan Belajar
Peserta Didik di Sekolah.
3. Muhibbin Syah. 2017. Psikologi Belajar. Depok. Rajawali Pers. Cet ke-15. Hal
183.
4. Sugianto. 116. Diagnosis Kesulitan Belajar. Skripsi.
5. Sattu Alang. 2015. Urgensi Diagnosis dalam Mengatasi Kesulitan Belajar.
Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam. Vol. 2 No. 1
10
Lampiran