Anda di halaman 1dari 28

TEORI BELAJAR

BRUNER-PHENIX
&
GUILFORD

Asna Istikmalatul M (S042108001)


Miena Rachmah Permatasari (S042108008)
A.
A. BIOGRAFI
BIOGRAFI

Bruner 1915-2016

Jerome Seymour Bruner, lahir 1 Oktober 1915 dari imigran Polandia, yang dibesarkan di New York City. Dia
terlahir buta tetapi penglihatannya pulih setelah dua operasi katarak saat dia masih bayi. Bruner telah menjadi salah
satu psikolog pendidikan terkemuka pada masanya, mengembangkan teori pembelajaran aktif yang berpengaruh dan
sangat kontras dengan behaviorisme yang lazim dalam psikologi pendidikan selama abad kedua puluh. Dia adalah
salah satu tokoh kunci revolusi kognitifisme, eksistensinya bidang pendidikan telah memiliki pengaruh besar dalam
proses pembelajaran.
Bruner, bersama dengan Leo Postman, mengembangkan apa yang disebut "Tampilan Baru" dalam psikologi
yang berfokus Terutama pada persepsi sebagai proses aktif, berdasarkan pengalaman dan kondisi budaya.
Selain mempelajari persepsi, Bruner mulai melihat peran strategi dalam perkembangan kognisi manusia.
Selama tahun 1950-an dan 1960-an,Bruner mengembangkan minat yang mendalam pada perkembangan kognitif
anak-anak dan dalam bentuk-bentuk pendidikan yang sesuai untuk mereka. Pada akhirnya, Bruner menjadi salah satu
tokoh paling berpengaruh dalam “revolusi kognitif” dalam pendidikan.
Piaget, Vygotsky, dan Luria mempengaruhi studi Bruner. Mereka membantu Bruner mengembangkan
teorinya tentang tahapan kognisi yang kemudian dia terapkan di kelas, dalam bukunya yang banyak diterjemahkan
yaitu The Process of Education (1960), sebuah buku yang berpengaruh dalam gerakan reformasi kurikulum pada
masa itu. Dalam buku itu, Bruner dengan terkenal berargumen bahwa subjek apa pun, jika disajikan dengan cara
yang tepat, dapat diajarkan kepada anak mana pun pada tahap perkembangan apa pun.
A.
A. BIOGRAFI
BIOGRAFI

Phenix 1915-2002

Bernama lengkap Philip Henry Phenix, lahir : 1 Maret 1915, Denver, Colorado, United States.

Implikasi kurikulum menurut phenix-hirst adalah bahwa mengetahui harus menjadi bagian
penting dari pembelajaran selain itu pertimbangan yang cermat harus diberikan kepada
faktor logis, perkembangan, metodologis dan motivasi dalam pengajaran disiplin ilmu.
Berikut 4 prinsip dasar yang harus dipatuhi:
1. Materi diperkenalkan dengan cara yang koheren
2. Semua siswa mengalami kemajuan dan dapat ditentukan dengan jelas kemampuan
belajarnya
3. Cara yang berbeda dalam menyusun pembelajaran sama pentingnya dengan kemampuan
siswa
4. Tanpa daya tarik imajinasi siswa tidak akan termotivasi untuk belajar
B.
B. PRINSIP
PRINSIP BELAJAR
BELAJAR BRUNER
BRUNER DAN
DAN PHENIX
PHENIX

Tujuan pendidikan, dalam istilah Bruner menjadi


“pemahaman yang disiplin” Dengan menekankan memahami, daripada
pertunjukan. Pengetahuan harus terstruktur sehingga individu dapat:
memperluas dan memperdalam pengetahuannya secara lebih efisien,
dan melampaui apa yang hanya diberikan.

Tujuan pendidikan Menurut F.H. Phenix


“Education is the process whereby persons intentianally guide the devel-
opment of persons”.
B.
B. PRINSIP
PRINSIP BELAJAR
BELAJAR BRUNER
BRUNER DAN
DAN PHENIX
PHENIX

Bruner mengusulkan pembelajaran penemuan (discovery learning), Discovery learning


mendorong siswa untuk secara aktif menggunakan instingnya untuk menemukan
keterkaitan antar konsep yang berbeda. Kegiatan harus dilakukan melalui penalaran
induktif di mana siswa dapat mengamati, menganalisis, menyimpulkan, dan
mengkonfirmasi konsep. Dalam pembelajaran Discovery, lingkungan dirancang untuk
mendorong peserta didik untuk terus mempertanyakan dan mengeksplorasi konsep
melalui pengalaman langsung. Keingintahuan diwajibkan untuk muncul sehingga kurikulum
tidak secara khusus direncanakan.

Phenix, mengusulkan bahwa discovery adalah bentuk inquiry yang berhubungan dengan
pengetahuan, hipotesis, dan dugaan-dugaan baru sedangkan inquiry adalah metode
membuat, mengatur, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan (seperti pemecahan
masalah). Inquiry dianggap menyatukan semua aspek pengetahuan yang terpisah ke dalam
disiplin ilmu yang koheren, ia dianggap lebih penting daripada discovery.
B.
B. PRINSIP
PRINSIP BELAJAR
BELAJAR BRUNER
BRUNER DAN
DAN PHENIX
PHENIX

Taba, Bruner, Phenix, dan Inlow adalah produk dari zaman ini.
Taba dipengaruhi oleh Bruner,
Phenix dipengaruhi oleh keduanya,
dan Inlow dipengaruhi oleh ketiganya.
Metode penemuan (inquiry-discovery) berhubungan dengan kurikulum yang berpusat
pada disiplin ilmu sebagai penyatu yang berkaitan dengan pengetahuan dan metodologi
ranah kajian.

Bruner menggabungkan metode inquiry discovery dalam Sains dan Matematik.


Phenix, Taba, dan Inlow mengklaim bahwa discovery terpisah dari inquiry dan kedua metode
berpikir tersebut melintasi semua mata pelajaran (bukan hanya Sains dan Matematika)
(Ornstein & Hunkins, 1988).
B.
B. PRINSIP
PRINSIP BELAJAR
BELAJAR

Bruner menggambarkan perkembangan kognitif terjadi melalui 3 tahap yang ditentukan oleh
caranya melihat kondisi lingkungan yaitu:

> > >


Tahap Tahap Tahap
Enactive Ikonik Simbolik

Siswa mulai mengembangkan Siswa mampu membuat gambaran Tahap akhir di mana siswa dapat
pemahaman melalui manipulasi aktif. mental dari materi dan tidak perlu menggunakan ide-ide abstrak untuk
Oleh karena itu, siswa pada tahap lagi memanipulasinya secara mewakili dunia. Misalnya, siswa
enactive harus diberi kesempatan langsung. Di sini siswa mampu mampu mengevaluasi, menilai, dan
untuk “bermain” dengan materi agar memvisualisasi-kan informasi konkret. berpikir kritis.
benar-benar memahami cara kerjanya.

Siswa harus melalui semua tahapan ini secara berurutan untuk menghubungkan ide-ide dan konsep-konsep
baru jika mereka ingin menghasilkan pemahaman mereka sendiri.
B.
B. PRINSIP
PRINSIP BELAJAR
BELAJAR BRUNER
BRUNER

Teori belajar penemuan Bruner merupakan belajar untuk pengembangan kognitif peserta didik. Jika Piaget
mengatakan pengembangan kognitif menyebabkan perkembangan bahasa peserta didik, sebaliknya menurut
Bruner perkembangan bahasa peserta didik besar pengaruhnya terhadap perkembangan konitif. Ini sangat
beralasan kerena behasa adalah alat untuk membuka cakrawala pengetahuan dunia.
Selain teori discovery, teori ini juga dikenal sebagai teori intruksi yang dimabil dari makna proses perolehan
kognitif itu sendiri. Menurutnya suatu teori intruksi hendaknya meliputi beberapa hal berikut:

01 Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar

02 Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal

Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal


03

Bentuk dan pemberian reinforsemen (hadiah dan hukuman)


04
B.
B. PRINSIP
PRINSIP BELAJAR
BELAJAR

Dengan demikian proses pendewasaan kognitif seseorang menurut Bruner adalah sebagai berikut:

Pertumbuhan kognitif ditunjukkan oleh bertambahnya ketidak tergantungan


01 respon dari stimulus.

Pertumbuhan kognitif tergantung pada bagaimana seseorang


02 mengintegrasikan peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistem simpan yang
sesuai dengan lingkungan.

Pertumbuhan kognitif seseorang menyangkut peningkatan kemampuan


untuk berkata pada dirinya sendiri atau orang lain, dengan pertolongan
03 kata-kata dan simbul-simbul, apa yang telah dilakukannya atau akan
dilakukannya.
B.
B. PRINSIP
PRINSIP BELAJAR
BELAJAR

Sebagai psikolog Bruner lebih memperhatikan perkembangan kemampuan mental. Berkaitan masalah pengajaran,
ia mengemukakan dalil tentang intruksi. Ada dua sifat dalam teori intruksi yaitu preskriptif dan normative.

01
02
Preskriptif berhubungan
Normative berhubungan
dengan mekanisme
dengan penguasaan
penguasaan pengetahuan,
penentuan dan kondisi
keterampilan dan tekhnik
tujuan
pengukuran atau
evaluasi hasil.
B.
B. PRINSIP
PRINSIP BELAJAR
BELAJAR

Proses belajar discovery memiliki prisnsip-psinsip sebagai berikut:

Semakain tinggi tingkat perkembangan intelektual seseorang, makin meningkat pula


01 ketidak tergantungan individu terhadap stimulus yang diberikan

Pertumbuhan seseorang tergantung pada perkembangan kemampuan internal untuk


02 menyimpan dan memproses informasi.

Perkembangan intelektual meliputi peningkatan kemampuan untuk mengutarakan


03 pendapat dan gagasan melalui simbol

Untuk mengembangkan kognitif seseorang diperlukan interaksi yang sistematik


04 antara pengajar dan peserta didik

Perkembangan kognitif meningkatkan kemampuan seseorang untuk memikirkan


05 beberapa alternative secara serentak, memberikan perhatian kepada beberapa
stimulus dan situasi serta melakukan kegiatan-kegiatan.

Prinsip-prinsip di atas dapat terlihat jelas bahwa teori discovery atau belajar penemuan sangat memberi perhatian
tinggi terhadap perkembangan kognitif peserta didik.
B.
B. PRINSIP
PRINSIP BELAJAR
BELAJAR

Berikut keunggulan pengetahuan yang diperoleh dengan belajar discovery adalah sebagai berikut:

Pengetahuan itu akan bertahan lebih lama atau mudah diingat bila dibandingkan dengan
01 pengetahuan yang dipelajari dengan cara yang lain.

Belajar penemuan memiliki hasil belajar yang mempunyai efek transfer yang lebih baik
02 dari hasil belajar lainnya. Artinya konsep-konsep yang ditemukan menjadi milik kognitif
seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi baru atau pada saat dibutuhkan

Belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran belajar suatu topik, meningkatkan


03 kemampuan untuk berpikir secara bebas dan sistimatis

Belajar penemuan mampu melatih keterampilan kognitif pelajar untuk


04 menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
B.
B. PRINSIP
PRINSIP BELAJAR
BELAJAR

Bruner menyadari bahwa belajar penemuan yang murni memerlukan waktu. Karena itu, dalam bukunya the relevance of
education (1971) ia menyarankan agar penggunaan belajar penemuan ini hanya diterapkan sampai batas-batas ter-
tentu,yaitu dengan mengarahkan pada struktur bidang studi. Ini menunjukkan bahwa selain teori ini memiliki sisi
keunggulan tersendiri ia juga memiliki kekurangan Berikut ini analisis kekurangan dari teori bruner:

Tidak semua bidang studi atau sub judul bidang studi dapat dilakukan dengan teori belajar penemuan
01

Tidak semua peserta didik mampu diajak kerja sama melakukan proses berpikir sebagaimana yang
02 diharapkan

Sulitnya teori ini diterapan pada budaya masyarakat yang berlainan antara satu daerah dengan daerah
03 yang lain

Teori ini relative sulit karena akan memakan waktu yang relative lama, dikarenakan siswa kurang
04 terbiasa untuk melakukan proses berpikir individu juga kelompok.
C.
C. LANGKAH
LANGKAH IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI

1 2 3
Merencanakan pelajaran Menyajikan materi pelajaran yang
sedemikian rupa sehingga Memperhatikan tiga hal berupa
diperlukan sebagai dasar bagi para
pelajaran itu berpusat siswa untuk memecahkan masalah,
cara enaktik (berifat manupulatif),
ikonik (bersifat latar belakang
pada masalah-masalah seperti:
 Menggunakan fakta-fakta yang kemampuan internal siswa), dan
yang tepat untuk cara simbolik (berdasarkan media
belawanan.
diketahui oleh siswa, baik  Menggunakan hal yang sudah berpikir).
secara kelompok dikenali oleh siswa
maupun secara  Siswa akan merasa sanggsi dengan
individu. jawab sehigga lahirlah hipotesis
siswa
 Menemukan konsep atau teori dari
4 masalah yang sesungguhnya 6
Memberikan motivasi kepada
Guru sebagai fasilitator siswa siswa untuk terus mencari dan
5 berpikir terhadap materi-materi
Menilai hasil belajar setelah yang dipandang belum diketahui.
adanya proses penarikan Meberi penghargaan yang
kesimpulan dari guru secara berhasil dan memotivasi bagi
keseluruhan yang kurang beruntung
D.
D. KESIMPULAN
KESIMPULAN

Karakteristik paling nyata dari discovery sebagai teknik mengajar adalah bahwa
sesudah tahap awal ia membutuhkan input atau bimbingan pendidik. Discovery kurang
terpusat pada pendidik, dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas belajarnya sendiri.
Agar menjadi bagian discovery, belajar harus bisa ditransfer. Transfer yang meningkat
dibuktikan oleh apa yang disebut Bruner “potensi intelektual”.
Bruner mengatakan, "Interkoneksi pengalaman baru dengan pengetahuan
sebelumnya menghasilkan reorganisasi struktur kognitif, yang menciptakan makna dan
memungkinkan individu untuk "melampaui informasi yang diberikan".
Tujuan pendidikan secara keseluruhan adalah bahwa seorang guru harus
membimbing siswa mereka sehingga mereka membangun basis pengetahuan mereka
sendiri daripada diajarkan melalui hafalan. Informasi baru yang diberikan kepada siswa
kemudian akan dipahami dan diklasifikasikan berdasarkan pengetahuan yang telah mereka
miliki.
Joy Paul Guilford
• seorang psikolog berkebangsaan Amerika yang paling diingat
untuk mempelajari psikometri tentang kecerdasan manusia
• lahir di Marquuette, Nebraska pada tanggal 7 Maret 1807.
• merupakan lulusan dari Universitas Nebraska sebelum belajar
di bawah Edward Titchener di Universitas Cornell.
• tahun 1938 Guilford menjadi Presiden ke-3 dari masyarakat
• psikometri, mengikuti jejak pendirinya Louis Leon Thurstone
dan EL Thorndike yang memegang jabatan tersebut pada tahun
1937
• Pada tahun 1941 ia masuk ke Angkatan Amerika Serikat sebagai
Letnan Kolonel dan menjabat sebagai Direktur Unit Penelitian
Psikologis No. 3 di Basis Angkatan Udara Santa Ana
Prinsip Belajar
Guilford

Guilford mengemukakan teknik “analisis faktor”


statistic untuk mengembangkan model berbentuk
kubus yang ia sebut sebagai model “Struktur
Intelek” atau sering dikenal dengan istilah
Structure of Intellect.
Prinsip Belajar Teori Guilford
Teori Stuktur Intelek disusun dalam tiga dimensi:

01 02 03

Material / Isi yang Proses / Operasi Bentuk atau


diproses dari material produk informasi
yang telah
diproses
Model pemikiran Guilford
(teori intelligensi multifaktor)
01 Operations
Dalam dimensi ini ada enam sub-kategori:
a. Cognition (C) atau kognisi yaitu pendalaman informasi. Aktivitas mencari,
menemukan, mengetahui dan memhamai informasi.
b. Retency Memory (M) atau memori retensi yaitu menahan informasi;
c. Recording memory (M) atau memori recording yaitu proses pengutaraan
kembali atau memproduksi kembali informasi;
d. Convergent Production (N) atau pemikiran konvergen yaitu proses
menghasilkan jawaban yang tepat dan benar dari informasi yang telah diketahui
dan diingat pada satu arah.
e. Divergent Production (D) atau pemikiran divergen yaitu proses pikiran
terhadap arah yang berbeda-beda dan beraneka ragam dari informasi yang
telah ada.
f. Evaluation (E) atau evaluasi yaitu proses pengambilan keputusan atas
informasi yang diterima.
02 Contents
Dalam dimensi isi atau konten terdiri dari 5 sub-kategori:
a. Visual (F) atau isi visual, yang menunjukkan objek-objek konkrit yang langsung
diterima (misalnya model-model, bagan, diagram dan sebagainya) atau dengan kata
lain visual merupakan informasi yang muncul secara langsung yang diterima oleh
mata;
b. Symbolic (S) atau isi simbolik, yang menunjukkan tulisan; huruf; angka;
bentuk-bentuk konvensional dan sebagainya;
c. Auditory (F) atau isi pendengaran, yang menunjukkan menerima stimulus
auditory. Auditory merupakan informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi
yang diterima oleh system pendengaran (telinga);
d. Semantic (M) atau isi semantik, yang menunjukkan arti ide-ide verbal/kata-kata
Biasanya berhubungan dnegan makna atau arti tetapi tidak melekat pada
simbol-simbol kata;
e. Behavioral (B) atau isi behavioral adalah inteligensi sosial, yang menunjukkan
kemampuan untuk menerima dan menginterpretasikan pikiran, perasaan, dan sikap
orang lain
03 Products
a. Units (U) atau unit yaitu pekerjaan mental yang terpisah misalnya kata-kata
atau imaginasi khusus;
b. Classes (C) atau kelas merupakan kelompok-kelompok unit informasi yang
ada pada karakteristik umum;
c. Relations (R) atau relasi yang menunjukkan hubungan unit-unit informasi.
Misalnya “lebih tinggi daripada”, “lebih besar daripada”;
d. Systems (S) atau sistem yang berupa penstrukturan informasi yang kompleks.
Tiga item atau lebih berhubungan dalam suatu susunan totalitas;
e. Transformations (T) atau transformasi menunjukkan perubahan informasi
yang ada sebelumnya menjadi informasi selanjutnya. Transformasi dapat juga
diartikan sebagai perubahan atau pergantian item informasi;
f. Implications (I) atau implikasi menunjukkan penunjukkan atau prediksi yang
diperoleh dari pengetahuan yang dimiliki sekarang dan diterapkan pada waktu
yang akan datang.
Dua efek menguntungkan Model
Guilford

Teori ini merupakan mata rantai Teori ini meliputi


studi inteligensi dengan bidang-bidang
menggunakan penge- fungsi in-
tahuan tentang telektual yang terlokalisasi
belajar, psikolinguistik, dengan sedikit sekali
pikiran, konsep, dan sebagainya terwakili oleh tes-
sebagai pembagian tu- tes in-
teligensi standar
gas intelek-
tual
Implementasi
Implikasi teori Guilford dalam bidang pendidikan adalah dalam bidang pengukuran kreativitas. Kreativitas
merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga merupakan mani-
festasi dari suatu proses kognitif. Salah satu Tes Kreativitas Guilford sebagai berikut, masing-
masing berisi gambar yang belum selesai. Tugasnya adalah menyelesaikan gambar-
gambar ini dan memberi judul gambar. Urutan pemecahannya adalah hal berikut
(Herkovits, 2007):

Memberi makna pada Melakukan Menemukan label


garis melalui visualisasi gambar verbal -
gambar yang telah yang judul untuk
selesai sebenarnya gambar
Kesimpulan
Guilford dapat dinilai dari ciri-ciri aptitude seperti kelancaran, fleksibilitas dan orisinalitas, maupun ciri-ciri
non-aptitude, antara lain temperamen, motivasi, serta komitmen menyelesaikan tugas.
Guilford mengemukakan bahwa inteligensi dapat dilihat dari tiga kategori dasar atau
“faces of intellect”, yaitu : Operasi Mental (Proses Befikir), Content (Isi yang
Dipikirkan), Visual (bentuk konkret atau gambaran), Auditory (Informasi dirasakan melalui pendengaran.), Word
Meaning / semantic(Informasi yang harus diproses berupa input yang disajikan secara
lisan.), Symbolic (informasi dalam bentuk lambang, kata-kata atau angka dan notasi musik). Behavioral
(interaksi non verbal yang diperoleh melalui penginderaan, ekspresi muka atau suara) dan Product (Hasil
Berfikir)
DAFTAR
DAFTAR PUSTAKA
PUSTAKA

Buto, Z. A. (2010). Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner Dalam Nuansa Pendidikan Modern. Millah,
ed(khus), 55–69.

Clabaugh, G. K. (2010). The Educational Theory of Jerome Bruner: a multi-dimensional analysis. New
Foundations, 395–396.

Hawa, S. (2014). Teori Belajar Bruner. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar, 1–19.

Kristiawan, M. (2019). Analisis Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. In UPP FKIP Univ. Bengkulu
(Issue February).

Lawton, J. T., Saunders, R. A., & Muhs, P. (1980). Theories of piaget, bruner, and ausubel: Explications and
implications. Journal of Genetic Psychology, 136(1), 121–136.

Takaya, K. (2008). Jerome Bruner’s theory of education: From early Bruner to later Bruner. Interchange,
39(1), 1–19.
DAFTAR PUSTAKA

1. Santrock, John W.2010. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Kencana.


Jakarta.
2. https://id.wikipedia.org/wiki/J.P._Guilford
3. http://repository.ut.ac.id/4687/1/PAUD4101-M1.pdf
4. http://novitaekanurjanah.blogspot.com/2019/01/teori-guilford.html
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai