Anda di halaman 1dari 4

A.

 Riwayat Singkat Jerome Bruner


Jerome Seymour Bruner lahir di New York tahun l915. Bruner juga seorang profesor psikologi
di Harvard University 1952-1972 dan di Oxford University 1972-1980.
Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif.

Menurut Bruner dalam proses belajar ada tiga tahap, yaitu:


1. Tahap informasi, yaitu Pemerolehan informasi baru dilakukan melalui kegiatan membaca
buku atau sumber lainnya yang sesuai, mendengarkan penjelasan guru, melihat
audiovisual, dan sebagainya.
2. Tahap tansformasi, yaitu Transformasi informasi yaitu tahap memahami, mencerna, dan
menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam bentuk baru yang
mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain.
3. Tahap evaluasi, yaitu dilakukan untuk mengetahui benar tidaknya hasil tranformasi,
evaluasi kemudian dinilai sehingga nantinya dapat diketahui apakah pengetahuan yang
diperoleh dapat dimanfaatkan dan ditransformasikan untuk memahami gejala-gejala lain..

Dalam mempelajarai manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan


pencipta informasi. Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif,
yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan
ketepatan pengetahuan.

3. Belajar sebagai Proses Kognitif

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi
dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.

Teori belajar Bruner dikenal dengan tiga tahapan belajarnya yaitu, enaktif, ikonik dan simbolik.


Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam
lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam
pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya.

Menurut Bruner, perkembangan kognitif juga melalui tiga tahapan yang ditentukan cara melihat
lingkungan, yaitu enaktif , ikonik , dan simbolik.
1. Tahap enaktif  Pada tahap enactive pengetahuan diperoleh melalui responrespon motorik.
Anak mulai memahami lingkungannya. Atau belajar melalui tindakan (learning by doing)
Pada tahap ini anak memulai memahami lingkungannya melalui gerakan atau aksi. Anak
mulai melakukan berbagai gerakan atau aksi untuk memahami lingkungannya. Mereka
mungkin membolak-balik buku seakan-akan membaca isi buku tersebut. Mereka akan
lebih mampu menunjukkan hasil belajar dalam tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik
dari hasil belajar yang bersifat non fisik.
2. Tahap ikonik  seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar
dan visualisasi verbal. Pada tahap iconic, pengetahuan lebih banyak berasal dari gambaran
iamjinatif. Anak membawa informasi yang didapatnya melalui imajineri. Karakteristik
tunggal pada obyek yang diamati dijadikan sebagai pegangan, dan pada akhirnya anak
mengembangkan memori visual. Misalnya anak-anak melihat gambar orang. Berdasarkan
pengamatannya orang memiliki bagian-bagian tubuh. Informasi ini dibawa ke dalam alam
imajinasinya, sehingga dia dapat memiliki gambaran visual bahwa orang terdiri dari
berbagai bagian tubuh. Pada saat peserta didik belajar diberi informasi baru, Bruner
sebaiknya informasi tersebut disajikan dengan bantuan gambar atau diagram.
3. Tahap simbolik  seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan yang
sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami
dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika dan
sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak sistem simbol.
Semakin matang seseorang dalam proses pemikirannya, semakin dominan sistem
simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi sistem enaktif dan ikonik.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih
diperlukannya sistem enaktif dan ekonik dalam proses belajar.

Belajar Penemuan
Pada prinsipnya teori kognitif Bruner adalah pengembangan dari teori kognitif Jean Piaget dan
Bruner lebih menekankan bagaimana individu mengeksplorasi potensi yang ada pada dirinya.
Dari situlah terlahir teori belajar penemuan atau discovery learning dimana siswa secara aktif
mencari pemecahan masalah melalui tiga tahapan perkembangan kognitif yang terintegrasi,
kemudian menghasilkan pengetahuan baru yang benar-benar bermakna.

Saat siswa memanfaatkan pengetahuan yang ada dan pengetahuan baru untuk menemukan ide-
ide tentang suatu topik, artinya mereka menjalankan prinsip pembelajaran penemuan.
discovery learning adalah proses pencarian pengetahuan yang dilakukan oleh siswa untuk
menemukan suatu pemecahan masalah atau fakta. Dengan kata lain, siswa berusaha sendiri untuk
mencari pengetahuannya demi menghasilkan pembelajaran yang bermakna. Dalam model
pembelajaran ini, guru tidak mengajarkan materi dengan cara hafalan tetapi memfasilitasi proses
pembelajaran. Artinya, kita merancang pembelajaran yang membantu siswa untuk menemukan
hubungan antara potongan-potongan informasi.

Teori pembelajaran Burner mementingkan pembelajaran melalui penemuan bebas


(Free discovery learning) atau penemuan yang dibimbing, atau latihan penemuan. Bruner
mementingkan aspek-aspek berikut dalam teori pembelajarannya yaitu; cara manusia
berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan pengalamannya,  perkembangan mental manusia dan
pemikiran semasa proses pembelajaran, pemikiran secara logika, penggunaan istilah untuk
memahami susunan struktur pengetahuan, pemikiran analisis dan intuitif, pembelajaran induktif
untuk menguasai konsep/kategori, dan pemikiran metakognitif.

C. Penerapan Teori Kognitif Bruner dalam Dunia Pendidikan


Pada bagian ini akan dibahas bagaimana menerapkan belajar penemuan pada siswa, ditinjau dari
segi metode, tujuan serta peranan guru khususnya dalam dunia pendidikan.

1. Metode dan Tujuan


Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring. Tujuan belajar bukan
hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sepenuhnya ialah untuk memperoleh
pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual siswa dan
merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud
dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Bruner dalam bukunya Toward a Theory of Instruction yang diambil dari buku Teori-Teori
Belajar tulisan Ratna Wilis Dahar, Bruner mengatakan:
We teach a subject not to produce litle living libraries on the subject, but rather to get a student
to think mathematically for him self, to consider matters as an historian does, to take part in the
process of knowledge-getting. Knowing is a process, not aproduct.
Jadi kalau kita mengajar sains misalnya, kita bukan akan menghasilkan perpustakaan-
perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat anak-anak kita berfikir
secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses perolehan pengetahuan.
Mengetahui itu adalah suatu proses, bukan suatu produk.

2. Peran guru
Bruner menjelaskan peran guru dalam belajar penemuan diantaranya:
(1) guru sebagai fasilitator dan tidak begitu mengendalikan proses pembelajaran;
(2) guru harus pandai menstimulasi atau memunculkan masalah, siswa memecahkan sendiri
solusinya;
(3) dan membimbing dan memotivasi siswa untuk menemukan konsep, menemukan hubungan
antar bagian struktur materi dan membuat kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai