Anda di halaman 1dari 6

TEORI PEMBELAJARAN PENEMUAN JEROME BRUNER

Dosen Pengampu :
Khairil Wadi S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
3D KELOMPOK 5
1. Laila Ramdani (E1S022115)
2. Nadia Anggraini (E1S022124)
3. Muhammad Algifari Muslim (E1S022121)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
TAHUN 2023
PEMBAHASAN
1. Pengertian Teori Pembelajaran Penemuan Jerome Bruner Teori belajar
Bruner merupakan belajar untuk pengembangan kognitif peserta didik.menurut
Bruner perkembangan bahasa peserta didik besar pengaruhnya terhadap perkembangan
kognitif. Ini sangat beralasan karena bahasa adalah alat untuk membuka cakrawala
pengetahuan dunia. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga
tahap yang ditentukan oleh caranya melihat kondisi lingkungan. Yang pertama tahap
enaktif, yaitu tahap dimana seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam usahanya
memahami lingkungan, tahap ini lebih didominani pada usia anak 5 s.d 7 tahun, misalkan
seorang anak secara enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda motor, yang kedua
tahap ikonik yaitu tahap dimana seseorang melihat dunia melalui gambar-gambar dari
visualisasi verbal, misalkan pada pengenalan konsep pira mida dll, dan yang ketiga tahap
simbolik yaitu dahap dimana gagasan-gagasan abstrak banyak dipengaruhi oleh bahasa dan
logika, misalkan pada pengenalan timbangan melalui permainan jungkak-jungkik.
2. Siapakah Tokoh Yang Terlibat dalam Pembelajaran Penemuan Jerome Bruner
Jerome Bruner adalah seorang psikolog dan ahli pendidikan yang telah berkontribusi
banyak dalam pengembangan teori-teori pendidikan dan kognitif. Beberapa tokoh yang
terlibat dalam teori-teori yang dikembangkan oleh Jerome Bruner meliputi:
a. Jerome Bruner : Dia adalah tokoh utama dalam pengembangan teori-teori tersebut
dan telah menghasilkan banyak karya yang mempengaruhi pemikiran dalam bidang
psikologi kognitif dan pendidikan.
b. Lev Vygotsky: Meskipun bukan rekan langsung Bruner, pemikiran Vygotsky
tentang zona perkembangan proximal (ZPD) dan peran budaya dalam
perkembangan kognitif memiliki pengaruh yang signifikan pada pandangan Bruner
tentang pendidikan.
c. Edward Chace Tolman : Teori-teori tentang "cognitive maps" dan konsep psikologi
kognitif dari Tolman turut memengaruhi pandangan Bruner tentang pembelajaran.
d. Jean Piaget: Pandangan Piaget tentang perkembangan kognitif anak-anak juga
memiliki pengaruh dalam pemikiran Bruner, meskipun Bruner memiliki perspektif
yang berbeda dalam pendekatannya terhadap pembelajaran.
e. David Ausubel: Konsep-konsep seperti "advance organizers" yang dikemukakan
oleh Ausubel dalam teorinya tentang pembelajaran berhubungan dengan
pandangan Bruner tentang pembelajaran konstruktivis.
f. Edward Deci dan Richard Ryan: Teori motivasi mereka tentang "self-determination
theory" juga dapat diterapkan dalam konteks pendidikan yang sejalan dengan
pemikiran Bruner tentang motivasi intrinsik dalam pembelajaran.Ini adalah
beberapa tokoh yang memiliki pengaruh atau terkait dengan pemikiran Jerome
Bruner dalam konteks psikologi kognitif dan pendidikan.
3. Ciri-Ciri dari Teori Pembelajaran Penemuan Jerome Bruner
Teori Bruner mempunyai ciri khas dari pada teori belajar yang lain yaitu tentang
”discovery”, yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori
Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang
itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru
untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang
kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali
secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya
sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh. Berikut adalah
beberapa ciri-ciri teori pembelajaran menurut Jerome Bruner:
a. Konstruktivisme
Bruner mendukung pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran, yang berarti
bahwa siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi
dengan materi pembelajaran dan lingkungan mereka.
b. Pembelajaran Aktif
Bruner percaya bahwa pembelajaran harus melibatkan siswa secara aktif dalam
proses pembelajaran. Siswa seharusnya tidak hanya menerima informasi pasif,
tetapi juga berpartisipasi dalam pengorganisasian, interpretasi, dan aplikasi
pengetahuan.
c. Struktur Pengetahuan
Bruner menekankan pentingnya struktur pengetahuan. Ia berpandangan bahwa
materi pembelajaran harus disajikan dalam kerangka yang terstruktur dan
berurutan, sehingga siswa dapat lebih mudah mengerti dan mengingat informasi
tersebut.
d. Pembelajaran Berbasis Konsep
Bruner mengusulkan pendekatan pembelajaran berbasis konsep, di mana siswa
memahami ide-ide dasar atau konsep-konsep penting terlebih dahulu sebelum
mempelajari detail-detail yang lebih spesifik.
e. Pemecahan Masalah
Bruner meyakini bahwa pembelajaran seharusnya melibatkan pemecahan masalah.
Siswa diajak untuk menghadapi masalah atau tantangan, sehingga mereka dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah.
f. Bahasa sebagai Alat Penting
Bahasa memiliki peran sentral dalam proses pembelajaran menurut Bruner. Ia
menganggap bahasa sebagai alat untuk mengorganisasi dan menyampaikan
pengetahuan.
g. Scaffolding (Penyangga)
Konsep "scaffolding" atau penyangga merujuk pada bantuan yang diberikan oleh
guru atau orang dewasa kepada siswa ketika mereka belajar. Guru seharusnya
memberikan bantuan yang sesuai dengan tingkat pemahaman siswa dan secara
bertahap mengurangi bantuan tersebut seiring perkembangan siswa.
h. Motivasi Instrinsik
Bruner menekankan pentingnya motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri. Dia berpandangan bahwa siswa akan lebih bersemangat
untuk belajar jika mereka merasa terlibat dan memiliki kontrol atas pembelajaran
mereka.Ini adalah beberapa ciri-ciri utama dari teori pembelajaran menurut Jerome
Bruner. Pendekatan Bruner telah memiliki dampak besar dalam bidang pendidikan
dan psikologi kognitif.
4. Aplikasi Teori Pembelajaran Penemuan Jerome Bruner dalam Proses Pembelajaran
Tahapan Belajar Bruner, adanya interaksi yang terjadi di antara siswa dengan
lingkungan akan memberikan kesempatan untuk mereka melakukan penemuan.
Sehubungan dengan pengalaman fisik tersebut, menurut Bruner, dalam proses belajarnya,
anak-anak akan melewati tiga tahapan, antara lain:
a. Tahap Enaktif
Pada tahapan ini, seseorang akan mengetahui suatu aspek dari kenyataan
tanpa menggunakan pikiran ataupun kata-kata dan terdiri dari penyajian kejadian
yang lalu melalui respon motorik. Dengan cara ini nantinya akan dilakukan satu set
kegiatan-kegiatan untuk mencapai hasil tertentu. Dengan kata lain, pada tahapan
ini anak-anak akan secara langsung terlibat di dalam kegiatan memanipulasi atau
mengotak-atik suatu benda. Misalnya saja, kita ingin mengenalkan sebuah konsep
bilangan pecahan, maka kita bisa menggunakan sebuah apel yang dibagi menjadi
dua sama besar.
b. Tahap Ikonik
Di dalam tahapan ini, kegiatan penyajian akan dilakukan berdasarkan pada
pikiran internal, dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar
ataupun grafik yang dilakukan oleh anak. Hal itu juga akan berkaitan dengan mental
yang mana merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Anak-
anak tidak akan langsung memanipulasi objek seperti yang dilakukan oleh siswa
pada tahap enaktif. Pada tahap ikonik ini, yakni suatu tahap pembelajaran sesuatu
pengetahuan dimana pengetahuan tersebut direpresentasikan atau diwujudkan
dalam bentuk bayangan visual atau visual imagery, gambar, ataupun diagram yang
menggambarkan kegiatan konkret atau kondisi konkret yang ada di tahap enaktif
tersebut di atas butir. Bahasa menjadi lebih penting di sini karena berperan sebagai
media untuk berpikir. Lalu, seseorang akan mencapai masa transisi dan
menggunakan penyajian ikonik yang didasarkan pada pengindraan penyajian
simbolik yang didasarkan pada cara berpikir abstrak.
c. Tahap Simbolik
Di dalam tahapan ini, bahasa merupakan pola dasar simbolik, dimana anak
akan memanipulasi simbol-simbol atau lambang objek tertentu. Anak-anak tidak
lagi terikat dengan objek seperti pada tahapan sebelumnya. Di tahap ini, anak sudah
bisa menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek riil. Pada tahap
simbolik, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak,
yakni simbol arbiter yang digunakan berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam
bidang yang bersangkutan, baik itu simbol verbal, misalnya kata-kata, huruf, atau
kalimat, lambang matematika, atau lambang abstrak yang lain.
Sebagai contohnya yaitu dalam mempelajari penjumlahan dua bilangan cacah,
maka pembelajaran akan terjadi secara optimal apabila dari awal para siswa
mempelajari hal tersebut dengan menggunakan benda konkret, misalnya saja
menggabungkan 3 kelereng dengan 2 kelereng dan setelah itu menghitung
banyaknya kelereng. Semua itu adalah tahap enaktif.Lalu, kegiatan belajar
dilanjutkan dengan cara menggunakan gambar ataupun diagram yang mewakili 3
kelereng dan 2 kelereng yang digabungkan itu, kemudian dihitung banyaknya
kelereng semuanya, dengan cara menggunakan gambar atau diagram tersebut atau
tahap yang kedua yakni ikonik. Para siswa dapat melakukan penjumlahan tersebut
dengan menggunakan pembayangan visual dari kelereng tersebut. Kemudian pada
tahap selanjutnya yakni tahap simbolik, para siswa dapat melakukan penjumlahan
kedua bilangan tersebut dengan cara menggunakan lambang-lambang bilangan,
yakni: 3 + 2 = 5.Langkah yang diberikan oleh Bruner dalam pembelajaran secara
logika sederhana bisa kita terima. Dimana perkenalan pembelajaran tersebut
dimulai dari hal yang paling sederhana atau nyata, kemudian sampai kepada hal
yang abstrak. Mungkin saja konsep ini bisa kita terapkan di dalam proses
pembelajaran sehari-hari.
REFERENSI
Ali, Buto Zulfikar.2014.Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner dalam Nuansa Pendidikan
Modern. Jurnal MILLAH UII.
Buto, Z. A. (2010). Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner Dalam Nuansa Pendidikan
Modern. Millah, ed(khus), 55–69.https://doi.org/10.20885 millah.ed.khus.art3
Fauziati, Endang dan Sundari. 2021.Implikasi Teori Belajar Bruner dalam Model Pembelajaran
Kurikulum 2013.Jurnal Papeda. Vol 3.
Lestari, D. (2014). Penerapan Teori Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Simetri Lipat di Kelas IV SDN 02 Makmur Jaya Kabupaten Mamuju Utara. 3(2),
129–141.
Picauly, V. E. (2016). Pandangan Jean Piaget dan Jerome Bruner tentang Pendidikan. Jurnal
Pendidikan “Jendela Pengetahuan,” 9(April), 35–47.

Anda mungkin juga menyukai