Anda di halaman 1dari 2

Teori belajar Bruner termasuk dalam teori belajar kognitivisme, yaitu merupakan teori belajar yang

menjelaskan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya.

Teori pembelajaran Jerome Bruner dikenal dengan model pembelajaran discovery learning yang
mendorong para siswa untuk belajar mandiri dengan cara menemukannya sendiri.

Teori Bruner ini mengatakan supaya para siswa seharusnya belajar dengan cara berpartisipasi secara
aktif dengan konsep dan juga prinsip. Supaya nantinya mereka akan dianjurkan untuk mendapatkan
pengalaman dan melakukan eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan berbagai prinsip itu
sendiri. Pengetahuan yang didapatkan dengan cara belajar penemuan ini menunjukkan beberapa dampak
yang positif, antara lain:

1. Pengetahuan tersebut akan bertahan lama atau lama bisa diingat dengan cara-cara lain.
2. Hasil belajar penemuan memiliki efek transfer yang lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar
lainnya. Dengan kata lain, konsep dan prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah untuk
diterapkan pada kondisi baru.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan akan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk
berpikir secara bebas. Secara khusus, belajar penemuan akan melatih keterampilan-keterampilan
kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa adanya pertolongan dari orang lain.

Menurut Bruner ada tiga proses kognitif yang berlangsung dalam proses belajar, yaitu: pemerolehan
informasi, transformasi informasi, dan mengevaluasi (menguji relevansi dan ketepatan).

Tahapan proses belajar menurut teori Jerome Bruner, yaitu:


1) Tahap Enaktif
Suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan
benda-benda konkret atau situasi yang nyata. Dimana siswa terlihat secara langsung dalam
manipulasi objek, dengan memanipulasi siswa dapat memegang, menggerakkan, dan merasakan
benda-benda konkret (makin banyak indra yang digunakan makin baik).

2) Tahap ikonik
Suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk
bayangan visual (visual imagery), gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret
atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif. Dalam tahap ini, siswa tidak
memanipulasi secara langsung objek-objek seperti dalam tahap enaktif melainkan sudah dapat
memanipulasi dengan menggunakan gambaran dari objek
3) Tahap Simbolik
Suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-
simbol abstrak, baik simbol-simbol verbal (misalkan huruf-huruf, kata-kata atau kalimat-
kalimat), lambang-lambang matematika maupun lambang-lambang abstrak lainnya.

Adapun penerapannya di dalam lingkup pendidikan anak usia dini, yaitu

Pembelajaran yang berbasis lingkungan. Yang tentu saja pembelajaran ini menggunakan lingkungan
sebagai sumber utama dalam memperoleh pengetahuan. Di dalam lingkungan, anak akan menjadi lebih
bebas dalam bersosialisasi, entah itu dengan teman sebaya, orang dewasa, hewan, tumbuhan, dll. yang
termasuk makhluk di dalamnya. Dengan rasa ingin tahunya yang besar, anak akan dengan senang
mencoba, memegang, memakan, dan mengamati lingkungan. Contohnya yaitu dengan melakukan
karyawisata.

Pembelajaran dengan percobaan juga bagus untuk diterapkan. Misalnya yaitu mengajak anak untuk
berlatih mencampur warna. Dapat menggunakan krayon, cat-cat tembok sederhana, atau dengan
pewarna makanan. Selain itu, mengajarkan anak mengenai konsep panjang-pendek, besar-kecil, dll.
Misalnya guru menyiapkan dua buah penggaris dengan ukuran yang berbeda, kemudian meminta anak
untuk menentukan perbedaan ukuran, antara mana yang lebih panjang dan lebih pendek.

Penerapan selanjutnya, dapat dilakukan dengan Pembelajaran melalui Pemecahan Masalah. Sebagai
contoh, guru menyiapkan beberapa bentuk balok. Kemudian meminta anak untuk memasukkan balok ke
dalam lubang yang sesuai bentuknya.

Anda mungkin juga menyukai