IMPLEMENTASINYA
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Teori Bruner | 83
Apakah implikasi ungkapan Bruner itu? Tujuan-tujuan
mengajar hanya dapat diuraikan secara garis besar, dan dapat
dicapai dengan càra-cara yang tidak perlu sama oleh para siswa
yang mengikuti pelajaran yang sama itu.
Dengan mengajar seperti yang dimaksud oleh Bruner ini,
bagaimana peranan guru dalam proses belajar mengajar? Dalam
belajar penemuan siswa mendapat kebebasan sampai batas-batas
tertentu untuk menyelidiki, secara perorangan atau dalam suatu
tanya jawab dengan guru, atau oleh guru dan/atau siswa-siswa
lain, untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, atau
oleh guru dan siswa-siswa bersama-sama. Dengan demikian jelas,
bahwa peranan guru lain sekali bila dibandingkan dengan peranan
guru yang mengajar secara klasikal dengan metoda ceramah.
Dalam belajar penemuan ini, guru tidak begitu mengendalikan
proses belajar mengajar.
3. Peranan Guru
Dalam belajar penemuan, peranan guru dapat dirangkum
sebagai berikut :
1. Merencanakan pelajaran demikian rupa sehingga pelajaran itu
terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki
oleh para siswa.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar
bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Sudah
seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada
pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan,
misalnya dengan penggunaan fakta-fakta yang berlawanan.
Guru hendaknya mulai dengan sesuatu yang sudah dikenal
oleh siswa-siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatu
yang berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik dengan
pengalaman siswa. Akibatnya timbullah masalah. Dalam
keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan
suatu kesangsian yang merangsang para siswa untuk
menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan
mencoba menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang
mendasari masalah itu.
Teori Bruner | 84
3. Selain hal-hal yang tersebut di atas, guru juga harus
memperhatikan tiga cara penyajian yang telah dibahas
terdahulu. Cara cara penyajian itu ialah cara enaktif, cara
ikonik, dan cara simbolik. Contoh cara-cara penyajian ini telah
diberikan dalam uraian terdahulu. Untuk menjamin
keberhasilan belajar, guru hendaknya jangan menggunakan
cara penyajian yang tidak sesuai dengan tingkat kognitif siswa.
Disarankan agar guru mengikuti aturan penyajian dari enaktif,
ikonik, lalu simbolik. Perkembangan intelektual diasumsikan
mengikuti urutan enaktif, ikonik, dan simbolik, jadi demikian
pula harapan tentang urutan pengajaran.
4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratonium atau secara
teoretis, guru hendaknya berperan sebagai seorang
pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan
mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan
dipelajari, tetapi ia hendaknya rnemberikan saran-saran
bilamana diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru sebaiknya
memberikan umpan balik pada waktu yang tepat. Umpan balik
sebagai perbaikan hendaknya diberikan dengan cara demikian
rupa, hingga siswa tidak tetap tergantung pada pertolongan
guru. Akhirnya siswa harus melakukan sendiri fungsi tutor itu.
5. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar
penemuan. Seperti kita ketahui, tujuan-tujuan tidak dapat
dirumuskan secara mendetail, dan tujuan-tujuan itu tidak
diminta sama untuk berbagai siswa. Lagi pula tujuan dan
proses tidak selalu seiring. Secara garis besar, tujuan belajar
penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan
menemukan sendiri generalisasi-generalisasi itu.Di lapangan,
pènilaian basil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang
prinsip-prinsip dasar mengenai suatu bidang studi, dan
kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip itu pada
situasi baru. Untuk maksud ini bentuk tes dapat berupa tes
objektif atau tes essai.
4. TEOREMA - TEOREMA TENTANG CARA BELEJAR DAN
MENGAJAR MATEMATIKA
Teori Bruner | 85
Menurut Bruner ada empat prinsip prinsip tentang cara belajar dan
mengajar matematika yang disebut teorema. Keempat teorema tersebut
adalah
2. Teorema Notasi
Teorema notasi mengungkapkan bahwa pada permulaan
Teori Bruner | 86
penyajian suatu konsep ditanamkan pada anak , seharusnya
menggunakan notasi yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
Sebagai contoh pada permulaan konsep fungsi diperkenalkan pada
anak SD kelas – kelas akhir, notasi yang menyatakan fungsi = 2
+ 3, untuk tingkat yang lebih tinggi misalanya SLTP notasi yang
digunakan y = 2x + 3, baru setelah anak memasuki SMA atau
mahasiswa di perguruan tinggi f (x) dikenalkan. Dari contoh tersebut
nampak notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan
dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Penyajian seperti
ini dalam matematika merupakan pendekatan spiral. Dalam
pendekatan spiral setiap ide – ide matematika disajikan secara
sistematis denga n menggunakan notasi – notasi yang bertingkat. Pada
awal notasi ini sederhana,diikuti notasi yang berikutnya yang lebih
kompleks. Notasi yang terakhir, yang mungkin belum dikenal
sebelumnya oleh anak, umumnya merupakan notasi yang akan banyak
digunakan dan diperlukan dalam pembangunan konsep matematika
lanjutan.
4. Teorema Pengaitan
Teorema pengaitan menyatakan bahwa dalam matematika itu
setiap konsep berkaitan dengan konsep lainnya terdapat hubungan
yang erat, bukan saja dari segi isi,namun juga dari segi rumus yang
digunakan. Materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagi yang
lainnya, atau suatu konsep tertentu diperlukan untuk menjelaskan
konsep lainnya. Misalnya bila guru akan menyajikan konsep
perkalian, siswa terlebih dahulu memliki konsep penjumlahan.
Guru harus dapat menjelaskan kaitan-kaiatan tersebut kepada
anak.Hal ini penting agar siswa dalam belajar matematika lebih
berhasil. Dengan melihat kaitan – kaitan itu diharapkan siswa tidak
beranggapan bahwa cabang-cabang dalam matematika itu berdiri
sendiri melai nkan saling keterkaitan satu sama lainnya.
Teori Bruner | 88
5. IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
1. Teori Bruner pada Pembelajaran
menemukan rumus luas daerah persegi panjang.
Untuk tahap contoh guru memberikan bangun persegi dengan
berbagai ukuran dilingkungan sekitar, sedangkan bukan contohnya
guru memberikan bentuk-bentuk bangun datar lainnya seperti, persegi
panjang, jajar genjang, trapesium, segitiga, segi lima, segi enam,
lingkaran. Langkah-langkah pembelajaran
1. Tahap Enaktif
Siswa diarahkan untuk mengukur atau menghitung panjang
dan lebar bangun persegipanjang yang tersusun dari petak - petak
satuan seperti pada contoh dibawah ini
A 8 satuan 1 satuan
B 5 satuan 2 satuan
C 7 satuan 4 satuan
Teori Bruner | 89
1. Tahap Ikonik
Siswa diajak menghitung banyaknya satuan persegi dengan
cara membilang dan kemudian dibimbing untuk menemukan
hubungan antara satuan panjang dan lebar untuk menentukan luas
bangun.
Teori Bruner | 90
1. Tahap Simbolis
Siswa diminta untuk mengeneralisasikan untuk menenukan
rumus luas daerah persegi panjang. Jika simbolis ukuran panjang
adalah p, ukuran lebarnya adalah l , dan luas daerah persegi
panjang adalah L, maka rumus luas persegipanjang dapat
digeneralisasikan menjadi :
Teori Bruner | 91
Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Pembelajaran Discovery
Learning
1. Langkah Persiapan
Langkah persiapan model pembelajaran penemuan (discovery
learning) adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,
minat, gaya belajar, dan sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran.
4. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
2. Pelaksanaan
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) Pertama-tama
pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk
tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai
kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah
pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang
dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan.
2. Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah) Setelah
dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan
pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
Teori Bruner | 92
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah)
3. Data collection (Pengumpulan Data). Ketika eksplorasi
berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang
relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
(Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis,
dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan,
membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
4. Data Processing (Pengolahan Data) Menurut Syah (2004:244)
pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan
informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua
informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan
bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu.
5. Verification (Pembuktian) Pada tahap ini siswa melakukan
pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,
2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) Tahap
generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama,
dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip
yang mendasari generalisasi Penilaian Pada Model
Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning).
Teori Bruner | 93
Dalam Penilaian Model Pembelajaran Discovery Learning,
penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes.
Penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses,
sikap, atau penilaian hasil kerja siswa. Jika bentuk penialainnya
berupa penilaian kognitif, maka dalam model pembelajaran discovery
learning dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk penilaiannya
menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa
maka pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan.
Teori Bruner | 94
DAFTAR PUSTAKA
Teori Bruner | 95