Anda di halaman 1dari 16

TEORI GEORGE POLYA

DAN IMPLEMENTASINYA

Disusun Oleh:

Kelompok 11

Ana Mar’atu Argiyanti (13030174010)


Fitriani Wulandari (13030174022)
Puput Senja Eka Sari (13030174041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
A. TINJAUAN SEJARAH GEORGE POLYA

Polya yang memiliki nama lengkap George Polya merupakan anak


keempat dari pasangan suami istri berdarah Yahudi yaitu Jakab Polya dan
Anna Deutsch. George Polya lulus sekolah dasar pada tahun 1894,
kemudian melanjutkan di Daniel
Berzsenyi Gymnasium untuk
belajar bahasa Yunani klasik dan
bahasa Latin. George Polya
memiliki minat di bidang biologi
dan studi kepustakaan, tetapi dia
lebih menonjol di bidang geografi.
George Polya tidak mempunyai
minat di bidang Matematika.
Ketika George duduk di bangku
sekolah, nilai yang dia peroleh
pada mata pelajaran geometri lebih
baik dibanding aritmatika. George
Polya menganggap bahwa cara
mengajar guru yang salah membuat anak tidak dapat berprestasi.
George Polya lulus dan masuk universitas Budapest pada tahun 1905.
George Polya mengambil jurusan hukum, namun hanya bertahan satu
semester karena dia menganggap jurusan hukum membosankan. Setelah
itu, George Polya belajar berbagai bahasa dan kepustakaan, namun
bertahan selama 2 tahun dan memperoleh sertifikat sebagai bekal untuk
mengajar bahasa Latin di sekolah menengah. Kemudian, George Polya
memutuskan untuk belajar filsafat. Seorang profesor yang bernama Bernat
Alexander, menyarankan agar George Polya mengambil mata pelajaran
fisika dan matematika untuk membantu memahami filsafat. Menurut
George Polya, fisika terlalu sulit dan filsafat terasa terlalu mudah,
sedangkan matematika berada di tengah-tengah. Di universitas Budapest,
George Polya belajar fisika dibimbing oleh Eotvos dan matematika
dibimbing oleh Fejer. Fejer adalah salah seorang matematikawan
terkemuka Hongaria. George Polya membuat karya-karya kolaborasi
bersama Fejer, dan pengaruh Fejer terlihat jelas pada karya-karya George
Polya di kemudian hari.

Teori Polya | 205


Tahun 1910 - 1911, George Polya kuliah di Universitas Vienna,
dengan uang yang diperoleh dari mengajar anak-anak orang kaya sebagai
dosen pribadi. Di Universitas ini, George Polya mempelajari matematika
dengan bimbingan Wirtinger dan Mertens. George Polya mempelajari
sendiri teori probabilitas geometri. George Polya juga menambah
pengetahuannya di bidang fisika dengan kuliah teori relativitas, optik dan
topik-topik lainnya. Tahun berikutnya, Polya kembali ke Budapest dan
dianugerahi gelar doktorat di bidang matematika. Tahun 1912 dan 1913
kembali menekuni matematika di Gottingen lewat kumpulan
matematikawan terkemuka di dunia seperti: Hilbert, Weyl, Edmund
Landau, Runge, Courant, Hecke dan Toeplitz.

Karya kolaborasi Polya


George Polya bertemu dengan Szego di Budapest pada kisaran tahun
1913, kemudian saling mendiskusikan praduga (conjecture) karyanya
terntang koefisien-koefisien Fourier. Szego tertarik untuk membuktikan
praduga George Polya yang dijadikan karya publikasi perdananya.
Beberapa tahun kemudian, ketika George Polya memutuskan untuk
menulis buku tentang problem-problem dalam analisis, dia meminta
bantuan Szego dan selama dua tahun mereka bekerjasama. George Polya
menjelaskan bahwa bukan problem yang menjadi subyek, tapi metode
dalam solusi lebih menjadi penekanan. Karya mereka diterbitkan pada
tahun 1923 dalam dua jilid.
Tahun 1920, Polya diangkat menjadi profoseor luar biasa di ETZ
disusul memperoleh bea siswa dari Rockefeller (Rockefeller Dellowship)
pada tahun 1924, yang memungkinkan dirinya belajar bersama Hardy di
Inggris. Mulai tahun itu, Polya sering berada di Oxford atau Cambridge
untuk bekerja sama dengan Hardy dan Littlewood. Buku hasil karya tiga
matematikawan ini terbit pada tahun 1934 dengan judul Inequalities.
Sambil mengerjakan buku itu, George Polya juga membuat 31 makalah
pada kurun waktu 1926-1928. Jangkauan topik, kedalaman dan banyaknya
publikasi yang dilakukannya membuat diangkat menjadi Ordinary
profesor di ETH pada tahun 1928.

Matematikawan generalis
George Polya layak disebut matematikawan paling berpengaruh pada
abad 20. Riset mendasar yang dilakukan pada bidang analisis kompleks,

Teori Polya | 206


fisika matematika, teori probabilitas, geometri dan kombinatorik banyak
memberi manfaat bagi perkembangan matematika. Ketika George Polya
berada di Zurich, karya-karya di bidang matematika sangat beragam dan
produktif. Tahun 1918, dia mengarang makalah tentang deret, teori
bilangan, sistem voting, fungsi-fungsi integral dan kombinatorik. Tahun
berikutnya, menambah dengan topik-topik seperti astronomi dan
probabilitas.
Tahun 1933, Polya kembali mendapatkan Rockefeller Fellowship dan
kali ini dia pergi ke Princeton. Polya kembali ke Zurich pada tahun 1940,
namun situasi di Eropa menjelang Perang Dunia II memaksa George Polya
kembali ke Amerika. Polya Bekerja di universitas Brown dan Smith
College selama 2 tahun dan mendapat undangan dari Blichfeldt untuk
mengunjungi Stanford.
Sebelum meninggalkan Eropa, George Polya sempat mengarang buku
How to solve it yang ditulis dalam bahasa Jerman yang kemudian
diterjemahkan ke dalam 17 bahasa. Buku ini berisikan metode-metode
sistematis guna menemukan solusi atas problem-problem yang dihadapi
dan memungkinkan seseorang menemukan pemecahannya sendiri karena
memang sudah ada dan dapat dicari.

Sumbangsih
Jangkauan matematika George Polya sangat beragam, namun yang
memberi nama besar padanya adalah sistem gagasannya yang menjadi
pedoman dalam penyelesaian problem (problem solving). Pedoman dalam
menyelesaian problem yang disingkat dengan: See (lihat), Plan (rencana),
Do (kerjakan) dan Check (periksa kembali) adalah warisan yang tidak
lekang atau lapuk dimakan waktu dan dapat kita manfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari bukan hanya dalam bidang matematika.

B. TEORI GEORGE POLYA


Menurut Polya, suatu pertanyaan disebut sebagai masalah, apabila
seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang dapat
dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Pertanyaan
itu biasanya terdapat dalam suatu situasi dimana situasi itu sendiri perlu
mendapat penyelesaian. Apabila suatu pertanyaan diberikan kepada
seseorang dan secara langsung dia mengetahui cara menyelesaikannya

Teori Polya | 207


dengan benar, maka pertanyaan tersebut menjadi tidak bermakna dan
tidak dapat dikatakan sebagai masalah.
Pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa haruslah dapat diterima
oleh siswa tersebut. Jadi pertanyaan itu harus sesuai dengan struktur
kognitif siswa. Demikian juga pertanyaan merupakan suatu masalah bagi
seorang siswa pada suatu saat, tetapi bukan merupakan suatu masalah lagi
bagi siswa tersebut pada saat berikutnya, bila siswa tersebut sudah
mengetahui cara atau proses mendapatkan penyelesaian masalah tersebut.
Polya (1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha
mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang
tidak begitu mudah segera untuk dicapai. Bahkan didalam pembelajaran
matematika, selain pemecahan masalah mempunyai arti khusus, istilah
tersebut mempunyai interpretasi yang berbeda, misalnya menyelesaikan
soal cerita yang tidak rutin dan mengaplikasikan matematika dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam bukunya How to Solve It, Polya(1985)
mengajukan empat langkah fase penyelesaian masalah yaitu memahami
masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan
melakukan pengecekan kembali semua langkah yang telah dikerjakan.
Berikut ini akan dijelaskan satu per satu mengenai fase-fase tersebut :

1. Pemahaman Pada Masalah (Identifikasi Dari Tujuan)


Siswa tidak mungkin menyelesaikan suatu masalah dengan benar,
tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan.
Selanjutnya, para siswa harus mampu menyusun rencana atau strategi.
Langkah pertama adalah membaca soal dan meyakinkan diri untuk bisa
memahami soal secara benar. Berikut ini beberapa pertanyaan yang
perlu diperhatikan agar dapat membantu untuk memahami suatu
permasalahan
a. Apakah kata-kata yang digunakan dapat dipahami dengan jelas?
b. Apakah siswa dapat mengemukakan kembali masalah yang
diajukan tersebut dengan menggunakan kata-kata mereka sendiri?
c. Apakah informasi yang dimiliki oleh siswa telah cukup sehingga
memungkinkan untuk ditemukannya solusi yang tepat?
d. Dapatkah dibuat gambar atau menemukan notasi yang cocok untuk
membantu dalam memahami masalah?
Dalam beberapa kasus, untuk dapat memahami permasalahan
yang dimaksud, biasanya dibutuhkan pembuatan diagram dan

Teori Polya | 208


identifikasi kuantitas-kuantitas yang diketahui dan dibutuhkan pada
diagram tersebut. Biasanya dibutuhkan membuat beberapa notasi ( x, a,
b, c, V=volume, m=massa dsb ).
2. Membuat Rencana Pemecahan Masalah
Fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa yang kreatif
dalam menyusun penyelesaian suatu masalah. Jika rencana
penyelesaian suatu masalah telah dibuat maka langkah selanjutnya
adalah mencari hubungan antara informasi yang diketahui dengan
informasi yang tidak diketahui. Dengan begitu akan memungkinkan
untuk memghitung variabel yang tidak diketahui. Jika hubungan antara
yang diketahui dan tidak diketahui tak terlihat secara langsung, maka
cara berikut ini mungkin akan sangat membantu.
a. Membuat sub masalah.
Pada masalah yang komplek, akan sangat berguna apabila dibagi
kedalam beberapa sub masalah, sehingga dapat membantu untuk
menyelesaikan masalah.
b. Mengenali sesuatu yang sudah dikenali.
Menghubungkan masalah tersebut dengan hal yang sebelumnya
sudah dikenali, caranya dengan melihat pada hal yang tidak
diketahui dan mencoba untuk mengingat masalah yang mirip atau
memiliki prinsip yang sama. Contoh, untuk mencari volume
kerucut terpacung digunakan juga prinsip kesebangunan, walaupun
pada soal sama sekali tidak menyebut masalah kesebangunan.
c. Membuat tabel
Mengorganisasi data ke dalam sebuah tabel dapat membantu kita
dalam mengungkapkan suatu pola tertentu serta dalam
mengidentifikasi informasi yang tidak lengkap. Contohnya,
penggunaan tabel merupakan langkah yang sangat efisien untuk
melakukan klasifikasi serta menyusun sejumlah besar (data
kelompok) data sehingga apabila muncul pertanyaan baru
berkenaan dengan data tersebut misalnya pertanyaan tentang rataan
dari data itu, maka kita akan dengan mudah menggunakan data
tersebut, sehingga jawaban pertanyaan tadi dapat diselesaikan
dengan baik.
d. Mengenali pola.
Kegiatan matematika yang berkaitan dengan proses menemukan
suatu pola dari sejumlah data yang diberikan, dapat mulai

Teori Polya | 209


dilakukan melalui sekumpulan gambar atau bilangan. Kegiatan
yang mungkin dilakukan antara lain dengan mengobservasi sifat-
sifat yang dimiliki bersama oleh kumpulan gambar atau bilangan
yang tersedia. Sebagai suatu strategi untuk pemecahan masalah,
pencarian pola yang pada awalnya hanya dilakukan secara pasif
melalui permasalahan yang dikeluarkan oleh guru, pada suatu saat
keterampilan itu akan terbentuk dengan sendirinya sehingga pada
saat menghadapi permasalahan tertentu, salah satu pertanyaan yang
mungkin muncul pada benak seseorang antara lain
adalah :”Adakah pola atau keteraturan tertentu yang mengaitkan
tiap data yang diberikan?”. Tanpa melalui latihan sangat sulit bagi
seseorang untuk menyadari bahwa dalam permasalahan yang
dihadapinya terdapat pola yang bisa diungkap. Contoh,
permasalahannya adalah untuk menentukan digit terakhir dari 819.
e. Memperhatikan semua kemungkinan secara sistematik
Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi mencari
pola dan menggambar tabel. Dalam menggunakan strategi ini, kita
tidak perlu memperhatikan keseluruhan kemungkinan yang bisa
terjadi.Yang kita perhatikan adalah semua kemungkinan yang
diperoleh dengan cara sistematik. Sistematik yang dimaksudkan
disini misalnya dengan mengorganisasikan data berdasarkan
kategori tertentu. Namun demikian, untuk masalah-masalah
tertentu, mungkin kita harus memperhatikan semua kemungkinan
yang bisa terjadi.
f. Tebak dan periksa ( Guess and Check )
Strategi menebak yang dimaksudkan disini adalah menebak yang
didasarkan pada alasan tertentu serta kehati-hatian. Selain itu,
untuk dapat melakukan tebakan dengan baik seseorang perlu
memiliki pengalaman cukup yang berkaitan dengan permasalahan
yang dihadapi. Contoh : Letakkan bilangan-bilangan (-1, -2, -3, -4,
-5, -6) ke dalam kotak di bawah ini pada persegipersegi, sehingga
bilangan yang terletak pada masing-masing lingkaran berjumlah
sama.

Teori Polya | 210


g. Menggunakan analogi.
Beberapa analogi yang dapat dipikirkan dari suatu permasalahan
misalnya, masalah yang mirip, masalah yang berhubungan, atau
masalah yang lebih sederhana. Analogi tersebut dapat memberikan
petunjuk yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah yang lebih
sulit. Contoh, jika masalahnya ada pada ruang tiga dimensi, maka
dapat dilihat masalah sejenis dalam bidang dua dimensi. Atau jika
masalah terlalu umum, maka dapat mencobanya pada kasus
khusus.
h. Strategi kerja mundur
Suatu masalah kadang-kadang disajikan dalam suatu cara sehingga
yang diketahui itu sebenarnya merupakan hasil dari proses tertentu,
sedangkan komponen yang ditanyakan merupakan komponen yang
seharusnya muncul lebih awal. Penyelesaian masalah seperti ini
biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan strategi mundur.
Contoh : “jika jumlah dua bilangan bulat adalah 12, sedangkan
hasil kalinya aadalah 45, tentukan kedua bilangaan tersebut !”.
i. Menggunakan kalimat terbuka
Strategi ini sering diberikan dalam buku matematika sekolah dasar,
akan tetapi pada langkah awal anak seringkali mendapat kesulitan
untuk menentukan kalimat terbuka yang sesuai. Untuk sampai pada
kalimat yang dicari, seringkali harus melalui penggunaan strategi
lain, dengan maksud agar hubungan antar unsur yang terkandung
di dalam masalah dapat dilihat secara jelas. Setelah itu baru dibuat
kalimat terbukanya.
j. Memasukkan sesuatu yang baru.
Diperlukan sesuatu yang baru untuk membantu dalam
menyelesaikan permasalahan, misalnya peralatan tambahan yang
digunakan untuk membuat hubungan antara data dengan hal yang
tidak diketahui. Contoh, dalam menyelesaikan permasalahan
peluang, biasanya untuk menentukan ruang sampel di buat sebuah
digram.
3. Melaksanakan Rencana
Langkah selanjutnya adalah siswa mampu menyelesaikan
masalah, sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dianggap tepat.
Secara umum, yang dibutuhkan adalah perhatian dan kesabaran,

Teori Polya | 211


mengingat siswa telah memiliki keterampilan yang diberikan. Dalam
menyelesaikan masalah harus dilakukan dengan tepat sesuai dengan
rencana yang telah disusun. Apabila ternyata rencana tersebut kurang
tepat karena belum dapat ditemukan solusi yang tepat, maka dapat
memilih rencana yang lain. Hal yang harus diperhatikan dalam tahap
ini adalah dapatkah siswa melihat dengan jelas bahwa langkah yang
dijalankannya telah benar.
4. Melakukan Pengecekan Kembali
Melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan. Mulai dari fase
pertama hingga fase ketiga. Menguji solusi yang telah didapatkan serta
mengkritisi hasilnya. Melihat kelemahan dari solusi yang didapatkan
(misal ketidakkonsistenan atau ambigu atau langkah yang tidak benar )

Dengan model seperti ini maka kesalahan yang tidak perlu terjadi
dapat dikoreksi kembali sehingga siswa dapat menemukan jawaban yang
benar-benar sesuai dengan masalah yang diberikan. Tingkat kesulitan soal
pemecahan masalah harus di sesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa.
Hasil penelitian Driscol (1982). Pada anak usia 10 tahun di sekolah dasar,
kemampuan pemecahan masalah erat sekali hubungannya dengan
pemecahan masalah.
Disadari atau tidak disadari, setiap hari kita dihadapkan dengan
berbagai masalah yang dalam penyelesaiannya juga dengan memunculkan
berbagai masalah yang rumit dan tidak bisa diselesaikan dengan segera.
Dengan demikian, tugas guru adalah membantu siswa dalam
menyelesaikan masalah dengan spektrum yang luas yakni membantu
siswa dalam memahami masalah, sehingga kemampuan dalam memahami
konteks masalah bisa terus berkembang menggunakan kemampuan inkuiri
dalam menganalisa alasan mengapa masalah itu muncul.
Dalam matematika hal seperti itu biasanya berupa masalah yang
didalamnya termuat soal cerita untuk mengembangkan kemampuan siswa.
Dalam pemecahan masalah hal yang perlu ditingkatkan adalah
kemampuan menyangkut berbagai hal mengenai teknik dan strategi
pemecahan masalah, pengetahuan, keterampilan dan pemahaman. Itu
semua merupakan elemen-elemen penting dalam belajar matematika.
Terkadang guru menghadapi kesulitan dalam mengajarkan cara
menyelesaikan masalah dengan baik. Sementara dipihak lain siswa
mengalami kesulitan bagaimana menyelesaikan masalah yang diberikan

Teori Polya | 212


guru, kesulitan ini muncul, karena mencari jawaban dipandang sebagai
satu-satunya tujuan yang ingin dicapai, karena hanya terfokus pada
jawaban.
Tujuan Penggunaan Metode Problem Solving
Menurut Polya Metode problem solving digunakan dengan tujuan
a. Mengerjakan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh
siswa.
b. Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa
c. Menggembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa
secara bersama-sama.
Alasan Penggunaan Metode Problem Solving
Menurut Polya Guru menggunakan metode problem solving karena :
a. Tidak semua topik dapat dijelaskan secara nyata atau kongkrit
melalui penjelasan guru
b. Tujuan dan sifat materi pembelajaran yang menuntut dilakukan
peragaan berupa penerapan metode problem solving
c. Memudahkan mengerjakan suatu proses atau cara kerja
Kelebihan Dan Kelemahan Metode Problem Solving
a) Kelebihan Metode Problem Solving
Kelebihan metode problem solving dibandingkan dengan metode yang
lain adalah :
a. Mendidik siswa berpikir secara sistematis dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan hal-hal dengan dirinya
sendiri.
b. Siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan
pengetahuan serta keterampilan yang telah dimiliki untuk diterapkan
pada pemecahan masalah yang tidak rutin.
c. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
d. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
e. Mendidik siswa untuk lebih percaya diri dalam memecahkan
masalah
f. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan, menafsirkan dan
mengevaluasi hasil pengamatan.
g. Mendidik siswa agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi
kesulitan
h. Belajar menganalisa suatu kesalahan.

Teori Polya | 213


i. Mampu mencari berbagai jalan keluar dari suatu kesulitan yang
dihadapi.
b) Kelemahan Metode Problem Solving
Adapun kelemahan dari metode problem solving antara lain :
a. Tidak semua guru dapat melakukan problem solving dengan baik
b. Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran,
situasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu.
c. Problem solving memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding
metode ceramah dan tanya jawab.
d. Metode problem solving memerlukan persiapan dan perancangan
yang matang
Cara Mengatasi Keterbatasan Metode Problem Solving
Menurut Polya, kelemahan metode problem solving dapat diatasi melalui
cara berikut :
a. guru harus terampil melakukan problem solving
b. melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang di perlukan
untuk problem solving
c. mengatur waktu sebaik mungkin.
d. membuat rancangan dan persiapan problem solving sebaik mungkin.

C. IMPLIKASI TEORI POLYA DALAM PEMBELAJARAN


1) Implementasi Teori Polya di Pembelajaran Matematika SMP

Seorang pedagang menjual jam tangan dengan harga Rp 660.000,00.


Pedagang tersebut mendapat untung 32%. Berapa harga pembelian jam
tangan tersebut ?
Alternatif cara penyelesaian:
a. Pemahaman pada masalah
Diketahui:
Harga jual = Rp 660.000
Besar keuntungan = 32%.
Ditanyakan: Harga beli
b. Membuat rencana pemecahan masalah
Definisi: besar keuntungan adalah prosentase keuntungan dikali harga
pembelian
Penjualan dikatakan untung apabila harga jual > harga beli

Teori Polya | 214


maka masalah dirumuskan dengan: harga jual = harga beli +
keuntungan
c. Malaksanakan Rencana
Misal :
harga beli = b
harga jual = j
Maka:
Harga jual = harga beli + keuntungan
132
j= b
100
j
b = 132
100
660.000
b = 132
100
b = 500.000
d. Melakukan Pengecekan Kembali
Mengkonfirmasi kebenaran penyelesaian dengan dua konsep tentang
keuntungan.
Harga beli = Rp. 500.000,00
Harga jual = Rp. 660.000,00
Konsep 1
Besar keuntungan = Harga jual – Harga beli
= Rp. 660.000,00 - Rp. 500.000,00
= Rp.160.000,00
Konfirmasi dengan konsep 2.
Besar keuntungan = prosentasi keuntungan x harga beli
Besar keuntungan = 32% x Rp. 500.000,00 = Rp.160.000,00
Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa harga beli jam
tangan adalah Rp.500.000,00

2) Implementasi Teori Polya di Pembelajaran Matematika SMA


Sekelompok tani transmigran mendapatkan 24 hektar tanah yang dapat
ditanami padi dan jagung. Karena keterbatasan sumber daya petani harus
menentukan berapa bagian yang harus ditanami padi dan berapa bagian
yang harus ditanami jagung. Untuk suatu masa tanam, jumlah pupuk

Teori Polya | 215


yang tersedia tak lebih dari 70 kilogram. Diketahui pula bahwa untuk
menghasilkan 1 kuintal padi diperlukan 10 kilogram pupuk, dan untuk 1
kuintal jagung diperlukan 10 kilogram pupuk. Kondisi tanah
memungkinkan menghasilkan 1 kuintal padi dibutuhkan 4 hektar tanah
dan untuk menghasilkan 1 kuintal jagung dibutuhkan 3 hektar tanah.
Pendapatan petani dari 1 kuintal padi adalah Rp 50.000 sedang dari 1
kuintal jagung Rp 40.000. Berapa kuintal padi dan jagung yang harus
diproduksi agar pendapatan yang diperoleh bisa maksimum !

Penyelesaian :
a. Pemahaman pada masalah
Berdasarkan masalah di atas, diketahui bahwa setiap 1 kuintal padi,
membutuhkan 4 hektar tanah dan 10 kilogram pupuk, sedangkan untuk
menghasilkan 1 kuintal jagung membutuhkan 3 hektar tanah dan 10
kilogram pupuk. Permasalahan tersebut dapat dilihat pada tabeldibawah
ini :

Sumber Tanah Pupuk Pendapatan


Padi 4 10 50
Jagung 3 10 40
Batas
24 70
sumber

b. Membuat rencana pemecahan masalah


Membuat model matematika dari permasalahan diatas
Misalkan :
x adalah banyak kuintal padi yang diproduksi oleh kelompok tani
y adalah banyak kuintal jagung yang diproduksi oleh kelompok tani

Untuk memperoleh pendapatan terbesar, harus dipikirkan keterbatasan-


keterbatasan berikut:
a) Banyak hektar tanah yang diperlukan untuk x kuintal padi dan
untuk y kuintal jagung tidak melebihi 24 hektar. Pernyataan ini
dalam notasi matematika dinyatakan dengan:
4 x + 3y ≤ 24
b) Jumlah pupuk yang tersedia untuk padi dan jagung tidak lebih dari
70 kilogram. Padahal untuk menghasilkan 1 kuintal padi dan

Teori Polya | 216


jagung masing-masing membutuhkan 10 kilogram dan 10
kilogram. Pernyataan ini dinyatakan dalam model matematika:
10x + 10y ≤ 70
c) Kelompok tani ingin mengharapkan pendapatan Rp 50.000 per
kuintal padi dan Rp 40.000 per kuintal jagung. Oleh karena itu,
besar pendapatan kelompok per kuintal adalah 50.000x + 40.000y.
Rumusan ini disebut sebagai fungi tujuan/sasaran; sebut Z(x, y).
Oleh karena itu, fungsi tujuan/sasaran masalah kelompok tani
transmigran, dinyatakan sebagai berikut:
Z(x, y) = 50.000x + 40.000y atau Z(x, y) = 50x + 40y

Karena luas tanah/lahan, banyak waktu, dan banyak pupuk tidak


mungkin negatif, kendala ini sebagai kendala nonnegatif, yaitu:

x≥0 Kendala nonnegatif


y ≥0

Model Matematika dari permasalahan di atas dapat dituliskan


sebagai berikut :

40x + 30y ≤ 240

10x + 10y ≤ 70

Fungsi tujuan : Z(x, y) = 40.000x + 30.000y

Penyelesaian masalah program linier diatas dengan menggunakan


metode grafik.

c. Melaksanakan Rencana

(0, 80)

(0, 70)

(70, 0)
(60,0)
10x + 10y ≤ 700
Teori Polya | 217
40x + 30y ≤ 240
(0, 70)

(0, 70) (30, 40)

HP
(30, 40)

(0, 0) HP
(60,0)
10x + 10y ≤ 700
40x + 30y ≤ 240
(0, 0) (60,0)
10x + 10y ≤ 700
Pendapatan 40x + 30y ≤ 240
(0,0) (50.000 ×0)+(40.000×0) = 0
(0,70) (50.000 ×0)+(40.000×70) = 2.100.000
(30, 40) (50.000 ×30)+(40.000×40) = 3.100.000
(60, 0) (50.000 ×60) = 3.000.000

Agar pendapatan yang diperoleh dapat maksimal, maka banyak padi


yang harus diproduksi adalah 30 kuintal dan banyakjagung yang harus
diproduksi adalah 40 kuintal.

d. Melakukan Pengecekan kembali


Diperoleh nilai x = 30 dan nilai y = 40.
Mensubtitusi x dan y ke 4 x + 3y , dan diperoleh 24.
Mensubtitusi x dan y ke 10x + 10y, dan diperoleh 70.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, dengan memproduksi padi


sebanyak 30 kuintal dan jagung 40 kuintal, akan memperoleh
pendapatan yang maksimal dan dengan memanfaatkan sumber yang
tersedia.

Teori Polya | 218


DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, Nur.2013. Penerapan Langkah Polya Dalam Model Problem Based


Instruction Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyelesaikan
Soal Cerita Persegi Panjang. (Online)
https://www.academia.edu/sites/files/2013/teori-belajar-polya,
diunduh pada 16 Desember 2015
Sidabutar, Novita, et al. 2013. Psikologi Pembelajaran Matematika.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Teori Polya | 219

Anda mungkin juga menyukai