Anda di halaman 1dari 21

TEORI DIENES DAN

IMPLEMENTASINYA

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Lusy Wahyu Epriliyanti (13030174006)


Hardika Endrik Argiyantoro (13030174008)
Sonya Grace Eveline Sianipar (13030174025)
Ririn Nur Jannah (14030174008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2015
A. SEJARAH ZOLTAN P. DIENES

Zoltan P. Dienes lahir di


Budapest, Hungaria pada tahun
1916 dan pindah ke Inggris di
usia 16 tahun. Zoltan P. Dienes
memulai pendidikannya di
Darlington Hall School, Inggris
dan lulus pada tahun 1934. Gelar
Bachelor didapatkan dari
University of London pada tahun
1937 sedangkan gelar Ph.D.
didapatkan di universitas yang
sama pada tahun 1939. Pada
tahun 1964, Dienes mendirikan
International Study Group for
Mathematics Learning (ISGML) yang digunakan untuk melakukan
penelitian mengenai pendidikan matematika, penerapan hasil penelitian
dan mempromosikan hasil penelitian dengan menyelenggarakan berbagai
konferensi Internasional. Dienes terinspirasi oleh Jean Piaget dan Jerome
Brunner sebagai sosok yang legendaris yang meninggalkan kesan
mendalam dalam pendidikan matematika. Setelah mempelajari
matematika di berbagai negara, tahun 1966 Dienes berimigrasi ke Kanada.
Dienes mengembangkan ilmu psikomatematik, yang memusatkan
perhatiannya pada cara pengajaran terhadap siswa.
Dienes merupakan pelopor dari perspektif sosiokultural dan
demokrasi dalam pembelajaran. Teori belajar Dienes menekankan pada
pembentukan konsep-konsep melalui permainan yang mengarah pada
pembentukkan konsep yang abstrak, dengan demikian teori ini cocok
diterapkan dalam pembelajaran matematika. Pada tahun 1978-1980 Dienes
menjadi konsultan Matematik di Italia, Jerman, Hungaria, New Guinea
dan Amerika. Beliau mengembangkan bidang baru dalam Psikomatematik
(psikologi pembelajaran matematika). Pada tahun 1990-1997, Dienes
menjadi salah satu staff pengajar (dosen) di University of Sussex.

B. TEORI ZOLTAN P. DIENES


Teori Dienes | 55
Teori belajar Dienes sangat terkait dengan teori belajar Piaget,
mengenai teori perkembangan intelektual. Jean Piaget berpendapat bahwa
proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang bertahap dari
berpikir intelektual konkrit ke abstrak berurutan melalui empat periode,
yaitu periode sensorimotor, pra-operasional, operasi konkrit, dan operasi
formal. Urutan periode itu tetap bagi setiap orang, namun usia atau
kronologis pada setiap orang yang memasuki setiap periode berpikir
berbeda-beda tergantung kepada masing-masing individu.
Teori belajar Dienes yang menekankan pada tahapan permainan
diarahkan pada proses yang melibatkan siswa untuk belajar secara aktif
dan menyenangkan, sehingga teori belajar Dienes ini sangat terkait dengan
konsep pembelajaran dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Aktif diartikan sebagai kondisi
dimana siswa berinteraksi untuk menunjang pembelajaran. Kreatif
diartikan sebagai kondisi guru memberikan variasi dalam kegiatan belajar
mengajar dan membuat alat bantu belajar, bahkan menciptakan teknik-
teknik mengajar tertentu disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa
dan tujuan belajar. Efektif diartikan sebagai ketercapaian suatu tujuan
(kompetensi) merupakan pijakan utama suatu rancangan pembelajaran.
Menyenangkan diartikan sebagai suasana belajar mengajar yang ”hidup”,
semarak, terkondisi untuk terus berlanjut, ekspresif, dan mendorong
pemusatan perhatian siswa terhadap belajar.
Kebanyakan orang menganggap bahwa matematika adalah bidang
hitung-menghitung. Namun, ahli matematika memandang perhitungan
hanyalah alat dalam matematika yang sesungguhnya, yang melibatkan
pemecahan soal matematika dan pemahaman struktur dan pola dalam
matematika (Santrok, 2007:440). Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap
konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk yang
konkrit akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa
benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat
berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika.
Dengan menyajikan pengalaman-pengalaman yang beraneka ragam untuk
suatu konsep kepada siswa maka pemahaman terhadap konsep yang
dipelajari dapat dikuasai dengan baik.
Menurut Dienes, belajar matematika itu melibatkan suatu struktur
hirarki dari konsep-konsep tingkat yang lebih tinggi yang dibentuk atas
Teori Dienes | 56
dasar apa yang telah dibentuk sebelumnya. Jadi bila suatu materi yang
menjadi prasyarat dari materi yang lebih lanjut belum dipelajari ataupun
belum dipahami dengan baik, maka tidak mungkin dapat dipahami dengan
baik atau dengan kata lain, materi prasyarat harus diajarkan mendahului
materi yang lebih tinggi. Mathematics is, after all, a very hierarchical
subject in which new knowledge generally must be linked on to existing
knowledge, if prerequisites have not been mastered the new knowledge
just can not be larned (Orton, 1992:154).
Untuk memperoleh pemahaman terhadap suatu konsep dengan baik
maka siswa harus belajar secara aktif, tidak sekedar pasif saja menerima
apa yang diberikan guru. Jika siswa aktif melibatkan dirinya dalam
menemukan suatu prinsip dasar maka siswa itu akan mengerti konsep
tersebut lebih baik, diingat lebih lama, dan mampu menerapkan konsep
tersebut pada konteks lain yang berkaitan. Selain itu, diharapkan siswa
akan merasa senang dan berminat untuk belajar matematika yang akan
membawa mereka untuk mencari hubungan-hubungan antar konsep-
konsep yang telah mereka pelajari tersebut.
Dari penjelasan di atas maka dapat dinyatakan bahwa suatu
pembelajaran harus dilakukan secara konstruktif, yaitu dengan cara
membangun pemahaman siswa terhadap suatu konsep yang diajarkan
berdasarkan sejumlah kegiatan yang dilakukannya. Dengan demikian
siswa membangun pemahamannya sendiri terhadap suatu konsep dimana
guru hanya mengarahkan agar pembelajaran dapat berlangsung secara
efektif. Suatu pemahaman yang diperoleh melalui proses konstruktif akan
melekat dan lebih mendalam sehingga kemungkinan siswa akan menemui
hambatan pada penanaman konsep tingkat lanjut akan lebih kecil.
Dienes percaya bahwa siswa secara alami dan mendasar memiliki
sifat konstruktivis daripada analitis. Mereka membangun sebuah
pemahaman dari pengalaman dengan menggunakan benda-benda nyata.
Namun proses ini sangat bergantung pada seberapa aktif siswa dalam
mengeksplorasi hal-hal yang dilakukannya dalam pembelajaran. Bahan-
bahan belajar yang dirancang untuk pembelajaran matematika memiliki
beberapa sifat yang menjadikannya dapat digunakan secara utuh dalam
suatu struktur yang diorientasikan pada pembelajaran. Sifat-sifat yang
dimiliki oleh bahan-bahan tersebut yaitu:

Teori Dienes | 57
1. Bebas dari gangguan, yaitu bahan-bahan tersebut tidak digunakan
untuk tujuan yang lain dalam kehidupan sehari-hari, tetapi khusus
digunakan untuk mempermudah belajar matematika. Selain itu,
bahan-bahan yang digunakan tidak boleh membahayakan dan
mudah rusak, seperti kaca.
2. Bahan- bahan mewujudkan struktur matematis tanpa harus
terikat sistem notasi simbolik. (Resnick dan Ford, 1981:116-117).
Dalam proses pembelajaran matematika, Dienes (Orton, 1992: 149-
150) merekomendasikan beberapa perangkat belajar yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran konsep-konsep matematika, yaitu:
1. Multibase Arithmatics Block (MAB)

2. Algebraic Experience Material (AEM)

3. The Equalizer (Dienes’ Balance)

4. Logical Block

Teori Dienes | 58
Alat–alat tersebut di atas dapat dibuat dari bahan plastik, kayu, logam,
bahan yang elastis atau bahan-bahan lainnya. Bentuk-bentuknya pun bisa
disesuaikan dengan berbagai bentuk yang biasa dilihat sehari-hari oleh
siswa sehingga diharapkan benda-benda yang terbentuk tersebut tidak
asing bagi siswa. Namun hal tersebut tetaplah harus memperhatikan aspek
kesesuaian bentuk media dengan konsep matematika yang akan diajarkan.

Block Dienes (MAB) merupakan salah satu alat permainan yang


digunakan sebagai media/alat bantu dalam pembelajaran aritmatika, baik
itu penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian. Alat peraga
ini berfungsi untuk mengajarkan konsep atau pengertian tentang banyak
benda, membandingkan dan mengurutkan banyak benda, nilai tempat
suatu bilangan (satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan) serta operasi
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian sesuai jenjang
kelas.

1. Penjumlahan

Proses dalam operasi penjumlahan dengan menggunakan


Block Dienes adalah dengan menjumlahkan atau menggabungkan
setiap unit pada setiap nilai tempatnya. Jika nilai tempat satuan
telah mencapai 10 unit satuan dapat diganti dengan 1 unit
puluhan, begitu juga dengan nilai tempat puluhan, bila telah
mencapai 10 unit puluhan dapat diganti dengan 1 unit ratusan.
Contoh: 125 +246 = ….

Teori Dienes | 59
2. Pengurangan

Sebaliknya, penggunaan Block Dienes dalam operasi


pengurangan bilangan tiga angka dilakukan dengan melepaskan
bagian dari unit-unit ratusan maupun unit puluhan. Contoh: 353 –
247 =….

3. Perkalian
Penggunaan Block Dienes dalam perkalian yaitu dengan cara
membuat alat bantu berupa bagan cartesius pada kuadran I, bagan
ini berfungsi untuk meletakan blok-blok yang melambangkan
bilangan yang dikalikan maupun bilangan pengali adalah dengan
cara meletakkan bilangan yang dikalikan pada sumbu X sesuai
dengan nilai tempatnya yaitu secara berturut-turut ratusan,
puluhan, satuan dari kiri ke kanan dan bilangan pengali pada

Teori Dienes | 60
sumbu Y sesuai dengan nilai tempatnya yaitu secara berturut-
turut ratusan, puluhan, dan satuan dari bawah ke atas dan hasilnya
adalah blok pada kuadran I. Contoh: 15 x 8 = ….

4. Pembagian

Hampir sama dengan perkalian, pada pembagian dalam


penggunaannya diperlukan papan pembantu berupa bagan
cartesius hanya saja pada pembagian bilangan yang dibagi
diletakkan pada kuadran I pada bagan tersebut sesuai dengan nilai
tempatnya. Sedangkan bilangan pembaginya diletakkan pada
sumbu X dan hasilnya adalah banyaknya baris pada sumbu Y.
Contoh 84:12 = ...

Berikut ini contoh materi yang menggunakan perangkat


pembelajaran Dienes AEM (Algebraic Experience Material) yaitu

Teori Dienes | 61
Kegunaan: memahami konsep operasi dasar aljabar yaitu
persamaan kuadrat. Ada 6 jenis keping peraga berbeda yang
mewakili 6 bentuk aljabar adalah sebagai berikut:

Contoh: (x+2)(x-1)

Keping-keping positif ditutup dengan keping-keping negatif


sehingga bagian positif yang tersisa adalah (x+2)(x-1). Keping-
keping dipisah sehingga dapat ditunjukkan x2+x-2

Catatan: alat peraga ini mempunyai keterbatasan yaitu:


1. Hanya mampu membantu memvisualisasi perhitungan (ax+b)
(cx+d).
2. Untuk memvisualisasi pemfaktoran ax2+bx+c hanya mampu
untuk a positif.

Teori Dienes | 62
C. PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENURUT
DIENES
Agar suatu pembelajaran matematika dapat tercapai dengan optimal
maka diperlukan suatu acuan teori tentang bagaimana seharusnya suatu
konsep matematika tersebut harus diajarkan. Menurut Dienes (Orton,
1992:150-151) pembelajaran matematika itu harus memperhatikan 4
prinsip, yaitu:
1. Prinsip dinamik
Proses pemahaman konsep berjalan dari pengalaman ke
penetapan klasifikasi (Hudojo, 2001:85). Jadi, siswa-siswa
mempelajari sesuatu melalui proses penjelasan dan eksperimen untuk
membentuk atau menemukan satu konsep matematika.
2. Prinsip konstruktivis
Konstruksi harus mengambil bagian sebelum analisis dapat
berfungsi secara efektif. Mengonstruksi setiap ide matematika atas
konsep yang menghendaki sifat-sifat tertentu adalah konstruktif
(Hudojo, 2001:85). Proses pembelajaran matematika haruslah melalui
proses pengkonstruksian, yaitu dari sifat-sifat atau hal-hal yang
ditemukan melalui sejumlah kegiatan yang terurut kemudian disusun
suatu hubungan untuk memperoleh suatu konsep matematika. Atau
dengan kata lain, seseorang haruslah memahami konsep sebelum
memahaminya dengan analisa yang logis.
3. Prinsip variabilitas matematik
Setiap konsep matematika menyertakan variabel-variabel esensial
yang perlu dibuat bermacam-macam bila generalisasi dari konsep
matematika itu telah tercapai (Hudojo, 2001:86). Jadi suatu konsep
matematika itu mengandung berbagai variabel yang bervariasi
sehingga pembelajaran terhadap suatu konsep haruslah
memperhatikan variabel-variabel tersebut. Hal ini akan jelas terlihat
apabila suatu konsep matematika yang diajarkan telah mencapai tahap
generalisasi.
4. Prinsip variabilitas perseptual
Bahwa untuk mencapai suatu abstraksi yang efektif dari struktur
matematika, haruslah diakomodasikan sebanyak mungkin situasi-
situasi yang berbeda untuk struktur atau konsep yang sama (Hudojo,
2001:85). Hal ini mengandung arti bahwa apabila dalam
Teori Dienes | 63
pembelajaran suatu konsep matematika, agar konsep tersebut bisa
dipahami dengan baik maka haruslah diberikan berbagai contoh atau
perspektif-perspektif yang berbeda mengenai konsep tersebut. Dari
berbagai perspektif tersebut maka seseorang akan dapat mengambil
suatu inti darinya yang merupakan konsep matematika yang
diajarkan.

Isu tentang percepatan pembelajaran matematika dijawab oleh Dienes


dengan penyediaan beragam pengalaman belajar. Kondisi riil suatu konsep
yang dipelajari dapat menjelaskan beberapa keteraturan atau hubungan
dalam suatu kumpulan kondisi nyata. Dan ternyata konsep-konsep tersebut
juga dipelajari dari contoh-contoh dan non-contohnya.

Suatu konsep matematika biasanya berisi variabel yang bervariasi dan


merupakan ketetapan dari suatu hubungan yang membentuk suatu konsep
matematika. Seperti pada pembelajaran tentang persegi, tentang panjang
dan orientasi sudut haruslah berbeda-beda. Terkadang guru hanya
memberikan berbagai bentuk yang tidak bervariasi. Hal ini menyebabkan
pemahaman siswa terkadang menganggap suatu persegi bukanlah persegi,
melainkan sebuah diamond karena adanya perubahan letak dari sudut-
sudutnya. Pembelajaran haruslah diberikan dalam sebuah pendekatan yang
sesuai sehingga tidak membingungkan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa
prinsip variabilitas matematik tidak boleh diabaikan.

Persegi Diamond

Gambar di atas adalah perspektif kesalahan pemahaman siswa


terhadap bangun persegi.

D. TAHAP-TAHAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENURUT


DIENES
Teori Dienes | 64
Menurut Dienes, konsep-konsep matematika akan berhasil jika
dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Pembelajaran terhadap suatu konsep
akan mudah dipelajari jika konsep tersebut diajarkan mulai dari hal-hal
yang sederhana ke hal-hal yang kompleks. Tahapan-tahapan yang disusun
secara sistematis akan dapat membentuk suatu pemahaman yang utuh
pada tingkatan akhir dari proses pembelajaran tersebut.
Menurut Dienes, pembentukan konsep matematika dapat dicapai
melalui serangkaian pola yang saling berhubungan dalam sebuah urutan
kegiatan pembelajaran dari konkrit ke simbolis (abstrak). Dienes yang
membangun tahapan-tahapan belajarnya berdasarkan tahapan belajar yang
diajukan oleh Bruner yang terdiri dari 3 tahapan, yaitu enaktif, ikonik, dan
simbolik. Di mana ketiga tahapan tersebut terurut dari hal-hal yang
bersifat konkrit ke hal-hal yang bersifat abstrak. Dari tahapan belajar
Bruner tersebut Dienes membagi tahap-tahap belajar yang pada awalnya
hanya terdiri dari 3 tahap menjadi 6 tahapan belajar. Adapun tahapan
belajar Dienes secara umum adalah sebagai berikut:
1. Permainan Bebas (Free Play)
Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang
aktivitasnya tidak terstruktur dan tidak diarahkan. Siswa diberi
kebebasan untuk mengatur benda. Aktivitas ini memungkinkan siswa
mengadakan percobaan dan memanipulasi berbagai benda konkrit dan
abstrak dari unsur-unsur yang sedang dipelajari. Misalnya dengan
diberi permainan block logic, siswa mulai mempelajari konsep
abstrak tentang warna dan tebal tipisnya benda yang merupakan
ciri/sifat dari benda yang dimanipulasi.
2. Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti
pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu.
Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tetapi tidak
terdapat dalam konsep yang lainnya. Melalui permainan siswa diajak
untuk mulai mengenal dan memikirkan bagaimana struktur
matematika. Semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan
dalam konsep tertentu, akan semakin jelas konsep yang dipahami
siswa, karena akan memperoleh hal-hal yang bersifat logis dan
matematis dalam konsep yang dipelajari.
Teori Dienes | 65
Menurut Dienes, untuk membuat konsep abstrak, siswa
memerlukan suatu kegiatan untuk mengumpulkan bermacam-macam
pengalaman, dan kegiatan yang relevan dengan pengalaman itu.
Contoh dengan permainan block logic, siswa diberi kegiatan untuk
membentuk kelompok bangun yang tipis, atau yang berwarna merah,
kemudian membentuk kelompok benda berbentuk segitiga, atau yang
tebal, dan sebagainya.
3. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
Dalam mencari kesamaan sifat siswa mulai diarahkan dalam
kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang
sedang diikuti. Untuk melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini,
guru perlu mengarahkan mereka dengan menstranslasikan kesamaan
struktur dari bentuk permainan lain. Contoh kegiatan yang diberikan
dengan permainan block logic, siswa dihadapkan pada kelompok
persegi dan persegi panjang yang tebal, siswa diminta
mengidentifikasi sifat-sifat yang sama dari benda-benda dalam
kelompok tersebut.
4. Permainan Representasi (Representation)
Representasi adalah tahap pengambilan kesamaan sifat dari
beberapa situasi yang sejenis. Siswa menentukan representasi dari
konsep-konsep tertentu. Dengan demikian siswa telah mengarah pada
pengertian struktur matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat
dalam konsep yang sedang dipelajari. Contoh kegiatan siswa untuk
menemukan banyaknya diagonal poligon (misalnya segi sepuluh)
dengan pendekatan induktif seperti berikut ini.
Segitiga Segiempat Segilima Segienam

0 diagonal 2 diagonal 5 diagonal 9 diagonal


5. Permainan dengan Simbolisasi (Symbolization)
Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep yang membutuhkan
kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep
dengan menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan
Teori Dienes | 66
verbal. Dari berbagai hal yang dilakukan siswa membuat suatu
penyimbolan atau menyatakannya dengan suatu ungkapan yang
bersesuaian dengan segala sifat-sifat yang sama yang ditemukan dari
percobaan-percobaan terhadap benda-benda konkrit. Sebagai contoh,
dari kegiatan mencari banyaknya diagonal dengan pendekatan
induktif tersebut, kegiatan berikutnya menentukan rumus banyaknya
diagonal suatu poligon yang digeneralisasikan dari pola yang didapat
siswa.

6. Permainan dengan Formalisasi (Formalization)


Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir.
Dalam tahap ini siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep
kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut, sebagai
contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar dalam struktur
matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan teorema
dalam arti membuktikan teorema tersebut. Misalnya bilangan bulat
dengan operasi penjumlahan serta sifat-sifat tertutup, komutatif,
asosiatif, adanya elemen identitas, dan mempunyai elemen invers,
membentuk sebuah sistem matematika. Dienes (Resnick dan Ford,
1981:120) menyatakan bahwa proses pemahaman (abstraction)
berlangsung selama belajar. Dienes berpendapat bahwa materi harus
dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple embodiment),
sehingga siswa dapat bermain dengan bermacam-macam material
yang dapat mengembangkan minat siswa. Berbagai penyajian materi
(multiple embodiment) dapat mempermudah proses pengklasifikasian
abstraksi konsep.
Menurut Dienes, variasi sajian hendaknya tampak berbeda antara
satu dan lainya sesuai dengan prinsip variabilitas perseptual
(perceptual variability), sehingga siswa dapat melihat struktur dari
berbagai pandangan yang berbeda-beda dan memperkaya
imajinasinya terhadap setiap konsep matematika yang disajikan.
Dengan demikian, semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang

Teori Dienes | 67
diberikan dalam konsep tertentu, semakin jelas bagi siswa dalam
memahami konsep tersebut.

E. IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR DIENES


Dalam pembelajaran matematika, teori belajar Dienes diterapkan
dalam tahapan-tahapan seperti yang telah disebutkan di atas. Tahapan
tersebut dimulai dari hal-hal yang bersifat sederhana menuju hal-hal yang
kompleks dan abstrak. Berikut ini adalah contoh penerapan tahap-tahap di
atas dalam materi phytagoras dalam segitiga siku-siku:
Bagaimana teorema phytagoras dapat digunakan dalam segitiga siku-siku?
Untuk memahaminya, lakukan langkah-langkah berikut ini secara
berurutan:
1. Gambarlah bangun datar (dalam bentuk kertas karton) yang telah
disediakan berdasarkan sifat tertentu (misalnya berdasarkan banyak
sisi, ukuran bangun datar, dan lain-lain). Letakkan kelompok-
kelompok bangun tersebut di atas meja. (permainan bebas)

Kelompok 1

Teori Dienes | 68
Kelompok 2

2. Sifat apa yang kalian gunakan dalam pengelompokan bangun datar


tersebut? pengelompokan bangun datar tersebut berdasarkan banyak
sisinya. Kelompok pertama merupakan kelompok bangun segi empat
dan kelompok kedua merupakan kelompok bangun segitiga.
(permainan bebas)
3. Kumpulkan kembali bangun-bangun yang telah dikelompokkan tadi.
4. Ambillah semua bangun segitiga yang tersedia, kemudian
kelompokkan segitiga tersebut menjadi segitiga siku-siku, segitiga
lancip, dan segitiga tumpul. Gunakan busur untuk memudahkan
pengelompokannya. Gambarkan tiap kelompok segitiga pada kotak di
bawah ini. (permainan menggunakan aturan)

Segitiga siku-siku

Teori Dienes | 69
Segitiga lancip

Segitiga tumpul

5. Ukurlah panjang sisi-sisi setiap segitiga pada kertas karton.


(permainan kesamaan sifat)
6. Tuliskan panjang sisi-sisi segitiga pada gambar yang telah kalian buat,

kemudian beri nama sisi terpanjang dengan , sisi sedang dengan ,

sisi terpendek dengan .

7. Kuadratkan panjang setiap sisi segitiga tersebut. Tuliskan pada kolom di


bawah ini (cukup tuliskan panjang satu segitiga saja untuk tiap jenisnya)

Sisi Segitiga siku-siku Segitiga lancip Segitiga tumpul

5 cm 13 cm 17 cm

25 cm 169 cm 289 cm

4 cm 11 cm 12 cm

16 cm 121 cm 144 cm

3 cm 7 cm 11 cm

Sisi Segitiga siku-siku Segitiga lancip Segitiga tumpul

9 cm 49 cm 121 cm

8. Jumlahkan kuadrat sisi sedang dan sisi terpendek untuk setiap jenis segitiga
pada kolom berikut.

Teori Dienes | 70
Segitiga siku- Segitiga
Sisi Segitiga tumpul
siku lancip

16 cm 121 cm 144 cm

9 cm 49 cm 121 cm

Jumlah 25 cm 170 cm 265 cm

9. Bandingkan kuadrat sisi terpanjang dengan jumlah kuadrat sisi sedang


dan sisi terpendek untuk setiap jenis segitiga. Gunakan tanda

untuk membandingkan. (representasi dan simbolisasi)

 Segitiga siku-siku

 Segitiga lancip

 Segitiga tumpul

Dari kegiatan di atas, dapat disimpulkan bahwa:


 Untuk setiap segitiga siku-siku berlaku kuadrat panjang sisi miring
sama dengan jumlah kuadrat sisi siku-sikunya. Pernyataan inilah
yang disebut teorema phytagoras.
 Jika kuadrat sisi miring kurang dari jumlah kuadrat sisi yang lain
maka segitiga tersebut lancip.
 Jika kuadrat sisi miring lebih dari jumlah kuadrat sisi yang lain maka
segitiga tersebut tumpul. (formalisasi)

F. IMPLIKASI TEORI BELAJAR DIENES


Teori Dienes | 71
Teori belajar Dienes yang merupakan bagian dari aliran
konstruktivisme menganggap bahwa pengetahuan diperoleh atau dibentuk.
Belajar merupakan proses aktif dari pebelajar untuk membangun
pengetahuannya. Sebagai implikasi dari pembelajaran matematika adalah
pembentukan lingkungan belajar yang dapat membantu siswa untuk
membangun konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika berdasarkan
kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi (Nickson dalam
Grows, 1992:106). Menurut Hudojo (1998:7-8) ciri-ciri pembelajaran
dalam pandangan yang bersifat konstruktivistik adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui
proses pembentukan pengetahuan.
2. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua
mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat
diselesaikan dengan berbagai cara.
3. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang nyata dan
relevan dengan melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk
memahami suatu konsep matematika melalui kenyataan kehidupan
sehari-hari
4. Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya
transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang
dengan orang lain atau dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan
kerjasama antara siswa dengan siswa maupun guru dengan siswa.
5. Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.
6. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika
menjadi menarik dan siswa mau belajar.
Perlu disadari bahwa tidak setiap pengetahuan dapat dipindahkan
dengan mudah dari otak seorang guru ke dalam otak siswanya. Hanya
dengan usaha keras tanpa mengenal lelah dari siswa sendirilah suatu
pengetahuan dapat dibangun dan diorganisasikan ke dalam kerangka
kognitif siswa. Jadi dalam pembelajaran, seorang siswa harus membangun
sendiri pengetahuan tersebut. Oleh karena itu, seorang guru dituntut
menjadi fasilitator proses pembelajaran.

Teori Dienes | 72
G. PENERAPAN TEORI BELAJAR DIENES DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Penerapan teori belajar Dienes dalam pembelajaran matematika
dilakukan dengan melakukan berbagai macam permainan interaktif.
Permainan interaktif merupakan suatu permainan yang dikemas dalam
pembelajaran, sehingga siswa menjadi aktif dan senang dalam belajar.
Menurut pandangan Dienes adalah tentang pendekatan belajar mengajar
yang semestinya dilakukan:
a. Siswa belajar matematika harus melalui memanipulasi benda-benda
konkrit dan membuat abstraksinya dari konsepnya atau strukturnya.

b. Terdapat proses wajar yang pasti yang harus dialami agar dapat
memahami konsep matematika, yaitu: tahap bermain benda-benda
konkrit, tahap mengurutkan pengalaman sehingga menjadi suatu
kebulatan yang bermakna, tahap pemahaman konsep, dan tahap
mengaplikasikan.

c. Matematika adalah ilmu seni kreatif, karena itu harus dipelajari dan
diajarkan sebagai ilmu seni.

d. Konsep yang diajarkan harus berhubungan dengan konsep yang sudah


dipahami.

e. Agar siswa memperoleh sesuatu dari belajar matematika, siswa harus


mampu mengubah suasana konkrit ke dalam perumusan abstrak
dengan menggunakan simbol.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka.
Hudojo, Herman, 2001. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Malang: Jica.
Hudojo, Herman. 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan
Konstruktivistik (Makalah disjikan dalam Seminar Nasional Pendidikan
Matematika PPs UM). Malang.
(https://masbied.files.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-
belajar-dienes.pdf, diunduh 7 September 2015)
Teori Dienes | 73
(https://inoerofik.files.wordpress.com/2014/11/teori-dienes.pdf, diunduh 9
September 2015)

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PengembanganPembelajaranMate
matika_UNIT_2_0.pdf, diunduh 10 September 2015)

Teori Dienes | 74

Anda mungkin juga menyukai