Anda di halaman 1dari 21

Makalah Psikologi Pembelajaran Matematika

” Teori Dienes”

Dosen Pengampu :

Dr. Tatag Yuli Eko Siswono, S.Pd., M.Pd

Dr. Janet Trineke Manoy, M.Pd

Nama Anggota Kelompok 1 2019C :


Alista Hariyanti (18030174052)
Endri Puji Lestari (18030174057)
Awwalul Fitriyah (19030174021)
Ragilita Rohmani (19030174063)
Dea Annice Purwadhani (19030174096)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya maka tim penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul


”Teori Dienes”. Dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Pembelajaran Matematika di prodi Pendidikan Matematika yang diampu oleh Dr.
Tatag Yuli Eko Siswono, S.Pd., M.Pd dan Dr. Janet Trineke Manoy, M.Pd. Tim
penulis berharap dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca.

Melalui kata pengantar ini, tim penulis lebih dahulu meminta maaf bila
mana isi makalah ini ada kekurangan baik berupa penulisan yang kurang tepat
maupun adanya unsur yang menyinggung perasaan pembaca.

Dengan ini kekurangan mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa


terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

Surabaya, 22 Februari 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II ISI.............................................................................................................................3
2.1 Biografi Penemu teori Dienes............................................................................3
2.2 Enam tahap yang berurutan dalam belajar matematika menurut Teori Dienes4
2.3 Prinsip-prinsip Belajar Matematika Menurut Teori Dienes................................6
2.4 Kelebihan dan Kelemahan teori Dienes..............................................................6
2.5 Implementasi Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika...........................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................................17
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................17
3.2 Saran................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan matematika adalah bagian integral dari sistem


pendidikan Nasional karena diajarkan pada semua jenjang pendidikan, hal
ini menekankan bahwa Matematika mempunyai peranan penting dalam
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Bahkan dalam
kehidupan sehari-hari, prinsip dan konsep matematika selalu digunakan
dalam memecahkan masalah.

Pentingnya mengawali penyampaian materi matematika yang


abstrak melalui konkret itu dapat berpedoman pada teori belajar Dienes.
Pada teori belajar Dienes, ditekankan pembentukan konsep-konsep melalui
permainan yang mengarah pada pembentukkan konsep yang abstrak.
Dengan demikian teori belajar Dienes sangatlah cocok diterapkan dalam
pembelajaran matematika.

Masalah yang sering kita dapati di lapangan adalah murid selalu


merasa bosan untuk belajar matematika. Kenapa hal itu bisaerjadi ? karena
adanya ketidakpahaman akan konsep matematika yang berkepanjangan
yang dimulai dari tingkat awal. Seterusnya, selain daripada masalah yang
disebutkan, guru matematika juga dihadapkan pada masalah tidak adanya
minat untuk mempelajari matematik dalam kalangan anak-anak di sekolah.
Masalah tidak adanya minat ini seterusnya membawa kepada masalah
yangkedua yaitu murid-murid gagal untuk menguasai kemahiran
kemahiran dasar dalam matematik. Masalah kurangnya minat siswa dalam
belajar matematika , seharusnya mendorong para guru untuk menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, dan kekreatifan guru dalam
mendesain pembelajarannya. Sebagaimana yang dicontohkan dalam teori
belajar Dienes.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut, dimunculkan rumusan masalah sebagai


berikut:

1
1. Bagaimana Biografi Penemu Teori Dienes?
2. Sebutkan Enam tahap yang berurutan dalam belajar matematika
menurut Teori Dienes?
3. Sebutkan Prinsip—prinsip belajar Matematika Menurut Teori
Dienes?
4. Sebutkan Kelebihan dan Kelemahan teori Dienes?
5. Sebutkan Implementasi Teori Dienes dalam Pembelajaran
Matematika?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuanmakalah ini antara lain :


1. Mengetahui Biografi Penemu Teori Dienes dengan lengkap.
2. Mengetahui Enam tahap yang berurutan dalam belajar matematika
menurut Teori Dienes
3. Mengetahui Prinsip—prinsip belajar Matematika Menurut Teori
Dienes
4. Mengetahui Kelebihan dan Kelemahan teori Dienes
5. Mengetahui Implementasi Teori Dienes dalam Pembelajaran
Matematika
6.

2
BAB II ISI

2.1 Biografi Penemu teori Dienes

Robert Zoltán Pál Dienes (Zoltan


Paul Dienes) lahir pada 1916 di Budapest,
Hungaria dan pindah ke Inggris ketika dia
berusia 16 tahun. Z.P. Dienes memulai
pendidikannya di Darlington Hall School,
Inggris dan lulus pada tahun 1934. Gelar
Bachelor didapatkan dari University of
London pada tahun 1937 sedangkan gelar
Ph. D. didapatkan di universitas yang sama
pada tahun 1939. Dia mengembangkan
bidang barudalam Psikomatematik
(psikologi pembelajaran matematika).

Dienes terinspirasi oleh Jean Piaget


dan Jerome Brunner sebagai sosok yang legendaris yang meninggalkan kesan
mendalam dalam pendidikan matematika.Pada tahun 1978-1980 menjadi
konsultan Matematik di Italia, Jerman, Hungaria, NewGuinea dan Amerika.
Pada tahun 1964, Dienes mendirikan International Study Group for
Mathematics Learning (ISGML) yang digunakan untuk melakukan penelitian
mengenai pendidikan Matematika, penerapan hasil penelitian dan
mempromosikan hasil penelitian dengan menyelenggarakan berbagai
konferensi internasional. Pada tahun 1990-1997, Dienes menjadi salah satu
staff pengajar (dosen) di University of Sussex dan menjadi Professor
sejaktahun 2008 hingga sekarang di universitas yang sama.

Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan


perhatiannya padacara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya
bertumpu pada Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada siswa-
siswa, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik
bagi siswa yang mempelajarinya. Peran Dienes dalam dunia matematika
sangat unik disebabkan oleh teorinya yang menyatakan bahwa matematika
dapat diajarkan di kelas awal melalui permainan, cerita, tarian, atau lagu.
Dienes adalah seorang penggagas awal dari apa yang disebut pembelajaran
dari prespektif sosiokultural dan demokrasi.

3
2.2 Enam tahap yang berurutan dalam belajar matematika menurut Teori
Dienes

Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan


perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap anak-anak. Dasar teorinya
bertumpu pada teori Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada anak-
anak, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik
bagi anak yang mempelajari matematika (Suherman, dkk, 2003:49). Dienes
berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi
tentang struktur, memisah-misahkan hubungan-hubungan diantara struktur-
struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan diantara struktur-struktur.

Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam


matematika yang disajikan dalam bentuk yang konkret akan dapat dipahami
dengan baik. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau objek-objek dalam
bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam
pengajaran matematika. Hudojo (1988: 59) mengemukakan bahwa teori dalam
teori Dienes terdapat enam tahap yang berurutan dalam belajar matematika.
Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Permainan bebas (free play).


Permainan bebas adalah tahap belajar konsep yang terdiri dari aktivitas
yang tidak terstruktur dan tikda diarahkan yang memungkinkan peserta
didik mengadakan eksperimen dan memanipulasi benda-benda konkrit
dan abstrak dari unsur-unsur konsep yang dipelajari itu. Tahap ini
merupakan tahap yang penting sebab pengalaman pertama, peserta
didik berhadapan dengan konsep baru melalui interaksi Jannah, Teori
Dienes dengan lingkungannya yang mengandung representasi konkrit
dari konsep itu. Dalam tahap ini peserta didik membentuk struktur
mental dan sikap mempersiapkan diri memahami konsep tersebut.
2. Permainan yang menggunakan aturan (games).
Tahap ini merupakan tahap belajar konsep setelah di dalam periode
tertentu permainan bebas terlaksana. Di dalam tahap ini peserta didik
mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep
itu setelah peserta didik itu mendapatkan aturan-aturan yang ditentukan
dalam konsep (peristiwa) itu,peserta didik itu siap untuk memainkan
permainan itu. Dengan bermain peserta didik mulai menganalisis
struktur matematika, misalnya dengan menggunakan balokbalok logika
itu untuk dua variabel yang berbeda.
3. Permainan mencari kesamaan sifat (searching for comunalities).
Tahap ini berlangsung setelah memainkan permainan yang disertai aturan
tadi. Dalam melaksanakan permainan tahap kedua tadi (permainan
yang menggunakan aturan), mungkin peserta didik belum menemukan

4
struktur yang menunjukkan sifat-sifat kesamaan yang terdapat di dalam
permainan-permainan yang dimainkan itu. Dalam hal demikian ini,
peserta didik perludibantu untuk dapat melihat kesamaan struktur
dengan mentranslasikan dari suatu permainan ke bentuk permainan
lain. Sedang sifatsifat abstrak yang diwujudkan dalam permainan itu
tetap tidak berubah dengan translasi itu.
4. Permainan dengan representasi (representation).
Dalam tahap ini peserta didik mencari kesamaan sifat dari situasi yang
serupa. Setelah peserta didik itu mendapatkan kesamaan sifat dari
situasi, peserta didik itu perlu gambaran konsep tersebut. Tentu saja
gambaran konsep itu biasanya menjadi lebih abstrak daripada situasi
yang disajikan. Cara ini mengarahkan peserta didik kepada pengertian
struktur matematika yang abstrak yang terdapat di dalam konsep
tersebut.
5. Permainan dengan simbulisasi (symbulization).
Permainan dengan menggunakan simbul ini merupakan tahap belajar
konsep di aman peserta didik perlu merumuskan representasi dari
setiap konsep dengan menggunakan simbul matematika atau dengan
perumusan verbal yang sesuai.
6. Formalisasi (formalization).
Permainan ini merupakan tahap belajar konsep terakhir. Setelah peserta
didik mempelajari suatu konsep dan struktur matematika yang saling
berhubungan, peserta didik harus mengurut sifat-sifat itu untuk dapat
merumuskan sifat-sifat baru. Misalnya sifat-sifat dasar di dalam
struktur matematika adalah aksioma. Dari aksioma inilah kemudian
dapat dirumuskan suatu teorema atau dalil. Perjalan dari aksioma
menuju teorema atau dalil itu disebut pembuktian.

Dienes menyatakan bahwa proses pemahaman (abstracton)


berlangsung selama belajar. Untuk pengajaran konsep matematika yang
lebih sulit perlu dikembangkan materi matematika secara konkret agar
konsep matematika dapat dipahami dengan tepat. Dienes berpendapat
bahwa materi harus dinyatakan dalam berbagai penyajian (multiple
embodiment), sehingga anak-anak dapat bermain dengan bermacam-
macam material yang dapat mengembangkan minat anak didik. Berbagai
penyajian materi (multiple embodinent) dapat mempermudah proses
pengklasifikasian abstraksi konsep.

Menurut Dienes, variasi sajian hendaknya tampak berbeda antara satu


dan lainya sesuai dengan prinsip variabilitas perceptual (perseptual
variability), sehingga anak didik dapat melihat struktur dari berbagai
pandangan yang berbeda-beda dan memperkaya imajinasinya terhadap
setiap konsep matematika yang disajikan. Dengan demikian, semakin

5
banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu,
semakin jelas bagi anak dalam memahami konsep tersebut. Langkah
selanjutnya, menurut Dienes, adalah memotivasi anak didik untuk
mengabstraksikan pelajaran tanda material konkret dengan gambar yang
sederhana, grafik, peta dan akhirnya memadukan simbol-simbol dengan
konsep tersebut.

Langkah-langkah ini merupakan suatu cara untuk member kesempatan


kepada anak didik ikut berpartisipasi dalam proses penemuan dan
formalisasi xnnz percobaan matematika. Anak didik pada masa kini
bermain dengan simbol dan aturan dengan bentuk-bentuk konkret dan
mereka memanipulasi untuk mengatur serta mengelompokkan aturan-
aturan. Pada jaman ini anak didik menggunakan simbol-simbol sebagai
objek manipulasi dan mengarah kepada struktur pemikiran-pemikiran
matematika yang lebih tinggi. Anak harus mampu mengubah fase
manipulasi konkret, agar pada suatu waktu simbol tetap terkait dengan
pengalaman konkretnya.

2.3 Prinsip-prinsip Belajar Matematika Menurut Teori Dienes

Teori Dienes mengariskan beberapa prinsip bagaimana anak -anak


mempelajari matematik yaitu:

1. Prinsip Konstruktiviti: Pelajar haruslah memahami konsep sebelum


memahaminya dengan analisa yang logik.
2. Prinsip Perubahan Perspeptual: Anak-anak diperkenalkan berbagai
keadaan agar dapat memaksimakan konsep Matematik.
3. Prinsip Dinamik: Anak-anak mempelajari sesuatu melalui
perkenalan dan eksperimen untuk membentuk satu konsep.
4. Prinsip variabilitas matematika: Konsep yang menyertakan
variabel yang diajarkan melalui pengalaman dan menyertakan
jumlah kemungkinan variabel yang paling besar.

2.4 Kelebihan dan Kelemahan teori Dienes

Kelebihan Teori Dienes

1. Dengan menggunakan benda-benda konkret, siswa dapat lebih konsep

2. Susunan belajar akan lebih hidup, menyenangkan, dan tidak


membosankan.

6
3. Dominasi guru berkurang dan siswa lebih aktif.

4. Konsep yang lebih dipahami dapat lebih mengakar karena siswa


membuktikannya sendiri.

5. Dengan banyaknya contoh yang dilakukan melalui permainan, siswa dapat


menerapkan kedalam situasi yang lain.

Kekurangan Teori Dienes

1. Tidak semua materi dapat menggunakan teori belajar Dienes, karena teori
ini lebih mengarah kepermainan.

2. Tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama.

3. Bila pengajar tidak memiliki kemampuan mengarahkan siswa maka siswa


cenderung hanya bermain tanpa berusaha memahami konsep. Blok Dienes
adalah salah satu alat peraga yang dapat digunakan menanamkan konsep
penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun pembagian. Alat peraga ini
cukup efektif untuk siswa SD kelas rendah, sebab anak bisa bereksplorasi
dan menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai, sehingga belajar
menjadi lebih menyenangkan bagi anak.

Blok Dienes adalah salah satu alat peraga yang dapat digunakan
menanamkan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian, maupun
pembagian. Alat peraga ini cukup efektif untuk siswa SD kelas rendah, sebab
anak bisa bereksplorasi dan menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai,
sehingga belajar menjadi lebih menyenangkan bagi anak.

2.5 Implementasi Teori Dienes dalam Pembelajaran Matematika

Pembelajaran teori dienes pada segitiga pascal

Masalah :

Berapa total bilangan dengan cara yang berbeda untuk menyusun 10 kubus
dalam 1, 2, 3, ...8, 9, 10 kolom?

Tujuan

7
Untuk menemukan konsep segitiga pascal

Langkah I : Permainan bebas (free play)

Disediakan beberapa kubus. Siswa menyusun 3 kubus dalam 1, 2, dan 3


kolom.

Kemungkinan jawaban

Langkah II : Permainan menggunakan aturan games

Permainan diperluas

Berapa macam cara untuk menentukan susunan 4 kubus dalam 1, 2, 3, 4


kolom ?

Kemungkinan jawaban :

8
Berapa macam cara untuk menentukan susunan 5 kubus dalam 1, 2, 3, 4, 5
kolom ?

9
Langkah III : Permainan mencari kesamaan sifat (searching for
communalities) Banyaknya cara menyusun 6 kubus dalam kolom :

Banyaknya Banyaknya
Kolom Cara

1 1

2 5

3 10

4 10

5 5

6 1

Banyaknya cara yang berbeda untuk menyusun kubus dalam kolom


Banyaknya cara menyusun 3 kubus dalam kolom :

Banyaknya kolom Banyaknya cara


Menyusun kubus
dalam kolom
1 1 =20
2 2 =21
3 4 = 22
4 8 =23
5 16 =24
6 32 =25

Langkah IV : Permainan dengan representasi (representastion).


Banyaknya cara yang berbeda untuk Menyusun kubus dalam kolom.
Banyaknya cara Menyusun kubus dalam kolom

Banyaknya untukBanyaknya kolom


Banyaknya Kubus Menyusun kubus
dalam kolom 123456

10
1 1 1

2 2 1 1

3 4 1 2 1

4 8 1 3 3 1

5 16 1 46 4 1

6 32 1 5 10 10 5 1

7 64 - - - - - - -

8 128 - - - - - - - -

9 256 - - - - - - - - -

10 512 - - - - - - - - - -

Langkah V : Permainan dengan simbolisasi. Banyaknya cara Menyusun


kubus dalam kolom.

Banyaknya Banyaknya cara Menyusun kubus Pemangkat


kubus dalam kolom an 2
1 1 20
2 2 21
3 4=2× 2 22
4 8=2× 2× 2 23
5 16.=2 ×2 ×2 ×2 24
6 32=2 ×2 ×2 ×2 ×2 25
7 ...=2 ×2 ×2 ×2 ×2 ×2 2. ..
8 ...=2 ×2 ×2 ×2 ×2 ×2 ×2 2. ..
9 ...=2 ×2 ×2 ×2 ×2 ×2 ×2 ×2 2. ..
10 ...=2 ×2 ×2 ×2 ×2 ×2 ×2 ×2 ×2 2. ..

Kesimpulan yang diharapkan


Untuk n=10 maka banyaknya cara yang berbeda untuk menyususn 10
kubus yang berbeda dalam kolom adalah Y =10 (10−1)=29 =512
Kesimpulan :
Banyaknya cara untuk Menyusun kubus dalam kolom diberikan dengan
rumus Y =2(Y −1 )

11
Langkah VI : Formalisasi

Segitiga Pascal
1
1 … 1
1 … … 1
1 … … … 1
1 … … … … 1
1 … … … … … 1
1 … … … … … … 1
1 … … … … … … … 1

Belajar konsep matematika dalam belajar menjumlah dan


mengurang, dengan menerapkan keenam tahap belajar Dienes.

Langkah I: Permainan Bebas (Free Play)


Dalam belajar menjumlahkan ataupun mengurang dengan permainan
bebas, siswa diberikan kebebasan untuk bermain dan berinteraksi dengan
lingkungan sekitar meraka. Misalnya anakanak dibagi dalam beberapa
kelompok, kemudian setiap kelompok diberikan berbagai macam benda
atau makanan, misalnya, bunga, permen atau balok-balok, dan sebagainya.
Hal yang mungkin dilakukan anak-anak adalah bertanya kepada teman
mereka, seperti ini:
a. Ada berapa bunga yang warnanya merah?
b. Saya ingin mengambil 2 permen, dan sisanya bisa kamu ambil!

Langkah II : Permainan dengan Menggunakan Aturan ( Games)


Games 1 : Bermain dalam Ruang Kesenian
Anak-anak dibawa dalam ruang kesenian. Aturannya, ruang kesenian
tersebut hanya boleh diisi paling banyak sepuluh anak untuk latihan
menari, dan anak-anak boleh keluar dan masuk kapan saja.Dari aturan
tersebut akan menimbulkan banyak pertanyaan, dan anak- anak menjawab
pertanyan, misalnya:
a. Jika dalam ruangan kesenian tersebut terdapat tujuh anak yang
sedang latihan menari, berapa orang anak kah yang harus masuk
untuk mencukupi?

12
b. Jika anak-anak yang latihan menari semuanya sudah datang, dan
ada dua orang anak meminta ijin keluar untuk minum, berapa anak
yang berada di dalam ruang kesenian?

Games 2 : Bermain mencari harta karun

Anak-anak dibawa ke sebuah taman sekolah, dan bermain dengan mengikuti


pola berikut: Caca dkk, sedang berburu harta karun dimulai dari pulau A
dan pulau yang dituju adalah pulau E, meraka harus membawa BUNGA
untuk sampai di sana. Di setiap pulau mereka boleh mengambil bunga, dan
di setiap jembatan mereka boleh membuang bunga tapi untuk sampai di
pulau E mereka harus membawa delapan bunga. Sekarang bantulah Caca
dkk, untuk sampai di pulau tersebut dengan melewati pulau A, pulau B,
pulau C, pulau F, pulau D kemudian kembali ke pulau B dan terakhir
sampailah ke pulau E. Ingat di pulau A terdapat dua bunga, pulau B
terdapat empat bunga, pulau C tidak ada bunga, pulau D terdapat ujuh
bunga, dan pulau F ada satu bunga.

Dari aturan di atas akan memunculkan banyak pertanyaan, misalnya:

a. Ada berapa bunga yang dibawa Caca, dkk untuk sampai di pulau
C, jika mereka tidak membuang bunga di jembatan?
b. Pada saat sampai di jembatan antara pulau F dan pulau D, Caca,
dkk membuang dua bunga, ada berapa sisa bunga mereka?

Langkah III : Kesamaan Sifat (Searching for communalities)

Dari aktivitas pada games 1 dan games 2, anak-anak mungkin akan


menemukan kesamaan sifat seperti ini:

Games 1 Games 2
Masuk dalam rungan Mengambil bunga di pulau
Keluar dari ruangan Membuang bunga di jembatan

Langkah IV : Penyajian / Representasi ( Representations)

13
Dari games –games dan situasi yang telah diberikan diharapkan siswa dapat
menyajikan secara abstrak apa yang mereka telah temukan. Misalnya:

Langkah V : Simbolisasi ( Symbolizations)

Pada permainan dengan simbolisasi, anak-anak dapat menggunakan tanda


tambah dan tanda kurang, ketika disebutkan kata-kata ”masuk”, ”keluar”,
”mengambil”, ataupun :membuang”. Dan simbol-simbol angka ketika
disebut ”lima”, ”enam”, dsb.

Sebagai contoh :

Dari 10 orang anak yang ada di ruang kesenian, dua orang keluar minum.

Ini dapat ditulis menjadi : 10 – 2 = 8

Langkah VI : Formalisasi ( Formalizations)

Tahap yang terakhir formalisasi. Pada tahap 6, dari gamesgames yang telah
diberikan mungkin saja anak-anak memperoleh 2 + 3 = 5, 3 + 2 = 5,
ataupun 0 + 3 = 3, 3 + 0 = 3. Dari sini, anak- anak akan bisa melihat sifat
dari konsep tersebut, misalnya 2 + 3 = 3 + 2 = 5, kemudian 0 +3 = 3 + 0 =
3, dan sebaginya.

2.5 Permainan Interaktif dalam Matematika

Permainan interaktif merupakan suatu permainan yang dikemas


dalam pembelajaran, sehingga anak didik menjadi aktif dan senang dalam
belajar. Oleh karena itu, jika guru dapat mengemas permainan sebagai
media maupun pendekatan dalam belajar matematika bagi anak, maka
anak akan senang belajar matematika sehingga menjadi efektif untuk
mendapatkan hasil belajar yang optimal.

a. Permainan Tangram dan Pancagram

14
Menurut Wirasto (1983), perminan tangram mini memiliki nilai didik
yang tinggi untuk anak SD, karena dengan permainan tersebut anak
menjadi aktif (menggunting, menyusun, dan menggambar bangun
geometri datar, memperdalam memahaman bentuk-bentuk dan
struktur geometri datar, memperdalam pengertian luas, dan
melakukan eksplorasi hingga meningkatkan kreatifitasnya.
Atas dasar pernyataan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa permainan
tangram dan tangram mini (pancagram) sangat berguna bagi anak
SD terhadap pengenalan dan pemahaman pada bangun-bangun
geometri datar. Menyesuaikan dengan kurikulum 2006 (KTSP),
permainan tangram mini atau tangram dapat diberikan di kelas I
sampai dengan kelas V, dengan kegiatan dan masalah yang
berbeda, disesuaikan dengan komptensi dasar, hasil belajar, serta
indikator.

b. Alat Permainan
 Pancagram (Tangram mini)
Menurut Wirasto (1983b), ada 2 macam pancagram yaitu yang
dibuat berasarkan persegi dan persegi Panjang :

Untuk membuat pancagram, lakukan dengan cara


seperti berikut ini. Gambarlah persegi dengan ukuran (8 x
8) cm, atau persegipanjang dengan ukuran (8 x 12) cm, atau
dengan ukuran dikehendaki. Kemudian bagilah bangun
persegi atau persegi panjang menjadi lima bagian seperti
pada Gambar 16. Garis pembagi harus melalui titik-titik
tengah penggal garis yang dilewati. Maka akan terbentuk 5
bangun-bangun datar seperti pada Gambar 16. Agar
menarik, berilah warna yang berbeda pada setiap bangun
yang berbeda bentuk dan ukurannya. Kemudian bangun-
bangun tersebut dipotong menurut sisinya.

15
 Tangram
Untuk membuat tangram, caranya seperti berikut
ini. Gambarlah persegi denan ukuran (10 x 10) cm pada
ketas manila atau karton atau triplek. Bagilah menjadi 7
bagian gambar di samping. Setiap garis pembagi harus
melalui titik tengah penggal garis yang dilewati. Agar
menarik, berilah warna yang berbeda pada setiap bangun
yang berbeda bentuk atau ukurannya. Selanjutnya dipotong
menurut garis sisi bangunnya. Untuk menggunakan
tangram maupun pancagram adalah sama, yaitu menyusun
bangun geometri dari potongannya, tetapi tingkat kesulitan
masalah yang diajukan pada permainan dibedakan,
disesuaikan dengan tingkat kelas dan tingkat kemampuan
anak.

BAB III PENUTUP

16
3.1 Kesimpulan

Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan


perhatiannya padacara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar
teorinya bertumpu pada Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada
siswa-siswa, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu
menarik bagi siswa yang mempelajarinya. Ada enam tahap yang
berurutan belajar matematika menurut Dienes yaitu Free play, Games,
searching for communalities, representation, symbolization, formalization.
Adapun contoh implementasi dalam pembelajaran matematika
yaitu Pembelajaran teori dienes pada segitiga pascal, konsep matematika
dalam belajar menjumlah dan mengurang. Teori Dienes ini tentunya
memiliki beberapa kelemahan dan kelebihan, disamping itu juga
diimplikasikan guru ketika pemelajaran dikelas dan sangat bermanfaat
untuk pembelajaran matematika.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat ini banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan
terus memberbaiki makalah dari kritik dan saran yang ada dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan timbal balik berupa kritik dan saran dari
pembaca sekalia. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

17
Abrar, Andi I. 2013. Belajar Dienes dalam buku Al-Khwarizmi. Vol.1
Ratumanan,T.G. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa University
Press.
Ukhti, Raudhatul. 2013. Teori Dienes Dalam Pembelajaran Matematika.
Interaksi, 8(2), 126-133 N0 2.
http://ejournal.unira.ac.id/index.php/jurnal_interaksi/article/view/324/274

18

Anda mungkin juga menyukai