Anda di halaman 1dari 39

TEORI BELAJAR JEROME BRUNER DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA:
PENEMUAN KONSEP

Dosen pengampu : Dr. Rochmad, M.Si

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2020

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1


PENGANTAR ................................................................................................ 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4
A. Latar Belakang .......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 5
C. Tujuan ....................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6
A. Teori Belajar Jerome Bruner .................................................................... 6
B. Profil Jerome Bruner................................................................................. 17
C. Teori Belajar Jerome Bruner dalam Pembelajaran Matematika ............... 19
BAB III PENUTUP .................................................................................... 29
A. Simpulan ................................................................................................... 29
B. Saran… ..................................................................................................... 29
RANGKUMAN .............................................................................................. 30
LATIHAN ....................................................................................................... 31
A. Soal Pilihan Ganda ................................................................................... 31
B. Soal Uraian … .......................................................................................... 34
KUNCI JAWABAN ....................................................................................... 35
A. Kunci Jawaban Soal Pilihan Ganda .......................................................... 35
B. Kunci Jawaban Soal Uraian … ................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika berkaitan dengan gagasan (ide), peraturan, serta hubungan yang
disusun secara logis sehingga matematika berhubungan dengan konsep abstrak
(Hudoyo, 1990). Matematika adalah ilmu yang memiliki peran sangat penting
bagi kehidupan manusia. Matematika memberikan kontribusi yang sangat besar,
mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks, mulai dari yang abstrak hingga
yang sudah jelas bahkan hingga memecahkan masalah di segala bidang.
Matematika salah satu mata pelajaran yang telah diperkenalkan kepada siswa
sekolah dasar (SD) ke jenjang yang lebih tinggi (Universitas).
Belajar matematika sering dikaitkan dengan suasana monoton, dimana siswa
hanya bisa menerima pelajaran dari guru dan memiliki peran yang pasif.
Pembelajaran seperti ini harus dirubah dan diperbaiki dimana dapat diatasi dengan
perubahan pemikiran peserta didik, dimana nakan lebih baik ketika pembelajaran
berpusat pada siswa. Agar mampu memahami pengetahuan maka perlu diciptakan
suatu suasana yang menyenangkan sehingga membuat siswa berperan aktif,
kreatif, serta mandiri dalam proses pembelajaran. Untuk memudahkan siswa
dalam menguasai kompetensi, terutama dalam matematika, guru dapat melibatkan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dengan bantuan konsep yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Usaha-usaha yang mampu meningkatkan kemampuan siswa mencakup
beberapa faktor, seperti kurikulum dan metode belajar yang mana merupakan
komponen utama yang mampu membuat proses belajar menjadi lebih efektif dan
selaras dengan tujuan dari proses pembelajaran. Salah satu kharakteristik dari
pembelajaran matematika saat ini adalah didasarkan pada teori dari pembelajaran
psikologi yang mana sangat populer didiskusikan oleh para ahli pendidikan.
Dalam pembelajaran matematika, teori belajar yang dapat meningkatkan
aspek kognitif yaitu sangat bergantung pada pemahaman belajar secara
kontruktivisme, seperti discovery learning yang dikembangkan oleh Jerome
bruner dimana siswa belajar melalui pemahaman secara aktif bersamaan dengan

3
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru menghadapi siswa untuk
meningkatkan pengalaman dengan cara melibatkan aktifitas-aktifitas yang
mampu membuat mereka menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
berdasarkan pemahaman mereka sendiri.
Berdasarkan konsep dari Bruner, pembelajaran yang aktif diasosiasikan
dengan suatu ide terhadap discovery learning sehingga siswa dapat berinteraksi
dengan lingkungan mereka melalui eksplorasi dan manipulasi dari objek-objek,
dan menginvestigasi serta bereksperimen. Dengan menggunakan media, siswa
dapat dengan mudah memahami konsep yang mereka pelajari, karena belajar
mencakup aktifitas fisik ddan aktifitas mental yang dilihat, dirasa, dan
dimanipulasi yang mampu mencocokan kharakteristik dari siswa sekolah dasar
yang mempunyai ketertarikan secara kuat untuk mengeksplor situasi sekitar.
Setelah membaca teori belajar dari Bruner tersebut, maka munculah suatu
permasalahan yang menjadi inti dari pembahasan makalah tersebut. Dimana
diperoleh suatu pembahasan bagaimana kah kaitannya teori belajar Jerome Bruner
terhadap pembelajaran matematika sekolah dasar ?

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimanakah teori belajar yang dikembangkan oleh Jerome Bruner?
2. Bagaimana profil Jerome Bruner?
3. Bagaimanakah kaitannya teori belajar menurut Jerome Bruner terhadap
pembelajaran matematika?

C. Tujuan
1. Mengetahui teori belajar yang dikembangkan oleh Jerome Bruner.
2. Menjelaskan profil Jerome Bruner.
3. Mengetahui hubungan teori belajar menurut Jerome Bruner terhadap
pembelajar matematika.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Jerome Bruner


1. Teori Pendidikan Jerome Bruner: Dari awal hingga konsep terbaru
Sejak tahun 1960-an dan 1970-an secara langsung Jerome Bruner
merumuskan program-program pendidikan selama berdekade. Pandangan
awal Bruner (sekitar tahun 1970-an) merupakan suatu transmisi budaya.
Tujuan dari program tersebut adalah sebagai upaya “pemahaman disiplin”.
Dengan menekankan pemahaman daripada kinerja dari siswa, tidaklah cukup
untuk mendapatkan sebuah informasi; informasi atau pengetahuan haruslah
terstruktur sehingga individu dapat (a) memperluas dan memperdalam
pengetahuan mereka sehingga lebih efisien (b) melampaui apa dari ekspektasi
yang diinginkan dari hasil belajar. Sebagai metode untuk mencapai tujuan ini,
Bruner mengusulkan suatu konsep yang cukup terkenal “curriculum spiral”
dan “discovery learning”.
Bruner tampaknya berpikir bahwa disiplin akademin atau suatu topik
akademik memiliki kecenderungan untuk membangkitkan rasa ingin tahu
dalam diri manusia pada umumnya, termasuk anak-anak atau dalam hal ini
siswa sekolah. Bruner Mengatakan bahwa “interest can be created and
stimulated”, yang berarti bahwa mata pelajaran memiliki suatu daya tarik,
serta siswa tidak harus selalu berhubungan dengan suatu pengalaman sehari-
hari. Bruner juga mengatakan bahwa “intellectual activity anywhere is the
same, whether at them frontier of knowledge or in a third-grade classroom”
(Bruner, 1977). Dengan demikian, pendidik tidak perlu membuat mata
pelajaran atau topik lebih mudah diakses atau disesuaikan dengan kebutuhan
siswa.
Sebaliknya, mata pelajaran harus disajikan sesuai dengan struktur dari
disiplin ilmu yang efisien dan refleksi dari akumulasi rasa ingin tau dari
siswa. Seorang siswa, misalnya dalam pembelajaran matematika, dalam
skema ini siswa haruslah diperlakukan sebagai seorang ahli matematika
sehingga dapat mematisasi suatu persoalan. Mengacu pada sebuah preposisi

5
yang terkenal “any subject can be taught to anybody at any stage in some
form that is honest” (1962/1979, p. 108) dapat membantu dalam
memahami suatu konsep tertentu.
Bruner berpikir bahwa struktur disiplin akan memfasilitasi proses
pembelajaran, dan bahwa discovery learning dan curriculum spiral akan
memungkinkan siswa untuk menjadi peserta aktif dalam suatu pembelajaran,
sehingga akan membuat apa yang mereka pelajarai lebih bermakna. Bruner
mengatakan sebuah metode partisipatif dan model pembelajaran, dimana
daripada sekadar menerima informasi , pengetahuan, dan ketrampilan lebih
baik mencarinya.
Asumsi Bruner terkait belajar adala didasari pada suatu permasalahan
individu. Konsepsi tentang pemahaman juga termasuk kedalam apa yang
menjadi suatu bentuk meta-kognisi: kapasitas untuk memahami dan tidak
hanya konten tertentu saja namun juga proses psikologi atau intelektual dan
startegi dalam menggunakan suatu akuisisi konten. Dan juga Bruner
menjelaskan bahwa dicovery learning dilakukan dengan cara berikut
“Discovery teaching generally involves not so much the process of leading
students to discover what is ‘out there,’ but rather, their discovering what is
in their own heads” (Bruner, 1971, p. 72).
Sejak tahun 1950-an dan 1970-an, Bruner menyukai konsep-konsep
seperti struktur, discovery, intuitive thinking. Setelah tahun 1980-an, ia
menggunakan konsep-konsep budaya, menaing-making, narasi dan
intersubjektivitas. Akibatnya, Bruner terlihat kurang perduli dengan gagasan
pendidikan sebagai proses individu, dan bahwa belajar sebagai sebuah proses
prestasi eksklusif individu.
Bruner menunjukan pentingnya menciptakan rasa diri, dalam
pengalaman dalam setiap orang dan disekolah. Dia kemudian mengatakan
bahwa untuk memiliki rasa kepercayaan diri terdapat dua aspek yang penting.
Pertama adalah rasa memiliki lembaga. Kedua dan yang menjadi hal paling
penting yaitu bahwa perasaan bahwa seseorang dapat memulai dan
melaksanakan kegiatan secara mandiri.

6
Beberapa ciri khas teori belajar menurut Bruner adalah :
a. Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan.
Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita dapat melihat
bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungannya tetapi
dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
b. Menekankan pentingnya kesiapan untuk belajar.
Menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan–
ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang
untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
c. Menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan.
Nilai intuisi diharapkan akan dapat merumuskan teknik-teknik
intelektual (belajar) untuk sampai pada formulasi-formulasi tentative
tanpa melalui langkah-langkah analisis untuk mengetahui apakah
fomulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang benar.
d. Menekankan pentingnya motivasi atau keinginan untuk belajar dan cara-
cara yang tersedia untuk merangsang motivasi
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi
pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses
interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilaku, Bruner yakin bahwa
orang yang belajar akan berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif.
Perubahan tidak hanya terjadi pada lingkungan tetapi juga dalam diri orang
itu sendiri.
Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya
dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang
disimpan dan diperoleh sebelumnya. Model bruner ini mendekati struktur
kognitif Aussebel (belajar bermakna). Dengan menghadapi berbagai aspek
dari lingkungan, seseorang akan membentuk suatu struktur atau model yang
mengizinkannya untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun
suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.
Ada dua bagian penting dari teori belajar Bruner, yaitu :
1. Tahap-tahap dalam proses belajar
2. Teorema-teorema tentang cara belajar dan mengajar matematika

7
2. Dasar Teori Belajar dari Bruner
Sebagai seorang calon guru, kemungkinan kita akan terlibat secara
matematika dalam proses belajar siswa di sekolah. Keterlibatan ini membuat
pembelajaran matematika sangat penting. Karena matematika adalah ilmu
yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, matematika
memiliki peran dalam berbagai disiplin ilmu dan perkembangan pola pikir
manusia. Suatu tambahan terhadap konsep matematika perlu diberikan
kepada seluruh peserta didik dalam upaya untuk membekali siswa dalam
kemampuan beripikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan untuk bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan oleh
peserta didik sehingga dapat memiliki kemampuan untuk memperoleh,
mengolah, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan dalam suatu situasi
yang dapat selalu berubah, tidak pasti, dan kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif di masa yang akan datang. Itu akan
memberikan penguasaan awal matematika oleh siswa dan pembelajaran yang
dapat membuat siswa belajar menjadi lebih bermakna.
Secara umum, Gagne dan Briggs menjelaskan pembelajaran sebagai
upaya orang yang memiliki tujuan untuk membantu orang lain untuk belajar.
Secara lebih rinci Gagne mendefinisikan bawa belajar adalah suatu kumpulan
peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa
proses pembelajaran internal (Gredler, 1991).
Peristiwa belajar menurut Gagne disebut sembilan peristiwa
pembelajaran (model nine instructional event Gagne), yaitu :
1) Menarik perhatian siswa.
2) Memberi informasi kepada siswa tentang tujuan pembelajaran yang perlu
dicapai.
3) Menstimulasi daya ingat tentang prasyarat untuk belajar.
4) Menyajikan bahan pelajaran/presentasi.
5) Memberikan bimbingan dan bantuan belajar.
6) Memotivasi terjadinya kinerja atau prestasi.
7) Menyediakan umpan balik untuk memperbaiki kinerja.
8) Melakukan penilaian terhadap prestasi belajar.

8
9) Meningkatkan daya ingat siswa dan aplikasi pengetahuan yang telah
dipelajari. (Pribadi, 2009:46)
Berdasarkan teori Gagne, maka pembelajaran menggunakan modul
adalah rangkaian kegiatan belajar yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) modul menarik perhatian siswa karena tampilan dan isinya sehingga
siswa siap menerima pelajaran,
2) isi modul menerangkan tujuan pembelajaran, materi pelajaran, pedoman,
soal-soal latihan dan langkah/ prosedur penyelesaian sehingga
memperkuat daya ingat siswa dan aplikasi pengetahuan yang telah
dipelajari.
Pemahaman yang sama juga dikemukaan oleh Corey bahwa belajar
adalah suatu proses dimana seseorang dengan sengaja menciptakan suatu
lingkungan untuk berpartisipasi dalam kondisi tertentu atau menghasilkan
respon terhadap situasi tertentu. Atau lebih khusunya, belajar adalah bagian
khusus dari pendidikan yang pasti terjadi dan berlangsung.
Pendapat lain tentang pembelajaran disampaikan oleh Patricia L Smith
dan Tilman J. Ragan yang mengemukakan bahwa pembelajaran adalah
pengembangan dan penyampaian informasi dan kegiatan yang diciptakan
untuk memfasilitasi pencapaian tujuan yang spesifik. Miarso (2009: 144)
memaknai istilah pembelajaran sebagai aktivitas atau kegiatan yang berfokus
pada kondisi dan kepentingan pemelajar (learner centered) untuk
menggantikan istilah “pengajaran” yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang
berpusat pada guru (teacher centered). Miarso (2009 : 545) menjelaskan lebih
rinci definisi pembelajaran sebagai berikut: Pembelajaran adalah suatu usaha
yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi
perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Usaha ini dapat
dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki kemampuan dan
kompetensi dalam merancang atau mengembangkan sumber belajar yang
diperlukan.
Dalam KBBI, kata belajar berarti sebuah kata benda yang didefinisikan
sebagai “proses, cara, membuat orang atau makhluk hidup belajar”
(Depdikbud). Kata belajar ini diturunkan dari dari kata kerja belajar yang

9
berarti “berusaha untuk memperoleh kecerdasan atau pengetahuan,
mengubah perilaku atau tanggapan yang diperoleh dari pengalaman”.
Berdasarkan beberapa arti dari kata pembelajaran menunjukan bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses yang berpusat pada aktivfitas siswa
daripada berfokus pada kegiatan dan aktifitas guru. Oleh karena itu pada
dasarnya pembelajaran matematika adalah proses yang dirancang sengaja
dengan tujuan menciptakan suasana yang memungkinkan seseorang (siswa)
untuk melaksanakan kegiatan belajar matematika, dan proses ini berpusat
pada guru matematika. Pembelajaran matematika harus memberikan peluang
kepada siswa untuk berusaha dan mencari pengalaman tentang matematika.
Dalam batasan pengertian pembelajaran yang dilakukan di sekolah,
pembelajaran matematika dimaksudkan sebagai proses yang sengaja
dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
(kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika
sekolah. Dari pengertian tersebut jelas kiranya bahwa unsur pokok dalam
pembelajaran matematika adalah guru sebagai salah satu perancang proses,
proses yang sengaja dirancang selanjutnya disebut proses pembelajaran,
siswa sebagai pelaksanaan kegiatan belajar, dan matematika sekolah sebagai
objek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah satu bidang studi dalam
pelajaran.
Tujuan dari matematika sekolah yaitu untuk memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1. Memahami konsep-konsep matematika, menjelaskan keterkaitan dan
menerapkan konsep-konsep atau algoritma, fleksibel, akurat, efisien, dan
tepat daam pemacahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh

10
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki apresiasi kegunaan matematika dalam kehidupan, yang
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam belajar matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan kepribadian
dan pembentukan kemampuan berpikir yang bersandar pada hakikat
matematika, ini berarti hakikat matematika merupakan unsur utama dalam
pembelajaran matematika. Oleh karenanya hasil-hasil pembelajaran
matematika menampak kemampuan berpikir yang matematis dalam diri
siswa, yang bermuara pada kemampuan menggunakan matematika sebagai
bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah-msalah yang dihadapi dalam
kehidupannya. Hasil lain yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya
kepribadian yang baik dan kokoh.
Yang menjadi dasar ide J. Bruner, ialah pendapat dari Piaget yang
menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam kelas. Dalam
teori Bruner untuk menghasilkan suatu penemuan, siswa harus dapat
menghubungkan ide-ide matematis yang mereka miliki. Untuk
menghubungkan ide-ide tersebut, mereka dapat merepresentasikan ide
tersebut melalui gambar, grafik, simbol, ataupun kata-kata sehingga menjadi
lebih sederhana dan mudah dipahami.
Dasar pemikiran teori Bruner memandang bahwa manusia sebagai
pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar
merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk
menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa cara belajar yang
terbaik adalah dengan memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses
intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan.

11
3. Konsep Teori Belajar Bruner
Jerome S. Bruner adalah seorang psikolog (1915) dari Universitas
Harvard, Amerika Serikat yang telah merintis aliran psikologi kognitif yang
memberikan dorongan bagi pendidikan untuk memperhatikan pentingnya
berpikir secara kontruktivisme. Bruner memberikan banyak wawasan
terhadap perkembangan kognitif seseorang, yaitu bagaimana manusia belajar
atau menimba ilmu, menyimpan pengetahuan dan mengubah pengetahuan.
Alasan dari teori Bruner tersebut yaitu bahwa manusia adalah prosesor,
pemikir dan pencipta informasi. Bruner mengatkan bahwa belajar adalah
proses aktif yang memungkinkan orang untuk menemukan hal-hal baru di
luar informasi yang diberikan kepada mereka.
Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara
seseorang mengaturpesan atau informasi dan bukan ditentukan oleh umur.
Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang telah
dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran
atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi
baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki dan telah
terbentuk didalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan
pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Namun lebih dari
itu, belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Model belajar
kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai
model perceptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi
saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi atau materi pelajaran
menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara

12
terpisah-terpisah, akan kehilangan makna. Bruner memandang motivasi
sebagai kekuatan internal dalam proses belajar. Belajar adalah tujuan
langsung, proses mengalami, menemukan pengetahuan. Pandangan lain
Bruner yang patut diketengahkan adalah dunia model. Ia mengkonstruksi
dunia luar dalam bentuk dunia model. Melalui model memungkinkan
seseorang meramalkan dan melakukan intrapolasi dan ekstrapolasi
pengetahuan lebih lanjut. Intrapolasi adalah mencari posisi melalui penerapan
pengetahuan baru, sedangkan ekstrapolasi mencari bentuk lain dari informasi
yang diberikan. Pengetahuan bukan semata-mata refleksi pesan dari luar tapi
juga sebuah ide (konstruksi model) yang dapat menjelaskan gejala dan
peristiwadunia luar. Menurut model adalah pengharapan (ekspektasi) yang
keberadaannyamerupakan refleksi kecenderungan dari pengalaman-
pengalaman yang telah terorganisisr. Bahasa, ceritera, teori, pesan, diagram
dan lain-lain adalah contoh dari dunia model yang dibawa kedalam berbagai
bentuk dan perbuatan manusia.
Dalam teori belajarnya Jerome S Bruner berpendapat bahwa kegiatan
belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri
suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam teori kognitif terdapat
perspektif bahwa peserta didik memproses informasi dan pelajaran melalui
upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada, dengan
kata lain menekankan bagaimana informasi diproses. Bruner merupakan
salah satu peneliti yang mengembangkan teori belajar kognitif. Dalam hal ini,
bruner menekankan pada pengelompokan atau penyediaan bentuk konsep
sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh informasi
dari lingkungan.
Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar meliputi :
1. Proses memperoleh informasi baru, akuisisi informasi baru dapat terjadi
melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru tentang
materi yang diajarkan atau mendengarkan audiovisual dan lain-lain.

13
2. Proses transformasi informasi yang diterima, proses transformasi
pengetahuan adalah proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan
yang telah diterima agar sesuai dengan kebutuhan.
3. Pengujian relevansi dan akurasi dari pengetahuan. diterima dianalisis,
diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak untuk waktu
untuk dieksploitasi.
Menurut Bruner (dalam Hudoyo, 1990) belajar matematika adalah
belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam
materi yang dipelajari, dan untuk menemukan hubungan antara konsep-
konsep dan struktur matematika siswa harus dapat menemukan keteraturan
dengan bermain-main dengan materi yang berhubungan dengan keteraturan
intuitif yang telah dimilki oleh siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar,
harus terlibat aktif secara mental dan dapat mengenali konsep-konsep dan
struktur yang tercakup dalam materi yang sedang dibahas, sehingga siswa
akan memahami materi dan menguasainya. Hal ini menunjukkan bahwa
materi yang memiliki pola tertentu atau struktur akan lebih mudah dipahami
dan diingat oleh anak. Pembelajaran matematika harus dimulai dengan
pengenalan masalah kontekstual. Dengan berdasarkan pada masalah
kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai
konsep-konsep matematika. Untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran,
sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
Bruner, melalui teorinya, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar
anak harus diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda atau alat
peraga yang dirancang khusus dan dapat bermain-main dengan siswa dalam
memahami konsep matematika. Melalui alat peraga, anak akan melihat
langsung bagaimana keteraturan dan struktur yang terkandung dalam objek
yang dipelajari. Keteraturan ini kemudian dihubungkan dengan intuitif yang
telah melekat pada diri seorang anak. Peran guru dalam organisasi pelajaran,
(a) perlu untuk memahami materi pelajaran, (b) pentingnya belajar aktif, satu
dapat menemukan konsep diri mereka sebagai dasar untuk memahami dengan
benar, (c) pentingnya penalaran induktif.

14
Dengan demikian, dalam rangka untuk mengembangkan keterampilan
intelektual anak (konsep matematika), materi pelajaran harus disajikan
dengan memperhatikan tahap kognitif pembangunan / pengetahuan anak
sehingga pengetahuan yang dapat terinternalisasi dalam pikiran seseorang
(kognitif struktur). Proses internalisasi akan berlangsung dengan cara yang
nyata (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan
yang dipelajari dipelajari dalam tiga tahap Model yaitu model tahap enactive,
model ikonik dan model tahap simbolik.
Ketika Ulasan tiga model presentasi dikenal sebagai teori Belajar Bruner,
dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Model Tahap Enaktive
Pada tahap ini kegiatan pembelajaran dilakukan melalui tindakan
anak secara langsung dan terlibat dalam memanipulasi (mengutak-atik)
objek. Pada tahap ini anak belajar pengetahuan secara aktif,
menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi nyata,
pada tahap ini anak juga belum menggunakan imajinasi mereka.
2. Model Tahap Iconic
Pada tahap ini, kegiatan presentasi ini didasarkan pada pikiran
internal di mana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar atau
grafik dengan anak, berkaitan dengan representasi mental dari objek yang
dimanipulasi. Anak-anak tidak secara langsung memanipulasi objek.
Tahap ikonik, merupakan tahap belajar pengetahuan di mana
pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk imagines visual, gambar,
atau diagram yang menggambarkan situasi konkret yang terkandung
dalam enactive tersebut. Bahasa menjadi lebih penting sebagai media
pemikiran. Kemudian untuk mencapai masa transisi dan menggunakan
representasi ikonik berdasarkan representasi simbolis dari sensasi
berdasarkan pemikiran abstrak.
3. Model Tahap Symbolic
Pada tahap ini merupakan tahap pola dasar simbolik, anak
memanipulasi simbol-simbol dari objek tertentu. Anak tidak lagi terikat
dengan benda-benda seperti dalam tahap sebelumnya. Anak-anak pada

15
tahap ini telah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan pada
objek nyata. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran diwakili dalam
bentuk simbol-simbol abstrak, simbol arbitrase digunakan sesuai dengan
kesepakatan dari orang-orang di bidang yang bersangkutan, baik simbol
verbal (misalnya huruf, kata, kalimat), simbol matematika, serta simbol
abstrak lainnya.
Dengan demikian teori belajar penemuan Bruner sangat
menyarankan keaktifan siswa dalam proses belajar secara penuh untuk
bisa menemukan kembali berdasarkan interaksi yang dilakukannya
dengan lingkungannya melalui serentetan pengalamanpengalaman yang
lampau.

B. Profil Jerome Bruner


Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi
belajar kognitif. Pendekatannya tentag psikologi adalah elektik. Penelitiannya
yang demikian banyak meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berpikir.
Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir
dan pencipta informasi.
Mengenai daftar riwayat hidup dan perjalanan karirnya, tokoh yang memiliki
nama lengkap Jerome Seymour Bruner ini, dilahirkan di New York City pada
tanggal 1 Oktober 1915. Ia berkebangsaan Amerika. Bruner menyelesaikan
pendidikan sarjana di Duke University di mana ia menerima gelar sarjananya
(B.A) pada tahun 1937. Selanjutnya, Bruner belajar psikologi di Harvard
University dan mendapat gelar doktornya pada tahun 1939 dan mendapat gelar
Ph.D. Pada tahun 1939 dibawah bimbingan Gordon Allport. Pendekatannya
tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya meliputi persepsi manusia,
motivasi, belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, Bruner
mengganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi.
Bruner menerbitkan artikel psikologis pertama yang berisi tentang mempelajari
pengaruh ekstrak timus pada perilaku seksual tikus betina. Pada tahun 1941, tesis
doktornya berjudul "A Psychological Analysis of International Radio Broadcasts
of Belligerent Nations". Setelah menyelesaikan program doktornya, Bruner

16
memasuki Angkatan Darat Amerika Serikat dan bertugas di Divisi Warfare
Psikologis dari Markas Agung Sekutu Expeditory Angkatan Eropa komite di
bawah Eisenhower, meneliti fenomena psikologi sosial di mana karyanya
berfokus pada propaganda (subyek tesis doktornya) serta opini publik di Amerika
Serikat. Dia adalah editor Public Opinion Quarterly (1943-1944).
Pada tahun 1945, Bruner kembali ke Harvard sebagai profesor psikologi dan
sangat terlibat dalam penelitian yang berkaitan dengan psikologi kognitif dan
psikologi pendidikan. Ia dengan cepat naik pangkat dari dosen menjadi profesor
pada tahun 1952. Dia berperan penting dalam membangun Path Breaking Center
For Cognitive Studies pada tahun 1960 menjabat sebagai direktur pada tahun
1972. Lalu pada tahun 1964-1965 ia terpilih dan menjabat sebagai presiden dari
American Psychological Association. Pada tahun 1970, Bruner meninggalkan
Harvard untuk mengajar di Universitas Oxford di Inggris. Dia kembali ke
Amerika Serikat pada tahun 1980 untuk melanjutkan penelitian di bidang
psikologi perkembangan. Pada tahun 1972, Bruner berlayar melintasi Atlantik.
Hal ini dikarenakan untuk mengambil posisi Watts Professor of Experimental
Psychology at Oxford University.
Pada tahun 1991, Bruner bergabung dengan fakultas di New York University
Law School, di mana ia saat masih mengajar disana. Pekerjaan pertamanya di
NYU Law School terlibat dalam program seminar tentang Teori Praktek Hukum,
yaitu upaya untuk mempelajari bagaimana hukum dipraktekkan dan bagaimana
prakteknya dapat dipahami dengan menggunakan alat yang dikembangkan dalam
linguistik antropologi, psikologi, dan teori sastra "(Bruner biografi, 2000). Pada
saat Ia menekuni bidang tersebut, ia menjadi sangat tertarik dalam mempelajari
bagaimana psikologi mempengaruhi praktek hokum. Sepanjang karirnya, Bruner
telah dianugerahi gelar doktor kehormatan dari Yale dan Columbia, serta
perguruan tinggi dan universitas di lokasi seperti Sorbonne, Berlin, dan Roma,
dan merupakan Fellow dari American Academy of Arts dan Ilmu.
Jerome Seymour Bruner Meninggal pada 5 Juni 2016, dikarenakan usia yang
cukup tua yakni 98 tahun atau hamper 1 abad. Bruner meninggal di kota yang
sama seperti kota kelahirannya yaitu di New York City, New York, Amerika
Serikat.

17
Dari pemaparan di atas, terlihat jelas bahwa Jerome S Bruner merupakan ahli
psikologi perkembangan dan khususnya psikologi kognitif, yang tidak diragukan
lagi. Hal ini terlihat jelas dari riwayat hidupnya, dan kontribusi yang dilakukan
Bruner dalam mengembangkan penelitiannya tentang psikologi kognitif. Kiprah
dan pengalaman yang sangat luas mengenai psikologi telah membawanya pada
banyak penghargaan yang diterimanya. Penelitian-penelitian yang dilakukan
Jerome S Bruner, mampu membuktikan dan memunculkan teori baru, yang
kemudian teori itu memiliki ciri khas sendiri, dan berbeda dengan teori
sebelumnya, inilah yang dinamakan teori kognitif menurut pandangan Jerome S
Bruner. Yaitu menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta
informasi.

C. Teori Belajar Jerome Bruner dalam Pembelajaran Matematika


Dalam teori belajar Bruner, tampak bahwa tiga tahap proses pembelajaran
menjadi bagian terpenting dalam proses pembelajaran. Contoh dari tiga tahap di
atas ditampilkan disini, dalam mempelajari jumlah dua bilangan, pembelajaran
akan terjadi secara optimal jika siswa pertama belajar dengan menggunakan
benda-benda konkret (misalnya menggabungkan 3 kelereng dengan 2 kelereng,
dan kemudian menghitung jumlah semua kelereng yang termasuk pada tahap
enactive). Kemudian, kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan menggunakan
gambar atau diagram yang mewakili 3 kelereng dan 2 kelereng (dan kemudian
menghitung jumlah semua kelereng, menggunakan gambar atau diagram / tahap
ikonik, siswa dapat melakukan penjumlahan dengan menggunakan citra visual
(imagenary visual) dari kelereng. Pada tahap berikutnya dari tahap simbolik,
siswa melakukan penjumlahan angka menggunakan simbol nomor, yaitu: 3 + 2 =
5.
Contoh lain dari 3 tahapan dalam Teori Belajar Bruner yaitu guru akan
mengajarkan konsep perkalian dengan menggunakan bantuan objek yaitu sapi.
Tahap Enaktif, kita membawa siswa kita ke perternakan sapi, dengan
mengamati dan bermain-main dengan 3 ekor sapi, maka diperoleh bahwa
jumlah kepala 3
jumlah ekor 3

18
jumlah telinga 6
jumlah kaki 12
Tahap Ikonik, guru memberikan tiga gambar sapi:

jumlah kepala 3
jumlah ekor 3
jumlah telinga 6
jumlah kaki 12
Tahap Simbolik, dapat ditulis kalimat perkalian yang sesuai untuk tiga ekor
sapi berdasarkan pengamatan yaitu :
 kepala, maka jumlah kepala =3x1
 ekor, maka jumlah ekor =3x1
 telinga, maka jumlah telinga =3x2
 kaki, maka jumlah kaki =3x4
berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
3 x 1 = 3, 3 x 2 = 6 dan 3 x 4 = 12.

Brunner mengajukan bahwa dalam pembelajaran di sekolah hendaknya


meliputi:
1) Pengalaman-pengalaman opimal untuk mau dan dapat belajar.
Pembelajaran dari segi siswa membantu siswa dalam hal mencari
alternative pemecahan masalah. Dalam mencari masalah melalui
penyelidikan dan penemuan serta cara pemecahannya dibutuhkan adanya
aktivitas, pemeliharaan dan pengarahan. Artinya bahwa kegiatan belajar akan
berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan
atau kesimpulan tertentu.

2) Penstrukturan Pengetahuan untuk Pemahaman optimal.

19
Pembelajaran hendaknya dapat memberikan struktur yang jelas dari
suatu pengetahuan yang dipelajari anak – anak. Dengan perkataan lain, anak
dibimbing dalam memahami sesuatu dari yang paling khusus (deduktif)
menuju yang paling kompleks (induktif), bukan konsep yang lebih dahulu
diajarkan, tetapi contoh kongkrit dari kejujuran itu sendiri.
3) Bentuk dan pemberian reinforsemen.
Beliau berpendapat bahwa seorang murid belajar dengan cara menemui
struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep
dengan mengasingkan benda-benda mengikut ciri-ciri persamaan dan
perbedaan. Selain itu, pengajaran didasarkan kepada perangsang murid
terhadap konsep itu dengan pengetahuan yang ada. Misalnya, anak-anak
membentuk konsep segiempat dengan mengenal segiempat mempunyai 4 sisi
dan memasukkan semua bentuk bersisi empat kedalam kategori
segiempat,dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori
segitiga.
Menurut Bruner, proses belajar akan berlangsung secara optimal jika
proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian jika tahap
belajar yang pertama ini telah dirasa cukup, siswa beralih ke kegiatan belajar
tahap kedua, yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi
ikonik, dan selanjutnya, kegiatan belajar itu diteruskan dengan kegiatan
belajar tahap ketiga yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus
representasi simbolik.
Menurut Brunner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar
penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan
lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan
meningkatkan penalaran dan kemampuan bepikir secara bebas daan melatih
keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan
masalah.
Dalam teori perkembangan kognitif, Bruner mengusulkan teorema atau dalil-
dalil yang berkaitan dengan pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil
eksperimen dan observasi yang dilakukan oleh Bruner dan Kenney, pada tahun

20
1963 disajikan empat teorema yang berkaitan dengan pengajaran matematika
Keempat teorema adalah:
1. Contruction Teorema
Dalam teorema konstruksi dikatakan bahwa cara terbaik bagi siswa untuk
belajar dalam matematika adalah membangun atau menulis representasi dari
konsep atau prinsip. Siswa yang lebih dewasa mungkin dapat memahami
konsep atau sesuatu prinsip dalam matematika hanya dengan menganalisis
representasi yang disampaikan oleh guru mereka. Namun, bagi sebagian
besar siswa, terutama bagi siswa yang lebih muda, proses belajar akan lebih
baik atau melekat jika siswa membangun representasi mereka sendiri dari apa
yang dipelajari. Alasannya adalah bahwa jika siswa dapat membangun
representasi mereka sendiri mereka akan lebih mudah untuk menemukan
konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang terkandung dalam representasi,
sehingga mereka kemudian akan mampu mengingat hal-hal ini dan
menerapkannya dalam situasi yang tepat.
Dalam proses merumuskan dan membangun atau menyusun ide-ide, jika
disertai dengan bantuan benda konkrit mereka lebih mudah untuk mengingat
ide-ide ini. Dengan demikian, anak lebih mudah untuk menerapkan ide-ide
dalam situasi nyata secara tepat. Seperti dijelaskan dalam deskripsi mode
representasional, akan lebih baik jika siswa menggunakan representasi
konkret yang memungkinkan siswa untuk aktif, tidak hanya secara intelektual
aktif (mental) tetapi juga secara fisik.
Sebagai contoh untuk memahami konsep penjumlahan misalnya 5 + 4 =
9, siswa dapat melakukan dua langkah berturut-turut, 5 kotak dan 4 kotak,
cara lain dapat diwakili oleh garis jumlah dan nomor. Dengan mengulangi hal
yang sama untuk dua nomor lainnya anak-anak akan memahami konsep
penjumlahan dengan pemahaman yang mendalam.

2. Teorema Notasi
Menurut teorema notasi, representasi bahan matematika akan lebih
mudah dipahami oleh siswa jika dalam representasi digunakan notasi sesuai
dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Sebagai contoh, untuk siswa

21
SD, yang umumnya masih dalam tahap operasi konkrit, dapat diberikan tugas
seperti berikut; "menentukan nomor yang, jika ditambahkan 3 akan
menghasilkan 8", sehingga akan lebih tepat jika direpresentasikan dalam
bentuk yang diberikan ... + 3 = 8 atau + 3 = 8 atau 3 = 8.
Mengingat notasi adalah secara berurutan dari yang paling sederhana
sampai yang paling sulit. Representasi dalam matematika adalah pendekatan
spiral. Dalam pendekatan spiral setiap ide matematika disajikan secara
sistematis dengan menggunakan notasi bertingkat. Pada tahap awal notasi
yang sederhana, diikuti dengan notasi berikutnya yang lebih kompleks.

3. Teorema Kontras dan Variasi


Dalam teorema kontras dan variasi Bruner berpendapat bahwa konsep
matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa jika konsep ini kontras
dengan konsep lainnya, sehingga perbedaan antara konsep satu dan konsep
lainnya menjadi jelas. Sebagai contoh, siswa memahami konsep bilangan
prima akan lebih baik bila bilangan prima dibandingkan dengan angka bukan
prima. Dengan membandingkan satu konsep dengan konsep yang lain,
perbedaan dan hubungan (jika ada) antara satu konsep dan satu lagi menjadi
jelas. Misalnya, dengan membandingkan konsep persegi dengan konsep
persegi panjang menjadi jelas bahwa setiap persegi, tentu saja, persegi
panjang, sedangkan persegi panjang belum tentu persegi.
Selain itu, teorema ini juga menyatakan bahwa pemahaman siswa tentang
konsep matematika juga akan lebih baik jika konsep tersebut dijelaskan
dengan menggunakan berbagai contoh. Misalnya, dalam mempelajari konsep
persegi panjang, persegi panjang harus ditampilkan dengan contoh-contoh
yang berbeda-beda. Sebagai contoh, ada empat persegi panjang dari posisi
yang berbeda-beda (beberapa di antaranya memiliki dua sisi horizontal dan
dua sisi vertikal, beberapa miring, dll), ada persegi panjang yang berbeda
pada panjang dan lebar yang mencolok, dan ada yang i panjang dan lebar
hampir sama, bahkan ada yang panjang persegi panjang dan lebarnya yang
sama. Dengan menggunakan contoh bervariasi seperti itu, sifat-sifat atau ciri-

22
ciri dari persegi panjang akan dipahami dengan baik. Dari berbagai contoh
siswa akan dapat memahami bahwa konsep dapat diwakili oleh contoh-
contoh spesifik. Meskipun contoh-contoh spesifik berbeda satu sama lain,
semua ini (semua kasus) memiliki fitur umum yang sama.

4. Teorema Konektivitas
Di dalam teorema konektivitas disebutkan bahwa setiap konsep, setiap
prinsip, dan setiap ketrampilan dalam matematika berhubungan dengan
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan ketrampilan-ketrampilan yang lain.
Adanya hubungan antara konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
ketrampilan ketrampilan itu menyebabkan struktur dari setiap cabang
matematika menjadi jelas. Adanya hubungan-hubungan itu juga membantu
guru dan pihak-pihak lain (misalnya penyusun kurikulum, penulis buku, dan
lain-lain) dalam upaya untuk menyusun program pembelajaran bagi siswa.
Dalam pembelajaran matematika, tugas guru bukan hanya membantu
siswa dalam memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip serta memiliki
ketrampilan-ketrampilan tertentu, tetapi juga membantu siswa dalam
memahami hubungan antara konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
ketrampilan-ketrampilan tersebut. Dengan memahami hubungan antara
bagian yang satu dengan bagian yang lain dari matematika, pemahaman siswa
terhadap struktur dan isi matematika menjadi lebih utuh.
Perlu dijelaskan bahwa keempat dalil tersebut di atas tidak dimaksudkan
untuk diterapkan satu per satu seperti di atas. Dalam penerapan (implementasi),
dua dalil atau lebih dapat diterapkan secara bersaa dalam proses pembelajaran
sesuatu materi matematika tertentu. Hal tersebut bergantung pada karakteristik
dari materi atau topik matematika yang dipelajari dan karakteristik dari siswa yang
belajar. Misalnya konsep Dalil Pythagoras diperlukan untuk menentukan Tripel
Pythagoras (nilai tiga sisi pada suatu segitiga siku-siku).
Guru perlu menjelaskan bagaimana hubungan antara sesuatu yang sedang
dijelaskan dengan objek atau rumus lain. Apakah hubungan itu dalam kesamaan
rumus yang digunakan, sama-sama dapat digunakan dalam bidang aplikasi atau
dalam hal-hal lainnya.

23
Dengan menggunakan teori Bruner dalam matematika. Ada beberapa contoh
yang berkaitan dengan konsep. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan teori
belajar Bruner dalam proses belajar matematika.
 Belajar untuk Menemukan Luas Segitiga
Setiap siswa ditugaskan untuk memotong kertas dan membentuk
segitiga. Kemudian mereka ditugaskan untuk melipat sesuka mereka
sehingga membentuk persegi panjang. Guru tidak harus mengatakan di mana
flip atau bagaimana untuk melipatnya.

Siswa ditugaskan untuk membandingkan luas dari benda yang dibuat dari
kertas tadi terhadap bentuk awalnya, sehingga dengan diskusi yang dilakukan
oleh para siswa diharapkan siswa dapat menemukan konsep dari Luas
Segitiga tersebut.
Model segitiga yang pertama memiliki bentu-bentuk yang berbeda untuk
setiap siswa sehingga jelaslah tidak ditemukan kemiripan pada segitiga
tersebut. Siswa ditugaskan untuk membahas keragaman dan kesamaan model

24
segitiga tersebut agar mereka menemukan bahwa luas segitiga adalah dua kali
luas persegi panjang
= 2 × (12 t)× (12 a)=12
Setiap siswa ditugaskan untuk memotong kertas untuk membentuk
segitiga. Kemudian mereka ditugaskan untuk melipat segitiga melalui salah
satu garis lipatan. Mereka ditugaskan untuk mencatat segitiga yang terbentuk
jika yang dilipatan adalah salah satu sisi segitiga. Lipatan dibuat 1, 2, 3, 4, ....
dan seterusnya. Siswa diberi kebebasan untuk mengkomunikasikan hasil-
hasil mereka terhadap banyaknya lipatan yang dilakukan secara terus
menerus.
Setelah strukturisasi mengajar selesai, "pengalaman belajar" berfungsi
sebagai bagian dari pengembangan konsep yang dalam tahap belajar siswa
adalah tahap membangun konsep atau prinsip. Setelah dianggap cukup, maka
perlu untuk melanjutkan pelatihan untuk memperkuat konstruksi.
 Belajar Menemukan Konsep Luas Persegi Panjang
Jika Anda menjadi guru matematika sekolah dasar, dan akan
mengajarkan materi pengurangan, bagaimana Anda menyampaikan materi
tersebut berdasarkan tahap pembelajaran yang dikemukakan oleh Jerome
Bruner ?
Untuk menjelaskan materi luas persegi panjang berdasarkan tahap
pembelajaran Jerome Bruner dapat dilakukan berdasarkan pada langkah-
langkah pembelajaran berikut :
Tahap Enaktif
Pada tahap ini guru dapat membantu siswa dengan cara mengarahkan
untuk mengukur atau menghitung panjang dan lebar bangun persegi panjang
yang tersusun dari petak-petak satuan berikut :
Siswa mengisi tabel yang tersedia sesuai dengan hasil perhitungan
 .

25

Gambar Panjang Lebar


1 2 1
2 4 2
3 8 4

Tahap Ikonik
Pada tahap ikonik guru dapat guru mengarahkan siswa untuk menghitung
banyaknya satuan persegi panjang dengan cara membilang dan kemudian
dibimbing untuk menemukan hubungan anatara satuan panjang dan lebar
untuk menemukan luas bangun.
No. Gambar persegi panjang Luas yang Banyak Banyak Hubungan
dihitung satuan satuan antara satuan
dari ukuran ukuran panjang
membilang panjang lebar (l) dengan
banyak (p) satuan lebar
satuan
persegi (L)
1

26
Tahap Simbolik
Pada tahap simbolik guru meminta siswa untuk mengeneralisasikan
untuk menentukan rumus luas daerah persegi panjang. Jika simbolis ukuran
panjang adalah p, ukuran lebarnya adalah l, dan luas daerah persegi panjang
adalah L, mala rumus luas persegi panjang dapat digeneralisasi menjadi.

Maka berdasarkan gambar tersebut jawaban yang diharapkan yaitu


𝐿= 𝑝×𝑙
Jadi, luas persegi panjang adalah ukuran panjang dikali dengan ukuran lebar.

27
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Teori belajar Bruner yang mana disebut sebagai discovery learning sangat
sesuai jika diterapkan di dalam proses pembelajaran matematika. Ini sangat
membantu siswa untuk membangun pemahaman mereka sendiri tentang suatu
konsep didalam matematika. Lebih lagi, dengan menggunakan teori belajar
Bruner, konsep bahwa siswa-siswa dapat mengingat apa yang dipelajari dengan
jangka waktu yang lebih lama. Menerapkan teori Bruner dalam pembelajaran
dapat diselesaikan dengan (1) memberikan dan mempresentasikan contoh-contoh
dan bukan contoh untuk setiap konsep (2) membantu siswa untuk melihat
hubungan diantara konsep-konsep (3) memberikan satu pertanyaan dan
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan jawaban dari pemahaman
mereka sendiri (4) mengundang dan mendorong siswa untuk memberikan opini-
opini didasarkan pada intuisi mereka (5) tidak memberikan komentar pada
jawaban pertama siswa (6) menyadari bahwa tidak semua materi didalam konsep
matematika dapat diajarkan dengan menggunakan metode discovery learning.

B. SARAN
Pada teori Bruner yaitu pada metode discovery learning, setiap guru harus
menyadari bahwa tidak setiap materi dapat menggunakan metode tersebut.
Sehingga penggunakan dari teroi yang diungkapkan oleh Bruner harus
disesuaikan oleh materi yang akan diajarkan. Kemudian pada tahap penemuan
konsep dalam setiap materi matematika, guru harus mempertimbangkan
kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa tersebut. Sehingga contoh yang
diberikan dalam proses penemuan konsep dapat diterima dengan baik oleh siswa
dan tidak menemui kendala.

28
RANGKUMAN

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung


hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2)
transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk
menyatakan kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah
yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner. Ketiga cara itu
ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.
1. Model Tahap Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung
terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar
sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan
menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata, pada
penyajian ini anak tanpa menggunakan imajinasinya atau kata-kata.
2. Model Tahap Ikonik
Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual
imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret yang
terdapat pada tahap enaktif. Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan
pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-
gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan
gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
3. Model Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbul-simbul
atau lambang-lambang objek tertentu. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu
simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam
bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-
kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang
abstrak yang lain.

29
SOAL LATIHAN

A. Soal Pilihan Ganda


1. Teori belajar kontrukstivisme memiliki beberapa tujuan, kecuali …
A. Menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan
B. Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan
C. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya
D. Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan

2. Tanggal berapa Jerome Seymour Bruner dilahirkan?


A. 5 Juni 1915
B. 1 Oktober 1915
C. 10 Oktober 1915
D. 1 November 1915

3. Pada tahun berapakah Bruner mendapatkan gelar Doktor sebagai Ph.D?


A. 1939
B. 1946
C. 1942
D. 1937

4. Bruner adalah salah satu tokoh pencetus …


A. Teori Behaviorisme
B. Teori Belajar Kognitif
C. Teori Konstruktivisme
D. Teori Discovery learning

5. Supaya memberikan hasil yang baik dalam belajar matematika menurut


Bruner, sebaiknya anak diarahkan pada penyusunan ....
A. latihan soal.
B. contoh-contoh soal.

30
C. latihan yang bersifat drill.
D. konsep-konsep dan struktur-struktur yang teratur.

6. Dalam tahap enaktif, seorang anak diarahkan untuk ....


A. memanipulasi simbol-simbol atau notasi objeknya.
B. memanipulasi secara langsung objek-objeknya.
C. memanipulasi secara mental gambaran-gambaran objeknya.
D. merumuskan notasi atau simbol dari objeknya.

7. Dalam belajar matematika anak sudah melibatkan mental yang merupakan


gambaran dari objek-objek, dan tak perlu lagi memanipulasi objek secara
langsung. Pernyataan tersebut merupakan ciri dari belajar pada ….
A. tahap enaktif.
B. tahap ikonik.
C. tahap simbolik.
D. tahap operasi konkret.

8. Penyajian pelajaran yang dilakukan dengan cara memperagakan atau


menunjukkan suatu tindakan disebut model penyajian ….
A. enaktif.
B. ikonik.
C. simbolik.
D. spiral.

9. Pembelajaran akan terjadi secara optimal jika siswa pertama belajar dengan
menggunakan benda-benda.....
A. Konkret
B. Kiasan
C. Khayalan
D. Animasi

31
10. Menurut Bruner, proses belajar akan berlangsung secara optimal jika proses
pembelajaran diawali dengan tahap.....
A. Simbolik
B. Belajar
C. Enaktif
D. Ikonik

11. Dalam teorema konstruksi dikatakan bahwa cara terbaik bagi siswa untuk
belajar dalam matematika adalah membangun atau menulis representasi
dari...
A. Masalah
B. Konsep
C. Materi
D. Kesimpulan

12. Dalam pendekatan spiral setiap ide matematika disajikan secara sistematis
dengan menggunakan notasi.....
A. Bertingkat
B. Menurun
C. Monoton
D. Tetap

13. Untuk menyajikan suatu konsep dengan cara pengontrasan dapat dilakukan
dengan ....
A. latihan soal.
B. contoh-contoh soal.
C. menyajikan contoh dan bukan contoh.
D. latihan yang bersifat drill.

14. Bruner terkenal dengan metode penemuannya, penemuan yang dimaksudkan


di sini adalah ….
A. menemukan hal yang sifatnya baru sama sekali.

32
B. menemukan kembali konsep, sifatnya tidak baru sama sekali.
C. menemukan setelah terlebih dahulu diberitahu oleh gurunya.
D. menemukan konsep sesuai contoh yang diberikan guru.

15. Belajar penemuan akan terjadi bila dalam proses belajar guru ....
A. menciptakan situasi swa yang problematik.
B. menyajikan contoh-contoh.
C. menyajikan materi secara utuh.
D. meminta siswa menghubungkan konsep-konsep.

B. Soal Uraian
1. Sebutkan dan jelaskan ciri khas teori belajar menurut Bruner!
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan teori Bruner?
3. Mengapa Bruner lebih menekankan pemahaman daripada kinerja dari siswa?
4. Jelaskan pengertian pembelajaran!
5. Sebut dan jelaskan tiga tahapan dalam teori Belajar Bruner!
6. Sebut dan jelaskan proses kognitif yang terjadi dalam belajar!
7. Bruner mengusulkan teorema atau dalil-dalil yang berkaitan dengan
pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil eksperimen dan observasi yang
dilakukan oleh Bruner dan Kenney, pada tahun 1963 disajikan empat teorema
yang berkaitan dengan pengajaran matematika. Sebutkan keempat teorema
tersebut!
8. Sebutkan salah satu contoh penerapan Teorema Kontras dan Variasi!
9. Mengapa sebagian besar siswa, terutama bagi siswa yang lebih muda, proses
belajar akan lebih baik atau melekat jika siswa membangun representasi
mereka sendiri dari apa yang dipelajari?
10. Sebutkan beberapa contoh penggunaan teori belajar Bruner dalam proses
belajar matematika!

33
KUNCI JAWABAN

A. Jawaban Soal Pilihan Ganda


1. C. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejutkan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya
2. B. 1 Oktober 1915
3. A. 1939
4. D. Teori Discovery Learning
5. D. konsep-konsep dan struktur-struktur yang teratur.
6. B. memanipulasi secara langsung objek-objeknya.
7. B. tahap ikonik
8. A. enaktif
9. A. Konkret
10. C. Enaktif
11. B. Konsep
12. A. Bertingkat
13. C. menyajikan contoh dan bukan contoh.
14. B. menemukan kembali konsep, sifatnya tidak baru sama sekali.
15. A. menciptakan situasi swa yang problematik.

B. Jawaban Soal Uraian


1. Ciri khas teori belajar menurut Bruner antara lain:
a. Mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan.
Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita dapat melihat
bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungannya tetapi
dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
b. Menekankan pentingnya kesiapan untuk belajar.
Menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan–
ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang
untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
c. Menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan.

34
Nilai intuisi diharapkan akan dapat merumuskan teknik-teknik
intelektual (belajar) untuk sampai pada formulasi-formulasi tentative
tanpa melalui langkah-langkah analisis untuk mengetahui apakah
fomulasi-formulasi itu merupakan kesimpulan-kesimpulan yang benar.
d. Menekankan pentingnya motivasi atau keinginan untuk belajar dan cara-
cara yang tersedia untuk merangsang motivasi.
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi
pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses
interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilaku, Bruner yakin
bahwa orang yang belajar akan berinteraksi dengan lingkungannya
secara aktif. Perubahan tidak hanya terjadi pada lingkungan tetapi juga
dalam diri orang itu sendiri. Asumsi kedua adalah bahwa orang
mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang
masuk dengan informasi yang disimpan dan diperoleh sebelumnya.
Model bruner ini mendekati struktur kognitif Aussebel (belajar
bermakna).
2. Kelebihan dan kekurangan teori Bruner:
Kelebihan teori Bruner:
 Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah
bermakna.
 Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah
diingat.
 Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab
yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan
pengetahuan yang diterima.
 Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri
oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
 Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam
menciptakan motivasi belajar.
 Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara
bebas.

35
Kekurangan teori Bruner:
 Teori belajar ini menuntut peserta didik untuk memiliki kesiapan dan
kematangan mental. Peserta didik harus berani dan berkeinginan
mengetahuai keadaan disekitarnya. Jika tidak memiliki keberanian dan
keinginan tentu proses belajar akan gagal.
 Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang
terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan
kekaburan atas materi yang dipelajari.
3. Bruner lebih menekankan pemahaman daripada kinerja dari siswa karena
dengan menekankan pemahaman daripada kinerja dari siswa, tidaklah cukup
untuk mendapatkan sebuah informasi; informasi atau pengetahuan haruslah
terstruktur sehingga individu dapat (a) memperluas dan memperdalam
pengetahuan mereka sehingga lebih efisien (b) melampaui apa dari ekspektasi
yang diinginkan dari hasil belajar.
4. Pembelajaran merupakan suatu proses yang berpusat pada aktivfitas siswa
daripada berfokus pada kegiatan dan aktifitas guru.
5. Tiga tahapan dalam teori Belajar Bruner adalah sebagai berikut:
a. Model Tahap Enaktive, Pada tahap ini kegiatan pembelajaran
dilakukan melalui tindakan anak secara langsung dan terlibat dalam
memanipulasi (mengutak-atik) objek.
b. Model Tahap Iconic, Pada tahap ini, kegiatan presentasi ini didasarkan
pada pikiran internal di mana pengetahuan disajikan melalui serangkaian
gambar atau grafik dengan anak, berkaitan dengan representasi mental
dari objek yang dimanipulasi
c. Model Tahap Symbolic, Pada tahap ini merupakan tahap pola dasar
simbolik, anak memanipulasi simbol-simbol dari objek tertentu.
6. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar meliputi :
a. Proses memperoleh informasi baru, akuisisi informasi baru dapat terjadi
melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru tentang
materi yang diajarkan atau mendengarkan audiovisual dan lain-lain.

36
b. Proses transformasi informasi yang diterima, proses transformasi
pengetahuan adalah proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan
yang telah diterima agar sesuai dengan kebutuhan.
c. Pengujian relevansi dan akurasi dari pengetahuan. diterima dianalisis,
diproses atau diubah menjadi konsep yang lebih abstrak untuk waktu
untuk dieksploitasi.
7. Empat teorema yang berkaitan dengan pengajaran matematika: Contruction
Teorema, Teorema Notasi, Teorema Kontras dan Variasi, Konektivitas
Teorema.
8. Siswa memahami konsep bilangan prima akan lebih baik bila bilangan prima
dibandingkan dengan angka bukan prima. Dengan membandingkan satu
konsep dengan konsep yang lain, perbedaan dan hubungan (jika ada) antara
satu konsep dan satu lagi menjadi jelas.
9. Alasannya adalah bahwa jika siswa dapat membangun representasi mereka
sendiri mereka akan lebih mudah untuk menemukan konsep-konsep atau
prinsip-prinsip yang terkandung dalam representasi, sehingga mereka
kemudian akan mampu mengingat.
10. Beberapa contoh penggunaan teori belajar Bruner dalam proses belajar
matematika yaitu saat belajar menemukan luas segitiga dan dalam
menentukan konsep luas persegi panjang.

DAFTAR PUSTAKA

Bruner, J. (1971). The relevance of education. New York, NY: Norton & Co.
Bruner, J. (1977). The process of education. Cambridge, MA: Harvard University
Press. (Original work published in 1960)
Bruner, J. (1979). On knowing: Essays for the left hand. Cambridge, MA: Belknap
Press. (Original work published in 1962)
Gredler, Margaret E.Bell (1991). Belajar dan Membelajarkan. Jakarta:Rajawali.

37
https://made82math.files.wordpress.com/2013/10/aplikasi-teori-bruner-dalam-
pembelajaran-matematika-di-tingkat-sd.pdf. Di unduh pada tanggal 23
Februari 2018 Pkl 12.22 WIB.
Hudoyo,Herman. (1990). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP
Malang.
Miarso Y.et.al. (1986). Definisi Teknologi Pendidikan satuan Tugas Definisi dan
Terminologi AECT. Jakarta: Rajawali.
Sutawijaya, Akbar. (1997) Pemecahan Masalah Dalam Pembelajatran Matematika.
Makalah Seminar Nasional Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pendidikan
Matematika dalam Era Globalisasi. Program Pasca Sarjana: IKIP Malang.
https://en.wikipedia.org/wiki/Jerome_Bruner
https://ninamath.wordpress.com/2013/03/14/teori-belajar-bruner-biografi/
https://www.membumikanpendidikan.com/2015/02/biografi-jerome-s-bruner-
seorang.html
http://kharitsaaulia.blogspot.com/
http://anwar-math.blogspot.com/2014/10/kelebihan-dan-kekurangan-teori-
bruner.html
Hawa, Siti. Teori Belajar Bruner. Diperoleh 7 Februari 2019, dari :
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PengembanganPembelajaranMatematika_UNI
T_1_0.pdf
Yusri, A.Y., & Arifin, Sadriwanti. 27 Sepetember 2018. Desain Pembelajaran
Kooperatif Berbasis Teori Bruner Untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Matematika. Diperoleh 8 Februari 2019, dari :
https://media.neliti.com/media/publications/265174-none-8f2254e6.pdf
http://digilib.unila.ac.id/2257/8/Bab%202.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/8078/5/Bab2.pdf
Hawa, Siti. 2008. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas.

38
39

Anda mungkin juga menyukai