Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang
melimpahkan

taufik

dan

hidayah-Nya

kepada

penulis

sehingga

dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul Perkembangan pengajaran Matematika


Masa Kini di Tingkatan MI dengan baik dan tepat pada waktunya.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan limpahkan keharibaan
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. sebaik-baiknya insan lintang pemimpin
bagi umat manusia karena berkat beliaulah kita masih dapat merasakan nikmatnya
Islam.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Dosen Pengampu Ibu
Tri Sumarni, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam
penyusunan makalah ini.
Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan karena tidak ada
kesempurnaan sedikitpun di dunia ini. Penulis berharap kritik dan saran dari
pembaca untuk lebih memotivasi penulis kedepan dalam membuat makalah.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin...

Belitang, Juni 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................

BAB II

1
1
2

PEMBAHASAN
2.1 Teori Pembelajaran Matematika di SD/MI................................
2.2 Pengajaran Matematika Modern di SD/Mi................................
2.3 Perkembangan Pengajaran Matematika Masa Kini di
Tingkatan SD/MI........................................................................

3
12
13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..............................................................................
3.2 Saran ........................................................................................

15
15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

16

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengajaran matematika hendaknya diarahkan agar siswa mampu secara
mandiri menyelesaikan masalah-masalah matematika ataupun masalah-masalah
yang

lain

yang

diselesaikan

dengan

bantuan

matematika.Untuk

lebih

meningkatkan kemampuan diri sebagai pengajar profesional, guru perlu


mengetahui teori belajar yang dikemukakan beberapa ahli pendidikan dan
aplikasinya dalam pembelajaran matematika.
Tidak hanya tingkat kedalaman konsep yang diberikan kepada siswa tetapi
harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara penyampaian materi pun
demikian pula. Guru harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan
bagaimana pengajaran yang harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap
perkembangan

tersebut.

Pengajaran

yang

tidak

memperhatikan

tahap

perkembangan mental siswa besar kemungkinan akan mengakibatkan siswa


mengalami kesulitan, karena apa yang disajikan pada siswa tidak sesuai dengan
kemampuan dalam menyerap materi yang diberikan.
Begitu pentingnya pengetahuan tentang teori belajar dalam sistem
penyampaiaan materi dalam kelas, sehingga setiap metode pengajaran harus selalu
disesuaikan dengan teori-teori belajar yang dikemukakan oleh ahli pendidikan.
Beberapa

teori

belajar

psikologi

diaplikasikan

dalam

pendidikan,

dan

diungkapkan bagaimana implikasinya dalam pengajaran matematika.


1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan teori pembelajaran matematika di SD/MI?
2. Bagaimana pengajaran matematika modern di SD/MI?
3. Jelaskan perkembangan pengajaran matematika masa kini di tingkatan
SD/MI?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui teori pembelajaran matematika di SD/MI.
2. Untuk mengetahui pengajaran matematika modern di SD/MI.
1

3. Untuk mengetahui perkembangan pengajaran matematika masa kini di


tingkatan SD/MI.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Pembelajaran Matematika di SD/MI


Dalam pembelajaran matematika, guru perlu memahami teori-teori
belajar. Yang nantinya itulah yang dijadikan pedoman dalam membuat suatu
metode pembelajaran. Ada beberapa teori-teori pembelajaran matematika di
SD/MI yang diungkapkan oleh para ahli.
1.

Teori Belajar Menurut Jerome S. Brunner


Teori ini menyatakan bahwa :
Belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran di
arahkan kepada konsep-konsep dan stuktur yang termuat dalam pokok
bahasan yang diajarkan dan dengan menggunakan alat peraga serta
diperlukannya keaktifan siswa tersebut.1
Brunner mengemukakan bahwa dalam proses belajar siswa
melewati 3 tahap yaitu :
a. Tahap Enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi
objek. Yaitu dengan menggunakan benda-benda yang konkrit atau
peritiwa yang biasa terjadi.
Contoh : Budi mempunyai 2 pinsil, kemudian ibunya memberikannya
lagi 3 pinsil.
Berapa banyak pinsil Budi sekarang ?
b. Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan dilakukan siswa berhubungan dengan
mental, di mana siswa mengubah, menandai, dan menyimpan
peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental. Misalnya dengan
membayangkan dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang

1)

Anwar.A.S. Diktat Psikologi Pembelajaran Matematika.Yogyakarta : 2009. Hlm. 21

dialaminya, walaupun benda tersebut tidak ada dihadapannya lagi atau


dengan menggunakan gambar.
Contoh : !! + !!! =
c. Tahap Simbolik
Dalam tahap ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut
dalam bentuk simpul dan bahasa. Anak tidak terikat lagi dengan
3

objek-objek pada tahap sebelumnya dan sudah mampu menggunakan


notasi tanpa ketergantungan terhadap objek real.
Contoh : 2 pinsil + 3 pinsil
= pinsil
Berdasarkan hasil pengamatannya, Brunner merumuskan 5
teorema dalam pembelajaran matematika, yaitu :
1) Teorema Penyusunan
Menerangkan bahwa cara yang terbaik memulai belajar suatu konsep
matematika, dalil, defenisi, dan semacamnya adalah dengan cara
menyusun penyajiannya. Misalnya dalam mempelajari penjumlahan
bilangan positif dan negatif siswa mencoba sendiri dengan
menggunakan garis bilangan.
2) Teorema Notasi
Menerangkan bahwa dalam pengajaran suatu konsep, penggunaan
notasi-notasi matematika harus diberikan secara bertahap, dari yang
sederhana ke yang lebih kompleks.
3) Teorema Pengkontrasan dan Keanekaragaman
Menerangkan bahwa pengontrasan dan keanekaragaman sangat
penting dalam melakukan pengubahan konsep matematika dari yang
konkrit ke yang lebih abstrak. Dalam hal ini diperlukan banyak contoh.
Contoh yang diberikan harus sesuai dengan rumusan yang diberikan.
Misalnya menjelaskan persegi panjang, disertai juga kemungkinan
jajaran genjang dan segi empat lainnya selain persegi panjnag. Dengan
demikian siswa dapat membedakan apakah segi empat yang diberikan
padanya termasuk persegi panjang atau tidak.
4) Teorema Pengaitan
Menerangkan bahwa dalam matematika terdapat hubungan yang
berkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Di mana materi
yang satu merupakan prasyarat yang harus diketahui untuk
mempelajari materi yang lain.
2.

Teori Belajar Menurut Van Hiele


Teori ini menyatakan bahwa :
Tiga unsur utama dalam pengajaran geometri, yaitu waktu, materi
pengajaran dan metode pengajaran yang diterapkan, jika secara terpadu

akan dapat meningkatkan kemapuan berfikir siswa kepada tingkatan


berfikir yang lebih tinggi.2
Van Hiele menyatakan bahwa terdapat 5 tahap belajar siswa dalam
belajar geometri, yaitu :
a. Tahap Pengenalan
Pada tahap ini siswa mulai belajar mengenal suatu bangun geometri
secara keseluruhan namun belum mampu mengetahui adanya sifatsifat dari bangun geometri yang dilihatnya.
b. Tahap Analisis
Pada tahap ini siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki
bangun geometri yang diamatinya.
c. Tahap Pengurutan
Pada tahap ini siswa sudah mengenal dan memahami sifat-sifat suatu
bangun geometri serta sudah dapat mengurutkan bangun-bangun
geometri yang satu sama yang lainnya saling berhubungan.
d. Tahap Deduksi
Pada tahap ini siswa telah mampu menarik kesimpulan secara
deduktif, yaitu menarik kesimpulan yang bersifat umum dan menuju
ke hal yang bersifat khusus serta dapat mengambil kesimpulan.
2)

Anwar.A.S. Diktat Psikologi Pembelajaran Matematika.Yogyakarta : 2009. Hlm.56

e. Tahap Akurasi
Pada tahap ini siswa mulai menyadari pentingnya ketepatan prinsipprinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Tahap berfikir ini
merupakan tahap berfikir yang paling tinggi, rumit, dan kompleks,
karena di luar jangkauan usia anak-anak SD sampai tingakat SMP.
3.

Teori Belajar Menurut William Brownell


Teori ini menyatakan bahwa :
Belajar matematika merupakan belajar bermakna, dalam arti setiap
konsep yang dipelajari harus benar-benar dimengerti sebelum sampai
pada latihan atau hafalan.3
Brownell mengemukakan tentang Teori Makna (Meaning Theory)
sebagai pengganti Teori Latihan Hafal/Ulangan (Drill Theory).
Intisari dari teori Drill adalah :
5

a.

Matematika untuk tujuan pembelajaran dianalisis sebagai kumpulan

b.

fakta yang berdiri sendiri dan tidak saling berkaitan.


Anak diharuskan menguasai unsur-unsur yang banyak sekali tanpa

c.

diperhatikan pengertiannya.
Anak mempelajari unsur-unsur dalam bentuk seperti yang akan

d.

digunakan nanti dalam kesempatan lain.


Anak akan mencapai tujuan ini secara efektif dan efisien dengan
melalui pengulangan.
Brownell mengemukakan ada 3 keberatan utama berkenaan dengan

teori Drill dalam pengajaran matematika, yaitu :


a.

Teori drill memberikan tugas yang harus dipelajari siswa yang hampir

b.

tidak mungkin dicapai.


Keberatan yang lainnya berkaitan dengan reaksi yang dihasilkan oleh
drill.

3)

Anwar. A.S. Diktat Psikologi Pembelajaran Matematika.Yogyakarta : 2009. Hlm. 35

c.

Tidak

memadai

dalam

pengajaran

aritmatika,

karena

tidak

menyediakan kegiatan untuk berfikir secara kuantitatif.


Sedangkan intisari dari teori makna adalah :
a. Anak harus melihat makna dari apa yang dipelajarinya.
b. Teori drill dipakai setelah konsep, prisip, dan proses telah dipahami
oleh siswa.
c. Mengembangkan kemampuan berfikir dalam situasi kuantitatif.
d. Program aritmatika membahas tentang pentingnya dan makna dari
4.

bilangan.
Teori Belajar Menurut Van Eugen
Teori ini menyatakan bahwa :
Tujuan pengajaran aritmatika adalah untuk membantu anak
memahami suatu simbol yang mewakili suatu himpunan, kejadian, dam
serentetan kegiatan yang diberi simbol itu harus langsung dialami oleh
anak.
Van Eugen (1949), seorang penganut teori makna mengatakan
bahwa dalam situasi yang bermakna selalu terdapat 3 unsur, yaitu :
a. Ada suatu kejadian (event), benda (object), atau tindakan (action).

b. Adanya simbol (lambang/notasi/gambar) yang digunakan sebagai


penyataan yang mewakili unsur pertama di atas.
c. Adanya individu yang menafsirkan simbol-simbol yang mengacu
kepada unsur pertama di atas.
Van Eugen membedakan makna (meaning) dan mengerti
(understanding),. Mengerti mengacu pada sesuatu yang dimiliki oleh
individu. Individu yang mengerti telah memiliki hubungan sebab akibat,
implikasi logis dan sebaris pemikiran yang mengandungkan dua atau lebih
pernyataan secata logis makna adalah sesuatu yang dibaca dari sebuah
simbol oleh seorang anak. Dengan kata lain anak menyadari bahwa simbol
adalah sesuatu pengganti suatu objek.

5.

Teori Belajar Menurut Prof. Robert M. Gagne


Teori ini menyatakan bahwa :
Dalam pembelajaran matematika di SD diperlukan objek belajar
matematika dan tipe-tipe belajar.
1.

Objek Belajar Matematika


Menurut Gagne bahwa dalam belajar matematika dua objek yaitu
objek langsung dan objek tidak langsung. Objek tidak langsung
mencangkup kemampuan menyelidik, memecahkan masalah, disiplin

diri, bersikap positif, dan tahu bagaimana semestinya belajar.


2. Tipe-Tipe Belajar
Telah dibedakan ke dalam 8 tipe belajar yang terurut
kesukarannya dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks.
Urutan ke 8 tipe belajar itu adalah :
a. Belajar isyarat (signal learning), yaitu belajar sesuatu yang tidak
disengaja.
b. Belajar stimulus respon (stimulus responses learning), yaitu
belajar sesuatu dengan sengaja dan responnya adalah jasmani.
c. Rangkaian gerak (motor learning), yaitu belajar dalam bentuk
perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus
respon.

d. Rangkaian verbal, yaitu berupa perbuatan lisan terurut dari dua


kegiatan atau lebih stimulus respon.
e. Belajar membedakan, yaitu belajar memisahkan rangkaian yang
bervariasi. Ada dua macam belajar membedakan, yaitu :
1) Membedakan tunggal, yaitu berupa pengertian siswa terhadap
suatu lambang.
2) Membedakan jamak, yaitu membedakan beberapa lambang
tertentu.
f. Belajar konsep ( concept learning), yaitu belajar atau melihat sifat
bersama dari suatu benda atau peristiwa.
g. Belajar aturan (rule learning), yaitu memberikan respon terhadap
semua stimulus dengan segala macam perbuatan.
h. Pemecahan masalah (problem solving), yaitu masalah bagi siswa
bila sesuatu itu baru dikenalnya tetapi siswa telah memiliki
prasyarat hanya siswa belum tahu proses algoritmanya.
6.

Teori Belajar Menurut Zoltan P. Dienes


Teori ini menyatakan bahwa :
Tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan
dalam bentuk yang konkrit akan dapat dipahami dengan baik dan benda
atau objek dalam bentuk pemainan akan sangat berperan bila dimanipulasi
dengan baik dalam pengajaran matematika.
Dalam konsepnya itu, Dienes membagi tahap-tahap belajar dalam
6 tahap, yaitu :
a. Permainan Bebas (Free Play)
Yaitu dengan melakukan aktifitas yang tidak berstruktur dan tidak
diarahkan. Di mana siswa mengadakan percobaan yang mengotak-atik
benda-benda konkrit dan abstrak dari unsur yang sedang dipelajarinya
itu.
b. Permainan yang Disertai Aturan (Games)
Siswa meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep
tertentu.
c. Permainan Kesamaan Sifat (Searching for comunities)

Siswa diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan


dalam permainan yang sedang diikuti.
d. Representasi (Representasi)
Yaitu tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi yang
sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep
tertentu yang bersifat abstrak. Dengan demikian telah mengarah pada
pengertian struktur matematika yang sifatnya abtrak yang terdapat
dalam konsep yang sedang dipelajari.
e. Simbolisasi (Symbolization)
Yaitu merumuskan representasi dari
f.

setiap

konsep

dengan

menggunakan simbol matematika.


Formalisasi (Formalization)
Dalam hal ini siswa dituntut untuk menurutkan sifat-sifat konsep dan
kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut.

7.

Teori Belajar Menurut Jean Peaget


Teori ini menyatakan bahwa :
Jika kita akan memberikan pelajaran tentang sesuatu kepada anak
didik, maka kita harus memperhatikan tingkat perkembangan berfikir
anak tersebut.
Dengan teori belajar yang disebut Teori Perkembangan Mental
Anak (Mental atau Intelektual dan Kognitif) atau ada pula yang
menyebutnya Teori Tingkat Perkembangan Berfikir Anak telah membagi
tahapan kemampuan berfikir anak menjadi empat tahapan yaitu :
a.
b.
c.
d.

Tahap sensori motorik (dari lahir sampai usia 2 tahun)


Tahap operasional awal/piaoperasi (usia 2 sampai 7 tahun)
Tahap operasional/operasi konkrit (usia 7 sampai 11/12 tahun)
Tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas)
Jadi, agar pelajaran matematika di SD/MI dapat dimengerti oleh

para siswa dengan baik, maka seyogianya mengajarkan sesuatu bahasan


harus diberikan kepada siswa yang sudah siap untuk dapat menerimanya.
Tahapan perkembangan intelektual atau berfikir siswa di SD/MI dalam
Pembelajran Matematika yaitu :
a. Kekekalan Bilangan (Banyak)

Bila anak telah memahami kekekalan bilangan, amak ia akan


mengerti bahwa banyaknya benda-benda itu akan tetap walaupun
letaknya berbeda-beda. Konsep kekekalan bilangan umumnya dicapai
oleh siswa usia 6 sampai 7 tahun.
b. Kekekalan Materi (Zat)
Anak baru bisa memahami yang sama atau berbeda itu dari satu
sudut pandang yang tampak olehnya. Belum bisa melihat perbedaan atau
persamaan dari dua karakteristik atau lebih. Hukum kekekalan materi
umumnya dicapai oleh siswa usia 7 sampai 8 tahun.
c.

Kekekalan panjang
Konsep kekekalan panjang umumnya dicapai oleh siswa usia 8

sampai 9 tahun.
d. Kekekalan luas
Hukum kekekalan luas umumnya dicapai oleh siswa usia 8 sampai
9 tahun.
e. Kekekalan berat
Hukum kekekalan berat umumnya dicapai oleh siswa usia 9
sampai 10 tahun.
f. Kekekalan isi
Usia sekitar 14-15 tahun atau 11-14 tahun anak sudah memiliki
hukum kekekalan isi.
g. Tingkat pemahaman
Tingkat pemahaman di usia SD masih mengalami kesulitan
merumuskan defenisi dengan kata-katanya sendiri. Mereka belum dapat
membuktikan dalil secara baik.
8.

Teori Belajar Menurut Edward L. Thondike


Teori belajar ini menyatakan bahwa :
Pada hakekatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan
antara stimulus dan respon dan belajar lebih berhasil bila respon siswa
terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan.

10

2.2 Pengajaran Matematika Modern di SD/MI


Pengajaran matematika modern di SD/MI resminya dimulai setelah adanya
kurikulum 1975. Model pembelajaran matematika modern ini muncul karena
adanya kemajuan teknologi, di Amerika Serikat perasaan adanya kekurangan
orang-orang yang mampu menangani sejata, rudal dan roket sangat sedikit,
mendorong munculnya pembaharuan pembelajaran matematika. Selain itu
penemuan-penemuan teori belajar mengajar oleh J. Piaget, W Brownell, J.P
Guilford, J.S Bruner, Z.P Dienes, D.Ausubel, R.M Gagne dan lain-lain semakin
memperkuat arus perubahan model pembelajaran matematika.
W Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan
belajar bermakna dan berpengertian. Teori ini sesuai dengan terori Gestalt yang
muncul sekitar tahun 1930, dimana Gestalt menengaskan bahwa latihan hafal atau
yang sering disebut drill adalah sangat penting dalam pengajaran namun
diterapkan setalah tertanam pengertian pada siswa.4
Dua hal tersebut di atas memperngaruhi perkembangan pembelajaran
matematika dalam negeri, berbagai kelemahan seolah nampak jelas, pembelajaran
kurang menekankan pada pengertian, kurang adanya kontinuitas, kurang
merangsang anak untuk ingin tahu, dan lain sebagainya. Ditambah lagi
masyarakat dihadapkan pada kemajuan teknologi. Akhirnya Pemerintah
merancang program pembelajaran yang dapat menutupi kelemanahn-kelemahan
tersebut, munculah kurikulum 1975 dimana matematika saat itu mempnyai
karakteristik sebagai berikut ;
1. Memuat topik-topik dan pendekatan baru. Topik-topik baru yang muncul
adalah himpunan,

statistik dan probabilitas, relasi, sistem numerasi kuno,

penulisan lambang bilangan non desimal.


2. Pembelajaran lebih menekankan pembelajaran

bermakna

dan

berpengertian dari pada hafalan dan ketrampilan berhitung.


3. Program matematika sekolah dasar dan sekolah menengah lebih continue

11

4)

Ruseffendi. Materi Pokok Pendidikan Matematika 3, Jakarta, Universitas terbuka : 1996.

Hlm. 41

4. Pengenalan penekanan pembelajaran pada struktur


5. Programnya dapat melayani kelompok anak-anak yang kemampuannya
hetrogen.
6. Menggunakan bahasa yang lebih tepat.
7. Pusat pengajaran pada murid tidak pada guru.
8. Metode pembelajaran menggunakan meode menemukan, memecahkan
masalah dan teknik diskusi.
9. Pengajaran matematika lebih hidup dan menarik.
2.4 Perkembangan Pengajaran Matematika Masa Kini di Tingkatan SD/MI
Pembelajaran matematika masa kini adalah pembelajaran era 1980-an. Hal
ini merupakan gerakan revolusi matematika kedua, walaupun tidak sedahsyat
pada revolusi matematika pertama atau matematika modern. Revolusi ini diawali
oleh kekhawatiran negara maju yang akan disusul oleh negara-negara terbelakang
saat itu, seperti Jerman barat, Jepang, Korea, dan Taiwan. Pengajaran matematika
ditandai oleh beberapa hal yaitu adanya kemajuan teknologi muthakir seperti
kalkulator dan komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri tersebut berpengaruh terhadap
matematika dalam negeri. Di dalam negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching
kurikulum baru, yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan
kurikulum baru tersebut antara lain, adanya sarat materi, perbedaan kemajuan
pendidikan antar daerah dari segi teknologi, adanya perbedaan kesenjangan antara
program kurikulum di satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan
dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap kemampuan anak
didik. Dan, CBSA (cara belajar siswa aktif) menjadi karakter yang begitu melekat
erat dalam kurikulum tersebut.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi aritmatika sosial,
sementara untuk siswa sekolah menengah atas diberi materi baru seperti
komputer. Hal lain yang menjadi perhatian dalam kurikulum tersebut, adalah

12

bahan bahan baru yang sesuai dengan tuntutan di lapangan, permainan geometri
yang mampu mengaktifkan siswa juga disajikan dalam kurikulum ini.
Sementara itu langkah-langkah agar pelaksanaan kurikulum berhasil
adalah melakukan hal-hal sebagai berikut ;
1. Guru supaya meningkatkan profesinalisme
2. Dalam buku paket harus dimasukkan kegiatan yang menggunakan
kalkulator dan
Iomputer
3. Sikronisasi dan kesinambungan pembelajaran dari sekolah dasar dan
sekolah lanjutan
4. Pengevaluasian hasil pembelajaran
5. Prinsip CBSA di pelihara terus5

13

5)

Idris Hatta. Matematika Kurikulum 2004, Makalah Seminar di HMJ Matematika FKIP
UMS : 2004. Hlm. 29

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan matematika masa depan itu tanggung jawab bersama dan
berada ditangan matematikawan sendiri. Matematika merupakan pondasi yang
perlu ditanamkan sejak dini (sejak SD). Kalau sejak dini siswa tak suka
matematika, maka mereka tidak akan pernah suka matematika. Salah satu
karakteristik matematika adalah diterapkan atau diaplikasikan dalam bidang ilmu
lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak lepas dari peranan matematika. Ketika ada sebuah penelitian untuk
membuat sesuatu yang baru atau untuk mengembangkan suatu hal yang telah ada,
maka matematika digunakan ketika melakukan penelitian. Mulai perumusan
masalah, pengumpulan data dan fakta, penggambaran dan pengolahan data serta
penganalisisan data sampai penarikan kesimpulannya. Ketika ada masalah belajar
maka perlu adanya penyelesaian atau solusi. Kondisi seperti ini matematika
digunakan melalui investigasi dan problem solving. Kedua hal tersebut
merupakan jantungnya matematika untuk membantu siswa meningkatkan
kemampuan menemukan, menganalisis, dan membuktikan serta dapat memebantu
siswa menyelesaiakan masalah yang berbeda-beda sesuai dengan situasinya.
3.2 Saran
Suka atau tidak suka seseorang terhadap matematika, namun tidak dapat
dihindari bahwa hidupnya akan senantiasa bertemu dengan matematika, entah itu
dalam pembelajaran formal, non formal maupun dalam kehidupan praktis seharihari. Matematika merupakan alat bantu kehidupan dan pelayan bagi ilmu-ilmu
yang lain, seperti fisika, kimia, biologi, astronomi, teknik, ekonomi, farmasi
maupun matematika sendiri. Untuk itu hendaknya di mulai dari tingkat SD/MI
14

seseorang harus mulai mengenal matematika dan mempelajarinya karena


matematika sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

A.S.Anwar.(2009). Diktat Psikologi Pembelajaran Matematika.Yogyakarta


Darhim, Drs, 1997, Pendidikan Matematika 2, Jakarta, Universitas Terbuka

Hatta, Idris, 2004, Matematika Kurikulum 2004, Makalah Seminar di HMJ


Matematika FKIP UMS

Ruseffendi, 1996, Materi Pokok Pendidikan Matematika 3, Jakarta, Universitas


terbuka

http://arya-witari.blogspot.co.id/2012/05/perkembangan-pembelajaranmatematika.html (Diakses pada hari Selasa tanggal 14 Juni 2016 pukul 07.30
WIB)
http://miftakhulhuda64.blogspot.co.id/2012/12/teori-belajar-matematikapembelajaran.html (Diakses pada hari Selasa tanggal 14 Juni 2016 pukul
07.50 WIB)

15

Anda mungkin juga menyukai