Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PYTHAGORAS DAN RENE DESCARTES

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Sejarah Matematika
Dosen pengampu :
Dyashih Alin Sholihah, M. Pd.

Disusun oleh :
Fita Nurhana ( 171400003)
Siti Rohayati (161400001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Assalaamu`alaikum Wr.Wb.
Puji syukur senantiasa kita ucapkan kepada Allah SWT yang mana atas berkat
dan pertolongan-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PYTHAGORAS dan RENE DESCARTES” . Dan saya menyelesaikan makalah ini
sesuai dengan waktu yang di tentukan.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan –
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.Akhir kata, penulis ucapkan
terimakasih semoga makalah ini dapat di beri berkah oleh Allah SWT sehingga dapat
memberikan manfaat.
Wassalaamu`alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 18 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................2


DAFTAR ISI ...........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................4
A. Latar Belakang ............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................5
A. Pythagoras ...................................................................................................................5
B. Rene Descartes..........................................................................................................13
BAB III PENUTUP .............................................................................................................19
A. Kesimpulan ...............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Matematika telah hadir ribuan tahun sebelum masehi atau bahkan


keberadaannya sudah ada sejak zaman prasejarah. Matematika sebagai salah
satu ilmu pasti terus berkembang sampai saat ini, tentunya perkembangan
tersebut hadir hingga saat ini tidak lain karena jasa para tokoh atau ilmuan
matematika dari masa ke masa.
Para tokoh atau ilmuan matematika dari zaman terdahulu (ilmuan matematika
kuno) yang menjadi inspirasi bagi para ilmuan matematika modern, salah
satunya adalah pythagoras. Pythagoras sangat masyhur dikalangan
matematikawan dengan “teorema pythagoras”-nya. Oleh karenanya untuk
mengenal lebih jauh tokoh-tokoh matematika yang banyak pengaruh dalam
perkembangan matematika akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang akan dikaji diantaranya:
1. Bagaimana riwayat hidup pythagoras dan penemuan-penemuan atau karya-
karyanya ?
2. Bagaimana riwayat hidup rene descartes dan karya-karyanya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pythagoras
1. Biografi Pythagoras

Pythagoras lahir pada tahun 570 SM, dipulau samos, di daerah


lonia. Pythagoras (582 SM - 496 SM, Bahasa yunani) merupakan seorang
matematikawan dan filsuf yunani yang berbeda dari filsuf-filsuf lain. Dia
dikenal melalui teoremanya. Dikenal sebagai “bapak bilangan”, dia
memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan ajaran
keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak
begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai
dirinya.
Pythagoras adalah anak mnesarchus, seorang pedagang yang
berasal dari Tyre. Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah
teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari
segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat dari sisi-sisi siku-sikunya.
Walaupun fakta didalam teorema ini telah banyak diketahui sebelum
lahirnya Pythagoras, namun teorema ini di kreditkan kepada Pythagoras
karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara
matematis.
Dalam tradisi yunani diceritakan bahwa ia banyak melakukan
perjalanan, diantaranya ke Mesir. Perjalanan Pythagoras ke mesir
merupakan salah satu bentuk usahanya untuk berguru, menimba ilmu,
pada imam-imam di Mesir.konon, karena kecerdasannya yang luar biasa,
para imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima
Pythagoras sebagai murid. Namun pada akhirnya ia diterima sebagai
murid oleh para imam di thole. Di tempat ini ia belajar berbagai macam
misteri. Selain itu Pythagoras juga berguru pada imam-imam caldei untuk
belajar astronomi. Ia juga berguru kepada para imam phonesia untuk
belajar logistic dan geometri, sedangkan kepada para magi, ia belajar
ritus-ritus mistik. Dalam perjumpaannya dengan Zarathustra, ia belajar
teori pahlawan.
Selepas berkelana mencari ilmu, Pythagoras kembali ke samos dan
meneruskan pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak
polycartes, penguasa tiran di samos. Kira-kira pada tahun 530, karena
tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos polycartes, ia berpindah ke
kota kroton di italia selatan. Di kota ini, Pythagoras mendirikan sebuah
tarekat beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “kaum
pythagoren”.dikroton didirikan sebuah perkumpulan agama yang disebut-
sebut orang kaum Pythagoras, perkumpulan itu menjadi sebuah terikat.
Kaum ini diorganisasi menurut aturan-aturan hidup bersama dan setiap
orang wajib menaatinya. Diantara para pengikut Pythagoras dikemudian
hari berkembang dua aliran. Aliran pertama disebut akusmatikoi (akusma
artinya apa yang telah didengar, peraturan) mereka mengindahkan
penyucian dengan mentaati semua peraturan secara saksama. Aliran
kedua disebut mathematikoi (mathematis artinya ilmu pengetahuan),
mereka mengutamakan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pasti.
2. Ajaran Pythagoras
Metempsikosis

Dalam fresko Sekolah Athena karya Raffaello Sanzio, Pythagoras


digambarkan sedang menulis dalam sebuah buku sementara seorang
pemuda menunjukkan kepadanya gambar alat musik lira di atas tetraktis
yang dianggap suci dalam kepercayaan pythagoreanisme.

Walaupun isi ajaran Pythagoras tidak diketahui secara pasti,


gagasan-gagasan utamanya secara garis besar masih dapat direkonstruksi.
Aristoteles banyak menulis soal ajaran Pythagorean, tetapi tidak
menyebut Pythagoras secara langsung. Salah satu doktrin utama
Pythagoras adalah metempsikosis, yaitu keyakinan bahwa semua jiwa itu
abadi, dan setelah kematian jiwa pindah ke tubuh yang baru. Ajaran ini
disebutkan oleh Xenofanes, Ion dari Kios, dan Herodotos. Namun,
mekanisme atau cara jiwa berpindah ke tubuh lain tidak diketahui secara
pasti.
Empedokles menyinggung dalam salah satu puisinya bahwa
Pythagoras mungkin pernah mengklaim punya kemampuan untuk
mengingat kehidupan-kehidupannya yang sebelumnya. Diogenes Laërtius
melaporkan kisah dari Heraklides Pontikos yang menyatakan bahwa
Pythagoras memberitahukan kepada orang-orang mengenai empat
kehidupan yang pernah ia jalani dan yang ia ingat secara rinci. Yang
pertama adalah kehidupan Aitalides, anak Hermes, dan konon Pythagoras
mendapatkan kemampuan tersebut dari Hermes. Kemudian ia terlahir
sebagai Euforbos, salah satu tokoh dalam kisah Perang Troya yang
diceritakan dalam Iliad. Ia lalu menjadi filsuf Hermotimos, yang
mengenali perisai Euforbos di kuil Apollo. Setelah itu ia terlahir sebagai
Piros, seorang nelayan dari Delos. Dikaiarkos juga melaporkan bahwa
Pythagoras pernah terlahir sebagai seorang pelacur cantik.

Mistisisme dan numerologi

Pythagoras dianggap sebagai perancang tetraktis, sebuah simbol


yang dianggap suci dalam aliran pythagoreanisme.

Keyakinan lain yang telah dikaitkan dengan konsep "keselarasan


benda langit", yang menyatakan bahwa planet-planet dan bintang-bintang
bergerak sesuai dengan persamaan matematika yang sejalan dengan
notasi musik, sehingga menghasilkan simfoni yang tak terdengar.
Menurut Porfirios, Pythagoras juga mengajarkan bahwa ketujuh Musai
sebenarnya adalah tujuh planet yang bernyanyi bersama.
Menurut Aristoteles, kaum pythagoreanis menggunakan
matematika untuk tujuan mistis dan bukan untuk keperluan sehari-hari.
Mereka meyakini bahwa segala sesuatu terdiri dari angka. Angka satu
(monad) melambangkan asal mula segala hal,[91] sedangkan nomor dua
(dyad) mewakili materi. Angka tiga adalah "bilangan ideal" karena
memiliki awal, tengah, dan akhir, dan juga merupakan angka terkecil
yang jika dijadikan titik dapat membentuk sebuah segitiga, yang
dihormati oleh penganut pythagoreanisme sebagai simbol dewa Apollo.
Angka empat adalah lambang empat musim dan empat unsur. Angka
tujuh juga dianggap suci karena merupakan jumlah planet (yang telah
ditemukan pada saat itu) dan jumlah dawai di alat musik lira, dan juga
karena ulang tahun Apollo dirayakan pada hari ketujuh setiap bulannya.
Mereka meyakini bahwa bilangan ganjil bersifat maskulin, dan bilangan
genap bersifat feminin, dan angka lima adalah lambang pernikahan
karena merupakan hasil penjumlahan dua dan tiga.
Sepuluh dianggap sebagai "bilangan sempurna" dan kaum
pythagoreanis menghormatinya dengan cara tidak berkumpul dengan
jumlah hadirin yang melebihi sepuluh. Pythagoras dianggap sebagai
perancang tetraktis, yaitu segitiga yang terbuat dari sepuluh titik (1 titik di
atas, 2 di bawahnya, 3 lagi di bawahnya, dan di paling dasar ada 4). Kaum
pythagoreanis menganggap tetraktis sebagai simbol mistik yang
terpenting. Iamblikos dalam Kehidupan Pythagoras menyatakan bahwa
tetraktis "sangat mengagumkan, dan sangat didewakan oleh mereka yang
memahami[nya]," sampai-sampai murid-murid Pythagoras bersumpah
dengan menyebut tetraktis.
Para ahli modern memperdebatkan apakah ajaran-ajaran mengenai
numerologi ini dikembangkan oleh Pythagoras sendiri atau oleh filsuf-
filsuf pythagoreanisme dari masa berikutnya seperti Filolaos dari Kroton.
Dalam kajiannya yang terkenal Lore and Science in Ancient
Pythagoreanism, Walter Burkert berpendapat bahwa Pythagoras adalah
seorang guru politik dan agama yang karismatik, tetapi beberapa
pemikiran filsafat yang dikaitkan dengan namanya mungkin merupakan
terobosan karya Filolaos. Menurut Burkert, Pythagoras sama sekali tidak
pernah bersinggungan dengan angka-angka, apalagi memberikan
sumbangsih besar dalam bidang matematika

3. Penemuan yang dikaitkan dengan pythagoras


Matematika

Teorema Pythagoras: Jumlah luas bujur sangkar pada kaki sebuah


segitiga siku-siku sama dengan luas bujur sangkar di hipotenusa.

Walaupun Pythagoras saat ini paling dikenal akan "temuan


matematika"nya, pakar sejarah klasik mempertentangkan klaim bahwa ia
telah memberikan sumbangsih besar bagi bidang matematika. Paling
tidak dari abad pertama SM, nama Pythagoras sudah digadang-gadang
sebagai penemu "teorema Pythagoras", yaitu sebuah teorema dalam
bidang geometri yang menyatakan bahwa jumlah luas bujur sangkar pada
kaki sebuah segitiga siku-siku sama dengan luas bujur sangkar di
hipotenusa; dalam kata lain, 𝑎2 + 𝑏 2 = 𝑐 2 . Menurut legenda umum,
setelah ia menemukan teorema ini, Pythagoras mengorbankan seekor
lembu atau bahkan seluruh hekatomb (100 ekor sapi) kepada para dewa.
Cendekiawan Romawi Cicero menampik kebenaran kisah ini karena pada
masa tersebut diyakini bahwa Pythagoras melarang pengorbanan darah.
Porfirios mencoba menjelaskan kisah ini dengan menegaskan bahwa
lembu ini sebenarnya terbuat dari adonan.
Isi dari teorema Pythagoras sendiri sebenarnya sudah dikenal dan
diterapkan oleh orang-orang Babilonia dan India berabad-abad sebelum
Pythagoras, tetapi ada kemungkinan bahwa Pythagoras adalah orang
pertama yang memperkenalkan konsep ini kepada orang-orang Yunani.
Beberapa sejarawan matematika bahkan menduga bahwa Pythagoras dan
murid-muridnya adalah orang-orang pertama yang membuktikan teorema
ini. Burkert menentang klaim ini dan menganggapnya tidak mungkin
benar, dan ia menegaskan bahwa sumber-sumber kuno tidak pernah
menyebut Pythagoras sebagai orang yang membuktikan teorema apapun.
Sementara itu, beberapa sumber kuno menyatakan bahwa ia adalah orang
pertama yang mengidentifikasi lima bangun ruang dan menemukan teori
kesebandingan.

Musik
Kriya cukil kayu dari Theoria musice (1492) karya Franchino
Gafurio, yang menunjukkan Pythagoras dengan lonceng-lonceng dan alat-
alat musik lainnya.

Menurut legenda, Pythagoras menemukan bahwa notasi musik


dapat diubah menjadi persamaan matematika setelah ia melewati tempat
kerja seorang pandai besi dan mendengar suara tempaan palu mereka. Ia
merasa suara palu ini indah dan harmonis (kecuali untuk satu kombinasi),
dan ia lalu bergegas ke tempat pandai besi tersebut dan mencoba palunya.
Ia akhirnya sadar bahwa melodi dari tempaan palu tersebut sebanding
dengan ukuran palunya, sehingga ia menyimpulkan bahwa musik itu
bersifat matematis. Namun, legenda ini jelas-jelas salah, karena
perbandingan yang tepat adalah panjang dawai dan bukan palu.

Astronomi
Pada zaman kuno, Pythagoras dan orang yang sezaman dengannya,
Parmenides dari Elea, dianggap sebagai orang pertama yang mengajarkan
bahwa Bumi itu bulat. Mereka juga dikatakan sebagai orang pertama
yang menemukan bahwa dunia dapat dibagi menjadi lima zona iklim, dan
bahwa bintang timur dan barat adalah benda langit yang sama (kini
dikenal sebagai Venus). Dari dua filsuf ini, Parmenides lebih mungkin
menjadi orang pertama yang menemukan hal-hal ini, dan penghargaan
terhadap Pythagoras mungkin muncul dari sebuah puisi pseudopigrafa.
Empedokles (yang hidup di Magna Graecia tidak lama setelah Pythagoras
dan Parmenides) sendiri sudah tahu bahwa Bumi itu bulat. Selain itu,
pada akhir abad kelima SM, fakta ini sudah diterima di kalangan
cendekiawan Yunani Kuno.
B. Rene Descartes

René Descartes lahir pada 31 Maret 1596 di Prancis, tepatnya di La Haye,


sebuah kota kecil yang terletak di antara Tours dan Poitiers. Sebagai
penghargaan atas Descartes, kota ini sekarang dinamai La Haye-Descartes.
Keluarga Descartes adalah bangsawan. Ayahnya bekerja sebagai anggota
parlemen di Paris. Hingga usia 18 tahun, Descartes belajar di Collège Royal de
La Flèche, yakni sekolah yang dikelola oleh para imam Jesuit. Selama hidupnya
Descartes memuji sekolah ini sebagai “sekolah yang paling baik di Eropa.” Inti
kurikulum sekolah ini berpusat pada logika Aristoteles, metafisika, fisika dan
etika, bahasa dan literatur yang ditafsirkan dalam kerangka tradisi
skolastisisme. Khas tradisi skolastik, visi pengajaran di sekolah ini adalah
sintesa antara doktrin kekristenan dan filsafat Aristoteles, dan dengan demikian
melihat kesalinghubungan antara sistem filsafat, termasuk logika, fisika,
kosmologi, metafisika, moral dan teologi. Pemikiran mengenai kesatuan
sistematik antar-ilmu ini kelak menjadi satu-satunya hasil positif yang diperoleh
Descartes dari sekolah ini dan yang senantiasa mendasari upayanya sebagai
filsuf. Guru-gurunya mengagumi kecerdasan Descartes. Namun tahun 1615 ia
meninggalkan La Fleche dan menolak apa yang diajarkan guru-gurunya di
sekolah tersebut. Ia kemudian melanjutkan studi di Universitas Poitiers hingga
memperoleh bakaloerat dan lisensiat dalam ilmu hukum pada tahun 1616.
Setelah itu ia mengundurkan diri dari dunia ilmu pengetahuan.
Pengunduran diri tersebut semata-mata didorong oleh ketidakpuasannya
terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya hingga saat itu, karena ilmu-ilmu
tersebut menurutnya belum berhasil menetapkan fondasi yang kebenarannya
absolut. Ketiadaan fondasi yang kebenarannya pasti dan tidak dapat diragukan
ini membuat bahwa hampir tidak ada bidang dalam ilmu pengetahuan, terutama
filsafat, yang tidak menjadi bahan perdebatan para ahli. Melalui pengunduran
diri itu Descartes berharap bahwa ia akan dapat melepaskan diri dari kontrol
guru-gurunya dan dari buku-buku yang dipelajarinya, dan selanjutnya ia
memutuskan untuk mencari pengetahuan yang hanya dapat ditemukan dalam
dirinya sendiri atau dalam buku besar dunia. Yang dimaksud di sini adalah
bahwa karena Descartes tidak percaya lagi terhadap ilmu yang dipelajarinya di
sekolah melalui buku-buku atau guru-gurunya, maka tidak ada lagi jalan lain
baginya kecuali mencari pengetahuan dalam dirinya sendiri atau dari
pengalaman kehidupan. Untuk itu, ia melakukan berbagai kegiatan yang tidak
secara langsung berkaitan dengan ilmu pengetahuan: melakukan banyak
perjalanan, mengunjungi pengadilan, menjadi anggota pasukan militer, bergaul
dengan orang orang dari berbagai karakter dan status sosial, melakoni berbagai
pengalaman yang berbeda dan menguji dirinya dalam berbagai pengalaman
tersebut, dan sementara itu ia tetap melakukan refleksi atas pengalaman-
pengalaman tersebut. Descartes yakin bahwa melalui berbagai pengalaman itu
ia akan melihat kultur yang berbeda-beda dan hal itu akan mendorongnya
untuk membersihkan dirinya dari prasangka, kebiasaan, atau kekeliruan-
keleiruan yang tanpa sadar dianutnya sejak kecil dan yang melemahkan
kemampuannya untuk menggunakan rasionya. Pengalaman dan kedewasaan
yang diperolehnya melalui „pelajaran dalam buku kehidupan itu“ akan
menolongnya untuk melakukan penelitian di dalam dirinya sendiri dan untuk
menggunakan seluruh kekuatan daya pikirnya guna memilih jalan yang akan
ditempuhnya dalam bidang ilmu pengetahuan. „Dengan cara ini,“ katanya,
„saya berpikir bahwa saya akan jauh lebih berhasil ketimbang jika saya tidak
pernah meninggalkan negara dan buku-buku saya.“
Descartes memperoleh gagasan-gagasan penting untuk filsafatnya serta
menuliskan gagasan-gagasan itu selama dalam perjalanan atau pertemuan
dengan berbagai orang tersebut. Usaha untuk belajar dari buku kehidupan itu
diawali dengan menjadi anggota militer Maurice Nassau di Belanda tahun
1618, dan tanpa gaji. Menariknya, sebagai anggota tentara, Descartes tetap
menekuni penelitiannya mengenai matematika. Di Belanda, ia bertemu dengan
seorang matematikawan amatir, Isaac Beeckman, yang memperkenalkan
perkembangan-perkembangan terbaru dalam sains kepadanya. Diskusi dengan
Beeckman juga yang mendorong Descartes untuk mengkombinasikan
matematika dan fisika. Dari Beeckman pula Descartes memperoleh keyakinan
mengenai matematika sebagai ilmu yang layak disebut ilmiah karena ilmu ini
didasarkan atas prinsip-prinsip yang kejelasan dan kepastiannya tidak dapat
diragukan lagi. Pada periode ini Descartes menulis beberapa karangan ilmiah,
termasuk sebuah traktat mengenai teori musik, Compendium musicae, yang
terbit setelah ia meninggal dunia. Pertemuan dengan Beeckman ini membawa
Descartes ke jalan yang kelak akan ditekuninya selama hidupnya, sebagaimana
terlihat dari perjalanan hidupnya kelak.
Tahun 1619 Descartes keluar dari dinas militer Maurice Nassau, dan
kemudian melakukan perjalanan ke Frankfurt, Jerman. Ia kemudian bergabung
lagi ke dinas militer Maximilian di Bavaria dan ditempatkan di Neuberg,
Donau. Persis pada malam tanggal 10 November 1619 – jadi, tepat setahun
sejak pertemuan pertama dengan Beeckman (10 November 1618) – Descartes
mengalami tiga mimpi metodis filosofis berturut-turut, sewaktu ia berada di
Ulm, Jerman Selatan. Mimpi tersebut ditafsirkan Descartes sebagai panggilan
ilahi kepadanya untuk mencari kebenaran semata-mata melalui akal budi atau
rasio guna membangun sebuah sistem ilmu pengetahuan yang sama sekali baru.
Apa isi mimpi tersebut? Dalam mimpi pertama ia diserang oleh setan-
setan dan angin puting beliung. Serangan itu menimbulkan rasa sakit pada
sekujur tubuhnya. Descartes takut bahwa rasa sakit itu dibuat oleh setan-setan
jahat. Dalam mimpi kedua, ia mendengar keributan mengerikan seperti
serangan guntur. Dalam mimpi ketiga, ia menemukan sebuah buku puisi
dengan halaman terbuka yang berisikan tulisan Ode Ketujuh dari Ausonius
yang dimulai dengan pertanyaan Quod vitae sectabor iter (Jalan mana dalam
kehidupan ini yang akan saya akan ikuti?). Mimpi tersebut menimbulkan
guncangan filosofis dalam diri Descartes. Sedemikian terguncangnya, sehingga
ia bersumpah akan melakukan ziarah ke Loreto, Italia, kalau Bunda Kudus itu
menolongnya untuk menemukan kebenaran yang hendak dicarinya. Nazar
tersebut direalisasikan empat tahun kemudian (1623). Setelah menyelesaikan
dinas militer di Jerman, Descartes kemudian masuk lagi dinas militer di
Bohemia dan Hungaria, melakukan perjalanan ke Silesia, Jerman Utara dan
Belanda. Untuk beberapa saat, ia kembali lagi ke Paris dan bertemu serta
berdikusi dengan para pemikir terkenal pada zamannya. Namun, ia
menganggap bahwa kota Paris saat itu tidak cukup kondusif untuk kegiatan
filosofisnya sehingga ia kembali lagi ke Belanda tahun 1628 hingga 1649.
Sesekali ia berkunjung ke Prancis.
Di Belanda-lah Descartes menulis banyak karya filsafatnya dan bertemu
serta berdiskusi dengan sejumlah ahli. Diskusi tersebut juga dilakukan dengan
surat menyurat. Descartes menulis karya-karyanya dalam bahasa Latin dan
Prancis. Beberapa tulisannya sengaja tidak diterbitkan karena alasan keamanan.
Karyanya yang berjudul Dunia (Le Monde), yang berisikan pandangannya
mengenai fisika mekanik dan fisiologi berdasarkan sistem Kopernikus, sengaja
tidak diterbitkan setelah ia mendengar hukuman gereja atas Galileo. Pada tahun
1630-an karya-karya Descartes telah diajarkan di universitas-universitas di
Belanda. Selain karya yang disebut di atas, Descartes juga menulis sejumlah
karya lain: Diskursus tentang Metode mengenai Penggunaan rasio secara tepat
dan Pencarian Kebenaran dalam Ilmu (1637), Optik, Meteorologi dan Geometri
(1637), Aturan-Aturan untuk Pengarahan Pikiran (1628), Meditasi mengenai
Filsafat Pertama (dalam bahasa Latin, 1641), Prinsip-Prinsip Filsafat (Latin,
1644), Passions of the Soul (1649), Pencarian Kebenaran berdasarkan Pikiran
Rasional (1701).
Pada September 1649, Descartes meninggalkan Belanda dan berangkat ke
Stockholm, Swedia, atas undangan Ratu Christina. Sebelumnya ia sempat ragu
menerima undangan tersebut. Descartes tiba di Stockholm pada Oktober 1649.
Di sana ia bergabung dengan sekelompok orang pintar dan cerdas yang
dikumpulkan oleh Ratu Christina dengan tujuan untuk mengajarinya filsafat.
Namun situasi di Swedia tidak menguntungkan Descartes. Musim dingin di
negara tersebut sangat berat. Dan sudah sejak di bangku sekolah Descartes
terbiasa bangun tidur agak siang, sementara sang Ratu mewajibkannya untuk
hadir di perpustakaan pribadinya pukul lima pagi. Descartes tidak cukup kuat
menghadapi kondisi kerja yang berat ini. Akibatnya ia terserang pneumonia
pada Januari 1650, dan bulan berikutnya, Februari tahun itu juga, ia meninggal
dunia. Tahun 1667 tulang belulangnya dipindahkan ke Prancis.
Agar dapat sepenuhnya berkonsentrasi terhadap kegiatan filosofisnya
Descartes selalu mencari kehidupan yang tenang. Ia tidak pernah menikah. Ia
sendiri mengaku sebagai Katolik yang taat dan meninggal dalam iman tersebut.
Sekalipun ia banyak menulis mengenai Tuhan, namun Tuhan dalam filsafatnya
adalah Tuhan sebagaimana dikenal dalam filsafat, bukan Tuhan sebagamana
dipahami dalam Kitab Suci. Tuhan bagi Descartes sama dengan Substansi pada
Spinoza atau Monade asali pada Leibniz. Dengan kata lain, Tuhan yang
dimaksud Descartes bukanlah Tuhan para agamawan, melainkan Tuhan para
filsuf. Descartes menghindari diskusi-diskusi yang murni teologis. Ia sendiri
berpandangan bahwa jalan ke surga terbuka baik bagi orang-orang yang
terdidik maupun yang tidak terdidik. Misteri-misteri ilahi menurutnya
melampaui kemampuan pengetahuan manusia. Karena itu, ia hanya
membicarakan masalah yang dapat dipecahkan oleh rasio saja. Artinya,
pertama-tama Descartes adalah seorang filsuf dan matematikawan, dan bukan
teolog. Dan filsafatnya yang sangat rasional dan logis itu tidak dapat dikatakan
sebagai cerminan keyakinan religius pribadinya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

 https://www.academia.edu/9396778/Makalah_Pengantar_Filsafat_Phytagoras
 https://www.academia.edu/35043168/Siapakah_Phytagoras_Siapakah_Phytago
ras
 https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/08e1016529667ffd6b3d
52d8b3275dd3.pdf
 https://www.academia.edu/7411507/Tokoh_Filsafat_Modern_Rene_Descartes_
Cogito_Ergo_Sum
 http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/Jurnal.Usuluddin_.27_.2008-
09_.Solehah_.Rene_.pdf
 http://salihara.org/sites/default/files/%5B2016-11-12kf%5D-Kelas%20Filsafat-
Filsafat%20Modern-Descartes%20dan%20Rasionalisme.pdf
 https://id.wikipedia.org/wiki/Pythagoras

Anda mungkin juga menyukai