Anda di halaman 1dari 11

TEOREMA PHYTAGORAS

(Makalah Sejarah dan Filsafat)

Oleh :

Fathlul Huda 2053201003


Fauziah 2013021005
Titin Dwi Shahabiyah 2013021031

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, rahmat, dan hidayahnya,
sehingga makalah sejarah dan filsafat yang berjudul “TEOREMA PHYTAGORAS” sudah
berhasil kami selesaikan. Makalah sejarah dan filsafat ini dibuat dengan tujuan sebagai salah
satu media tinjauan pembelajaran. Kami menyadari betul bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penyusunan, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun makalah
sejarah dan filsafat ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah yang sudah kami buat ini
dapat membantu pembaca dalam menambah wawasan dan bermanfaat juga bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan didapat dari gagasan yang timbul dari pemikiran dan dipengaruhi oleh
faktor lingkungan (alam). Dari pemikiran itulah timbul keinginan untuk meneliti,
mencoba/mempraktekkan, dan mengembangkan menjadi sebuah produk yang disebut
dengan teori (ilmu). Dasar dari penemuan ilmu pengetahuan yang telah berkembang
sampai sekarang ini adalah filsafat.
Pythagoras (582SM – 496SM, bahasa Yunani: Πσθαγόρας) adalah seorang
matematikawan danfilsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya. Dikenal
sebagai “Bapak Bilangan”, dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat
dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak begitu
jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.Salah satu
peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang menyatakan
bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah
kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema ini
telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan
kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara
matematis.Maka dari itu kami akan menjelaskan tentang Pythagoras beserta Teorema
Pythagorasnya sehingga semua yang membaca makalah ini dapat menambah wawasan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Phytagoras secara umum
2. Asal mula/sejarah dari Phytagoras (penemu, dari negara mana, tahun berapa)
3. Perkembangan Phytagoras dari masa ke masa
4. Kegunaan/manfaat dan relevansi Phytagoras dalam kehidupan sehari-hari

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui Pengertian Phytagoras?
2. Memahami Sejarah Phytagoras
3. Mengetahui Perkembangan Phytagoras?
4. Mengetahui manfaat di kehidupan sehari hari ?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teorema Phytagoras
Teorema Pythagoras merupakan keterkaitan dalam geometri Euclides antara tiga sisi
sebuah segitiga siku-siku. Teorema ini dicetuskan pada abad 6 SM oleh ilmuwan yang
bernama Phytagoras. Dalil ini sesungguhnya telah dikenal orang-orang Babilonia sekitar
1.000 tahun sebelum masa kehidupan Pythagoras dan sampai saat ini masih digunakan antara
lain untuk pelayaran, astronomi, dan arsitektur.
Teorema Pythagoras ini adalah teorema yang sangat terkenal. Teorema ini akan sering
digunakan dalam menghitung luas bangun datar. Selain digunakan dalam perhitungan pada
bangun datar, perhitungan pada dimensi 3 atau yang lain juga sering menggunakan teorema
Pythagoras.
Teorema Pythagoras berbunyi: pada suatu segitiga siku-siku berlaku sisi miring
kuadrat sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi lainnya. Secara umum, jika segitiga ABC siku-
siku di C maka teorema Pythagoras dapat dinyatakan AB2= AC2 + BC2. Banyak buku
menuliskan teorema ini sebagai c2 = a2+ b2. Dengan c adalah sisi miring.

2.2. Sejarah Phytagoras


Pythagoras lahir pada tahun 570 sebelum masehi di pulau Samos, Yunani. Beliau
adalah seorang matematikawan dan filsuf Yunani yang paling dikenal melalui teoremanya.
Dikenal sebagai “Bapak Bilangan”, dia memberikan sumbangan yang penting terhadap
filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6 SM. Kehidupan dan ajarannya tidak
begitu jelas akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya.
Dalam tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak melakukan perjalanan,
diantaranya ke Mesir. Perjalanan Phytagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk usahanya
untuk berguru, menimba ilmu, pada imam-imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya
yang luar biasa, para imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima
Phytagoras sebagai murid. Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh para imam
di Thebe. Disini ia belajar berbagai macam misteri. Selain itu, Phytagoras juga berguru pada
imam-imam Caldei untuk belajar Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk belajar
Logistik dan Geometri, pada para Magi untuk belajar ritus-ritus mistik, dan dalam
perjumpaannya dengan Zarathustra, ia belajar teori perlawanan.
Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Phytagoras kembali ke Samos dan meneruskan
pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran di Samos.
Kira-kira pada tahun 530, karena tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos Polycartes, ia
berpindah ke kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Phytagoras mendirikan sebuah tarekat
beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean.”
Kaum phytagorean sangat berjasa dalam meneruskan pemikiran-pemikiran
Phytagoras. Semboyan mereka yang terkenal adalah “authos epha, ipse dixit” (dia sendiri
yang telah mengatakan demikian).2 Kaum ini diorganisir menurut aturan-aturan hidup
bersama, dan setiap orang wajib menaatinya. Mereka menganggap filsafat dan ilmu
pengetahuan sebagai jalan hidup, sarana supaya setiap orang menjadi tahir, sehingga luput
dari perpindahan jiwa terus-menerus.
Diantara pengikut-pengikut Phytagoras di kemudian hari berkembang dua aliran.
Yang pertama disebut akusmatikoi (akusma = apa yang telah didengar; peraturan): mereka
mengindahkan penyucian dengan menaati semua peraturan secara seksama. Yang kedua
disebut mathematikoi (mathesis = ilmu pengetahuan): mereka mengutamakan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu pasti.
Phytagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air yang banyak
dipercaya sebagai unsur semua benda. Angka bukan anasir alam. Pada dasarnya kaum
Phytagorean menganggap bahwa pandangan Anaximandros tentang to Apeiron dekat juga
dengan pandangan Phytagoras. To Apeiron melepaskan unsur-unsur berlawanan agar terjadi
keseimbangan atau keadilan (dikhe). Pandangan Phytagoras mengungkapkan bahwa harmoni
terjadi berkat angka. Bila segala hal adalah angka, maka hal ini tidak saja berarti bahwa
segalanya bisa dihitung, dinilai dan diukur dengan angka dalam hubungan yang proporsional
dan teratur, melainkan berkat angka-angka itu segala sesuatu menjadi harmonis, seimbang.
Dengan kata lain tata tertib terjadi melalui angka-angka.
Salah satu peninggalan Phytagoras yang terkenal adalah teorema Pythagoras, yang
menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan
jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya). Walaupun fakta di dalam teorema
ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan
kepada Pythagoras karena ia lah yang pertama membuktikan pengamatan ini secara
matematis
Pythagoras dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini
berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan
diukur dalam siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena
alam dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Ketika
muridnya Hippasus menemukan bahwa sqrt{2}, hipotenusa dari segitiga siku-siku sama kaki
dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan irasional, Pythagoras memutuskan
untuk membunuhnya karena tidak dapat membantah bukti yang diajukan Hippasus

2.3 Perkembangan Pythagoras dari masa ke masa


1. Pada zaman kuno
Pada zaman ini pythagoras memiliki pengaruh besar untuk perkembangan filsafat yunani dan
juga terhadap seni serta arsitektur.

a. Terhadap filsafat Yunani


Setelah Pythagoras dari Samos meninggal pada abad ke empat SM lalu muncul komunitas-
komunitas pythagoreanis yang besar di Magna Graecia, Flious, dan Tiva. Salah satu filsuf
yang sangat berpengaruh secara politik yaitu filsuf Arkitas yang nerupakan filsuf beraliran
pythagoreanisme. Lalu setelah itu, ajaran pythagoras yang disebut pythagoreanisme bangkit
pada abad pertama SM. Dimana banyak filsuf yang mempelajari dan mendalami lagi tentang
ajaran pythagoreanisme. Maka dari itu, banyak filsafat-filsafat yang bergantung pada ajaran
pythagoreanisme.

b. Terhadap seni dan arsitektur


Pada abad keenam SM, filsafat bilangan ala pythagoreanis telah merombak seni pahat
Yunani. Para pemahat dan arsitek Yunani mencoba mencari hubungan matematis di balik
kesempurnaan estetika. Dalam arsitektur Yunani, setiap unsur juga dihitung dan dibangun
berdasarkan hubungan matematisnya. bahwa keindahan itu berupa proporsi, bukan pada
unsurnya (bahannya), tetapi pada kesinambungan satu bagian dengan bagian lainnya dan
dengan keseluruhannya.
Bangunan tertua yang diketahui dirancang sesuai dengan ajaran pythagoreanis adalah
Basilika Porta Maggiore sebuah basilika bawah tanah yang dibangun pada masa Kaisar
Romawi Nero yang dimaksudkan sebagai tempat ibadah rahasia kaum Pythagorean. Basilika
ini dibangun di bawah tanah karena kaum pythagoreanis sangat mengutamakan kerahasiaan.
Gedung Pantheon di Roma juga dibangun sesuai dengan numerologi pythagoreanisme.
Bentuk bundar kuil ini, poros tengahnya, kubahnya yang berbentuk setengah lingkaran, dan
kesesuaiannya dengan empat arah mata angin merupakan simbol keteraturan alam semesta
dalam aliran pythagoreanisme. Bukaan yang berbentuk bulat di puncak kubahnya merupakan
simbol monad dan dewa matahari Apollo. Dua puluh delapan rusuk yang membentang dari
bukaan di atas merupakan simbol bulan, karena dua puluh delapan adalah jumlah bulan
dalam kalender bulan Pythagorean. Lima coffer (panel yang menjorok ke dalam) di bawah
rusuknya merupakan simbol "pernikahan" atau "keselarasan" matahari dan bulan.

2. Setelah zaman kuno


Pada Abad Pertengahan, Pythagoras dihormati sebagai perintis bidang matematika dan
musik, yang merupakan dua dari tujuh pengetahuan budaya. Ia digambarkan dalam
manuskrip-manuskrip teriluminasi, dan ia juga menjadi subjek pahatan relief di salah satu
pintu masuk Katedral Chartres. Pada zaman ini pythagoras memiliki pengaruh besar untuk
perkembangan ilmu pengetahuan modern, vegetarianisme, esoterisme barat, dan sastra.

a. Terhadap ilmu pengetahuan modern


Isaac Newton sangat percaya dengan ajaran pythagoreanis mengenai harmoni matematis dan
keteraturan alam semesta. Walaupun Newton dikenal jarang mencantumkan nama penemu
suatu karya, ia memberikan pengakuan kepada Pythagoras sebagai penemu hukum gravitasi
universal. Albert Einstein percaya bahwa seorang ilmuwan dapat menjadi "seorang Platonis
atau Pythagoreanis selama ia menganggap sudut pandang kesederhanaan logika sebagai suatu
hal yang harus ada dan efektif untuk penelitiannya." Filsuf Inggris Alfred North Whitehead
berpendapat bahwa "Dalam beberapa hal, Plato dan Pythagoras lebih dekat dengan ilmu fisik
modern daripada Aristoteles. Keduanya adalah matematikawan, sementara Aristoteles adalah
anak seorang dokter". Dengan ini Whitehead menyatakan bahwa Einstein dan ilmuwan-
ilmuwan modern lain seperti dirinya "mengikuti tradisi Pythagoreanis murni. Johannes
Kepler juga menganggap dirinya sebagai seorang pythagoreanis. Ia percaya akan doktrin
musica universalis dan upayanya untuk mencari persamaan matematis di balik doktrin ini
membuatnya menemukan hukum gerakan planet.

b. Terhadap Vegetarianisme
Dalam Buku XV Metamorphoses karya Ovidius (penyair romawi), terdapat kisah fiksi
mengenai Pythagoras yang menganjurkan pengikutnya untuk menjadi vegetarian. Pythagoras
kemudian menjadi dikenal oleh para penutur bahasa Inggris pada zaman modern awal melalui
terjemahan karya Ovidius ke dalam bahasa Inggris yang dibuat oleh Arthur Golding pada
tahun 1567. Lord Chesterfield (seorang negarawan, diplomat, sastrawan asal Inggris)
menulis bahwa ia terdorong untuk tidak mengonsumsi makanan yang berasal dari hewan
setelah membaca pidato Pythagoras dalam Metamorphoses karya Ovidius. Sebelum istilah
vegetarianisme diciptakan pada dasawarsa 1840-an, vegetarian dalam bahasa Inggris disebut
Pythagoreans.
c. Terhadap Esoterisme Barat
Esoterisme Eropa (istilah yang dikategorisasikan oleh para cendikiawan terhadap gagasan
dan gerakan terkait yang berkembang di masyarakat barat) pada zaman modern awal sangat
dipengaruhi oleh ajaran Pythagoras. Cendekiawan humanis Jerman Johannes Reuchlin
(1455–1522) menggabungkan pythagoreanisme dengan teologi Kristen dan kabbalah Yahudi,
dan ia berpendapat bahwa kabbalah dan pythagoreanisme sama-sama terilhami dari tradisi
Musa, sehingga menurutnya Pythagoras adalah seorang penganut kabbala. Risalah tiga jilid
karya Heinrich Cornelius Agrippa yang terkenal, De Occulta Philosophia, menyebut
Pythagoras sebagai seorang "Majusi yang taat" dan ia menyatakan bahwa numerologi mistis
Pythagoras bergerak di ranah surgawi.[218] Kaum Freemason dengan sengaja mendasarkan
perkumpulan mereka pada komunitas Pythagoras di Kroton.[219] Gerakan rosikrusianisme
menggunakan simbolisme Pythagoras, dan begitu pula dengan Robert Fludd (1574–1637)
yang meyakini bahwa tulisan-tulisan musiknya terilhami dari Pythagoras. John Dee sangat
dipengaruhi oleh ideologi Pythagoras, khususnya ajaran bahwa segala sesuatunya terbuat dari
angka. Adam Weishaupt, pendiri Illuminati, sangat mengagumi Pythagoras.

d. Terhadap Sastra
Penganut transendentalisme (sebuah paham filsafat yag menekankan kalau pengetahuan itu
tidak terbatas) membaca Kehidupan Pythagoras untuk dijadikan teladan kehidupan.
Pemikiran transendentalis Henry David Thoreau (seorang filsuf asal Amerika Serikat) sangat
dipengaruhi oleh Kehidupan Pythagoras karya Iamblikos yang sudah diterjemahkan oleh
Thomas Taylor serta Pepatah-pepatah Pythagoras karya Stobaeus. Pandangan Thoreau
tentang alam mungkin juga dipengaruhi oleh gagasan pythagoreanis mengenai bayangan
(image) yang sesuai dengan pola dasarnya. Ajaran musica universalis juga menjadi tema
yang muncul berulang kali dalam mahakarya Thoreau yang berjudul Walden

2.4 Kegunaan/manfaat Pythagoras dalam kehidupan sehari-hari

1. Menghitung Bidang Miring


Dengan menggunakan teorema Pythagoras kita bisa mengetahui panjang suatu bidang miring.
Berikut contoh penerapan teorema Pythagoras pada bidang miring.

Contoh Soal
Seorang akan memperbaiki sebuah lampu taman yang berada di atas tembok yang tingginya 3
meter dengan menggunakan sebuah tangga. Tepat di depan tembok terdapat sebuah kolam
dengan lebar 4 meter, seperti gambar di bawah ini.
Berapa panjang minimal tangga tersebut agar kaki tangga tidak masuk ke dalam kolam?
Penyelesaian:
Jika kita perhatikan antara tinggi tembok, lebar kolam dan panjang tangga akan membentuk
sebuah bangun datar segitiga yaitu segitiga siku-siku.

Nah untuk menghitung tinggi tangga tersebut kamu harus paham dengan teroema Pythagoras.
Berikut cara menghitung tinggi tangga minimal dengan menggunakan teorema Pythagoras
yakni:
AC2 = AB2 + BC2
AC2 = 42 + 32
AC2 = 16 + 9
AC2 = 25
AC = √25
AC = 5 m
Jadi, panjang minimal tangga tersebut agar kaki tangga tidak masuk ke dalam kolam adalah 5
m.

2. Menghitung Siku-Siku Pada Tembok


Manfaat teorema Pythagoras yang satu ini digunakan oleh tukang bangunan yang akan
membangun tembok pondasi rumah. Apakah suatu bangunan pondasi temboknya sudah
sudah siku-siku (membentuk sudut 90°), dapat menggunakan teorema pytagoras yaitu tripel
Pythagoras. Tripel Pythagoras adalah kelompok tiga bilangan bulat positif yang memenuhi
kuadrat bilangan terbesar sama dengan jumlah kuadrat dua bilangan lainnya. Sebagai
contohnya silahkan simak contoh soal di bawah ini.
Contoh Soal
Pak Iwan membuat tembok kamar rumah dengan pondasinya berbentuk persegi panjang
dengan ukuran 4 m x 3 m, beliau mengukur panjang diagonalnya didapatkan 5 m.
Tentukan apakah tembok kamar yang pak Iwan bangun sudah berbentuk siku-siku?

Penyelesaian:
Tembok yang dibuat oleh pak Iwan sudah membentuk siku-siku atau bersudut 90°, karena
kelompok tiga bilangan yakni 3, 4 dan 5 memenuhi tripel Pythagoras.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apabila pada suatu segitiga siku-siku diketahui panjang dua sisinya, panjang sisi
ketiga dapat ditentukan menggunakan Teorema Pythagoras. Teorema Pythagoras kuadrat segi
miring suatu segitig siku-siku sama dengan jumlah kuadrat dua sisilainnya. Dalam kehidupan
sehari-hari banyak sekali masalah-masalah yang dapat dipecahkan menggunakan teorema
Pythagoras.Untuk mempermudah perhitungan, alangkah baiknya jika permasalahan tersebut
dituangkan dalam bentuk gambar.

3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah tentang perkembangan aliran matematika
phytagoras ini kita menjadi lebih tahu secara mendalam tentang phytagoras dan peranannya
dalam matematika, tidak hanya sekedar tahu tentang teoremanya saja yang sekarang sudah
dikenali secara umum
DAFTAR PUSTAKA

http://winniprmtputri.blogspot.com/2018/05/makalah-sejarah-pythagoras.html?m=1
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.m4th-
lab.net/2017/08/pythagoras-sejarah-teorema-dan-
tripel.html%3Fm%3D1&ved=2ahUKEwiGk-
i91PXyAhVWWH0KHYtiBAcQFnoECBkQAQ&usg=AOvVaw12q6gS8aROA44U4m3Nm
NVY
https://www.zenius.net/blog/sejarah-teorema-pythagoras
https://mafia.mafiaol.com/2021/01/manfaat-pythagoras-dalam-kehidupan-sehari-hari.html
http://komunitasbloggermatematika.blogspot.com/2017/12/penggunaan-aplikasi-phytagoras-
dalam.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Pythagoras

Anda mungkin juga menyukai