Nama Kelompok 3 :
Kelas : A semester 1
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini meskipun banyak hambatan yang penulis alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Tidak
lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas M. Wiji
Pornomo ,ME. pada mata kuliah Pengantar Bisnis selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi kita para pembaca dan juga bagi para penulis. Kami
mengucapkan terima kasih kepada M. Wiji Pornomo ,ME. selaku dosen study Filsafat yang
telah memberikan tugas ini sehingga menambah wawasan sesuai dengan bidang study yang
telah kami tekuni.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Phytagoras……………………………………………………………..
B. Pemikiran Phytagoras…………………………………………………………
C. Kaum Phytagoras……………………………………………………………..
D. Analisis……………………………………………………………..
A. KESIMPULAN……………………………………………………………..
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat merupakan mater scientiarum atau induk ilmu pengetahuan. Semua ilmu yang ada di
dunia ini berasal dari filsafat. Langeveld berpendapat bahwa pengertian filsafat akan
dapat diketahui apabila seseorang telah berfilsafat sendiri, makin dalam ia berfilsafat maka
akan makin mengerti ia apa filsafat itu. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu
philosophia. Dimana philo berarti cinta dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu
berusaha mencapai yang diingikan itu dan Sophia berarti kebijakan yang artinya pandai. Jadi,
filsafat adalah ingin mencapai pandai, cinta pada kebijakan. Saat kemunculannya yang
pertama, filsafat tidak memiliki definisi lain selain sebagai cara atau seni menuju baik. Dalam
konseprualisasi ekstrem, filsafat pada periode pertama saat mulai disadaribahkan tidak, belum
memiliki nama apa apa pun, termasuk nama filsafat. Akan tetapi, pada perkembangannya,
saat minat manusia pada bahasa meningkat, filsafat kemudian mengalami fenomena
kebagasaan, dan terkontroversikan dalam berbagai istilah sehingga pada akhirnya secara
alami, sejarah menentukan takdirnya dengan memilih istilah filsafat sebagai nama untuk
menyevut cara menuju baik. Beberapa literature menyebut penamaan tersebut mengacu
paparan Plato dalam karyanya Paidros . Meski terdapat pula yang mengatakan istilah filsafat
lahir pertama kali dari Pythagoras (532 SM). Lepas dari kontroversi tersebut, siapa pun
angkanya mengetahui bahwa di periode-periode awal sebelum masehi, dunia filsafat belum
terpetakan dalam matriks-matriks sebagaimana sekarang ini, hadir dalam aneka ragam corak
dan aliran. Meski kemajemukan pemikiran filsafat telah dimulai di waktu yang lama, tetapi
dalam pada itu, tidak ditemukan satu indikasi betapa kemajemukan- kemajemukan tersebut
kemudian melahirkan berbagai aliran-aliran atau mazhab-mazhab dari pemikiran-pemikiran
filsafat aliran lain yang eksklusif.Dalam beberapa literature tua, kita mungkin akan
menemukan adanya penyebutan penyebutan atau penamaan pada filsafat secara khusus.Akan
tetapi, jika ditelaah secara seksama, hal itu tidak menunjuk pada kekhasan sisi pemikiran
filsafat. Penamaan itu lebih bersifat fungsional, semata-mata guna membedakan, antara satu
pemikiran filsafat dengan pemikiran filsafat lainnya.Misalnya adanya penyebutan “filsafat
Milesian”, untuk menyebut pemikiran- pemikiran yang lahir di Pulau Miletos.
Penamaan ini memiliki makna yang begitufungsional semata hanya menunjuk pada factor
tempat, ketimbang unsure yang berkait dengan kekhasan pada metode atau pemikiran filsafat
yang dibawa.Dari itu jika kita melacak sejak kapan pemetaan dan munculnya aliran-aliran
filsafat, dalam prediksi, pemetaan-pemetaan pemikiran filsafat degan makna metodis
sehingga melahirkan aliran-aliran dan mazhab-mazhab filsafatterpisah itu, besar
kemungkinan pertama-pertama dimulai di era Pythagora. Halini terkait dengan sejarah
Pythagoras yang sebab pemikiran-pemikiran filsafatnya,mesti terusir dari negerinya hingga ia
tinggal di daerah sekitar Croton. Kelak, di daerah ini terbentuk perkumpulan-perkumpulan
eksklusif penganut pemikiran Pythagoras. Kasus Pythagorean inilah yang agaknya kemudian
menstimulasi lahirnya berbagai “isme” atau aliran-aliran dalam filsafat. Meski beberapa
kalangan berpandangan bahwa lahirnya aliran - aliran dalam filsafat lebih disebabkan oleh
keadaan yang kondusif serta bebasnya ruang pemikiran di Yunani pada periodeitu.
Pandangan terakhir ini meski terasa logis, sangat bertentangan dengan berbagai fakta sejarah
Yunani; mulai dari tragedy Socrates hingga pengusiran berbagai fakta sejarah Yunani; mulai
dari tragedy Socrates hingga pengusiran Phytagoras. Adapun bunyi teorema Pythagoras
adalah “ Pada segitiga siku-siku berlaku bahwa kuadrat sisi miring (Hipotenusa) sama dengan
jumlah kuadrat dua sisi yang lainnya”. Hipotenusa adalah sisi miring berbentuk diagonal, dan
merupakan sisi terpanjang sebuah segitiga. Meskipun sudah pernah dipelajari namun siswa
masih saja melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal–soal yang menggunakan rumus
Pythagoras. Keterangan dapat dilihat pada
Gambar 1.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian
terkait materi pokok masalah matematika teorema Pythagoras. Hal ini dikarenakan materi
Pythagoras merupakan materi pembelajaran prasyarat dalam pembelajaran matematika.
B. Rumusan Masalah
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui biografi phytagoras, hasil pemikirannya, dan mengetahui seluk beluk
kaum Pythagorean.
BAB II
PEMBAHASAN.
Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Phytagoras kembali ke Samos dan meneruskan
pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran di Samos.
Kira-kira pada tahun 530, karena tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos Polycartes, ia
berpindah ke kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Phytagoras mendirikan sebuah tarekat
beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean. Di Kroton didirikan
sebuah perkumpulan agama, yang disebut-sebut orang kaum Pythagoras . Perkumpulan itu
menjadi sebuah tarikat. Mereka itu diam dengan menyisihkan diri dari masyarakat, dan hidup
selalu dengan amal ibadat. Menurut berbagai keterangan ,Pythagoras terpengaruh oleh aliran
mistik Pythagoras terpengaruh oleh aliran mistik yang berkembang di waktu itu dalam aliran
yunani , yang bernama Orfisisme.
D. ANALISIS
Dari pandangan di atas, Phytagoras mengungkapkan bahwa harmoni terjadi berkat angka.
Bila segala hal adalah angka, maka segalanya bisa dihitung, dinilai dan diukur dengan angka
dalam hubungan yang proporsional dan teratur.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Kita dapat mengatakan bahwa Phytagoras selain terkenal sebagai tokoh yang disebut bapak
bilangan,Phytagoras juga sebagai pengajar filsafat dan keagamaan. Salah satu peninggalan
Pythagoras yang terkenal adalah teorema phytagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat
hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-
kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).Walaupun fakta didalam teorema ini telah banyak diketahui
sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia
yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis. Menurut pythagoras,
kearifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau
disebut sebagai orang arif sperti Thales,akan tetapi menyebut dirinya sebagai philosophes
yaitu pencipta kearifan. Istilah philosophos ini kemudian menjadi philosophia yang
terjemahnya secara harfiah adalah cinta kearifan atau kebijakan. Sampai sekarang secara
etimologi dan singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau
kebijaksanaan (love of wisdom).
BAB I
PENDAHULUAN
C.Tujuan Penulisan
Dari penulisan kami, pembuatan makalah ini di buat guna untuk memenuhi tugas dari dosen
kami. Dan dengan adanya makalah ini, kami sebagai penulis sangat berharap agar makalah
yang kami buat ini bisa bermanfaat. Untuk dipelajari, di pahami lalu di amalkan dalam
kehidup seharinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ALIRAN PLURALISME
Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini menyatakan bahwa
realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak substansi yang
bersifat independen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam semesta pada dasarnya
tidak memiliki kesatuan, kontinuitas, harmonis dan tatanan yang koheren, rasional,
fundamental.
Didalamnya hanya terdapat berbagai jenis tingkatan dan dimensi yang tidak dapat diredusir.
Pandangan demikian mencangkup puluhan teori, beberapa diantaranya teori para filosuf
yunani kuno yang menganggap kenyataan terdiri dari udara, tanah, api dan air. Dari
pemahaman di atas dapat dikemukakan bahwa aliran ini tidak mengakui adanya satu
substansi atau dua substansi melainkan banyak substansi, karena menurutnya manusia tidak
hanya terdiri dari jasmani dan rohani tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara yang
merupakan unsur substansial dari segala wujud.
Empedokles berpendapat bahwa prinsip yang mengatur alam semesta tidaklah tunggal
melainkan terdiri dari empat anasir atau zat. Memang dia belum memakai istilah anasir
(stoikeia) yang sebenarnya baru digunakan oleh Plato, melainkan menggunakan istilah 'akar'
(rizomata). Empat anasir tersebut adalah air, tanah, api, dan udara. Keempat anasir tersebut
dapat dijumpai di seluruh alam semesta dan memiiki sifat-sifat yang saling berlawanan.
Api dikaitkan dengan yang panas dan udara dengan yang dingin, sedangkan tanah dikaitkan
dengan yang kering dan air dikaitkan dengan yang basah. Salah satu kemajuan yang dicapai
melalui pemikiran Empedokles adalah ketika ia menemukan bahwa udara adalah anasir
tersendiri. Para filsuf sebelumnya, misalnya Anaximenes, masih mencampuradukkan udara
dengan kabut.
Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama. Anasir
sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat menjadi air. Akan tetapi, semua
benda yang ada di alam semesta terdiri dari keempat anasir tersebut, walaupun berbeda
komposisinya. Contohnya, Empedokles menyatakan tulang tersusun dari dua bagian tanah,
dua bagian air, dan empat bagian api. Suatu benda dapat berubah karena komposisi empat
anasir tersebut diubah.
Para filsuf yang termasuk dalam aliran ini antara lain: Empedakles (490-430 SM), yang
menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur, yaitu api, udara, air dan tanah.
Anaxogoras (500-428 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang
tidak terhitung banyaknya, sebab jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga
yang dinamakannodus yaitu suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak
dan mengatur.
BAB III
PENUTUP
Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini menyatakan bahwa
realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak substansi yang
bersifat independen satu sama lain. Para filsuf yang termasuk dalam aliran ini antara lain:
Empedakles (490-430 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur,
yaitu api, udara, air dan tanah. Anaxogoras (500-428 SM), yang menyatakan hakikat
kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang tidak terhitung banyaknya, sebab jumlah sifat benda
dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakannodus yaitu suatu zat yang paling
halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur.
DAFTAR PUSTAKA
Atang Abul Hakim, Beni Ahmad Saibani, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai
Fiteofilosofi, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2008)
http://alexnanangagussifa.blogspot.com/2011/06/pemikiran-filsafat-pra-sokrates-
thales.html/26-03-2015/9:36
http://vanesaprimadiyanti-uin-bi-2a.blogspot.com/2008/07/lima-tokoh-filsuf-yunani.html/26-
03-2015/9:42
Rizal Mustansyir, Misnal Munir, FILSAFAT ILMU, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010)