Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU FILSAFAT

PITAGORAN DAN ALIRANNYA (FILSAFAT ALAM) KAUM


FLURARIS

Dosen Pengampu : Bpk.M.WIJI PURNOMO,ME

Nama Kelompok 3 :

1. Moh. Kusnimad Sofi Ari


2. Anisa nur khoirimah
1. Dwi Nur Afifah

Kelas : A semester 1

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM PANGERAN DIPONEGORO NGANJUK
TAHUN AJARAN 2022/ 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini meskipun banyak hambatan yang penulis alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya. Tidak
lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas M. Wiji
Pornomo ,ME. pada mata kuliah Pengantar Bisnis selain itu makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi kita para pembaca dan juga bagi para penulis. Kami
mengucapkan terima kasih kepada M. Wiji Pornomo ,ME. selaku dosen study Filsafat yang
telah memberikan tugas ini sehingga menambah wawasan sesuai dengan bidang study yang
telah kami tekuni.

Nganjuk, 31 Oktober 2002

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ………. 3

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Phytagoras dan kaum fluraris.........................................................

I.2 Rumusan Masalah Phytagoras dan kaum fluraris....................................................

I.3 Tujuan Penulisan Phytagoras dan kaum fluraris......................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Phytagoras……………………………………………………………..

B. Pemikiran Phytagoras…………………………………………………………

C. Kaum Phytagoras……………………………………………………………..

D. Analisis……………………………………………………………..

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN……………………………………………………………..

DAFTAR PUSAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Filsafat merupakan mater scientiarum atau induk ilmu pengetahuan. Semua ilmu yang ada di
dunia ini berasal dari filsafat. Langeveld berpendapat bahwa pengertian filsafat akan
dapat diketahui apabila seseorang telah berfilsafat sendiri, makin dalam ia berfilsafat maka
akan makin mengerti ia apa filsafat itu. Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu
philosophia. Dimana philo berarti cinta dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu
berusaha mencapai yang diingikan itu dan Sophia berarti kebijakan yang artinya pandai. Jadi,
filsafat adalah ingin mencapai pandai, cinta pada kebijakan. Saat kemunculannya yang
pertama, filsafat tidak memiliki definisi lain selain sebagai cara atau seni menuju baik. Dalam
konseprualisasi ekstrem, filsafat pada periode pertama saat mulai disadaribahkan tidak, belum
memiliki nama apa apa pun, termasuk nama filsafat. Akan tetapi, pada perkembangannya,
saat minat manusia pada bahasa meningkat, filsafat kemudian mengalami fenomena
kebagasaan, dan terkontroversikan dalam berbagai istilah sehingga pada akhirnya secara
alami, sejarah menentukan takdirnya dengan memilih istilah filsafat sebagai nama untuk
menyevut cara menuju baik. Beberapa literature menyebut penamaan tersebut mengacu
paparan Plato dalam karyanya Paidros . Meski terdapat pula yang mengatakan istilah filsafat
lahir pertama kali dari Pythagoras (532 SM). Lepas dari kontroversi tersebut, siapa pun
angkanya mengetahui bahwa di periode-periode awal sebelum masehi, dunia filsafat belum
terpetakan dalam matriks-matriks sebagaimana sekarang ini, hadir dalam aneka ragam corak
dan aliran. Meski kemajemukan pemikiran filsafat telah dimulai di waktu yang lama, tetapi
dalam pada itu, tidak ditemukan satu indikasi betapa kemajemukan- kemajemukan tersebut
kemudian melahirkan berbagai aliran-aliran atau mazhab-mazhab dari pemikiran-pemikiran
filsafat aliran lain yang eksklusif.Dalam beberapa literature tua, kita mungkin akan
menemukan adanya penyebutan penyebutan atau penamaan pada filsafat secara khusus.Akan
tetapi, jika ditelaah secara seksama, hal itu tidak menunjuk pada kekhasan sisi pemikiran
filsafat. Penamaan itu lebih bersifat fungsional, semata-mata guna membedakan, antara satu
pemikiran filsafat dengan pemikiran filsafat lainnya.Misalnya adanya penyebutan “filsafat
Milesian”, untuk menyebut pemikiran- pemikiran yang lahir di Pulau Miletos.
Penamaan ini memiliki makna yang begitufungsional semata hanya menunjuk pada factor
tempat, ketimbang unsure yang berkait dengan kekhasan pada metode atau pemikiran filsafat
yang dibawa.Dari itu jika kita melacak sejak kapan pemetaan dan munculnya aliran-aliran
filsafat, dalam prediksi, pemetaan-pemetaan pemikiran filsafat degan makna metodis
sehingga melahirkan aliran-aliran dan mazhab-mazhab filsafatterpisah itu, besar
kemungkinan pertama-pertama dimulai di era Pythagora. Halini terkait dengan sejarah
Pythagoras yang sebab pemikiran-pemikiran filsafatnya,mesti terusir dari negerinya hingga ia
tinggal di daerah sekitar Croton. Kelak, di daerah ini terbentuk perkumpulan-perkumpulan
eksklusif penganut pemikiran Pythagoras. Kasus Pythagorean inilah yang agaknya kemudian
menstimulasi lahirnya berbagai “isme” atau aliran-aliran dalam filsafat. Meski beberapa
kalangan berpandangan bahwa lahirnya aliran - aliran dalam filsafat lebih disebabkan oleh
keadaan yang kondusif serta bebasnya ruang pemikiran di Yunani pada periodeitu.
Pandangan terakhir ini meski terasa logis, sangat bertentangan dengan berbagai fakta sejarah
Yunani; mulai dari tragedy Socrates hingga pengusiran berbagai fakta sejarah Yunani; mulai
dari tragedy Socrates hingga pengusiran Phytagoras. Adapun bunyi teorema Pythagoras
adalah “ Pada segitiga siku-siku berlaku bahwa kuadrat sisi miring (Hipotenusa) sama dengan
jumlah kuadrat dua sisi yang lainnya”. Hipotenusa adalah sisi miring berbentuk diagonal, dan
merupakan sisi terpanjang sebuah segitiga. Meskipun sudah pernah dipelajari namun siswa
masih saja melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal–soal yang menggunakan rumus
Pythagoras. Keterangan dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Segitiga siku-siku

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian
terkait materi pokok masalah matematika teorema Pythagoras. Hal ini dikarenakan materi
Pythagoras merupakan materi pembelajaran prasyarat dalam pembelajaran matematika.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Biografi Phytagoras ?


2. Apa hasil pemikiran dari Phytagoras?
3. Siapa itu Pythagorean?

C. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui biografi phytagoras, hasil pemikirannya, dan mengetahui seluk beluk
kaum Pythagorean.

BAB II

PEMBAHASAN.

A. BIOGRAFI PHYTAGORAS (± 572-497 SM )


Pythagoras lahir pada tahun 570 SM, di pulau Samos, di daerah Ionia,(582 SM 496 SM).
Pythagoras dalam bahasa Yunani ditulis: Πσθαγόρας adalah seorang matimatikawaan dari
filosof Yunani yang berbeda dari filsuf-filsuf lain. Dia dikenal melalui teoremanya.Dikenal
dengan "Bapak Bilangan", dia memberikan sumbangan yang penting terhadap filsafat dan
ajaran keagamaan pada akhir abad ke -6 SM.Kehidupan dan ajarannya tidak begitu jelas
akibat banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan mengenai dirinya. Pythagoras adalah anak
Mnesarchus, seorang pedagang yang berasal dari Tyre. Pada usia 18 tahun dia bertemu
dengan Thales. Thales, seorang kakek tua, mengenalkan matematika kepada Pythagoras
lewat muridnya yang bernama Anaximander, namun yang diakui oleh Pythagoras sebagai
guru adalah Pherekydes. Salah satu peninggalan Pythagoras yang terkenal adalah teorema
Pythagoras yang menyatakan bahwa kuadrat hipotenusa dari suatu segitiga siku – siku adalah
sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).Walaupun fakta di
dalam theorem ini telah banyak diketahui sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini
dikreditkan kepada Pythagoras karena ia yang pertama kali membuktikan pengamatan ini
secara matematis. Pythagoras cukup terkenal walaupun ia bukan termasuk filsuf alam bukan
pula kaum Elea. Karena filsafatnya memang berada di tengah bahkan masih berbau aliran
mistik, sehingga ia mempunyai ciri khusus. Mohammad Hatta mengatakan bahwa Pythagoras
seusia dengan Xenophanes. Yang ketika itu kota kelahirannya diperintah oleh seorang tian,
pemerkosa yang kejam dan dzalim bernama polykrates. Ia pergi mengembara ke seluruh
dunia Greek. Akhirnya, ia sampai sebelah selatan semenanjung Italia. Kemudian, kaum
Greek secara bertahap membangun tempat tinggal. Pada tahun 530 SM. Pythagoras menetap
di kota Kraton. Kira-kira 20 tahun ia berdiam disitu dan mendirikan suatu tarekat keagamaan.
Ia tidak menulis apapun, sebab ajarannya diberikan secara lisan dan bersifat rahasia. Baru
pada kira-kira pertengahan abad ke 5 SM. Terdengar pemberitaan tentang ajarannya. Dalam
tradisi Yunani, diceritakan bahwa ia banyak melakukan perjalanan, diantaranya ke Mesir.
Perjalanan Phytagoras ke Mesir merupakan salah satu bentuk usahanya untuk berguru,
menimba ilmu, pada imam-imam di Mesir. Konon, karena kecerdasannya yang luar biasa,
para imam yang dikunjunginya merasa tidak sanggup untuk menerima Phytagoras sebagai
murid. Namun, pada akhirnya ia diterima sebagai murid oleh para imam di Thebe. Disini ia
belajar berbagai macam misteri. Selain itu, Phytagoras juga berguru pada imam-imam Caldei
untuk belajar Astronomi, pada para imam Phoenesia untuk belajar Logistik dan Geometri,
pada para Magi untuk belajar ritus-ritus mistik, dan dalam perjumpaannya dengan
Zarathustra, ia belajar teori perlawanan. Pythagoras juga dikenal sebagai musisi berbakat,
seorang pemain lira. Penemuan musik terkait dengan matematika diawali ketika Pythagoras
bermain monokord, sebuah kotak dengan bentangan tali-tali di atas salah satu sisinya.
Dengan menggerakkan jari naik dan turun pada garis-garis yang sengaja dibuat, Pythagoras
mengenali bahwa suara yang dihasilkan dapat diperkirakan.Ketika bagian tengah ditekan,
setiap bagian atas tali dan bawah tali menghasilkan nada sama: nada yang tepat 1 oktaf *
lebih tinggi dibandingkan apabila monokord tidak ditekan.
B. PEMIKIRAN PYTHAGORAS
Matematika dan “mitos-mitos” palsu tentang angka tidak dapatdipisahkan. Setiap angka
adalah simbol atau melambangkan sesuatu yang terkaitdengan metafisik adalah hal lumrah di
Cina. Pythagoras pun tidak luput dari“perangkap” mitos tentang angka. Dia mengajarkan
bahwa: angka satu untuk alasan, angka dua untuk opini, angka tiga untuk potensi, angka
empat untukkeadilan, angka lima untuk perkawinan, angka tujuh untuk rahasia agar
selalusehat, angka delapan adalah rahasia perkawinan. Angka genap adalah wanita dan angka
ganjil/gasal adalah pria. Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan, dan
segala gejala alam merupakan penungkapan indrawi dari perbandingan matematis. Bilangan
merupakan inti sari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda (number rules the universe =
bilangan pemerintah jagad raya). Ia juga mengembangkan pkok soal matematik yang
termasuk teori bilangan. Umpamanya, dikembangkannya susunan bilangan-bilangan yang
mempunyai bentuk geometris.Sebagai seorang yang ahli matematika abadi ia dengan dalilnya
jumlah dari luas dua sisi sebuah segi tiga siku-siku adalah sama dengan luas sisi miringnya
(a2 + b2 = c2).
C. KAUM PYTHAGOREAN

Selepas berkelana untuk mencari ilmu, Phytagoras kembali ke Samos dan meneruskan
pencarian filsafatnya serta menjadi guru untuk anak Polycartes, penguasa tiran di Samos.
Kira-kira pada tahun 530, karena tidak setuju dengan pemerintahan tyrannos Polycartes, ia
berpindah ke kota Kroton di Italia Selatan. Di kota ini, Phytagoras mendirikan sebuah tarekat
beragama yang kemudian dikenal dengan sebutan “Kaum Phytagorean. Di Kroton didirikan
sebuah perkumpulan agama, yang disebut-sebut orang kaum Pythagoras . Perkumpulan itu
menjadi sebuah tarikat. Mereka itu diam dengan menyisihkan diri dari masyarakat, dan hidup
selalu dengan amal ibadat. Menurut berbagai keterangan ,Pythagoras terpengaruh oleh aliran
mistik Pythagoras terpengaruh oleh aliran mistik yang berkembang di waktu itu dalam aliran
yunani , yang bernama Orfisisme.
D. ANALISIS

Dari pandangan di atas, Phytagoras mengungkapkan bahwa harmoni terjadi berkat angka.
Bila segala hal adalah angka, maka segalanya bisa dihitung, dinilai dan diukur dengan angka
dalam hubungan yang proporsional dan teratur.

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN

Kita dapat mengatakan bahwa Phytagoras selain terkenal sebagai tokoh yang disebut bapak
bilangan,Phytagoras juga sebagai pengajar filsafat dan keagamaan. Salah satu peninggalan
Pythagoras yang terkenal adalah teorema phytagoras, yang menyatakan bahwa kuadrat
hipotenusa dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-
kakinya (sisi-sisi siku-sikunya).Walaupun fakta didalam teorema ini telah banyak diketahui
sebelum lahirnya Pythagoras, namun teorema ini dikreditkan kepada Pythagoras karena ia
yang pertama kali membuktikan pengamatan ini secara matematis. Menurut pythagoras,
kearifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau
disebut sebagai orang arif sperti Thales,akan tetapi menyebut dirinya sebagai philosophes
yaitu pencipta kearifan. Istilah philosophos ini kemudian menjadi philosophia yang
terjemahnya secara harfiah adalah cinta kearifan atau kebijakan. Sampai sekarang secara
etimologi dan singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau
kebijaksanaan (love of wisdom).

Pythagoras mengajarkan keyakinan :


1. bahwa pada tingkatan paling dalam, realitas adalah matematika alami (natural)
2. bahwa jiwa dapat bangkit (rise) untuk bersatu dengan Tuhannya.
3. bahwa simbol-simbol tertentu mempunyai makna mistis.
4. bahwa semua yang mempunyai hubungan saudara saling menjaga kerahasiaan dan
kesetiaan.
KAUM FLURARIS

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu
itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun
demikian untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu,
maka diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus dalam
mempelajari objek-objek yang ada dan terkait dengan filsafat ilmu, untuk itu didalam
mempelajari filsafat ilmu terdapat dua objek, yaitu objek material dan objek formal filsafat
ilmu.
Objek Material adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau
pembentukan pengetahuan, yaitu pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan
metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
Sedangkan objek formal filsafat adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek
materialnya atau sudut pandang dari mana objek material itu di sorot. Objek formal filsafat
juga diartikan sebagai hakikat ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian
terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan,
bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia. Problem
inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan
ontologis, epistemologis dan aksiologis. Maka Filsafat Ilmu merupakan bagian dari
epistimologi (filsafat ilmu pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu
(pengetahuan ilmiah).

Dari situlah muncul berbagai-bagai pengelompokkan filsuf-filsuf Yunani. Dan pembahasan-


pembahasan filsafat yang sangat banyak. Maka dari itu kita harus mempelajarinya lebih
dalam lagi agar kita bisa mengetahui “suatu kebijakan”.
B. Rumusan Masalah

1 Bagaimana pemikirin para tokoh filosofi mengenai paham pluralisme?

C.Tujuan Penulisan
Dari penulisan kami, pembuatan makalah ini di buat guna untuk memenuhi tugas dari dosen
kami. Dan dengan adanya makalah ini, kami sebagai penulis sangat berharap agar makalah
yang kami buat ini bisa bermanfaat. Untuk dipelajari, di pahami lalu di amalkan dalam
kehidup seharinya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. ALIRAN PLURALISME

Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini menyatakan bahwa
realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak substansi yang
bersifat independen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam semesta pada dasarnya
tidak memiliki kesatuan, kontinuitas, harmonis dan tatanan yang koheren, rasional,
fundamental.

Didalamnya hanya terdapat berbagai jenis tingkatan dan dimensi yang tidak dapat diredusir.
Pandangan demikian mencangkup puluhan teori, beberapa diantaranya teori para filosuf
yunani kuno yang menganggap kenyataan terdiri dari udara, tanah, api dan air. Dari
pemahaman di atas dapat dikemukakan bahwa aliran ini tidak mengakui adanya satu
substansi atau dua substansi melainkan banyak substansi, karena menurutnya manusia tidak
hanya terdiri dari jasmani dan rohani tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara yang
merupakan unsur substansial dari segala wujud.

Empedokles berpendapat bahwa prinsip yang mengatur alam semesta tidaklah tunggal
melainkan terdiri dari empat anasir atau zat. Memang dia belum memakai istilah anasir
(stoikeia) yang sebenarnya baru digunakan oleh Plato, melainkan menggunakan istilah 'akar'
(rizomata). Empat anasir tersebut adalah air, tanah, api, dan udara. Keempat anasir tersebut
dapat dijumpai di seluruh alam semesta dan memiiki sifat-sifat yang saling berlawanan.

Api dikaitkan dengan yang panas dan udara dengan yang dingin, sedangkan tanah dikaitkan
dengan yang kering dan air dikaitkan dengan yang basah. Salah satu kemajuan yang dicapai
melalui pemikiran Empedokles adalah ketika ia menemukan bahwa udara adalah anasir
tersendiri. Para filsuf sebelumnya, misalnya Anaximenes, masih mencampuradukkan udara
dengan kabut.

Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama. Anasir
sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat menjadi air. Akan tetapi, semua
benda yang ada di alam semesta terdiri dari keempat anasir tersebut, walaupun berbeda
komposisinya. Contohnya, Empedokles menyatakan tulang tersusun dari dua bagian tanah,
dua bagian air, dan empat bagian api. Suatu benda dapat berubah karena komposisi empat
anasir tersebut diubah.

Pemikiran Empedokles tentang empat anasir kemudian akan diambil-alih oleh Plato,


Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lainnya. Karena kosmologi Aristoteles diterima umum
sepanjang seluruh Abad Pertengahan, maka teori tentang empat anasir merupakan pandangan
dunia sampai awal zaman modern. Setelah itu pada abad ke-17, Robert Boyle membantah
teori ini secara definitif dan dengan itu Boyle membuka jalan untuk kimia modern.

Para filsuf yang termasuk dalam aliran ini antara lain: Empedakles (490-430 SM), yang
menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur, yaitu api, udara, air dan tanah.
Anaxogoras (500-428 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang
tidak terhitung banyaknya, sebab jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga
yang dinamakannodus yaitu suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak
dan mengatur.
BAB III
PENUTUP
Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini menyatakan bahwa
realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak substansi yang
bersifat independen satu sama lain. Para filsuf yang termasuk dalam aliran ini antara lain:
Empedakles (490-430 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur,
yaitu api, udara, air dan tanah. Anaxogoras (500-428 SM), yang menyatakan hakikat
kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang tidak terhitung banyaknya, sebab jumlah sifat benda
dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga yang dinamakannodus yaitu suatu zat yang paling
halus yang memiliki sifat pandai bergerak dan mengatur.
DAFTAR PUSTAKA
Atang Abul Hakim, Beni Ahmad Saibani, Filsafat Umum Dari Metologi Sampai
Fiteofilosofi, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2008)

http://alexnanangagussifa.blogspot.com/2011/06/pemikiran-filsafat-pra-sokrates-
thales.html/26-03-2015/9:36

http://vanesaprimadiyanti-uin-bi-2a.blogspot.com/2008/07/lima-tokoh-filsuf-yunani.html/26-
03-2015/9:42

Rizal Mustansyir, Misnal Munir, FILSAFAT ILMU, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010)

Singh,Simon (1998),Fermats Enigma,New York:Anchor Books


Muzairi, Filsafat Umum (Yogyakarta : Teras, 2002)
Alang Abdul Hakim , Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum (Dari Metologi Sampai
Teofilosofi) (Bandung: Pustaka Setia, 2008)
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani (Jakarta: Universitas Indonesia, 1986)
Bambang Q Anees dan Radea Juli A.H, Filsafat untuk umum, (Jakarta: Prenada Media,
2013)
Mohammad Zamroni, Filsafat komunikasi Pengantar ontologis, epistemologis,
aksiologis(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009)
Tasmuji, Sejarah Filsafat Aliran (Surabaya: Alpha, 2005)
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012)
http://id.wikipedia.org/wiki/Pythagoras
http://dpenga.blongspot.com/2008/10/Phytagoras.htm

Anda mungkin juga menyukai