Anda di halaman 1dari 11

KB 1

A KONSEP DAN DESKRIPSI


3 KONSEP DAN DESKRIPSINYA

1. Kognitivisme

Teori kognitifisme didasarkan pada proses berfikir di balik tingkah laku yang terjadi .

Perubahan tingkah laku di observasi dan digunakan sebagai indicator untuk mengetahui apa
yang terjadi di balik pikiran siswa. Menurut teori ini , belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman . Perubahan persepsi dan pemahaman tidaak harus selalu berbentuk perubahan
tingkah laku yang bias di amati.

Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam
dirinya. Pengalamn dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif.

Ada tujuh teori belajar dalam aliran kognitivisme:

a. Teori perkembangan kognitif oleh Piaget

b. Teori pemrosesan informasi oleh Gagne

c. Teori Bruner lebih ke matik-matik

d. Teori bermakna oleh Ausubel

e. Teori Dienes

f. Teori belajar oleh Van Hicle

g. Teori belajar Brownell dan Van Engen

2. TEORI KONSTRUKTIVISME

Teori belajar konstruktivisme didasarkan pada pernyataan bahwa kita semua membangun
pengetahuan kita sendiri dari lingkungan untuk memperoleh pengalaman dan skema.

Dalam proses pembelajaran , siswa yang harus mendapatkan penekanan. Mereka lah yang harus
aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pengajar atau orang lain.

Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pembelajaran konstruktivisme:


a. Mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan .

b. Mengutamakan proses harus berner-bener bermakna

c. Menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial.

d. Pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkontruksi pengalaman .

ada 2 tokoh Teori belajar dalam aliran konstruktivisme:

a. Konsep belajar konstruktivisme Jean Piaget

b. Konsep belajar konstruktivisme Vgotsk

3. TEORI HUMANISME

humanisme memandang bahwa belajar adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar di anggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori
belajar ini berusaha memahami prilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut
pandang pengamatnya.

Pemikiran humanistik mendesak agar di dalam mengajar guru harus memperhatikan minat dan
kebutuhan anak dan lebih jauh lagi dapat menciptakan lingkungan kelas yang sehat secara social
dan emosional yang di tandai dengan adanya penerimaan dan rasa saling menghargai.

Teori belajar dalam aliran humanism:

a. Teori dari Arthur Combs

b. Teori dari Maslow

c. Teori dari Carl Roger

B KONTEKSTUALISASI
Menghadapi tantangan global dalam dunia pendidikan abad 21 seorang guru bias menghadirkan
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan buat siswa . guru harus mampu memiliki
kompetensi yang matang dengan memahami teori teori belajar, contonya adalah teori belajar
Humanistik yang bertujuan memanusiakan manusia melalui proses pembelajaran yang sangat
berkaitan dengan nilai moderasi beragama yang mengedepankan keadilan dan persamaan serta
sosial .

C MEREFLEKSIKAN
Teori belajar ini sangat penting dalam kehidupan pembelajaran, sebab teori ini sangat membantu
pembelajaran guru di sekolah, apa lagi seperti diera saat ini
KB 2 teori belajar

A. 3 (tiga) konsep dan deskripsi

1. Teori Belajar Humanistik

Konsep Belajar teori humanistik

Teori humanistik berasumsi bahwa teori belajar apapun baik dan dapat dimanfaatkan, asal
tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pemcapaian aktualisasi diri, pemahaman diri,
serta realisasi diri orang belajar secara optimal (Assegaf, 2011).

Teori humanistik bertujuan untuk memanusiakan manusia, oleh sebab itu teori belajar
humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati kajian filsafat, teori kepribadian, dan
psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar.

Deskripsi teori belajar Humanistik

Teori belajar humanisme adalah sebuah teori yang memanusiakan manusia, di mana seorang
individu dalam hal ini peserta didik dapat menggali kemampuanya sendiri untuk di terapkan
dalam lingkungannya. Berdasarkan teori Abraham Maslow teori humanisme ini lebih
mengedepankan motivasi untuk mengembangkan potensi peserta didik secara penuh (Boeree, C.
G., 2006) . Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar,
dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal.

2. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik

Deskripsi prinsip teori belajar humanistik

Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai a whole person atau orang sebagai
suatu kesatuan. Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau bahan ajar
yang menjadi sasaran, tetapi juga membantu peserta didik mengembangkan diri mereka sebagai
manusia.

Beberapa prinsip Teori belajar Humanistik:

1. Manusia mempunyai belajar alami


2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan
maksud tertentu

3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.

4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil

5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam memperoleh cara.

3. Aplikasi Teori Belajar Humanistik

Deskripsi aplikasi teori belajar humanistik

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan.

Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang
umumnya dilalui adalah :

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas

2. Mengusahakan partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,
jujur dan positif.

3. Mendorong peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri

4. Peserta didik di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.

5. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta didik.

Cara yang dapat dilaksanakan dalam pengaplikasian teori belajar humanistik adalah dengan
membuat lingkungan kelas yang nyaman dan tenang sehingga siswa bisa melakukan aktualisasi
diri dengan baik.

B. Kontekstualisasi

Penerapan teori humanisme dalam pembelajaran: Guru dapat memberikan reward kepada peserta
didik yang telah berhasil melakukan suatu hal, agar peserta didik tersebut semakin semangat dan
termotivasi dalam pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik akan bangga atas pencapaiaan dan
usahanya dalam melakukan suatu hal tersebut

C. Merefleksikan
Teori belajar humanistik bisa menolong guru untuk bisa mencapai tujuan pembelajaran pada
cakupan yang lebih mendalam dan luas. Ini bisa menjadi terobosan yang efektif untuk guru
dalam menguasai arah yang harus dilaksanakan dan langkah untuk meraih tujuan. Walaupun
teori humanistik lebih dekat dengan area bidang psikologi dan filsafat daripada dengan area
pendidikan yang mengakibatkan dalam penerapan dan caranya masih susah untuk dijabarkan dan
dijadikan lebih taktis dan konkret. Akan tetapi gagasan dari teori ini sangat bagus dalam rangka
meningkatkan kapasitas individu untuk meraih potensi yang lebih unggul.

KB 3

3 Konsep Dan Diskripsinya

1. Teori Perkembangan Kognitif Jean Peaget

Gredler (2011:324) menyatakan bahwa Fokus dari teori Jean Piaget adalah menemukan asal
muasal logika alamiah dan transformasinya dari satu bentuk penalaran ke penalaran lain. Tujuan
ini mengharuskan dilakukannya penelitian atas akar dari pemikiran logis pada bayi, jenis
penalaran yang dilakukan anak kecil, dan proses penalaran remaja dan dewasa. Berikut ini akan
dijelaskan tentang teori perkembangan Kognitif menurut Jean Piaget sebagai berikut:

a. Proses Kognitif

Santrock (2008:43) menyatakan dalam memahami dunia anak-anak secara aktif, mereka
menggunakan skema (kerangka kognitif atau kerangka referensi).

b. Tahap-Tahap Piagetian

Tahapan Piaget itu adalah fase sensorimotor, pra operasional, operasional konkret, dan
operasional formal. Berikut adalah penjelasannya :

1) Tahap sensorimotor

Tahap ini, yang berlangsung sejak kelahiran sampai sekitar usia dua tahun, adalah tahap
Piagetian pertama. Dalam tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan
pengalaman indra (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan motor
(otot) mereka (menggapai, menyentuh) dan karenanya diistilahkan sebagai sensorimotor.

2) Tahap Pra-Operasional

Tahap ini adalah tahap Plagetian yang kedua. Tahap ini berlangsung kurang lebih mulai dari usia
dua tahun sampai tujuh tahun. Ini adalah tahap pemikiran yang lebih simbolis ketimbang pada
tahap sensorimotor tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Namun tahap ini bersifat
egosentris dan intuitif ketimbang logis

Pemikirn pra-opersional dibagi menjadi dua yaitu :


a. Sub tahap fungsi simbolis

Sub tahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara usia dua sampai empat tahun.

b. Sub tahap pemikiran Intuitif

Sub tahap pemikiran Intuitif adalah subtahap kedua dalam pemikiran praoperasional, dimulai
sekitar usia tahun dan berlangsung sampai usia tujuh tahun. \

3) Tahap Operasional Konkret

Tahap Operasional Konkret Tahap Opersional Konkret adalah tahap perkembanga kognitif
Piagetian ketiga, dimulai dari sekitar umur tujuh tahun sampai sekitar sebelas tahun

4) Tahap operasional Formal

Tahap ini, yang muncul pada usia tujuh sampai lima belas tahun, adalah tahap keempat menurut
teori Piaget dan kognitif terakhir.

2. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky

Menurut Vygotsky, menggunakan pendekatan developmental berarti memahami fungsi kognitif


anak dengan memeriksa asal usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk
selanjutnya. Kemudian Vygotsky menyatakan bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan
sosial dan kultur. Perkembangan anak tidak bisa dilepaskan dari kegiatan sosial dan kultural.

Zone of Proximal Development (ZPD) adalah istilah Vygotsky untuk serangkaian tugas yang
terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan orang dewasa
atau anak yang lebih mampu. Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya akan
arti penting dari pengaruh sosial, terutama pengaruh pengajaran, terhadap perkembangan kognitif
anak.

3. Teori Kognitif menurut Lewin (teori medan)

Teori ini dikemukakan oleh Kurt Lewin (1892-1947). Menurutnya, masingmasing individu
berada dalam medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan dimana individu bereaksi disebut
life space. Jadi menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur
kognitif. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan:

a. Struktur medan kognisi

b. Kebutuhan motivasi internal individu (Khodijah, 2014)

Kontekstualisasi pemaparan materi


Dalam membahas teori-teori tentang belajar, sudah banyak teori yang muncul seperti teori
behavioristik, teori kognitif, toeri humanistik dan lainnya. Pada tulisan ini akan diuraikan tentang
teori kognitif kognitif menjelaskan belajar dengan berfokus pada perubahan-perubahan proses
mental internal yang digunakan dalam upaya memahami dunia eksternal. Proses tersebut
digunakan mulai dari mempelajari tugas-tugas sederhana hingga yang kompleks. Dalam
perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang yang memberikan
kapasitas untuk menunjukkan perubahan prilaku. Struktur mental ini meliputi pengetahuan,
keyakinan, keterampilan, harapan dan mekanisme lain dalam kepala pembelajar. Fokus teori
kognitif adalah potensi untuk berprilaku dan bukan pada prilakunya sendiri.

Hubungan psikologi kognitif untuk kepentingan pembelajaran di kelas adalah seperti hubungan
kognitif untuk kepentingan fisika untuk keperluan pembangunan di bidang teknik, semisal
jembatan. Memang, pengetahuan tentang pikiran psikologi kognitif yang diperoleh dari
percobaan tidak akan memberitahu guru cara mengajar anak-anak secara baik. Namun demikian,
psikologi kognitif dapat menjelaskan prinsip-prinsip pikiran siswa beroperasi sebagai pedoman
latihan.

Merefleksikan

Perkembangan kognitif sangata penting untuk mengembangkan kemampuan anaka dalam


mengembangkan kemampuan anak dalam mengekplor dirinya karena berkaitan dengan pikiran
sadar seorang anak. Piaget dan Vygotsky memperkenalkan sejumlah ide dan konsepnya untuk
mendeskiripsikan dan menjelaskan perubahan perubahn dalm pemikiran logis yang diamatinya.

KB 4

3 Konsep Dan Diskripsinya

1. Pendidikan Agama Islam

Secara etimologi, terdapat beberapa ahli yang memberikan pengertian pendidikan Islam, yaitu:
pertama, ta’lîm yang didefinisikan oleh Muhammad Rasyid Ridla, sebagai ” suatu proses
transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan
tertentu.”2 Muhammad Rasyid Ridla, 1373H: 262) Sedangkan secara terminologi,. Abudin Nata,
menegaskan bahwa pendidikan Islam adalah proses pembentukan individu berdasarkan ajaran
slam untuk mencapai derajat yang tinggi se-hingga mampu melaksanakan fungsi
kekhalîfahannya dan berhasil mewujudkan kebahagian dunia dan akhirat.

2. Paradigma Pembelajaran Humanistik

Pembelajaran Humanistik Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Teori humanistik muncul pada pertengahan
abad 20 sebagai reaksi terhadap teori psikodinamik dan behavioristik.
Karakteristik teori belajar humanisme erat kaitannya dengan eksistensialisme, dimana cirinya
adalah sebagai berikut:

a. keberadaan manusia terdapat dua macam diantaranya ada dalam diri dan berada untuk diri.

b. Kebebasan, dalam hal ini kebebasan memilih yang akan dipelajari, kebebasan
mengembangkan potensi, dan kebebasan menciptakan sesuatu yang baru.

c. tiga, kesadaran, kesadaran membuat manusia mampu membayangkan kemungkinan yang


akan terjadi dan apa yang bisa ia lakukan

3. Penerapan Pembelajaran Humanistik Dalam Pendidikan Islam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan paradigma pembelajaran


Humanistik, sebagai contoh berikut ini:

a. Materi Akidah

Penjelasan Materi :

· Menjelaskan aspek keimananan dalam sesuai dengan alam pikiran siswa,

· Menampilkan buktibukti rasional keberadaan Alah, keesaan Allah, dan sifat-sifat-Nya yang
lain,

· Menjelaskan kehadiran Tuhan dengan sifat-sifat-Nya yang Maha Pengasih, Maha


Penyayang, Maha Pemurah, Maha Pemaaf

b. Materi Al-Qur’an dan Hadist

Penjelasan Materi :

· Menampilkan dan mengutamakan ayatayat yang memberikan kabar gembira (bashiran).


Ayat-ayat yang menjanjikan surge dan kehidupan yang baik dan Bahagia di dunia dan akhirat
bagi orang-orang yang beriaman dan beramal baik,

· Menampilkan dan mengdahulukan ayatyang menjelaskan ketinggian derajat manusia


khususnya orang beriman,

· Menampilka dan mendahulukan ayat dan hadith yang mengajarkan asal kejadian manusia,
kewajiban dan tanggung jawab manusia.

model pembelajaran humanistic tersebut dapat dirumuskandalam mata pelajaran Pendidikan


Agama Islam sesuai dengan materi/sub materi PAI di sekolah dan madarasah
Kontekstualisasi Pemaparan Materi

Secara garis besar pengertian teori belajar humanistik adalah sebagai aktivitas fisik dan spiritual
untuk memaksimalkan proses pembangunan. Penerapan teori belajar humanistik
dalam materi PAI dapat dilakukan dengan memberikan alasan-alasan (bukti-bukti) rasional
terhadap ajaran Islam, memberikan kesempatan siswa untuk berpikir kritis, kreatif terhadap
materi PAI yang disampaikan, menghubungkan materi PAI dengan dunia nyata siswa. peran
guru dalam pendidikan humanistik adalah bagaimana guru mampu menjadi
failitator dalam tujuan pembelajaran untuk peserta didik agar potensi yang dimilikinya dapat
berkembang dengan baik. Peran peserta didik disini bertujuan untuk dapat mengembangkan
potensi secara posistif bukan mengembangkan potensi yang negatif.

Merefleksikan

Penerapan teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran hendaknya pendidik membimbing


siswa untuk berpikir secara induktif, mengutamakan praktek dan menekankan pentingnya
partisipasi siswa dalam pembelajaran. Untuk itu seorang pendidik harusnya mejadi fasilitator,
dan memberi perhatian lebih kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau
pengalaman kelas. Di samping itu, fasilitator `melaksanakan tujuan yang bermakna, mengatur
dan menyediakan sumber-sumber untuk untuk membantu mencapai tujuan mereka,
menempatkan dirinya sebagai suatu sumber yang fleksibel, mengambil prakarsa untuk ikut serta
dalam kelompok.

Kb 1

a. Konsep dan diskripsi

1. Teori behaviorisme:

- Studi tentang tingkah laku yangb dapat diamati/ diukur

- Pikiran adalah sesuatu yang tidak dapat dipahami

- Mengabaikan proses berfikir dalam pikiran

2. Teori Kognitivisme

- Didasarkan pada proses berfikir di balik tingkah

- Perubahan tingkah digunakan sebagai tanda untuk mengetahui apa yang ada di pikiran

3. Teori Konstruktivisme

- Manusia membangun pengetahuan dari linhgkugan untuk memperoleh pengalaman.


- Siswa mengembangkan pengetahuan sendiri.

b. Lakukan kontekstualisasi atas pemaparan materi dalam bahan ajar dengan realitas sosial

- dalam teori behavior, hendaknya guru tidak hanya sekedar mentrasfer ilmu,namun guru juga
harus bisa menanamkan akhlak yang baik sebagai implementasi dari teori-teori belajar yang
dipelajari.

- dakam kaidah agama disampaikan bahwa akhlak berada di atas ilmu, maka sudah menjadi
kewajiban bagi guru untuk dapat mengajak atau memberikan contoh sikap yang baik dalam
pembelajaran sehingga dpat menjadi teladan bagi anak.

- dalam teori konstruktivisme, guru harus mampu mengyajiakan sebuah pengalaman yang
berarti atau berharga bagi siswanya, agar dapat menjadi sebuah ilmu dan pengetahuan baru bagi
siswa.

c. Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran bermkana

- dalam istilah jawa ada sebuah ungkapan bahwa guru adalah "digugu dan ditiru", artinya guru
adalah sosok teladan bagi anak dalam berbagai hal di kehidupan.

- Guru harus dapat menjadi inspirasi bagi peserta didik

- Guru harus selalu meyakini bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan sendiri yang
tidak dapat disamakan dengan siswa lainnya.

- dalam teori konstruktivisme, guru hendaknya mampu mengaktifkan pikiran anak, tidak
sekedar memberikan atau menyampaikan ilmu kepada anak.

KB 2

A. 3 konsep beserta diskripsinya yang ditemukan dalam bahan ajar

1. model pembelajaran yang menyajikan masalah sebagai stimulus untuk mendorong siswa
menggunakan pengetahuanya.

2. Membuat kelompok kecil dalam kelas untuk memecahkan suatu permasalahan

3. Menggunakan masalah yang nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk berfikir kritis

4. Melatih keterampilan memecahkan masalah dalalm kehidupan sehari- hari bersama dengan
anggota kelompoknya.
B. Kontekstualisasi atas pemaparan dalam bahan ajar dengan reslitas sosial

Pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang mengedepankan peran


aktif siswa dlam berfikir dan berpendapat pada kelompoknya. pembeljaran model ini sangat tepat
bagi anak yang memilikimketerampilan dalam berfikir cepat dan berbicara didepan teman-
temanya atau Gurunya. Namun ini menjadi kendala bagi anak yang tidak memilikimkeberanian
dalam menyampaikan pengetahuannya kepada orang lain. Sehingga Guru sangat perlu
membangun kepercayaan diri siswa dalam melaksanakan model pembelajaran ini. Karena, siswa
yang kurang percaya diri tentu akan sangat kesulitan mengikuti model belajar ini. maka sudah
sepatutnya guru harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan anak, dengan harapan,
semua itu akan mampu mencipotakan kedekatan emosional dan memunculkan keberanian bagi
anak dalam berinteraksi pada kegiatan pemebelajaran.

C. Merefleksikan hasil kontekstualisasi materi bahan ajar dalam pembelajaran bermakna.

1. Guru Memotifasi siswa agar aktif dalam pembelajaran

2. Guru mengingatkan kembali apa saja yang telah dipelajari siswa, sehingga memunculkan
kembali sesuatu yang mungkin terlupakan dari memori ingatan anak dan memacu anak untuk
berani mengungkapkan apa yang diketahui.

3. Guru memberikan permasalahan yang realistis bagi anak untuk dapat dengan mudah
dicerna dan direspons

4. Guru harus selalu mengamati dan membimbing kesulitan/ penyelidikan yang dilakukan
siswa.

5. Selalu memberikan motifasi

6. Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang mampu menjawab atau menyampaikan
buah pikiranya

7. Guru merespon apa yang disampaikan anak dengan penuh kehangatan, sehingga
memunculkan rasa nyaman bagi anak.

8. di akhir pembelajaran, guru hendaknya memberikan kesimpulan untuk kembali memberi


penajaman pemahaman kepada anak.

Anda mungkin juga menyukai