Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pelangi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini IAIM Bima

ISSN: 2549-8959 (Online) 2356-1327 (Print)

Kualitas Pengasuhan Rendah


Rahma Annisa1, Umi Tazkiyah2, Eni Apriani3, Anti Susanti4
INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH BIMA

Abstrak
kualitas pengasuhan rendah memiliki dampak negatif yang signifikan pada perkembangan anak usia
dini. Anak-anak yang mengalami kualitas pengasuhan rendah cenderung menunjukkan penurunan
dalam aspek sosial, kognitif, dan emosional perkembangan mereka. Secara sosial, anak-anak yang
mendapatkan pengasuhan rendah cenderung mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman
sebaya, kurangnya keterampilan sosial, dan masalah penyesuaian diri. Penelitian ini menggunakan
metode survei dan analisis terhadap data yang diperoleh dari responden orang tua atau pengasuh
anak. Dalam hal kognitif, mereka cenderung memiliki kemampuan belajar yang terhambat, kesulitan
dalam memperoleh dan memproses informasi, serta keterbatasan dalam kemampuan berpikir kritis.
Secara emosional, anak-anak dengan kualitas pengasuhan rendah lebih rentan terhadap masalah
perilaku, kecemasan, dan gangguan suasana hati.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kualitas pengasuhan rendah termasuk kurangnya


pengetahuan dan keterampilan pengasuh, tingkat pendidikan yang rendah, dan kurangnya dukungan
sosial. Orang tua dengan pengetahuan dan keterampilan pengasuhan yang terbatas cenderung
memiliki pola pengasuhan yang kurang responsif dan terlibat secara emosional dengan anak-anak
mereka. Selain itu, kurangnya dukungan sosial yang memadai dapat mengisolasi pengasuh dan
menghambat akses mereka terhadap sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk memberikan
pengasuhan yang berkualitas.

Implikasi dari temuan ini menekankan pentingnya meningkatkan kualitas pengasuhan untuk
mempromosikan perkembangan optimal anak usia dini. Upaya intervensi yang ditargetkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengasuh, serta meningkatkan dukungan sosial bagi
mereka, dapat membantu mengurangi dampak negatif kualitas pengasuhan rendah. Program
pelatihan untuk orang tua dan pengasuh dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis
dalam mengasuh anak dengan cara yang mendukung perkembangan mereka. Selain itu, mendukung
jaringan dukungan sosial bagi keluarga dan pengasuh anak sangat penting untuk menciptakan
lingkungan yang mendukung perkembangan anak yang sehat dan optimal.

Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi praktisi, pendidik, dan orang tua dalam memahami
pentingnya memperhatikan kualitas pengasuhan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan anak usia dini yang sehat dan optimal. Dengan memahami dampak negatif kualitas
pengasuhan rendah, langkah-langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan kualitas pengasuhan
dan memberikan dukungan yang diperlukan bagi orang tua dan pengasuh anak.

Kata Kunci: kualitas pengasuhan, anak usia dini, perkembangan anak, pendidikan anak usia dini.

Abstract
This study aims to investigate the detrimental effects of low-quality parenting on early childhood
development. In recent decades, the focus on parenting quality has become a primary concern in

Jurnal Pelangi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini IAIM Bima


child development research. This study employs both quantitative and qualitative approaches to
obtain a holistic understanding of this issue. Data collection methods include parent-filled
questionnaires, direct observations, and interviews with child caregivers.

The main findings indicate that low-quality parenting has significant negative impacts on various
aspects of early childhood development. Children who experience low-quality parenting tend to
exhibit declines in their social, cognitive, and emotional development. Socially, these children struggle
with interacting with peers, lack social skills, and face difficulties in adapting to social situations.
Cognitively, they experience hindered learning abilities, challenges in acquiring and processing
information, and limitations in critical thinking skills. Emotionally, children exposed to low-quality
parenting are more prone to behavioral problems, anxiety, and mood disorders.

Several contributing factors to low-quality parenting are identified, including limited knowledge and
parenting skills, low educational attainment, and lack of social support. Parents with limited
parenting knowledge and skills tend to exhibit less responsive and emotionally engaged parenting
patterns. Moreover, inadequate social support can isolate caregivers and hinder their access to
resources and information necessary for providing high-quality parenting.

The implications of these findings underscore the importance of enhancing parenting quality to
promote optimal early childhood development. Targeted interventions to improve parenting
knowledge and skills, as well as increased social support for caregivers, can help mitigate the
negative impact of low-quality parenting. Parenting training programs can provide practical
knowledge and skills to support child development. Additionally, fostering social support networks for
families and caregivers is crucial in creating an environment that supports the healthy and optimal
development of young children.

This research contributes significantly to practitioners, educators, and parents in understanding the
significance of prioritizing parenting quality to foster a supportive environment for the healthy and
optimal development of young children. By acknowledging the adverse effects of low-quality
parenting, steps can be taken to improve parenting practices and provide the necessary support for
parents and caregivers.

Keywords: quality of care, early childhood, child development, early childhood education.

Pendahuluan
Perkembangan anak usia dini merupakan periode yang sangat penting dalam membentuk
dasar-dasar perkembangan mereka di masa depan. Pengasuhan yang berkualitas tinggi pada tahap
ini memiliki peran krusial dalam membantu anak mencapai potensi penuh mereka. Namun, kualitas
pengasuhan rendah dapat berdampak negatif secara signifikan pada perkembangan anak-anak usia
dini.

Kualitas pengasuhan rendah mengacu pada praktik pengasuhan yang tidak responsif, kurang
terlibat secara emosional, atau tidak mendukung perkembangan holistik anak. Anak-anak yang
mengalami kualitas pengasuhan rendah cenderung menunjukkan penurunan dalam aspek sosial,
kognitif, dan emosional perkembangan mereka. Dalam hal sosial, anak-anak ini mungkin mengalami
kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya, memiliki keterampilan sosial yang terbatas, dan
menghadapi masalah penyesuaian diri. Dalam hal kognitif, mereka mungkin mengalami hambatan
dalam kemampuan belajar, kesulitan dalam memperoleh dan memproses informasi, serta

Jurnal Pelangi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini IAIM Bima


Kualitas Pengasuhan Rendah
DOI:

keterbatasan dalam kemampuan berpikir kritis. Secara emosional, anak-anak dengan kualitas
pengasuhan rendah lebih rentan terhadap masalah perilaku, kecemasan, dan gangguan suasana hati.

Penting untuk memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kualitas pengasuhan


rendah pada anak usia dini. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pengasuhan
termasuk kurangnya pengetahuan dan keterampilan pengasuh, tingkat pendidikan yang rendah, dan
kurangnya dukungan sosial. Orang tua atau pengasuh dengan pengetahuan dan keterampilan
pengasuhan yang terbatas cenderung memiliki pola pengasuhan yang kurang responsif dan kurang
terlibat emosional dengan anak-anak mereka. Selain itu, kurangnya dukungan sosial yang memadai
dapat mengisolasi pengasuh dan menghambat akses mereka terhadap sumber daya dan informasi
yang diperlukan untuk memberikan pengasuhan yang berkualitas.

Oleh karena itu, penting untuk mengeksplorasi dampak negatif kualitas pengasuhan rendah
pada perkembangan anak usia dini. Penelitian ini menggunakan metode survei dan analisis terhadap
data yang diperoleh dari responden orang tua atau pengasuh anak. Tujuan utama dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang dampak kualitas pengasuhan
rendah pada perkembangan anak usia dini dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan wawasan yang berharga bagi para
praktisi, pendidik, dan orang tua dalam memahami pentingnya memperhatikan kualitas pengasuhan
untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak usia dini yang sehat dan
optimal. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dampak negatif kualitas pengasuhan rendah,
langkah-langkah dapat diambil untuk meningkatkan kualitas pengasuhan dan memberikan dukungan
yang diperlukan bagi orang tua dan pengasuh anak, serta melindungi anak-anak dari risiko
perkembangan yang tidak optimal.
(Sa’diyah, 2017). Mengatakan bahwa rendahnya kemandirian pada anak usia dini merupakan
kendala bagi anak untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, pentingnya
ditanamkan kemandirian pada anak sejak dini karena dengan melatih anak mandiri, anak tidak akan
mudah bergantung pada orang lain dan dapat tumbuh menjadi anak yang memiliki jiwa yang kuat
serta membentuk kepribadian yang unggul. Dengan ditanamkannya kemandirian sejak dini, maka
ketika dewasa anak akan lebih mudah dalam mengambil keputusan, bertanggung jawab, tidak
mudah bergantung pada orang lain, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Menurut Hartini (Cahyani, 2009) bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat
penting dalam kehidupan anak. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi lisan yang tepat
guna, artinya bahasa itu harus dapat dipahami oleh orang lain. Potensi bahasa merupakan salah satu
potensi yang harus dikembangkan pada anak prasekolah karena dengan kemampuan berbahasa yang
baik, anak tidak saja dapat berkembang dalam bidang akademik tetapi anak mampu pula berinteraksi
secara baik dalam lingkungan sosialnya.
(Denham, 2006). Mengatakan bahwa pada anak usia prasekolah, perkembangan sosial emosi
tidak hanya penting untuk meningkatkan perkembangan kognitif saja melainkan juga penting bagi
kesehatan mental dan kesejahteraan anak, mendukung kesiapan sekolah, serta keberhasilan
akademik.
(Vinland dalam Hastuti, 2015). Anak yang memiliki perkembangan sosial dan emosi yang baik
mendorong anak untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dalam berbagai macam
aspek perkembangan dan akan terbentuk individu dewasa yang berperilaku positif. Kompetensi
sosial emosi ditunjukkan melalui kemampuan anak dalam pengendalian emosi, kemandirian dalam
menolong diri sendiri dan melakukan pekerjaan ringan, berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan
orang lain.
Menurut Depkes (2016) Anak didik TK adalah anak berumur 4-6 tahun. Pada masa ini anak
sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang cepat, serta peka bagi peletakan
dasar-dasar kepribadian. Hurlock (2003) menyatakan bahwa “dasar-dasar permulaan adalah sikap
kritis, sikap kebiasaan dan pola prilaku yang dibentuk selama tahun-tahun pertama, sangat
menentukan seberapa jauh individu-individu berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika
Jurnal Pelangi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini IAIM Bima
|3
Kualitas Pengasuhan Rendah
DOI:
mereka bertambah tua. Masa ini dimanfaatkansebaik-baiknya karena masa ini dapat sangat
menentukan kualitas manusia dimasa depan.
(Harjanto, 2014) Tingginya angka keterlambatan atau gangguan perkembangan anak
salahsatu permasalahannya adalah peran aktif dari orangtua yang kurang dalam mendukung
perkembangan anak. Peran aktif ini khususnya pengasuhan orangtua sangat berkontribusi dalam
kaitannya dengan perkembangan anak, sehingga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak. Pola pengasuhan merupakan asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain
berupa sikap, dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak seperti merawat, memberikan
makan, kebersihan, dan memberi kasih sayang. Selain itu, kualitas hubungan antara orangtua dan
anak tercermin dari pola pengasuhan orangtua.
(Santoso, 2017), Anak pra sekolah berada dalam golden age periode, dimana perkembangan
ditahun awal kehidupan akan menentukan kualitas anak dimasa depan. Sehingga dukungan dari
keluarga dalam mendorong perkembangan anak harus seoptimal mungkin agar terhindar dari
gangguan perkembangan.
Berns (2007) mengemukakan bahwa konsep keterlibatan ayah lebih dari sekedar melakukan
interaksi positif dengan anak-anak mereka, tetapi juga memperhatikan perkembangan anak, terlihat
dekat dengan nyaman, serta dapat memahami dan menerima anak-anak mereka.Keterlibatan ayah
mencakup empat area perkembangan anak yaitu, elemen fisik, sosial, spiritual, intelektual, dan
mengandung unsur afektif.
(Khayati, 2012) menunjukkan bahwa anak-anak yang hidup tanpa ayah mengalami
permasalahan fisik dan psikologi seperti depresi, nilai akademik menurun, dan beberapa
permasalahan lain berkaitan pergaulan. Selain itu, menurut Nangle, dkk (2003) keterlibatan ayah
dalam pengasuhan memberikan dampak positif pada seluruh aspek perkembangan anak yaitu
kognitif, intelektual dan pencapaian prestasi, emosi, sosial, peran jenis, moral, dan penurunan
perkembangan anak yang negatif.
(Oltedal & Nygren, 2015). Secara global, orang tua dalam mengasuh anak-anak mereka
dengan cara yang berbeda-beda sesuai pengaturan dan kultur budaya mereka (Oltedal & Nygren,
2015). Buday adalah kepercayaan, cara hidup, seni, dan adat istiadat yang dianut dan diterima oleh
orangorang dalam masyarakat tertentu (Monasterio Astobiza, 2017). Budaya mempengaruhi praktik
dalam membesarkan anak karena pola asuh yang digunakan oleh orang tua adalah sering ditentukan
oleh latar belakang budaya dan pendidikan mereka sendiri (Sahithya et al., 2019). Budaya membantu
membangun pola asuh dan dipertahankan serta ditransmisikan dengan memengaruhi kognisi orang
tua dan membentuk praktik pengasuhan (Bornstein, 2012). Pola asuh orang tua sangat dipengaruhi
dengan orientasi nilai-nilai budaya (Otto, 2016).
Borba (2008), Kecerdasan moral dibangun sejak dini dengan bantuan keluarga terutama
orang tua.Orang tua memberi pengaruh langsung pada anak untuk memberikan contoh serta
membimbing dan menjelaskan nilai atau aturan yang berlaku di masyarakat.

(rihono dkk., 2015). Stunting pada balita perlu mendapatkan perhatian khusus karena dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan status kesehatan pada
anak. Studi terkini menunjukkan anak yang mengalami stunting berkaitan dengan prestasi di sekolah
yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan yang rendah saat dewasa. Anak yang
mengalami stunting memiliki kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak
sehat dan miskin. Stunting pada anak juga berhubungan dengan peningkatan kerentanan anak
terhadap penyakit, baik penyakit menular maupun Penyakit Tidak Menular (PTM) serta peningkatan
risiko overweight dan obesitas. Keadaan overweight dan obesitas jangka panjang dapat
meningkatkan risiko penyakit degeneratif. Kasus stunting pada anak dapat dijadikan prediktor
rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu negara. Keadaan stunting menyebabkan buruknya
kemampuan kognitif, rendahnya produktivitas, serta meningkatnya risiko penyakit mengakibatkan
kerugian jangka panjang bagi ekonomi Indonesia.

Peran penting kualitas pengasuhan dalam perkembangan anak telah menjadi fokus
perhatian para peneliti, praktisi, dan kebijakan publik. Studi sebelumnya telah
4 | Jurnal Pelangi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini IAIM Bima
Kualitas Pengasuhan Rendah
DOI:

mengungkapkan keterkaitan antara kualitas pengasuhan rendah dengan berbagai masalah


perkembangan, seperti keterlambatan bicara, keterampilan motorik yang terhambat,
keterampilan sosial yang kurang berkembang, dan risiko gangguan emosional dan perilaku.
Namun, meskipun penelitian mengenai kualitas pengasuhan rendah telah dilakukan, masih
terdapat kebutuhan untuk memperdalam pemahaman tentang implikasi dan dampaknya
yang lebih luas. Lebih banyak bukti ilmiah diperlukan untuk menyediakan pemahaman
yang lebih komprehensif tentang bagaimana kualitas pengasuhan rendah mempengaruhi
perkembangan anak dan implikasinya dalam jangka panjang, termasuk masa remaja dan
dewasa.
Dalam konteks ini, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dan menggambarkan
implikasi dan dampak dari kualitas pengasuhan rendah terhadap perkembangan anak.
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
yang lebih mendalam tentang pentingnya kualitas pengasuhan yang baik serta memberikan
landasan bagi upaya intervensi dan dukungan yang lebih efektif untuk meningkatkan
kualitas pengasuhan dan mendukung perkembangan optimal anak.

Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting


dalam bidang pengembangan anak, kesejahteraan keluarga, dan pembangunan masyarakat
secara keseluruhan.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk menyelidiki


kualitas pengasuhan rendah. Desain penelitian yang digunakan adalah studi campuran,
yang menggabungkan metode pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif. Populasi
penelitian terdiri dari orang tua dengan kualitas pengasuhan rendah yang tinggal di daerah
perkotaan. Sampel penelitian dipilih menggunakan metode purposive sampling dengan
kriteria inklusi yang ditetapkan sebelumnya.

Pengukuran kualitas pengasuhan rendah dilakukan melalui dua tahap. Pertama,


dilakukan survei menggunakan kuesioner yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.
Kuesioner tersebut mencakup dimensi pengasuhan yang meliputi komunikasi, disiplin,
perhatian emosional, dan interaksi positif antara orang tua dan anak. Selain itu, observasi
langsung terhadap interaksi orang tua-anak juga dilakukan untuk mengumpulkan data
kualitatif tentang kualitas pengasuhan.

Data dikumpulkan melalui wawancara dengan orang tua atau wali dari TK YAA
BUNAYYA KOTA BIMA , pengisian kuesioner, dan pengamatan langsung selama periode
waktu tertentu. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan teknik statistik
deskriptif dan inferensial, seperti analisis regresi dan uji beda. Sedangkan analisis data
kualitatif melibatkan pengkodean, kategorisasi, dan tematisasi data.

Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian ini, kualitas pengasuhan rendah didefinisikan sebagai kurangnya


responsivitas dan interaksi emosional antara orangtua dan anak, serta kurangnya
pengawasan dan perhatian yang diberikan kepada anak. Hasil penelitian atau wawancara
orang tua atau wali di TK YAA BUNAYYAH menunjukkan bahwa kualitas pengasuhan
rendah secara signifikan berhubungan dengan berbagai konsekuensi negatif pada anak-
anak. Dalam aspek kognitif, anak-anak yang mengalami kualitas pengasuhan rendah
cenderung menunjukkan penurunan dalam kemampuan kognitif, termasuk penurunan
dalam kemampuan bahasa, pemecahan masalah, dan keterampilan akademik. Selain itu,
Jurnal Pelangi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini IAIM Bima
|5
Kualitas Pengasuhan Rendah
DOI:
kualitas pengasuhan rendah juga berdampak negatif pada aspek sosial dan emosional anak,
seperti yang di bahas oleh (Denham, 2006). Mengatakan bahwa pada anak usia prasekolah,
perkembangan sosial emosi tidak hanya penting untuk meningkatkan perkembangan kognitif saja
melainkan juga penting bagi kesehatan mental dan kesejahteraan anak, mendukung kesiapan
sekolah, serta keberhasilan akademik. Dan (Vinland dalam Hastuti, 2015). Anak yang memiliki
perkembangan sosial dan emosi yang baik mendorong anak untuk mengembangkan potensi yang ada
pada dirinya dalam berbagai macam aspek perkembangan dan akan terbentuk individu dewasa yang
berperilaku positif. Kompetensi sosial emosi ditunjukkan melalui kemampuan anak dalam
pengendalian emosi, kemandirian dalam menolong diri sendiri dan melakukan pekerjaan ringan,
berkomunikasi, dan bersosialisasi dengan orang lain.

Anak-anak yang mengalami pengasuhan rendah cenderung memiliki masalah dalam


membentuk hubungan interpersonal yang sehat, mengalami kesulitan dalam
mengendalikan emosi, dan menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi. Faktor-faktor
penyebab kualitas pengasuhan rendah yang diidentifikasi dalam penelitian ini termasuk
tingkat stres yang tinggi pada orangtua, kurangnya dukungan sosial, dan kurangnya
pengetahuan dan keterampilan dalam membesarkan anak. Oleh karena itu, penting untuk
mengembangkan intervensi yang bertujuan meningkatkan kualitas pengasuhan dan
menyediakan dukungan yang tepat kepada orangtua, negatif pada perkembangan kognitif
anak-anak. Seperti yang di bahas oleh (Harjanto, 2014) Tingginya angka keterlambatan atau
gangguan perkembangan anak salahsatu permasalahannya adalah peran aktif dari orangtua yang
kurang dalam mendukung perkembangan anak. Peran aktif ini khususnya pengasuhan orangtua
sangat berkontribusi dalam kaitannya dengan perkembangan anak, sehingga menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Pola pengasuhan merupakan asuhan yang diberikan
ibu atau pengasuh lain berupa sikap, dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak seperti
merawat, memberikan makan, kebersihan, dan memberi kasih sayang. Selain itu, kualitas hubungan
antara orangtua dan anak tercermin dari pola pengasuhan orang tua. dan (Santoso, 2017), Anak pra
sekolah berada dalam golden age periode, dimana perkembangan ditahun awal kehidupan akan
menentukan kualitas anak dimasa depan. Sehingga dukungan dari keluarga dalam mendorong
perkembangan anak harus seoptimal mungkin agar terhindar dari gangguan perkembangan. Dan
depresi ibu dapat berinteraksi dengan temperamen anak dalam mempengaruhi
perkembangan sosioemosional anak usia dini.Program-program pendidikan dan intervensi
yang melibatkan orangtua dapat memberikan manfaat yang signifikan dalam meningkatkan
kualitas pengasuhan dan mempromosikan perkembangan yang sehat bagi anak-anak yang
berisiko mengalami kualitas pengasuhan rendah.

Kualitas pengasuhan rendah telah terbukti memiliki dampak yang signifikan pada
perkembangan anak. kualitas pengasuhan yang rendah telah terbukti memiliki dampak yang
signifikan pada perkembangan fisik anak usia dini. Anak-anak pada usia ini sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, dan pengasuhan yang baik sangat penting untuk
mendukung perkembangan fisik mereka. Pengasuhan yang rendah pada anak usia dini dapat
mencakup kurangnya perhatian, kekerasan fisik atau emosional, kurangnya stimulasi dan interaksi
yang memadai, serta kurangnya pemenuhan kebutuhan dasar seperti gizi yang cukup, tidur yang
cukup, dan kebersihan yang baik. Semua ini dapat berdampak negatif pada perkembangan fisik anak.

Dampak dari kualitas pengasuhan rendah pada perkembangan fisik anak usia dini bisa
meliputi pertumbuhan yang terhambat, penurunan berat badan, kelemahan otot, sistem kekebalan
tubuh yang lemah, dan risiko penyakit yang lebih tinggi. Selain itu, anak-anak yang mengalami
pengasuhan rendah juga dapat mengalami keterlambatan perkembangan motorik dan kurangnya
keterampilan fisik yang sesuai dengan usia mereka. Penting untuk memberikan perhatian dan
perawatan yang memadai pada anak usia dini, termasuk memberikan nutrisi yang seimbang,
memastikan mereka mendapatkan tidur yang cukup, memberikan rangsangan dan interaksi yang
sesuai dengan tingkat perkembangan mereka, serta menciptakan lingkungan yang aman dan bersih.
6 | Jurnal Pelangi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini IAIM Bima
Kualitas Pengasuhan Rendah
DOI:

Semua ini akan membantu mempromosikan perkembangan fisik yang sehat pada anak usia dini.
Seperti yang bahas oleh (rihono dkk., 2015). Stunting pada balita perlu mendapatkan perhatian
khusus karena dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan
status kesehatan pada anak. Studi terkini menunjukkan anak yang mengalami stunting berkaitan
dengan prestasi di sekolah yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan yang rendah
saat dewasa. Anak yang mengalami stunting memiliki kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi
individu dewasa yang tidak sehat dan miskin. Stunting pada anak juga berhubungan dengan
peningkatan kerentanan anak terhadap penyakit, baik penyakit menular maupun Penyakit Tidak
Menular (PTM) serta peningkatan risiko overweight dan obesitas. Keadaan overweight dan obesitas
jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif. Kasus stunting pada anak dapat
dijadikan prediktor rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu negara. Keadaan stunting
menyebabkan buruknya kemampuan kognitif, rendahnya produktivitas, serta meningkatnya risiko
penyakit mengakibatkan kerugian jangka panjang bagi ekonomi Indonesia
Penting untuk diingat bahwa kualitas pengasuhan dapat berubah dan diperbaiki
melalui intervensi yang tepat. Program-program pendidikan dan dukungan keluarga dapat
membantu orangtua mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan
untuk memberikan pengasuhan yang baik kepada anak-anak mereka. Terapi dan intervensi
psikologis juga dapat membantu orangtua mengatasi stres atau masalah kesehatan mental
yang dapat mempengaruhi kualitas pengasuhan mereka.
Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pengasuhan secara keseluruhan, penting
bagi pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk menyediakan sumber daya
dan dukungan yang memadai kepada orangtua. Kampanye informasi dan kesadaran juga
dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang pentingnya kualitas pengasuhan yang
baik dan mengurangi stigma yang terkait dengan pencarian bantuan dalam mengatasi
tantangan pengasuh.
Komunikasi dan interaksi yang positif antara orangtua dan anak merupakan faktor
utama dalam menentukan kualitas pengasuhan. Orangtua yang responsif, empatik, dan
memberikan dukungan emosional kepada anak cenderung memberikan pengasuhan yang
lebih baik. Sebaliknya, kualitas pengasuhan rendah sering kali terkait dengan kurangnya
keterlibatan orangtua, ketidakpekaan terhadap kebutuhan anak, atau bahkan perilaku yang
merugikan seperti penelantaran atau kekerasan.
Selain itu, penting untuk memahami bahwa kualitas pengasuhan dipengaruhi oleh faktor
kontekstual seperti lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi. Beberapa keluarga mungkin
menghadapi tantangan ekonomi yang serius, stres kronis, atau ketidakstabilan perumahan,
yang semuanya dapat mempengaruhi kemampuan orangtua untuk menyediakan
pengasuhan yang baik. Oleh karena itu, solusi jangka panjang untuk meningkatkan kualitas
pengasuhan rendah melibatkan upaya dalam mengatasi ketimpangan sosial, memberikan
dukungan sosial dan ekonomi kepada keluarga yang membutuhkan, serta memperkuat
layanan pendidikan dan kesehatan anak yang terjangkau dan berkualitas.

Penting juga untuk mengakui bahwa kualitas pengasuhan rendah bukanlah


kesalahan eksklusif orangtua. Beberapa faktor seperti kurangnya akses ke pendidikan,
kurangnya kesadaran akan pentingnya pengasuhan yang baik, atau pengaruh lingkungan
yang negatif juga dapat berperan dalam menciptakan kondisi kualitas pengasuhan rendah.
Oleh karena itu, pendekatan yang holistik dan berbasis masyarakat sangat penting dalam
mengatasi masalah ini.

Jurnal Pelangi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini IAIM Bima


|7
Kualitas Pengasuhan Rendah
DOI:
Simpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian yang di dapatkan oleh peneliti di atas dari hasil
wawancara orang tua atau wali dari TK YAA BUNAYYAH KOTA adalah bahwasanya
kualitas pengasuhan rendah memiliki dampak serius pada perkembangan anak. Untuk
memperbaiki situasi ini, perlu adanya pendekatan yang komprehensif melalui intervensi
dan dukungan yang ditujukan kepada orangtua, pemangku kepentingan sosial, dan
masyarakat secara keseluruhan. Dengan meningkatkan kesadaran, menyediakan sumber
daya yang memadai, dan mengurangi faktor risiko yang terkait dengan kualitas pengasuhan
rendah, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi perkembangan anak-anak.
Anak-anak yang mengalami pengasuhan rendah cenderung mengalami keterlambatan
dalam pertumbuhan fisik, terhambatnya perkembangan kognitif, kesulitan dalam
membentuk hubungan sosial yang sehat, serta risiko lebih tinggi mengalami masalah
emosional dan gangguan mental.

Ucapan Terima Kasih


Terima kasih kepada Tuhan yang maha Esa yaitu Allah SWT yang telah
memudahkan berjalannya penelitian ini, Terima kasih kepada bapak dosen pengampu mata
kuliah yaitu bapak Dr. Ihlas Hasan M.Pd yang sudah memberikan kami kesempatan untuk
melakukan penelitian ini sehingga Peneliti bisa mengetahui beberapa informasi penting dan
kami mengucapkan terima kasih juga kepada pihak TK YAA BUNAYYA KOTA BIMA dan
wali orang tua atau wali murid yang sudah mengizinkan peneliti melakukan penelitian di
TK tersebut dan sudah banyak membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Dan
terima kasih pula atas kerjasamanya dari anggota tim peneliti atas kerjasamanya.

Daftar Puataka

8 | Jurnal Pelangi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini IAIM Bima

Anda mungkin juga menyukai