Anda di halaman 1dari 9

JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health

Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45

GAMBARAN KEPEDULIAN ORANG TUA


PADA ANAK PENYANDANG RETARDASI MENTAL
Lailatul Badriyah, Nia Putri Pebrianti, Wulandari
Prodi Bimbingan dan Konseling Islam, Institut Agama Islam Negeri Bengkulu
Email: lailatulbadriyah@iainbengkulu.ac.id; niaputrifebrianti21@gmail.com; wulandari@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to provide a specific and in-depth overview of the conditions or obstacles
experienced by individuals with mental retardation as well as forms of caring and the role of
parents in the development of children's intelligence. This research was conducted at the end
of March to April 2020 using a qualitative approach with the type of case study and the
subjects in this study were 2 people. The instrument used to obtain data was the interview
method, filling out the Checklist for Problems (DCM), and direct observation. The results of
this study explain that subjects who bear mental retardation have the highest problems in the
social field and school curriculum adjustments, and the role and care of parents who are
devoted to the maximum can help clients to overcome these obstacles and live their daily
lives.
Keywords: parental role, mental retardation

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara spesifik dan mendalam
mengenai kondisi atau hambatan-hambatan yang dialami individu penyandang retardasi
mental serta bentuk kepedulian dan peran orang tua pada pengembangan intelegensi anak.
Penelitian ini dilaksanakan akhir Maret hingga April 2020 dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus (cause study) dan subjek pada penelitian ini
berjumlah 2 orang. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode
wawancara, pengisian Daftar Cek Masalah (DCM), serta pengamatan langsung. Hasil pada
penelitian ini menjelaskan bahwa subjek yang menyandang retardasi mental memiliki
permasalahan tertinggi pada bidang sosial dan penyesuaian kurikulum sekolah, dan peran
serta kepedulian orang tua yang dicurahkan secara maksimal mampu membantu subjek untuk
mengatasi hambatan tersebut serta menjalani kehidupan sehari-harinya.
Kata kunci: peran orang tua, retardasi mental

PENDAHULUAN
Menurut data survei Sosial Ekonomi Indonesia yang menyandang
Nasional (SUSENAS) tahun 2012 tentang keterbelakangan mental adalah 62. 011
penyandang disabilitas di Indonesia adalah orang. Dengan perbandingan 60% diderita
sebesar 2,45% atau sekitar 6. 515.500 yang anak laki-laki dan 40% diderita anak
termasuk di dalamnya penyandang retardasi perempuan, dari jumlah tersebut anak yang
mental. Sedangkan berdasarkan data pokok menderita retardasi mental sangat berat
Sekolah Luar Biasa diseluruh Indonesia sebanyak 2,5%, anak retardasi mental berat
tahun 2009 dalam Kemenkes RI berdasarkan sebanyak 2,8%, dan anak retardasi mental
kelompok usia sekolah jumlah penduduk di ringan sebanyak 3,5% serta sisanya disebut

37
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45

sebagai anak dungu (Kementerian Berdasarkan data temuan di lapangan


Kesehatan, 2014) menjelaskan individu dengan RM kerap kali
Retardasi mental merupakan suatu mengalami masalah hubungan sosial yaitu
keadaan perkembangan mental yang terhenti lebih suka menarik diri dan menjadi
atau tidak lengkap yang sering terjadi pada pendiam dibandingkan harus aktif
anak, terutama ditandai oleh adanya berinteraksi dengan sekitar, serta
gangguan selama masa perkembangan, permasalahan dalam kurikulum sekolah
sehingga berpengaruh pada tingkat yang sulit menguasai dan menangkap
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya penjelasan materi pelajaran. Selain itu,
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan kepedulian serta peran orang tua dianggap
sosial. Anak retardasi mental kurang diberikan yang seharusnya peran
memperlihatkan fungsi intelektual dan orang tua untuk terus mengajarkan anaknya
kemampuan dalam perilaku adaptif di agar mampu menjalani kehidupannya
bawah usianya sehingga anak yang dengan mudah dalam berbagai aspek.
mengalami retardasi mental kurang mampu Penerimaan diri orang tua menjadi landasan
mengembangkan keterampilan dan awal dalam menerapkan pola pengasuhan
kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki anak pada anak Retardasi Mental. Khoiri (2012)
usianya (Pratiwi, Handayani & Raharjo, menjelaskan terlihat perbedaan kepedulian
2017). Individu yang mengalami retardasi dan kasih sayang orang tua yang tidak
mental cenderung memiliki tingkat menerima anaknya dengan baik dan orang
intelegensi dibawah rata-rata dan pada masa tua yang memiliki penerimaan baik. Orang
perkembangan akan mengalami gangguan tua yang menerima cenderung memberikan
perkembangan mental yang tidak kasih sayang yang lebih dan terus
sepenuhnya sehingga ia akan mengalami mengupayakan perkembangan intelegensi
kesukaran untuk berinteraksi beradaptasi anak. Hal serupa dari Rahmadayanti, dkk
dengan kondisi lingkungan sekolah maupun (2020) menjelaskan dukungan keluarga yang
masyarakat. Keadaan individu yang seperti memiliki peran paling penting bagi orang
ini tentu akan sangat membutuhkan tua dalam mengasuh dan mendidik anak,
kepedulian orang tua baik dalam bentuk sehingga memberikan efek positif bagi
bantuan pengajaran sosialnya, maupun orang tua untuk menerima dan melatih
bantuan dalam penyesuaian dengan kondisi segala kekurangan pada anaknya sekaligus
sekolah sehingga ia akan lebih memperoleh menyarankan kepada orang tua yang
kemudahan dalam menjalani kesehariannya. memiliki anak retardasi mental agar
meningkatkan kemandirian anak dengan

38
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45

membimbing, memberi contoh dan tuanya untuk terus mendukung dalam


mengarahkan anak dengan benar dalam mengembangkan intelegensi dan
melakukan kegiatan aktivitas setiap harinya. kemampuan bersosialnya, sehingga untuk
Orang tua yang telah menerima kedepannya orang tua akan mampu
secara positif kondisi anak dengan retardasi membantu anaknya untuk mengubah apa
mental akana serta merta memberikan hal yang menjadi kekurangannya menjadi suatu
yang terbaik bagi anaknya. Rinaldi & potensi yang dapat merubah kehidupan anak
Retnowati (2018) meneliti tentang program menjadi lebih baik di masa yang akan
“Mindful Parenting” yang dimana program datang.
tersebut mampu meningkatkan
kesejahteraan subjektif ibu karena terus METODE
berlatih memberikan pengasuhan yang Jenis penelitian ini adalah penelitian
penuh perhatian sehingga hal positif akan kualitatif dengan pendekatan studi kasus.
terus diberikan pada anak dan akan Seorang peneliti menginterpretasi data
membuat ibu memberikan perhatian lebih. dengan mendeskripsikan subjek dan latar
Lebih luas lagi Utami (2009) menjelaskan penelitian, menemukan tema-tema atau
bahwa orang tua yang memiliki anak kategori, dan akhirnya menginterpretasi
retardasi mental akan mengasuh anaknya maknanya, baik makna secara personal
dengan pola asuh yang berbeda dan maupun secara teoritis, mengemukakan hal-
membutuhkan penyesuaian diri yaitu dengan hal unik yang ditemukan serta menawarkan
penuh kasih sayang, perhatian, dan pertanyaan-pertanyaan lanjutan (Zuchdi &
memberikan roll model yang baik sehingga Afifah, 2019). Penelitian ini dilakukan pada
hal tersebut akan ditiru anak untuk tanggal 28 Maret-10 April 2020 di rumah
mengambangkan intelegensinya. kediaman responden. Subjek pada penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk ini adalah 2 orang dengan penyandang
memaparkan bahwa peran orang tua sangat retardasi mental. Selanjutnya ruang lingkup
penting untuk mendukung tumbuh objek penelitian ini adalah bidang pribadi
kembangnya anak dengan penyandang anak atau individu yang mengalami
retardasi mental. Serta penelitian ini gangguan perkembangan intelegensi dan
diharapkan mampu memberikan kontribusi mental yang menurunkan kemampuan dalam
pemberian edukasi kepada orang tua yang beradaptasi.
memiliki anak dengan penyandang retardasi Teknik pengambilam data pada
mental bahwa kondisi anak tersebut sangat penelitian ini menggunakan pemberian
membutuhkan perhatian dan peran orang Daftar Cek Masalah (DCM), wawancara dan

39
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45

pengamatan langsung. Data yang telah dengan memberikan perbandingan data yang
terkumpul kemudian dianalisis dengan telah diperoleh dengan teori-teori yang telah
teknik triangulasi data untuk melihat dikumpulkan sebagai bentuk penguat atas
keabsahan data. Triangulasi data yaitu data yang telah diperoleh.
melakukan pengecekan kembali kebenaran
data-data yang telah diperoleh dengan cara HASIL DAN PEMBAHASAN
melakukan suatu diskusi dengan peneliti lain A. Deskripsi Singkat Subjek
sebagai bahan pertimbangan yang digunakan Beberapa kondisi dari subjek yang
untuk menambah wawasan peneliti terhadap dapat peneliti jabarkan dapat dilihat pada
permasalahan yang diteliti, selanjutnya tabel di bawah ini:
peneliti juga melakukan triangulasi teori
Tabel 1. Deskripsi Singkat Subjek

No Subjek Deskripsi Singkat


1 Nama: Hidayah Kondisi mental: Akibat terhambatnya perkembangan
Umur: 24 Tahun mentalnya subjek sering mengalami kesulitan sewaktu
sekolah dalam proses belajar dan sering tidak naik kelas.
Subjek juga mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri
di lingkungan tempat tinggalnya yang membuat subjek
malu dan jarang berinteraksi dengan orang lain selain
kedua orang tuanya

Kondisi fisik: subjek memiliki kesehatan yang cukup baik


dan jarang mengalami sakit, ketika berbicara mata subjek
sering melirik kemana-mana, postur tubuh subjek cukup
tinggi dan gemuk dengan kulit putih serta rambut ikal
berwarna hitam pekat

Kondisi sosial: subjek tinggal sejak kecil bersama orang


tua angkat dan tinggal di lingkungan yang baik dan cukup
ramah, namun subjek sukar untuk melakukan interaksi
dengan orang disekitarnya serta lebih suka menghabiskan
waktunya di rumah dan sampai sekarang jika subjek ingin
pergi kemana pun harus ditemani oleh ibunya karena
subjek merasa tidak berani jika harus pergi sendirian
2 Nama: Wulan Kondisi mental: subjek sangat mengalami kesulitan
Umur: 18 Tahun dalam proses pembelajaran hingga sempat dikeluarkan
oleh pihak sekolah karena beberapa kali tidak naik kelas
dan kemudian dipindahkan ke SLB oleh orang tuanya
namun subjek masih mengalami kesulitan dalam proses
pembelajaran

Kondisi fisik: subjek tumbuh dengan kondisi anggota


tubuh yang mengalami kekurangan yaitu dibagian
mulutnya yang agak miring, kemudian postur tubuh

40
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45

subjek kurus dan lumayan tinggi dengan kulit putih dan


rambut kriting berwarna hitam. Subjek juga sering
mengalami sakit seperti demam, jarang mau berbicara
dengan orang lain

Kondisi sosial: subjek tinggal bersama kedua orang tua


kandungnya dan tidak banyak melakukan interaksi dengan
orang sekitar selain dengan keluarganya di rumah, dan ia
juga tidak diperbolehkan berinteraksi dengan tetangga
sekitar karena ditakutkan akan terjadi hal yang tidak
diinginkan sehingga ia lebih suka berdiam diri di rumah

Dari tabel di atas dapat peneliti akan hal-hal yang akan terjadi kepada
simpulkan beberapa permasalahan anak anaknya apabila dibiarkan terlalu jauh,
dengan penyandang retardasi mental kondisi akhirnya membentuk pribadi anak yang
fisik, psikis dan sosialnya hampir sama, tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain.
yaitu ruang lingkup gerak anak yang dibatasi Hal ini diperkuat dengan hasil
oleh orang tua. Hal tersebut dipicu dari wawancara dengan orang terdekat dari
orang tua yang melihat kondisi kesehatan subjek. Hasil wawancara dapat dilihat pada
anak yang rentan sakit, ketakutan orang tua tabel di bawah ini:

Tabel 2. Tabulasi Data Hasil Wawancara

No Jawaban Subjek Kata Kunci


1 “Anak saya ini susah ngerti pelajaran waktu Mengalami kesulitan belajar dan
sekolah dulu jadi PR jarang dikerjakan, kalau mengerjakan PR semampunya
dikerjakan ya semampunya dia aja, saya dan
bapaknya juga gak ngerti jadi gak bisa bantu apa-
apa, dia juga orangnya pendiem jarang keluar
rumah main ke tetangga”
“Anak saya dulu pas sekolah sering tidak naik kelas Mengalami kesulitan ketika
jadi sekolah mengeluarkannya, terus saya belajar
masukkan dia ke SLB namun saya lihat masih juga
dia mengalami kesulitan. Saya juga melarang dia
main dengan temannya karena takut kalau nanti
ada apa-apa dengannya karena dia gak kayak
temennya yang lain”
2 “Sejak saya kecil si anak saya sudah kayak gitu” Sejak kecil subjek sudah
mengalami gangguan akibat
keterbelakangan mental
“Saya tahu anak saya mengalami kesulitan belajar Sejak kecil sudah mengalami
setelah kelas 2 SD dia tidak naik kelas dan justru gangguan
adeknya yang naik kelas duluan, dia sering tidak
naik kelas itulah setelah keluar sekolah saya
menyekolahkannya di SLB”

41
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45

3 “Kalau saya dengan bapak sebetulnya jarang Kurang perhatian orang tua pada
ngurusin sekolah dia karna itu tadi kami juga gak proses pembelajaran
ngerti, tapi kami berusaha nurutin apa mau dia
biar dia senang”
“Saya sangat memperhatikan anak saya, saya Mendapatkan perhatian yang
berusaha membantu dia biar tidak kayak gitu lagi” cukup namun subjek masih
belum memberikan kemajuan
4 “Saya kadang suka nyuruh dia belajar ke temennya Orang tua mendukung proses
dekat rumah ini, tapi karna emang dianya yang belajar
pemalu jadi gak mau”
“Saya sebagai orang tua ya itu tadi saya berusaha Subjek sering sakit dan
memasukkan anak saya ke SLB tujuannya si supaya dipindahkan ke SLB untuk
anak saya mampu untuk belajar karena di sekolah membantu proses belajar
umum dia susah belajarnya, saya juga sering
membawa ia berobat karena sering sakit”
5 “Jarang dia main sama temennya” Subjek jarang bermain
“Anak saya ini suka berdiam diri dan jarang mau Subjek jarang mau berbicara
ngomong dengan orang lain selain saya, adek dan dengan orang lain dan berdiam
bapaknya, dan saya juga terkadang melarang anak diri di rumah
saya main karena takut kalau ada apa-apa sama
dia jadi bisa dibilang sosial anak saya sangat
kurang”
6 “Anak saya sehat dan jarang sakit, makan juga Aspek kesehatan subjek baik
teratur”
“Kalau Wulan ini kadang sering sakit dan kadang Aspek kesehatan subjek sering
makannya juga susah, itulah badannya kurus” terganggu
7 “Ya pengennya anak saya bisa kayak temennya, Ada harapan kesembuhan untuk
karena kadang tetangga juga sering bilang kenapa subjek
Dayah di rumah terus gak keluar-keluar”
“Harapan saya buat anak saya dia cepat sembuh Harapan subjek jadi lebih berani
jadi bisa lebih berani”

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ulangi, jadi proses yang di dapat kurang
masalah kesulitan belajar tidak dapat diatasi maksimal. Terlihat pula bahwa orang tua
karena orang tua juga tidak memahami lebih fokus kepada kesehatan anak daripada
materi yang diajarkan. Beberapa orang tua kondisi belajara anak. Berikut akan
memasukkan anaknya ke SLB untuk dapat ditampilakan grafik daftar cek masalah
membantu proses pengajaran, akan tetapi (DCM) yang peneliti ambil dari oran tua
ketika di rumah pelajaran tersebut tidak di subjek.

42
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45

Gambar 1. Grafik Hasil Daftar Cek Masalah

GRAFIK HASIL DCM


10 9
9 8
8 7 7
7 6 6 6
JUMLAH

6 5 5 5 5 5
5 4 4 4
4 3 3 3
3 22 2 2
2 1 1
1
0 Subjek 1
Subjek 2

Bidang Masalah

Berdasarkan grafik di atas dapat cukup besar sebagai akibat kurangnya


disimpulkan bagian permasalahan tertinggi pembiasaan orang tua untuk mengajak
terletak pada aspek kesehatan, sosial dan anaknya berinteraksi dengan orang disekitar
kurikulum. Subjek sangat rentan sakit dan justru lebih bangga ketika sang anak
sehingga orang tua memberikan perhatian mampu membantu semua pekerjaan rumah.
lebih dengan pengobatan. Efek dari Menurut Kusumaningrum (2014) peran
seringnya anak sakit mengakibatkan pula orang tua yang membiasakan anak untuk
masalah sosial di masyarakat, anak jarang ikut bersosial seperti menemani ibunya
bergaul dengan tetangga disekitar rumahnya, berkunjung ke rumah tetangga atau bahkan
membentuk pribadi pemalu dan rasa rendah meminta anak untuk berbelanja ke warung
diri karena kekurangan dalam dirinya. tetangga akan memberikan efek yang sangat
kesulitan-kesulitan yang dialami subjek besar pada perkembangan sosialnya.
dalam kesehariannya adalah sulitnya
menjalin interaksi dengan orang sekitar yang PENUTUP
menyebabkan subjek merasa lebih nyaman Berdasarkan pembahasan yang telah
untuk menjalani kehidupannya sendiri di dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan
rumah. Ia akan sukar bermain dalam bahwa individu yang menyandang retardasi
kelompok karena kebiasaan yang ia jalani mental atau keterbelakangan mental
sejak kecil yang sudah menutup diri karena mengalami beberapa hambatan pada
rasa malu dan ketidakpercayaan diri yang perkembangan intelegensi dan mentalnya.

43
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45

Hambatan pada aspek intelegensi sendiri individu yang mengalami retardasi mental
berupa kesulitan yang dialami subjek pada membutuhkan sistem belajar yang lebih
proses belajar sewaktu sekolah yang khusus dan berbeda dengan anak lain pada
mengakibatkan tidak naik kelas beberapa umumnya karena individu tersebut memiliki
kali, sedangkan hambatan pada daya tangkap yang lebih lambat.
perkembangan mental berupa keterbatasan Gambaran peran sekaligus bentuk
untuk melakukan adaptasi atau penyesuaian kepedulian orang tua yang tercermin pada
diri di lingkungan sosialnya yang sukar perhatian yang diberikan secara maksimal
untuk bersosial dan melakukan interaksi dan penuh kesungguhan terbukti mampu
dengan teman maupun orang sekitarnya. memberikan bantuan pada individu yang
Subjek hanya sering melakukan interaksi mengalami retardasi mental untuk terus
dengan keluarganya saja dan lebih banyak mengembangkan kemampuan mental dan
berdiam diri serta menghabiskan waktunya intelegensinya untuk menjalani kehidupan
di rumah. sehari-hari. Begitupun sebaliknya,
Selain itu berdasarkan hasil kurangnya kepedulian dan peran orang tua
wawancara dan data hasil pengisian Daftar untuk terus memperhatikan anak dengan
Cek Masalah (DCM) yang telah dilakukan retardasi mental akan memperparah
oleh subjek diperoleh beberapa data hambatan perkembangan intelegensi dan
bahwasanya bidang permasalahan yang mentalnya yang berdampak pada
menjadi masalah terberat yang dialami kemampuan anak beradaptasi serta
subjek adalah pada bidang bersosial dan mengembangkan potensi. Salah satu solusi
berorganisasi serta bidang masalah permasalah subjek pada aspek sosial dan
penyesuaian kurikulum sekolah. Kedua pendidikannya yaitu dengan memberikan
bidang tersebut menjadi point tertinggi yang dukungan secara penuh dan kepedulian
dialami subjek dan juga menjadi pokok dalam bentuk perhatian ekstra, karena peran
permasalahan yang harus diselesaikan oleh orang tua dalam menyikapi dan membantu
orang tua untuk membantu perkembangan permasalahan yang dialami subjek adalah
kemampuan anaknya. Permasalahan salah satu upaya penting agar subjek mampu
bersosial yang kurang baik akan mampu untuk terus menjalani kehidupannya. Selain
teratasi dengan peran orang tua untuk itu, dukungan keluarga atau orang sekitar
melatih dan membiasakan anak melakukan juga sangat penting diberikan baik pada
interaksi dengan orang disekitarnya agar orang tua maupun pada subjek untuk
proses sosial mampu terbentuk dengan baik. membantu kemudahan subjek menjalani
Sedangkan pada aspek pendidikan tentu kehidupan sehari-hari.

44
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45

DAFTAR PUSTAKA Rahmadayanti, Atmaja N.S., Udiyani B.P.,


dan Ritna. (2020). Studi fenomenologi
Kemenkes RI. (2014). Penyandang
pengalaman orang tua dalam
disabilitas anak. Infodatin: pusat
memandirikan anak usia (0-18 tahun)
informasi kementrian kesehatan RI,
dengan retardasi mental sedang Di
Diakses dari
SLB Negeri Batulicin Kabupaten
http://www.kemkes.go.id/resources/
Tanah Bumbu 2019. Jurnal
download/pusdatin/infodatin/infoda
Keperawatan Suaka Insan, Vol. 5
tin_disabilitas.pdf.
Edisi I, Juni.
Khoiri, H. (2012). Penerimaan orang tua
Rinaldi, Rizky M. dan Retnowati S. (2018).
terhadap anak retardasi mental ditinjau
Program “Mindful Parenting” untuk
dari kelas sosial. Developmental and
meningkatkan kesejahteraan subjektif
Clinical Psychology. Vol. 1, No. 1. h.
ibu yang memiliki anak retardasi
9-14.
mental. Gadjah Mada Journal Of
Kusumaningrum, R.A. (2014). Gambaran
Professional Psychology, Vol. 2, No.
orang tua yang memiliki anak retardasi
2: h. 100-115.
mental dengan perkembangan sosial
Utami, Y.R. (2009). Penyesuaian diri dan
baik dan buruk di SLB-BC Mitra
pola asuh orang tua yang memiliki
Amanda Banyudono Boyolali. Skripsi.
anak retardasi mental. Skripsi.
Surakarta: Universitas
Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Muhammadiyah Surakarta
Pratiwi, I.C., Handayani O.W.K., dan
Zuchdi, D., & Afifah, W. (2019). Analisis
Raharjo B.B. (2017). Kemampuan
konten etnografi & grounded theory
kognitif anak retardasi mental
dan hermeneutika dalam penelitian.
berdasarkan status gizi. Public Health
Jakarta: Bumi Aksara.
Perspective Journal. Vol. 2 No. 1. h.
19-25.

45

Anda mungkin juga menyukai