ABSTRACT
This study aims to provide a specific and in-depth overview of the conditions or obstacles
experienced by individuals with mental retardation as well as forms of caring and the role of
parents in the development of children's intelligence. This research was conducted at the end
of March to April 2020 using a qualitative approach with the type of case study and the
subjects in this study were 2 people. The instrument used to obtain data was the interview
method, filling out the Checklist for Problems (DCM), and direct observation. The results of
this study explain that subjects who bear mental retardation have the highest problems in the
social field and school curriculum adjustments, and the role and care of parents who are
devoted to the maximum can help clients to overcome these obstacles and live their daily
lives.
Keywords: parental role, mental retardation
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran secara spesifik dan mendalam
mengenai kondisi atau hambatan-hambatan yang dialami individu penyandang retardasi
mental serta bentuk kepedulian dan peran orang tua pada pengembangan intelegensi anak.
Penelitian ini dilaksanakan akhir Maret hingga April 2020 dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dengan tipe penelitian studi kasus (cause study) dan subjek pada penelitian ini
berjumlah 2 orang. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode
wawancara, pengisian Daftar Cek Masalah (DCM), serta pengamatan langsung. Hasil pada
penelitian ini menjelaskan bahwa subjek yang menyandang retardasi mental memiliki
permasalahan tertinggi pada bidang sosial dan penyesuaian kurikulum sekolah, dan peran
serta kepedulian orang tua yang dicurahkan secara maksimal mampu membantu subjek untuk
mengatasi hambatan tersebut serta menjalani kehidupan sehari-harinya.
Kata kunci: peran orang tua, retardasi mental
PENDAHULUAN
Menurut data survei Sosial Ekonomi Indonesia yang menyandang
Nasional (SUSENAS) tahun 2012 tentang keterbelakangan mental adalah 62. 011
penyandang disabilitas di Indonesia adalah orang. Dengan perbandingan 60% diderita
sebesar 2,45% atau sekitar 6. 515.500 yang anak laki-laki dan 40% diderita anak
termasuk di dalamnya penyandang retardasi perempuan, dari jumlah tersebut anak yang
mental. Sedangkan berdasarkan data pokok menderita retardasi mental sangat berat
Sekolah Luar Biasa diseluruh Indonesia sebanyak 2,5%, anak retardasi mental berat
tahun 2009 dalam Kemenkes RI berdasarkan sebanyak 2,8%, dan anak retardasi mental
kelompok usia sekolah jumlah penduduk di ringan sebanyak 3,5% serta sisanya disebut
37
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45
38
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45
39
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45
pengamatan langsung. Data yang telah dengan memberikan perbandingan data yang
terkumpul kemudian dianalisis dengan telah diperoleh dengan teori-teori yang telah
teknik triangulasi data untuk melihat dikumpulkan sebagai bentuk penguat atas
keabsahan data. Triangulasi data yaitu data yang telah diperoleh.
melakukan pengecekan kembali kebenaran
data-data yang telah diperoleh dengan cara HASIL DAN PEMBAHASAN
melakukan suatu diskusi dengan peneliti lain A. Deskripsi Singkat Subjek
sebagai bahan pertimbangan yang digunakan Beberapa kondisi dari subjek yang
untuk menambah wawasan peneliti terhadap dapat peneliti jabarkan dapat dilihat pada
permasalahan yang diteliti, selanjutnya tabel di bawah ini:
peneliti juga melakukan triangulasi teori
Tabel 1. Deskripsi Singkat Subjek
40
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45
Dari tabel di atas dapat peneliti akan hal-hal yang akan terjadi kepada
simpulkan beberapa permasalahan anak anaknya apabila dibiarkan terlalu jauh,
dengan penyandang retardasi mental kondisi akhirnya membentuk pribadi anak yang
fisik, psikis dan sosialnya hampir sama, tidak dapat bersosialisasi dengan orang lain.
yaitu ruang lingkup gerak anak yang dibatasi Hal ini diperkuat dengan hasil
oleh orang tua. Hal tersebut dipicu dari wawancara dengan orang terdekat dari
orang tua yang melihat kondisi kesehatan subjek. Hasil wawancara dapat dilihat pada
anak yang rentan sakit, ketakutan orang tua tabel di bawah ini:
41
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45
3 “Kalau saya dengan bapak sebetulnya jarang Kurang perhatian orang tua pada
ngurusin sekolah dia karna itu tadi kami juga gak proses pembelajaran
ngerti, tapi kami berusaha nurutin apa mau dia
biar dia senang”
“Saya sangat memperhatikan anak saya, saya Mendapatkan perhatian yang
berusaha membantu dia biar tidak kayak gitu lagi” cukup namun subjek masih
belum memberikan kemajuan
4 “Saya kadang suka nyuruh dia belajar ke temennya Orang tua mendukung proses
dekat rumah ini, tapi karna emang dianya yang belajar
pemalu jadi gak mau”
“Saya sebagai orang tua ya itu tadi saya berusaha Subjek sering sakit dan
memasukkan anak saya ke SLB tujuannya si supaya dipindahkan ke SLB untuk
anak saya mampu untuk belajar karena di sekolah membantu proses belajar
umum dia susah belajarnya, saya juga sering
membawa ia berobat karena sering sakit”
5 “Jarang dia main sama temennya” Subjek jarang bermain
“Anak saya ini suka berdiam diri dan jarang mau Subjek jarang mau berbicara
ngomong dengan orang lain selain saya, adek dan dengan orang lain dan berdiam
bapaknya, dan saya juga terkadang melarang anak diri di rumah
saya main karena takut kalau ada apa-apa sama
dia jadi bisa dibilang sosial anak saya sangat
kurang”
6 “Anak saya sehat dan jarang sakit, makan juga Aspek kesehatan subjek baik
teratur”
“Kalau Wulan ini kadang sering sakit dan kadang Aspek kesehatan subjek sering
makannya juga susah, itulah badannya kurus” terganggu
7 “Ya pengennya anak saya bisa kayak temennya, Ada harapan kesembuhan untuk
karena kadang tetangga juga sering bilang kenapa subjek
Dayah di rumah terus gak keluar-keluar”
“Harapan saya buat anak saya dia cepat sembuh Harapan subjek jadi lebih berani
jadi bisa lebih berani”
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ulangi, jadi proses yang di dapat kurang
masalah kesulitan belajar tidak dapat diatasi maksimal. Terlihat pula bahwa orang tua
karena orang tua juga tidak memahami lebih fokus kepada kesehatan anak daripada
materi yang diajarkan. Beberapa orang tua kondisi belajara anak. Berikut akan
memasukkan anaknya ke SLB untuk dapat ditampilakan grafik daftar cek masalah
membantu proses pengajaran, akan tetapi (DCM) yang peneliti ambil dari oran tua
ketika di rumah pelajaran tersebut tidak di subjek.
42
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45
6 5 5 5 5 5
5 4 4 4
4 3 3 3
3 22 2 2
2 1 1
1
0 Subjek 1
Subjek 2
Bidang Masalah
43
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45
Hambatan pada aspek intelegensi sendiri individu yang mengalami retardasi mental
berupa kesulitan yang dialami subjek pada membutuhkan sistem belajar yang lebih
proses belajar sewaktu sekolah yang khusus dan berbeda dengan anak lain pada
mengakibatkan tidak naik kelas beberapa umumnya karena individu tersebut memiliki
kali, sedangkan hambatan pada daya tangkap yang lebih lambat.
perkembangan mental berupa keterbatasan Gambaran peran sekaligus bentuk
untuk melakukan adaptasi atau penyesuaian kepedulian orang tua yang tercermin pada
diri di lingkungan sosialnya yang sukar perhatian yang diberikan secara maksimal
untuk bersosial dan melakukan interaksi dan penuh kesungguhan terbukti mampu
dengan teman maupun orang sekitarnya. memberikan bantuan pada individu yang
Subjek hanya sering melakukan interaksi mengalami retardasi mental untuk terus
dengan keluarganya saja dan lebih banyak mengembangkan kemampuan mental dan
berdiam diri serta menghabiskan waktunya intelegensinya untuk menjalani kehidupan
di rumah. sehari-hari. Begitupun sebaliknya,
Selain itu berdasarkan hasil kurangnya kepedulian dan peran orang tua
wawancara dan data hasil pengisian Daftar untuk terus memperhatikan anak dengan
Cek Masalah (DCM) yang telah dilakukan retardasi mental akan memperparah
oleh subjek diperoleh beberapa data hambatan perkembangan intelegensi dan
bahwasanya bidang permasalahan yang mentalnya yang berdampak pada
menjadi masalah terberat yang dialami kemampuan anak beradaptasi serta
subjek adalah pada bidang bersosial dan mengembangkan potensi. Salah satu solusi
berorganisasi serta bidang masalah permasalah subjek pada aspek sosial dan
penyesuaian kurikulum sekolah. Kedua pendidikannya yaitu dengan memberikan
bidang tersebut menjadi point tertinggi yang dukungan secara penuh dan kepedulian
dialami subjek dan juga menjadi pokok dalam bentuk perhatian ekstra, karena peran
permasalahan yang harus diselesaikan oleh orang tua dalam menyikapi dan membantu
orang tua untuk membantu perkembangan permasalahan yang dialami subjek adalah
kemampuan anaknya. Permasalahan salah satu upaya penting agar subjek mampu
bersosial yang kurang baik akan mampu untuk terus menjalani kehidupannya. Selain
teratasi dengan peran orang tua untuk itu, dukungan keluarga atau orang sekitar
melatih dan membiasakan anak melakukan juga sangat penting diberikan baik pada
interaksi dengan orang disekitarnya agar orang tua maupun pada subjek untuk
proses sosial mampu terbentuk dengan baik. membantu kemudahan subjek menjalani
Sedangkan pada aspek pendidikan tentu kehidupan sehari-hari.
44
JIVA: Journal of Behaviour and Mental Health
Vol. 1, No. 1, Juli 2020, 37 – 45
45