fisik
sosial
psikis
Perkembangan Pertumbuhan
anak
anak
Tema utama
anak
kognitif sosial
bahasa
1. Anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dilihat dari bertambahnya ukuran fisik anak.
Sedangkan perkembangan dilihat dari kognitif anak. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang
diawali dari konsepsi (pembuahan) sampai pematangan atau dewasa. Melalui proses tersebut anak tumbuh menjadi lebih
besar dan bertambah matang dalam segala aspek baik fisik, emosi, intelektual, maupun psikososial. Apabila terdapat
suatu masalah dalam proses tersebut maka yang akan berakibat terhambatnya anak mencapai tingkat tumbuh kembang
2. Apabila gangguan ini berlanjut maka akan menjadi suatu bentuk kecacatan yang menetap pada anak. Namun, apabila
sejak dini gangguan tumbuh kembang sudah terdeteksi, maka kita dapat melakukan suatu intervensi sesuai dengan
kebutuhan anak. Melalui intervensi yang dilakukan sejak dini itulah tumbuh kembang anak pada tahap selanjutnya dapat
3. Anak-anak yang mengalami keterbatasan atau ketidakmampuan secara fisik, psikis, atau sosial membutuhkan
kebutuhan yang lebih khusus. Salah satu diantaranya yaitu anak retardasi mental. Anak retardasi mental biasanya
mengalami kepercayaan diri yang kurang, menarik diri dari lingkungan, emosi yang tidak terkontrol, komunikasi yang
kurang selaras, sehingga anak retardasi mental membutuhkan pertolongan dan bimbingan dari orang tua (Poerwanti
&Widianingsih, 2010).
4. Anak redardasi mental mengalami keterbatasan sosialisasi dan mengalami penurunan perkembangan sosial akibat
tingkat kecerdasan yang rendah (Soetjiningsih, dalam Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati, 2015).
5. Data Dinas Sosial Jawa Tengah pada tahun 2012, penyandang retardasi mental sekitar 18.516 anak, sedangkan di kota
Semarang jumlah anak penyandang retardasi mental sekitar 363 anak lebih besar dibandingkan dengan kota Magelang
yang hanya 60 anak dan Surakarta 198 anak (TKPK Provinsi Jawa Tengah, 2013).
6. Anak RM dengan tingkat kecerdasan di bawah normal dan mengalami hambatan dalam bersosialisasi. Faktor lain adalah
kecenderungan mereka diisolasi atau dijauhi oleh lingkungannya. Anak sering tidak diakui secara penuh sebagai individu
dan hal tersebut memengaruhi proses pembentukan pribadi. Anak akan tumbuh dan berkembang menjadi individu
dengan ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap tuntutan sekolah, keluarga, masyarakat, dan terhadap dirinya
sendiri (Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati, 2015).
5. F2
1. Anak dengan retardasi mental membutuhkan dukungan dari keluarga yang tentunya tidak akan sampai melakukan
penyesuaian diri yang salah jika orang tua dapat menerima kehadiran mereka sekaligus membimbing mereka dalam
menghadapi tuntutan lingkungan, karena pada hakekatnya mereka membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarga
terutama orangtua.
2. Anak retardasi mental akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari keluarga. Dukungan dan
penerimaan dari setiap anggota keluarga akan memberikan energi dan kepercayaan dalam diri anak retardasi mental
untuk lebih berusaha meningkatkan setiap kemampuan yang dimiliki, sehingga hal ini akan membantunya untuk dapat
hidup mandiri, lepas dari ketergantungan pada bantuan orang lain. Anak retardasi mental akan sangat tergantung pada
peran serta dan dukungan penuh dari keluarga. (Effendi, dkk, dalam Atyanta, 2015).
3. Proses perkembangan sosialisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah dukungan sosial keluarga, anak
yang memperoleh dukungan sosial keluarga secara baik, akan meningkatkan keterampilan sosial anak. Namun jika
dukungan sosial keluarga yang diperoleh itu kurang atau tidak memperoleh sama sekali, maka anak akan merasa
tertekan, tertutup, terabaikan bahkan cenderung ditelantarkan, sehingga ia diselimuti rasa takut dan kecemasan dalam
4. stimulasi orangtua dapat membantu dalam meningkatkan perkembangan sosial pada anak. Keluarga terutama pada
orangtua mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan anak yang mengalami retardasi mental. Pemberian
stimulasi dapat dilakukan dengan cara latihan bermain. Anak yang memperoleh stimulus yang terarah akan lebih cepat
berkembang dibandingkan anak yang kurang memperoleh stimulus. Anita & Jannah (2012)
6. Rumusan Masalah : apakah ada hubungan dari dukungan keluarga terhadap perkembangan sosial anak
retardasi mental
7. Tujuan (Umum & Khusus) : menjelaskan hubungan dukungan keluarga terhadap perkembangan sosial anak retardasi mental
Tujuan khusus:
1.untuk mengetahui dukungan keluarga terhadap anak retardasi mental
2. Untuk mengetahui perkembangan sosial pada anak retardasi mental
8. Manfaat (teoritis & Praktis) :
Manfaat teoritis :
Sebagai bahan kajian ilmiah dalam cara mengembangkan ilmu pengetahuan bagi ilmu keperawatan tentang
dukungan keluarga dengan perkembangan sosial anak retardasi mental sedang yang terangkum dalam ilmu keperawatan
anak.
Manfaat praktis :
a. Bagi mahasiswa Stikes Wira Husada Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi mahasiswa ilmu keperawatan dalam
melakukan praktik keperawatan anak khususnya pada anak.
b. Bagi anak berkebutuhan khusus
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan dan patokan untuk dapat mengetahui dukungan keluarga
dengan perkembangan sosial khususnya pada anak retardasi mental.
c. Bagi SLB Negeri 1 Sleman Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan dalam dukungan keluarga khususnya
anak retardasi mental.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan tambahan pengetahuan serta informasi khususnya tentang
dukungan keluarga dengan perkembangan sosial pada anak retardasi mental yang dapat digunakan sebagai bahan
acuan bagi peneliti selanjutnya.
9. Judul Penelitian : hubungan dukungan keluarga dengan perkembangan sosial anak retardasi mental
10. Keaslian penelitian
No Judul Karya Ilmiah dan Variabel Jenis Hasil
penulis penelitian
1. Hubungan dukungan Dukungan kuantitatif Hasil penelitian sebagian besar dukungan keluarga yang
keluarga dengan keluarga paling banyak pada anak retardasi mental ringan yaitu
kemampuan sosialisasi dukungan keluarga tingkat sedang sebanyak 24 (48%), nilai
anak retardasi mental p – value 0,001 < level of significant = 0,05 yang
ringan di SLBN 1 Bantul. menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga
(Redi iriawan (2015) dengan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental ringan
di SLBN 1 Bantul Yogyakarta.
2. hubungan dukungan Dukungan kuantitatif Hasil Penelitian: Ada hubungan antara dukungan keluarga
keluarga dengan keluarga dan kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mental
kemampuan perawatan di SLB N 1 Bantul. Hasil penelitian diperoleh nilai (p) sebesar
diri pada anak retardasi 0,003 dengan nilai kendall tau (r) = -0,315. Simpulan: Ada
mental di SLBN 1 bantul. hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dan
Melisa (2016), kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mental di
SLB N 1 Bantul.
.3 hubungan antara dukungan kuantitatif Hasil: Mayoritas responden (orang tua) mendukung terhadap
dukungan keluarga keluarga kemampuan sosialisasi anak yaitu sebanyak 53,8% dan
dengan kemampuan responden (anak) yang memiliki kemampuan sosialisasi
sosialisasi anak retardasi yang baik yaitu sebanyak 51,3%. Hasil uji statistik
mental usia sekolah di didapatkan nilai p 0,000 maka hipotesis diterima. hasil:
slb n semarang 48. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan
(Tri Irmawati (2017), keluarga terhadap kemampuan sosialisasi anak retardasi
mental usia sekolah.
11. Kerangka Konseptual
Variabel Bebas Variabel Terikat
Perkembangan
Dukungan keluarga sosial anak RM
1. Keluarga
psikis
3. Kapasitas mental
12. Metodologi
D: kuantitatif. Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif korelatif yang digunakan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang menekankan pada waktu
pengukuran data pada suatu variabel terikat dan variabel bebas hanya satu kali, pada suatu waktu yang disajikan secara
A: Spearman Rank