Dampak pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu, aerosol, dan timah
hitam) dan gas (CO, NO2, SO2, H2S, dan hidrokarbon). Udara yang tercemar dengan partikel
dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya,
tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. t. Pencemaran udara karena
partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernafasan kronis seperti bronchitis khronis,
emfisema (penggelembungan rongga atau jaringan karena gas atau udara didalamnya; busung
angin), paru, asma bronkial dan kanker paru. Pencemar gas yang terlarut dalam udara dapat
langsung masuk kedalam tubuh sampai ke paru-paru yang pada akhirnya diserap oleh sistem
peredaran darah.
Pertumbuhan aktivitas ekonomi dan urbanisasi yang cukup tinggi baik di perkotaan dan
sub perkotaan berpotensi besar dalam peningkatan penggunaan konsumsi energi, seperti pada
kebutuhan bahan bakar guna pembangkit tenaga listrik, tungku-tungku industri dan
transportasi. Pembakaran bahan bakar ini merupakan sumber-sumber pencemar utama yang
dilepaskan ke udara, seperti CO2, NO2, SO2, SPM (suspended particulate matter), dan
Dari studi-studi literatur digambarkan bahwa secara global sektor transportasi sebagai
tulang punggung aktivitas manusia mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pencemaran
udara, 44% TSP (total suspended particulate), 89% hidrokarbon, dan 73% NOx. Sementara
dari data inventarisasi Bapedal menunjukan bahwa di Jakarta emisi yang dilepaskan ke udara
sebagai dampak penggunaan konsumsi energi mencakup 15% TSP, 16% NOx, dan 63% Sox.
Berlebihnya tingkat konsentrasi zat pencemar seperti tersebut di atas, hingga
melampaui ambang batas toleransi yang diperkenankan akan mempunyai dampak negatif
yang berbahaya terhadap lingkungan, baik bagi manusia tumbuh-tumbuhan, hewan dan
rusaknya benda-benda (material) serta berpengaruh pada kualitas air hujan (hujan asam),
yang berakibat pada mata rantai berikutnya yaitu pada ekosistem flora dan fauna (Budiyono,
2001).