Anda di halaman 1dari 2

Dampak pencemaran udara

Dampak pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu, aerosol, dan timah

hitam) dan gas (CO, NO2, SO2, H2S, dan hidrokarbon). Udara yang tercemar dengan partikel

dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya,

tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. t. Pencemaran udara karena

partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernafasan kronis seperti bronchitis khronis,

emfisema (penggelembungan rongga atau jaringan karena gas atau udara didalamnya; busung

angin), paru, asma bronkial dan kanker paru. Pencemar gas yang terlarut dalam udara dapat

langsung masuk kedalam tubuh sampai ke paru-paru yang pada akhirnya diserap oleh sistem

peredaran darah.

2.4. Dampak Pencemaran Udara Pada Lingkungan

Pertumbuhan aktivitas ekonomi dan urbanisasi yang cukup tinggi baik di perkotaan dan

sub perkotaan berpotensi besar dalam peningkatan penggunaan konsumsi energi, seperti pada

kebutuhan bahan bakar guna pembangkit tenaga listrik, tungku-tungku industri dan

transportasi. Pembakaran bahan bakar ini merupakan sumber-sumber pencemar utama yang

dilepaskan ke udara, seperti CO2, NO2, SO2, SPM (suspended particulate matter), dan

berbagai logam berat (Budiyono, 2001).

Dari studi-studi literatur digambarkan bahwa secara global sektor transportasi sebagai

tulang punggung aktivitas manusia mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pencemaran

udara, 44% TSP (total suspended particulate), 89% hidrokarbon, dan 73% NOx. Sementara

dari data inventarisasi Bapedal menunjukan bahwa di Jakarta emisi yang dilepaskan ke udara

sebagai dampak penggunaan konsumsi energi mencakup 15% TSP, 16% NOx, dan 63% Sox.
Berlebihnya tingkat konsentrasi zat pencemar seperti tersebut di atas, hingga

melampaui ambang batas toleransi yang diperkenankan akan mempunyai dampak negatif

yang berbahaya terhadap lingkungan, baik bagi manusia tumbuh-tumbuhan, hewan dan

rusaknya benda-benda (material) serta berpengaruh pada kualitas air hujan (hujan asam),

yang berakibat pada mata rantai berikutnya yaitu pada ekosistem flora dan fauna (Budiyono,

2001).

Anda mungkin juga menyukai