Anda di halaman 1dari 18

GAYA PENGASUHAN DAN KECERDASAN EMOSI ANAK

PARENTING STYLE AND CHILDREN’S EMOTIONAL INTELLIGENCE

Alit Kurniasari
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200 Cawang III Jakarta Timur.
E-mail: alit_267@yahoo.com

Abstract
The article is the result of a literature review aimed to analyze the association between parenting style and emotional
intelligence of children. The theory of emotional intelligence has elicited great interest both in the academic and
the non-academic world. Therapists, educators and parents need to know about the effort can do to improve theirs
childrens emotional intelligence. Based on the study reviews of parenting literature, there are three dimensions of
parenting is parental responsiveness positif, parental emotion-related coaching, and parental positive demandingness
are related to children’s higher emotional intelligence, while parental negative demandingness is related to children’s
lower emotional intelligence. Therefore, social-emotional intervention programs used in homes have succeeded in
improving children’s emotional skills.

Keyword: parents, parenting style, children emotional intelligence.

Abstrak
Artikel ini merupakan hasil kajian pustaka yang bertujuan untuk menganalisis kaitan antara gaya pengasuhan dan
kecerdasan emosi anak. Kecerdasan emosi dewasa ini sudah menjadi minat utama dalam dunia akademik dan non
akademik. Para pendidik, terapis, pekerja sosial dan orang tua perlu mengetahui tentang upaya untuk meningkatkan
kecerdasan emosi anak. Berdasarkan hasil kajian pustaka diketahui terdapat tiga dimensi gaya pengasuhan yaitu gaya
pengasuhan respons positif, gaya pengasuhan menuntut positif, dan pelatihan pengasuhan emosional mempunyai
kaitan dengan kecerdasan emosi anak yang tinggi, manakala gaya pengasuhan menuntut negatif berkaitan dengan
kecerdasan emosional anak yang rendah. Oleh sebab itu program intervensi sosial emosional perlu dilakukan kepada
orang tua dan juga anak-anak untuk meningkatkan keterampilan kecerdasan emosi anak.
Kata Kunci: orang tua, gaya pengasuhan, kecerdasan emosi anak

PENDAHULUAN menurut terhadap apa yang dikatakan orang tua,


Hampir semua orang tua dalam atau tidak sesuai dengan harapan mereka. Orang
pengasuhannya menghendaki agar anak- tua juga berharap agar perilaku anak sesuai
anaknya menjadi manusia yang bermoral dan dengan yang diinginkan orang tua, termasuk
bertanggung jawab, berguna bagi masyarakat, orang lain memperlakukan anak-anak mereka
berprestasi di sekolah. Berperilaku sesuai dengan cara yang sama, seperti menghormati
dengan harapan orang tua, tetap bersikap sopan, dan menghargai anak-anak, berbicara kepada
santun dan hormat pada orang tua maupun orang mereka dengan santun dan penuh perhatian,
lain, tetap mampu bergaul dengan anak-anak serta tidak menyakiti mereka. Orang tua masih
yang tidak bermasalah. Sekalipun masih ada menganggap bahwa bekal sikap dan perilaku
orang tua menuntut agar anak menjadi patuh dan yang ditanamkan melalui pola pengasuhan
penurut, sehingga menjadi marah dan kecewa mereka pada anak-anaknya, akan menjamin
pada saat anak-anak mereka tidak patuh atau orang lain memperlakukan anaknya dengan cara

Gaya Pengasuhan dan Kecerdasan Emosi Anak, Alit Kurniasari 185


yang sama. Namun apa jadinya jika ada orang tua saat usia masih muda, bayi yang baru lahir
lain apakah itu Guru, atau temannya di sekolah, dianggap sebagai barang yang tidak diinginkan.
memperlakukan anak-anak kita dengan cara Perilaku atau tindakan yang mereka lakukan
kasar, berbicara tidak santun bahkan disertai seperti tidak berperasaan, tanpa pemikiran
tindak kekerasan. Tentunya orang tua akan panjang, menyelesaikan masalah dengan
marah, dan menyalahkan orang lain mengapa radikal tanpa memikirkan konsekuensi yang
mereka memperlakukan anaknya seperti akan diperbuat atas perbuatannya. Kasus
demikian. Jika orang tua memiliki sikap positif lainnya, ditemukan pada seorang murid pintar
terhadap perlakuan orang lain, maka mereka namun pergaulannya terbatas, ia mudah stress
akan bertanya-tanya mengapa orang lain berani menghadapi kegagalan atau suasana emosi
berbuat demikian terhadap anaknya. Padahal yang tidak diinginkan. Hal tersebut sebenarnya
secara tidak sadar, orang tua pasti pernah juga sebagai dampak proses belajar mengajar yang
memperlakukan hal yang sama pada anak, lebih menekankan pada intelektualitas siswa,
bedanya jika orang lain memperlakukannya tanpa memperhatikan pengembangan hati
maka orang tua pasti akan marah. dan perasaan siswa. Termasuk peran Guru
yang menuntut untuk prestasi, mengakibatkan
Sebagaimana kita ketahui bahwa era saat
perasaan atau emosi murid kurang terasah.
orang tua menjadi anak-anak sangat berbeda
dengan zaman saat ini, dimana anak-anak tumbuh Meski limpahan kasih sayang dan perhatian
dan berkembang dalam era digital, segala macam sudah tercurah untuk anak, namun tidak disadari
informasi menghantam begitu deras, kondisi bahwa emosi-emosi mereka tidak berkembang,
semakin kompleks, dengan hal-hal baru, penuh karena orang tua telah menjadi penghalang
tantangan sekaligus melelahkan. Berbagai upaya untuk anak bisa berbicara dengan mereka,
untuk menyangkal informasi yang tidak baik, ketika mereka sedih atau takut, marah, anak
dilakukan orang dewasa, termasuk sibuknya merasa tidak mampu untuk membicarakannya
orang tua merencanakan agar anak-anaknya dengan orang tua.
menjadi yang terbaik dimasa depan, tercapai
Kondisi dimaksud tidak akan terjadi,
cita-cita orang tua, berupaya menghadapi dari
seandainya orang tua tidak melupakan atau
satu masalah ke masalah, namun sekaligus
mengabaikan perasaan anak selama tumbuh
cemas apakah semua rencana akan berjalan
dan berkembang atau selama dalam pengasuhan
dengan baik, seiring dengan perkembangan
orang tua. Faktor perasaan ini akan sangat
zaman?. Berbagai gagasan untuk mengasuh dan
mempengaruhi relasi antara orang tua dan anak
mendidik anak sudah diupayakan, namun stress
dan relasi anak dengan teman-temannya. Jika
orang tua tetap tidak berkurang.
faktor perasaan anak tidak terasah secara benar,
Beberapa fenomena permasalahan anak maka sering berakhir pada retaknya hubungan
yang terjadi di lingkungan masyarakat, seperti keluarga bahkan berakibat pada hancurnya
maraknya tindak kekerasan dan perilaku hubungan antara anak dan orang tua. Sampai
anti sosial yang dilakukan oleh anak-anak akhirnya orang tua mempertanyakan mengapa
remaja. Sepasang remaja tega melukai bahkan anaknya menjadi tidak peduli dan tidak mau
membunuh temannya sendiri karena rasa menuruti nasihat-nasihat orang tua, padahal
cemburu atau sakit hati, seorang remaja rela sudah berupaya melakukan pengasuhan dengan
membunuh atau “menyingkirkan” bayi yang benar. Sebaliknya pada anak timbul pertanyaan
baru dilahirkan karena harus menjadi orang apakah dirinya sungguh dicintai dan disayangi

186 Sosio Informa Vol. 2, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
dengan benar oleh orang tuanya, mengapa meramalkan kesuksesan masa depan seseorang.
orang tua tidak pernah mendengarkan dirinya Kondisi tersebut didukung hasil temuan beberapa
bila berbicara ?. Fenomena tersebut merupakan ahli yang menyatakan bahwa ada hubungan
gambaran perasaan atau emosi anak yang antara kecerdasan emosi dengan perkembangan
tidak terasah dengan baik. Apakah fenomena positif seseorang seperti dengan kesejahteraan
ini tetap dibiarkan ? apa yang bisa dilakukan subjektif/subyective wellbeing (Gallagher
oleh kita sebagai orang tua dalam mengasuh & Vella-Brodrick, 2008), gaya mengatasi
dan mendidik anak, sehingga perasaan penyesuaian dan kesehatan mental (Mavroveli,
mereka terasah, mereka menjadi anak-anak Petrides, Rieffe, & Bakker, 2007), kemampuan
yang memiliki empaty terhadap orang lain, mental dan ciri-ciri pribadi yang positif (Van
mampu mengasah emosi atau perasaannya Rooy & Viswesvaran, 2004), prestasi akademik
saat menghadapi masalah? Apakah orang tua (Schute et al., 1998), kesehatan fisik dan
mampu berinteraksi dengan anak-anak mereka psikologis (Tsaousis & Nikolaou, 2005). Dalam
saat emosi kita memanas atau memuncak?. hal ini kecerdasan emosional memiliki efek
positif dan peka terhadap pengaruh lingkungan,
Kunci dari permasalahan tersebut adalah
sehingga penting untuk mempelajari bagaimana
pada ketidakmampuan mengenali emosi baik
anak-anak dapat mengembangkan kecerdasan
pada anak maupun pada orang tua. Saat reaksi
emosional. Kemampuan kecerdasan emosional
emosi anak memuncak, bukan berarti anak
dapat dilatih, namun watak kepribadian
tersebut buruk kemudian orangtua merasa
seseorang perlu dipelihara melalui interaksi
bersalah dan saling menyalahkan pada masing-
dan bagi anak-anak, yang paling penting adalah
masing pasangan atau pada lingkungan sosial
interaksi dengan orang tuanya. Pola interaksi
maupun anak itu sendiri. Perlu diingatkan
antara anak dan orang tua berlangsung melalui
kembali bahwa semua anak-anak yang
pengasuhan yang dilakukan orangtua.
berperilaku buruk dimata orang tua atau orang
lain, sebenarnya sedang mencoba belajar Untuk membahas gaya pengasuhan dan
belajar disiplin, bertanggung jawab dan cerdas kecerdasan emosi, sebelumnya akan dibahas
secara emosional maupun sosial. Dalam hal ini hubungan antara kecerdasan umum atau
tanggung jawab pengasuhan tetap ada di tangan Intelegence Quotiens (IQ) dan kecerdasan
orang tua atau orang dewasa lainnya, orang tua emosi atau emotional quotiens (EQ),
yang memegang kendali dalam suatu keluarga kecerdasan emosi, gaya pengasuhan dan praktik
atau rumah tangga, yang membantu anak-anak pengasuhan dan kecerdasan emosi serta cara
tumbuh dengan kecerdasan emosi. Peran orang melatih kecerdasan emosi anak.
tua sebagai pemimpin dalam rumah tangga,
bertanggung jawab untuk menggunakan dan PEMBAHASAN
mengajarkan keterampilan yang membuat Hubungan IQ dan EQ
anak-anak mampu mencapai tujuan yang
Kepandaian seseorang dapat diukur dengan
ditetapkan. Melalui gaya pengasuhan orang
melihat taraf kecerdasan umum (IQ) namun
tua, yang melibatkan kecerdasan emosi, akan
tidak menjamin kesuksesan dalam hidupnya.
membantu anak mencapai kesuksesan dalam
Artinya kesuksesan seseorang tidak cukup
hidupnya di masa depan.
hanya bermodalkan kecerdasan intektual
Teori Goleman (1995) memperkenalkan (IQ) semata, karena kecerdasan intelelektual
tentang kecerdasan emosi, yang dapat membantu dirinya memasuki jenjang

Gaya Pengasuhan dan Kecerdasan Emosi Anak, Alit Kurniasari 187


pendidikan, tetapi tidak menjamin keberhasilan dalam kehidupannya. Artinya kecerdasan yang
dalam menjalin relasi dengan orang lain. dimiliki anak, dengan intelektualnya saja tidak
Memahami perbedaan antara kecerdasan dan cukup, perlu kemampuan emosi secara positif
pengetahuan di lapangan adalah jelas, IQ suatu dan konstruktif, yang menjadi karakter anak.
kriteria yang reliable untuk menilai kapasitas
Dengan demikian, sumbangan IQ dan EQ
kognitif secara individual, yang tidak berubah
berperan penting untuk menentukan kesuksesan
sejalan waktu. Sementara emosi tidak berbeda
seseorang, ada penekanan pada kemampuan
dengan intelektual dan pengetahuan.
teknis tetapi juga pada kemampuan sosial.
Berbekal kecerdasan intelektual saja, Artinya Kecerdasan emosional (EQ) tidak
tidak akan optimal dalam berkarir, jika tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual
disertai dengan kecerdasan emosi memadai. (IQ) bahkan kecerdasan emosional dua kali
Artinya keberhasilan seseorang dalam lebih penting daripada kecerdasan intelektual
hidupnya tidaklah disebabkan oleh kecerdasan yang berkostribusi terhadap kesuksesan
intelektual semata, tetapi lebih pada bagaimana seseorang. Melalui kecedasan emosi (EQ)
emosionalitasnya dapat dikelola dengan baik. diharapkan dapat membantu seseorang dalam
Kunci keberhasilan atau kesuksesan seseorang mengelola stress dan emosi, misalnya stress
bukan dari faktor kecerdasan intelektual semata saat menghadapi ujian sekolah, beradaptasi
tetap juga kecerdasan emosinya. (Golman, dengan lingkungan baru, menghadapi masalah
1995). Sebagaimanaa dikemukakan oleh Seagel emosi lainnya. Namun tetap keberadaan IQ
(2016) bahwa keberadaan kecerdasan emosi dan EQ secara bersamaan menjadi lebih efektif
lebih berperan dibandingkan kemampuan ketika keduanya saling meningkatkan dan
Intelektual. membangun diri.

Mulayasa (2007) mengemukakan bahwa Keberadaan kecerdasan emosi (EQ) dan


seseorang yang memiliki IQ tinggi dapat kecerdasan intelektual (IQ), tidak akan saling
mencapai keahlian dalam bidang tertentu, bertabrakan karena kecerdasan itu sendiri
namun kesuksesan dalam profesi tertentu (intelijensi) mengacu pada kapasitas untuk
bukan ditentukan oleh IQ semata. Hal tersebut memberikan alasan yang valid akan suatu
ditentukan oleh kemampuan menghadapi situasi hubungan. IQ umumnya berhubungan dengan
sosial secara efektif, kemampuan membaca kemampuan berpikir kritis dan analitis, dan
isyarat emosional orang lain, baik bawahan diasosiasikan dengan otak kiri. Sementara
maupun atasan dan tetap tekun ditengah-tengah EQ berhubungan dengan kemampuan untuk
gejolak emosi. mengerti dan mengendalikan emosi, termasuk
di dalamnya kemampuan untuk membina
Demikian halnya dengan Sandra Wartski
hubungan dengan orang lain di sekitarnya.
(1995), mengemukakan bahwa anak dengan
Kecerdasan emosi (EQ) lebih banyak
kecerdasan tinggi, sukses bidang akademis
berhubungan dengan perasaan dan emosi (otak
dan selalu ingin tahu serta bahagia sebagai
kanan).
ketrampilan kompleks, sangat tergantung
pada pengembangan keterampilan sosial dan Implementasi kecerdasan intelektual dan
emosional yang baik. Jika keterampilan tersebut emosi dalam pengasuhan dapat dicapai dan
dicapai maka anak menjadi bahagia, lebih mulai diarahkan yaitu dengan menanamkan
percaya diri dan lebih sukses di sekolah maupun kemampuan kecerdasan emosi sejak dini.

188 Sosio Informa Vol. 2, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
Melibatkan semua unsur yang terlibat dalam dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk
pengasuhan, dapat memahami diri dan memandu pikiran dan tindakan.
lingkungannya secara tepat, memiliki rasa
Patton (1998) mengemukakan kecerdasan
percaya diri, tidak melibatkan emosi negatif
emosi sebagai kemampuan untuk mengetahui
seperti iri hati, dengki, cemas, takut, murung,
emosi secara efektif guna mencapai tujuan,
mudah putus asa, dan mudah marah, sambil tetap
dan membangun hubungan yang produktif dan
mendorong untuk meningkatkan kemampuan
dapat meraih keberhasilan.
kognitif anak.
Sementara itu Bar-On (2000) menyebutkan
Kecerdasan Emosi
bahwa kecerdasan emosi adalah suatu rangkaian
Beberapa ahli mengemukakan beberapa emosi, pengetahuan emosi, dan kemampuan
pengertian tentang kecerdasan emosi. Gardner mengolah emosi yang mempengaruhi
(1983) terdapat lima pokok utama dari kemampuan keseluruhan individu untuk
kecerdasan emosi seseorang, yakni: 1) mampu mengatasi masalah tuntutan lingkungan secara
menyadari dan mengelola emosi diri sendiri; efektif.
2) memiliki kepekaan terhadap emosi orang
lain; 3) mampu merespon dan bernegosiasi Menurut Mayer (Goleman, 2002) seseorang
dengan orang lain secara emosional; serta 4) cenderung menggunakan gaya-gaya khas
dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk dalam menangani dan mengatasi emosi mereka
memotivasi diri. misalnya dengan: sadar diri, tenggelam dalam
permasalahan, pasrah, dan menjadikan hidup
Salovey & Mayer, (1990) mendefinisikan sia-sia.
kecerdasan emosional sebagai kemampuan
untuk memelihara, memahami, dan mengatur Petrides dan Furnham (2003) membagi
emosi yang membimbing cara berpikir dan kecerdasan emosi menjadi dua konsep yang
perilaku. Definisi tersebut menekankan pada berbeda yaitu: 1) kemampuan kecerdasan
pengolahan informasi emosional. Namun emosional (ability emotional quotiens) dan 2)
Goleman (1995) mengusulkan definisi yang Sifat kecerdasan emosional (trait emotional
berbeda tidak hanya mengolah informasi Quotiens). Kemampuan kecerdasan emosional
emosi, namun juga menekankan pentingnya mengacu pada kemampuan emosional spesifik
kecenderungan bereaksi terhadap situasi yang diukur dengan tes kemampuan. Konsep
emosional dengan cara positif dan efisien. ini berdasarkan definisi Mayer dan Salovey ‘s
(1990), bahwa kecerdasan emosional sebagai
Steiner (1997) menjelaskan pengertian kemampuan mengolah informasi yang bersifat
kecerdasan emosi adalah suatu kemampuan emosional.
yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan
orang lain, serta mengetahui bagaimana Sifat kecerdasan emosional disebut
mengekspresikan emosi diri sendiri untuk sebagai salah satu dimensi kepribadian
meningkatkan kekuatan pribadi yang berkorelasi (relatif) tinggi dengan test
kepribadian lainnya. (Pe’rez, Petrides, &
Davies, Stankov, dan Roberts, (1998) Furnham, 2005). Dengan demikian kecerdasan
mengungkapkan kecerdasan emosi Emosi merupakan indikator non intelektual,
sebagai kemampuan untuk memantau dan yang bersifat psikologis. Apabila seseorang
mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, dengan kecerdasan emosi rendah dapat

Gaya Pengasuhan dan Kecerdasan Emosi Anak, Alit Kurniasari 189


diindikasikan sebagai seseorang dengan sifat dan kemampuan untuk berkata tidak atau
suka menyendiri, berperilaku abnormal, sulit menolak.
bekerja sama, memiliki perasaan rendah diri,
3. Kemampuan memotivasi diri: anak dapat
sangat rapuh dan tidak mampu menghadapi memberikan semangat pada diri sendiri
rintangan, sering menunjukkan ketidaksabaran, untuk melakukan sesuatu yang baik
egois dan bermanfaat. Ia punya harapan dan
optimisme yang tinggi sehingga memiliki
Kemudian Goleman (1995) membagi 5
semangat untuk melakukan suatu aktivitas.
wilayah kecerdasan emosi pada perkembangan
anak yakni: Seseorang dengan tingkat kecerdasan
emosi tinggi biasanya termotivasi, untuk
1. Kemampuan mengenali emosi Diri: anak mencapai keberhasilan dalam jangka
kenal perasaannya sendiri sewaktu emosi itu panjang, sangat produktif, menyukai
muncul. Seseorang yang mampu mengenali tantangan, dan sangat efektif dalam
(Self aware) emosinya akan memiliki
melaksanakan sesuatu.
kepekaan yang tajam atas perasaan yang
muncul seperti senang, bahagia, sedih, 4. Kemampuan mengenali emosi orang lain:
marah, benci dsb. Seseorang yang memiliki anak bisa mengerti perasaan dan kebutuhan
kesadaran diri tinggi menjadi percaya diri orang lain, sehingga orang lain merasa
karena percaya pada intuisinya dan tidak senang dan dimengerti perasaannya.
membiarkan emosi mengendalikan dirinya. Kemampuan ini sering juga disebut
Mereka lebih jujur terhadap dirinya sendiri, sebagai kemampuan berempati. Orang
mereka mengetahui bahwa kekuatan dan yang memiliki empati cenderung disukai
kelemahan dirinya dapat ditunjukkan orang lain. Hal yang penting kedua dari
dengan lebih baik. Beberapa orang percaya kecerdasan emosi, yaitu empathy yaitu
bahwa kesadaran diri menjadi bagian sangat kemampuan untuk mengidentifikasi dan
penting dalam kecerdasan emosi. mengerti yang diinginkan, dibutuhkan
2. Kemampuan mengelola emosi: anak dan pandangan apa yang diinginkan dan
mampu mengendalikan perasaannya dibutuhkan sekelilingnya. Seseorang
sehingga emosinya tidak meledak-ledak yang memiliki empati, adalah baik dalam
yang akibatnya mepengaruhi perilakunya mengenal perasaan orang lain, meskipun
secara salah. Meski sedang marah, orang perasaannya tidak jelas. Akibatnya,
yang mampu mengelola emosinya dapat seseorang yang memiliki empati, sebagai
mengendalikan kemarahannya dengan baik, orang yang sangat baik dalam mengelola
tidak teriak-teriak atau bicara kasar. relasi, mendengarkan dan berhubungan
dengan orang lain. Mereka menghindari
Dikenal sebagai pengatur diri; karena meniru dan menghakimi dengan cepat, dan
mampu mengontrol emosi dan dorongan mereka hidup dengan cara terbuka, ‘jujur.
hati. Seorang tipe yang mengontrol
5. Kemampuan membina hubungan: anak
diri, tidak membiarkan dirinya menjadi sanggup mengelola emosi orang lain
sangat marah atau cemburu dan tidak sehingga tercipta keterampilan sosial yang
menurutkan kata hati, berhati-hati dalam tinggi dan membuat pergaulannya lebih
mengambil keputusan, berpikir sebelum luas. Anak-anak dengan kemampuan ini
bertindak. Ciri orang dengan tipe mengatur cenderung punya banyak teman, pandai
diri adalah pemikir, perhatian, nyaman bergaul dan populer. Keterampilan sosial,
dengan perubahan, memiliki integritas biasanya mudah untuk dibicarakan dan

190 Sosio Informa Vol. 2, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
sebagaimana seseorang yang memiliki hidup dengan perubahan secara cepat, yang
keterampilan sosial dengan baik, sebagai menuntut keterampilan pengasuhan anak secara
ciri kecerdasan emosi yang tinggi. Tidak efisien dan sesuai dengan kebutuhan. Dengan
hanya sukses dalam membantu orang lain demikian pelibatan kecerdasan emosi dalam
juga mereka dapat mengelola hubungan, pengasuhan anak, menjadi salah satu solusi
sebagai komunikator yang cerdas dan ahli untuk melatih emosi orang tua saat menghadapi
dalam membangun dan mempertahankan perilaku anak yang tidak diinginkan orang tua.
suatu hubungan. Dalam hal ini kecerdasan
sosial memiliki hubungan yang erat dengan Baumrind dalam Lau, Beilby, Byrnes,
kecerdasan emosi, emosi kita dikembangkan & Hennessey (2012), melakukan penelitian
untuk membantu tujuan sosial, sebagai tentang gaya pengasuhan, dan kemudian
manusia, untuk terus bertahan. Kemampuan didefinisikan pola pengasuhan anak sebagai
mengenal teman dan musuh. Mengurangi hasil dari reaksi orang tua kepada anak mereka
stress dan mengembalikan system syaraf
Terdapat tiga gaya pengasuhan yang paling
dalam kondisi seimbang dan terutama
umum yaitu gaya pengasuhan 1) autoritatif, 2)
merasa dicintai dan merasa gembira. Semua
permisif, dan 3) otoriter.
kemampuan utama sangat tergantung pada
komunikasi emosional non verbal dan 1. Pengasuhan autoritatif menempatkan batas
menghubungkannya dengan emosi orang dan kontrol pada perilaku anak-anak; tetapi
lain. Dengan kecerdasan sosial-emosi, tetap memungkinkan bagi mereka untuk
dapat dengan segera mengetahui ramah saling komunikasi secara intensif dengan
tidaknya seseorang, orang lain tertarik pada orang tua mereka (Williams, 2013).
kita, orang lain peduli terhadap kita.
2. Pengasuhan permisif memperlakukan anak
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dengan aturan yang sangat sedikit atau tanpa
disimpulkan bahwa kecerdasan emosi kontrol, yang memungkinkan anak-anak
merupakan kemampuan mengenali perasaan untuk menentukan urusan hidup mereka
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan sendiri, membuat pilihan mereka sendiri,
memotivasi diri sendiri, kemampuan mengolah dan menolak pilihan orang lain, tanpa
emosi dengan baik pada diri sendiri dan memperhitungan konsekuensi (Baumrind,
orang lain. Pada kecerdasan emosi terdapat 1971; Akinsola, 2010).
kemampuan untuk mengerti dan menerima 3. Pengasuhan Otoriter ditandai dengan
emosi serta mengendalikan emosi diri sendiri harapan sangat tinggi pada anak-anaknya
dan orang lain,, termasuk di dalamnya untuk sesuai dan patuh terhadap aturan.
kemampuan untuk membina hubungan dengan (Olowodunoye & Titus, 2011). Orang
tua kuat mengontrol perilaku anak, dan
orang lain di sekitarnya.
menunjukkan sedikit kasih sayang dan
Gaya Pengasuhan jarang berkomunikasi (Maccoby & Martin,
1983)
Sebagaimana diketahui bahwa pengasuhan
orang tua berperan dalam membentuk karakter Anak-anak dari orang tua otoritatif
anak. Mengasuh anak sebagai suatu proses, ditemukan sebagai anak yang memiliki nilai
sehingga orang tua perlu bertanya pada tinggi pada pengukuran penyesuaian diri
diri sendiri, apakah gaya pengasuhan yang (Steinberg, Lamborn, Mounts, Steinberg, &
dilakukan, seperti yang dilakukan orang tua Dornbusch, 1991), kelekatan (Karavasilis,
kita?. Sementara anak-anak zaman sekarang Doyle, & Markiewicz, 2003), ketahanan

Gaya Pengasuhan dan Kecerdasan Emosi Anak, Alit Kurniasari 191


(Kritzas & Grobler, 2005), prestasi sekolah (Suldo & Huebner, 2004), perilaku prososial
(Boon, 2007), kompetensi sosial dan sekolah yang lebih tinggi (Krevans & Gibbs,1996),
(Lamborn, Mounts, Steinberg, & Dornbusch, dan kepercayaan diri tinggi(Collins &
1991), dan perilaku prososial (Hastings, Barber, 2005).
McShane, & Parker, 2007) dibandingkan
2) Pengasuhan menuntut (demandingness)
dengan anak-anak dari orang tua yang otoriter berkorelasi dengan perkembangan negatif
dan permisif. atau hasil yang tidak diinginkan.
Temuan para peneliti lain yang Pengasuhan dengan menuntut negatif
mempelajari seni mengasuh pada anak, termasuk praktik pengasuhan dengan
menemukan 2 dimensi gaya pengasuhan yaitu: kontrol psikologis yang tinggi, tidak
responsif (responsiveness) dan menuntut konsisten dalam disiplin dan hukuman,
(demandingness) (Baumrind, 1995; Maccoby dan mendisiplinkan dengan keras (Barnett,
& Martin, 1983). Deng, Mills-Koonce, Willoughby, & Cox,
2008; Barry, Frick, Adler, & Grafeman,
1)
Pengasuhan responsif mengacu pada
2007; Lim, Kayu, & Miller, 2008; Shelton
kombinasi kehangatan, memelihara,
& Harold, 2008).
dan mendukung. Kadang-kadang istilah
pengasuhan positif digunakan untuk Praktek-praktek pengasuhan
menggambarkan pengasuhan responsif tersebut berkorelasi dengan internalisasi
(Jouriles et al, 2008;. Tildesley &Andrews, dan eksternalisasi masalah, tingkat
2008). Pengasuhan responsif menghasilkan kesejahteraan emosi yang rendah, gangguan
hal-hal positif dalam perkembangan anak kepribadian, rendahnya perilaku prososial,
seperti tingginya pengaturan diri, dan dan kecemasan kognitif (Collins & Barber,
rendahnya perilaku eksternalisasi (Eiden,
2005; Johnson, Cohen, Chen, Kasen, &
Edwards, & Leonard, 2007), harga diri
Brook, 2006; Knafo & Plomin, 2006; Lua,
yang tinggi (Rohner, 1990), penyesuaian
2006; Van Leeuwen & Vermulst, 2004;
psikologis yang baik (Khaleque, Rohner, &
Riaz, 2007). Wang, Pomerantz, & Chen, 2007).

Gaya pengasuhan dengan Respon positif Gaya pengasuhan dengan cara pemberian
seperti orangtua memberikan pemantauan hukuman sebagai bentuk mendisiplinkan anak,
dan pengawasan, mengontrol perilaku, berkorelasi dengan rendahnya pemahaman
mengabulkan secara otonom, menuntut dan emosi anak (Pir & Musa,2003) dan menurunkan
mengharapkan kematangan yang tepat, dan pengaturan emosi anak.
disiplin (De Clercq, Van Leeuwen, De Fruyt,
Berdasarkan batasan tentang gaya
Van Hiel, & Mervielde, 2008; Sanders,
pengasuhan, memberi gambaran bahwa gaya
2008). Praktek pengasuhan tersebut
pengasuhan autoritatif yang menempatkan
berkorelasi dengan penurunan konsumsi
batas dan kontrol pada perilaku anak-anak;
alkohol (Mogro-Wilson, 2008), fungsi
tetapi tetap saling komunikasi secara intensif
akademik yang tinggi (Wang, Pomerantz,
diantara mereka memiliki gaya yang hampir
& Chen, 2007), kurang beresiko terhadap
sama dengan gaya pengasuhan Respon positif
situasi beresiko secara seksual (Baptiste,
seperti orangtua yang memberikan pemantauan
Tolou-Shams, Miller,Mcbride, & Paikoff,
dan pengawasan, mengontrol perilaku, sambil
2007), kepuasan hidup yang lebih tinggi
tetap menuntut dan mengharapkan kematangan

192 Sosio Informa Vol. 2, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
yang tepat. Sementara untuk gaya pengasuhan bahwa terdapat hal-hal penting dalam
menuntut yang bersifat negatif memiliki mengasuh anak dengan kecerdasan emosional.
kemiripan dengan gaya pengasuhan otoriter Pertama, menggunakan pendekatan orang
tetapi juga permisif. tua, yang realistis dan praktis dan sudah
mempertimbangkan keterbatasan waktu orang
Gaya Pengasuhan dan Kecerdasan Emosi tua.
Pengasuhan yang melibatkan kecerdasan
Berharganya waktu orang tua sehingga
emosi harus melalui proses, tidak terjadi dalam
waktu yang ada akan dimanfaatkan sebaik
sekejap. Keluarga sebagai sekolah bagi orang
mungkin dan orang tua tidak akan kehilangan
tua mempelajari emosi anak, belajar bagaimana
waktu dan energi emosional hanya untuk
mengenal emosi anak dan bagaimana anak
memikirkan kekacauan dalam keluarga,
bereaksi terhadap emosi orang tua, bagaimana
seperti hubungan yang kurang baik dengan
memikirkan perasaan itu dan apa reaksi orang
anak, atau anak-anak yang tidak disiplin, tidak
tua terhadap anak, bagaimana membaca dan
bertanggung jawab dan anak-anak yang tidak
mengungkapkan harapan serta perasaan-
mampu memisahkan mana yang baik dan
perasaan lainnya. Dilain fihak anak dapat
buruk atas semua informasi yang diperoleh
belajar tentang perasaan dan emosi, kebutuhan
dari pergaulan maupun media sosial. Dengan
dan keinginan, hormat terhadap orang lain dan
demikian orang tua diperkenalkan cara-cara
keerampilan memimpin.
mengatasi tekanan-tekanan dalam mengasuh
Jika orang tua mampu mengenali, anak sehari-hari. Perlu diketahui bahwa sedikit
memahami, mengatur dan menggunakan emosi stress dapat menjadi motivasi, tetapi terlalu
secara efektif, maka pengasuhan yang diberikan stress akan mengganggu keseharian dan
juga menjadi efektif. Artinya orang tua, kesulitan dalam melakukan sesuatu, meski saat
mampu menilai kekuatan dan kelemahan anak tenang, dianggap benar dan mudah.
secara realistis, kemudian memutuskan untuk
Kedua, Menggunakan tehnik-tehnik
fokus pada keterampilan emosional tertentu
spesifik dan sederhana yang dapat menciptakan
sebagai target. Namun jika seorang anak tidak
kedamaian dan keharmonisan dalam rumah
memiliki perbendaharaan perasaan yang kuat,
tangga, dan tanpa stress dalam melaksanakan
maka orang tua perlu menghubungkan antara
pengasuhan.
kejadian yang dialami anak dengan perasaan
yang muncul. Jika orang tua mempunyai Orang tua yang mengasuh dengan
masalah dengan anak, maka orang tua perlu kecerdasan emosi seperti akan mengalami
fleksibel, mulai mengeskpose perasaan dirinya perubahan-perubahan kecil dalam hubungannya
terhadap pengalaman baru, mengembangkan dengan anak, dan jika dilakukan setiap hari
lebih banyak cara mengatasi permasalahan secara berulang-ulang, maka dapat diperoleh
yang dihadapi anak dengan mempertimbangkan manfaat yang besar. Orang tua mampu
perasaan anak dan mendorong kemampuan mengatasi permasalahan dalam kehidupan
beradaptasi. Dalam hal ini, orang tua harus sehari-hari. Orang tua secara tidak langsung
tetap berlatih dan lebih banyak berlatih dan akan mempelajari kecerdasan emosi, setidaknya
tetap diingat bahwa orangtua sebagai role orang tua akan mampu mengelola emosi dengan
model anaknya sepanjang waktu. cerdas, bagi dirinya sendiri maupun bagi orang
lain, dan menjadikan hidup lebih bermakna.
Goleman pada tahun 1995, mengemukakan

Gaya Pengasuhan dan Kecerdasan Emosi Anak, Alit Kurniasari 193


Perilaku orang tua menjadi gembira, bahagia Jika orang tua mempraktekan kecerdasan
dan berhasil menjalin relasi sosial, karir dan emosi dalam pengasuhan anak, maka orang tua
tujuan pribadi. Kondisi ini berpengaruh dalam akan memperoleh manfaat sebagai berikut:
pengasuhan terhadap anak, yang menghasilkan
- Kualitas kehidupan rumah tangga meningkat
anak cerdas secara emosional yang ditunjukkan
dan anak siap menghadapi masa depan, dan
dengan keberhasilan dalam hidupnya. berpengaruh terhadap interaksi emosional
Sebagaimana diketahui bahwa untuk antara anak dan orang tua termasuk terhadap
kesejahteraan anak untuk jangka panjang.
mendapatkan perilaku yang cerdas maka orang
tua perlu mengasah kemampuan emosi dan - Orang tua menjadi tenang, tidak stress, saat
kemampuan berhubungan dengan orang lain menghadapi perilaku anak yang tidak sesuai
secara baik, kemampuan untuk mengerti dan dengan harapan orang tua.
mengendalikan emosi diri sendiri dan orang - Emosi orang tua tetap seimbang, saat
lain secara baik. Jika orang tua sudah cerdas dihadapkan dengan ketegangan dan saat
secara emosional dalam pengasuhan anak, anak-anak mulai bertengkar, berselisih,
maka berdampak pada capaian kecerdasan memberontak saat anak remaja, yang
emosi anak. membuat seluruh anggota keluarga frustrasi
karena ulah anak-anak.
Proses tersebut tidak dapat diperoleh - Orang tua dapat menghayati perasaan
dalam waktu semalam atau sejalan dengan mereka sendiri dan mengenal emosi anak-
bertambahnya usia orang tua, namun perlu ada anak secara cerdas, konstruktif, positif,
pembelajaran dan proses menuju emosi cerdas kreatif serta mempertimbangkan aspek
baik bagi orang tua maupun anak. perasaan anak.

Baumrind, Mayer dan Cobb (2000) Anak akan memperoleh manfaat sebagai
melakukan penelitian tentang hubungan berikut:
antara gaya pengasuhan dan kecerdasan emosi - Memiliki kemampuan untuk mengatur
pada anak-anak, ditentukan oleh pilihan gaya emosi mereka sendiri
pengasuhan orangtua dalam membesarkan - Lebih terampil dalam menenangkan diri
anak yang akan memiliki kekuatan untuk bila mereka marah,
mempengaruhi manifestasi dan tingkat - Mampu menenangkan jantungnya dengan
intensitas kemampuan anak di empat aspek lebiih cepat, sehingga mereka jarang terkena
emosi: yakni Persepsi, pemahaman, integrasi, penyakit menular.
dan manajemen emosi. Secara signifikan - Terampil dalam memusatkan perhatian,
memberikan kontribusi terhadap keseluruhan - Mampu berhubungan baik dengan orang
dan kelanjutan dari kecerdasan emosional anak lain, bahkan menghadapi masa sulit saat
(Goleman, 1998; Mayer & Salovey, 1997; masa remaja, misal remaja di bully teman
Schutte et al., 2001). Selanjutnya, Mayer dan karena kelemahan dirinya.
Cobb (2000) memperkirakan, bahwa gaya - Lebih cakap memahami orang lain.
pengasuhan spesifik dari orangtua, akan - Memiliki persahabatan yang lebih baik
berkontribusi atau menghambat kesuksesan dengan orang lain.
seorang anak pada kehidupannya saat menjadi
- Mampu menghadapi situasi dengan lebih
dewasa (Berg, 2011). baik, di sekolah yang menuntut prestasi
akademik.

194 Sosio Informa Vol. 2, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
Secara menyeluruh dampak dari kecerdasan itu kecerdasan emosi dapat dilatih dan
emosi berpengaruh terhadap: disempurnakan (Goleman,1995). Melalui
pelatihan, maka seseorang diharapkan
1. Prestasi, dalam pekerjaan atau sekolah.
dapat mengembangkan perilaku positif dan
Kecerdasan emosi dapat membantu
mengarahkan kompleksitas sosial di tempat membangun hubungan sosial positif (Asher &
pekerjaan, mengarahkan dan memotivasi Rose, 1997; Baron & Parker,2000). Intervensi
yang lain, mengungguli /mengatasi karirnya. positif seperti melalui sesi psikoterapi, telah
terbukti mempengaruhi kecerdasan emosional.
2. Kesehatan fisik: jika tidak mampu mengelola
emosi dan tidak mampu mengelola stress, Bernet (1996) dan Guastello, Guastello, dan
akan menyebabkan timbulnya masalah Hanson (2004) menyatakan bahwa seseorang
kesehatan secara serius. Stress yang tidak dapat memiliki kemampuan kecerdasan emosi
dapat dikendalikan dapat meningkatkan yang tinggi dengan melalui sesi psikoterapi.
tekanan darah, menekan system immune/
Keterampilan tersebut menjadi tantangan
kekebalan, meningkatkan serangan jantung
dan stroke, menyumbang ketidak suburan, dalam proses pengasuhan bagi anak-anak,
dan mempercepat proses penuaan, tahap terutama pengasuhan pada golden age, sebagai
pertama untuk meningkatkan kecerdasan masa yang paling penting untuk membentuk
emosi adalah mempelajari bagaimana pribadi anak.
mengurangi stress.
Terdapat tiga konstruksi emosi dalam
3. Kesehatan mental; emosi yang tidak hubungannya antara praktek-praktek
terkontrol dan stress dapat berdampak pengasuhan dan kecerdasan emosi anak, yakni
pada kesehatan mental, menjadi rentan
pengetahuan emosi anak-anak, pemahaman
terhadap kecemasan dan depresi. Jika kita
emosi anak-anak, dan pengaturan emosi
tidak dapat memahami, menikmai dan
anak-anak. Pengetahuan emosi anak-anak,
mengelola emosi kita, maka akan berisiko
tidak ketidakmampuan menjalin relasi mengacu pada kemampuan untuk memahami
sosial yang kuat dengan orang lain, yang secara akurat dan label ekspresi emosi dan
dapat menjadikan dirinya kesepian dan situasi emosi dan isyarat perilaku. Pemahaman
diasingkan. emosi mengacu pada kesadaran individu
4. Relasi Sosial, dengan memahami emosi kita dan identifikasi emosi diri sendiri dan emosi
dan bagaimana mengontrolnya, berdampak orang lain. Pengaturan emosi merujuk pada
pada kemampuan mengekspresikan kemampuan untuk menangani frustasi, stres,
perasaan diri sendiri secara lebih baik dan atau gejolak emosional yang muncul.
memahami bagaimana perasaan orang lain.
Berikut cara mengasuh anak dengan
Hal tersebut menjadikannya lebih efektif
dalam berkomunikasi dan meningkatkan kecerdasan emosi yang diberikan sejak dini
relasi sosial yang kuat selama di pekerjaan atau balita berdasarkan wilayah kecerdasan
dan dalam kehidupan personal dengan emosi; Catatan bahwa jika sejak dini, anak
seseorang. dilatih mengendalikan emosi, maka kelak ia
disukai teman karena baik hati.
Pelatihan Pengasuhan dan Kecerdasan
Emosional Anak-anak 1. Mengenal Emosi Diri (mulai usia 2 tahun).
Kecerdasan emosional sebagai gabungan • Sebutkan berbagai emosi. Misal,
kemampuan yang berbeda, oleh karena balita sedang cemberut, orang tua bisa

Gaya Pengasuhan dan Kecerdasan Emosi Anak, Alit Kurniasari 195


bertanya, ”Kenapa kamu cemberut ketika anak belajar jalan dan ia jatuh,
sayang? Kesal karena dilarang bermain, ibu merespon, “Ayo bangun lagi.!.”
ya?” Dengan begitu anak dipandu untuk Dengan begitu anak akan berusaha
terbiasa mengenali kondisi emosinya bangkit tanpa menangis. Jika langsung
dan penyebab munculnya emosi itu. menolong, ia cenderung menangis
Semakin sering balita mendengar jenis karena dengan menangis ia yakin tidak
emosi dan pemicunya, ia belajar menilai akan melepaskannya lagi.
sendiri emosi seperti apa yang sedang • Belajar tanggung jawab, ketika anak
terjadi padanya. lelah bermain dan ingin segera makan,
• Tiap minggu, gambarkan perasaan yang arahkan ia untuk membereskan
dialami. Orang tua dapat memberi warna mainannya dahulu baru makan.
“biru” untuk rasa sedih, “merah” untuk • Memberi kesempatan mencoba dan
kejutan, “merah muda” untuk senang dan mengajarkan kemandirian. Pola
“hitam” untuk perasaan marah. Bahas pengasuhan yang serba melayani
dengan anak setiap kali dia merasakan kebutuhan anak, membuatnya tak
salah satu dari perasaan-perasaan yang cepat mandiri. Beri dia motivasi untuk
ditempelkan tanda warnanya di tempat melakukan segala sesuatunya sendiri.
yang dilihat anak. Tegaskan ia mampu. Jika gagal, dorong
2. Kontrol Diri (bisa mulai usia 2 tahun) balita untuk mencoba lagi.
• Tidak semua keinginan terpenuhi 4. Mengenali Emosi Orang Lain/Empati (bisa
dalam waktu singkat. Ia harus belajar dari usia 2 tahun).
bersabar untuk mendapatkan benda • Lewat contoh dan tindakan. Misal,
yang ia inginkan. Misal ; anak merengek melihat anak memukul kucing
minta es krim. Kita bisa memintanya peliharaan. Katakan, “Sakit lho kalau
bersabar karena es krim harus dibeli dipukul. Coba kalau Ibu membelai kamu
dulu. Bila balita tetap merengek, tarik rasanya lebih enak, kan?” Dengan cara
napas dalam-dalam dan hitung sampai ini, secara langsung Anda memberi anak
sepuluh. Tinggalkan anak dengan orang pengertian, memukul itu tidak baik.
yang bisa dipercaya, lalu temui mereka
• Beri pujian. Bila anak berbuat baik,
kembali setelah balita tenang.
seperti mau meminjamkan mainan
• Menangis atau berteriak-teriak tak akan pada teman, katakan bahwa sikapnya
menyelesaikan masalah. Contohnya, itu tepat. “Anak Ibu baik sekali mau
kita tidak akan tergerak memberikan meminjamkan mainan ke teman. Lihat,
kue sampai ia bicara dengan suara pelan. temanmu senang sekali.”
• Belajar konsekuensi. Jika diajak ke • Perhatikan kebiasaan orang lain. Ajarkan
pertokoan dan di sana ia menangis dan anak untuk memerhatikan kebaikan
merengek, ajak ia langsung kembali orang lain. Ajak ia memerhatikan
ke mobil atau keluar dari toko tanpa seseorang yang membantu orang lain,
membeli apa-apa. “Lihat anak itu, baik sekali ya, mau
3. Memotivasi Diri Sendiri (dari usia 1 tahun). mengambilkan kotak susu kamu yang
• Berlatih menghadapi kesulitan, agar terjatuh.”
terbangun mentalitas anak yang kuat, • Menunjukkan beragam emosi lewat
yakni tidak cengeng, tidak menyerah media seperti gambar, televisi, majalah,
menghadapi kesulitan. Contoh sederhana buku dan sebagainya. Jangan lupa

196 Sosio Informa Vol. 2, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
sebutkan situasi emosi para tokoh dalam seharusnya, orang tua dapat berkata: “Jika
media tersebut. Misalnya membacakan kamu berhasil menyimpan setengah jatah
buku cerita tentang anak yang gembira uangmu minggu ini, akan Ayah gandakan
karena ayahnya membelikan sepeda jumlah uang sakumu minggu depan. Jika
yang sudah lama diidam-idamkannya. kamu terbiasa menyimpan uang, walaupun
Beri komentar seperti, “Lihat, Chandra itu hanya dalam jumlah kecil, kamu akan
senang karena ayahnya membelikan mampu membeli barang yang lebih besar“.
sepeda.”
3. Berilah kesempatan anak untuk melatih
• Pandai membina hubungan (bisa
cara pikir mereka. Seorang anak laki-laki
diajarkan mulai usia 1 tahun).
tidak bisa menaiki anak tangga karena
• Jangan membatasi lingkungan bermain. dia terlalu kecil. Dia meminta ibunya
Biarkan anak bermain dengan siapa saja untuk mengangkatnya.Ibunya berkata:
yang disukainya.
“Kamu bisa melakukannya, coba gunakan
• Orang tua perlu mendampingi anak, akal dan pikirkan sejenak bagaimana
terutama jika memasuki lingkungan melakukannya.” Kemudian, anak itu punya.
baru. Namun bukan berarti harus selalu ide: “ Jika saya pindahkan boks mainan saya
berada di sebelah anak, setidaknya ada
di sini, saya dapat menggunakannya untuk
di sekitarnya. Ini penting mengingat
pijakan”. Anak itu berpikir dan berusaha
anak belum mampu menilai ”benar” dan
memecahkan masalah berkat nasihat ibunya.
”salah”.
Hal ini memotivasi anak untuk menciptakan
• Mengajak kumpul-kumpul acara
solusi. Dalam kehidupan sehari-hari, ada
keluarga atau teman-teman seperti acara
banyak pendekatan masalah yang bisa
ulang tahun anak teman atau sepupu.
dilakukan selama kita mencurahkan waktu
Dengan begitu balita kenal anak-anak
dan keluarga lain. sejenak untuk memikirkannya.
4. Berilah lebih banyak dorongan dan
Cara mengembangkan kecerdasan emosi
dukungan. Tumbuh berkembang tidak akan
pada Anak:
pernah mulus sepanjang jalan. Akan ada
1. Tumbuhkan rasa ingin tahu anak, kreativitas tawa, air mata, frustrasi, serta kegagalan.
dan imajinasi. Rasa ingin tahu merupakan Ketika beberapa aspirasi tidak tercapai,
bawaan dari anak, sehingga, secara alami anak-anak membutuhkan lebih banyak
anak kecil akan tertarik menyentuh dorongan dan bantuan dari Anda. Jangan
sesuatu, merasakan hal-hal dan bahkan ikut menurunkan semangat mereka. Jaga
membongkar barang-barang yang ia temui. agar mereka senantiasa merasa terdukung.
Orang tua harus dengan sabar memenuhi 5. Tumbuhkan rasa percaya diri. Rasa percaya
rasa ingin tahu anak. Tunjukkan bagaimana diri dan sikap positif akan membimbing
menggunakan barang-barang yang mereka mereka menuju jalan keberhasilan. Orang-
minati. orang sukses pertama-tama percaya bahwa
2. Melatih kemampuan pengendalian diri. mereka dapat berhasil.
Melatih anak kemampuan pengendalian 6. Latihlah Menghadapi dunia luar. Karena
diri. Misalnya, ketika anak menghabiskan terlalu khawatir, banyak orangtua melarang
uang saku mingguan lebih cepat dari yang anaknya pergi ke luar sendirian. Karena hal

Gaya Pengasuhan dan Kecerdasan Emosi Anak, Alit Kurniasari 197


ini, anak-anak jadi kehilangan kemampuan berbohong, maka anak akan menghindari
untuk berkomunikasi dan bertemu orang untuk berkata jujur, karena perilaku jujur
baru. Ketika anak kecil melihat seseorang (positif) tetapi diekspresikan dengan tidak
yang tidak ia kenal, ia mungkin akan menyenangkan (marah).
menangis atau memilih menyendiri. Setelah 9.
Membangun empati anak. Empati
tumbuh dewasa, mereka menjadi sensitif merupakan keadaan perasaan atau
dan kurang berani untuk berbicara atau pikiran yang sama dengan orang atau
berkomunikasi dengan orang lain. Kurang kelompok lain. Meski anda telah memiliki
percaya diri menyebabkan mereka tidak kemampuan mengenal emosi, mengolah dan
punya banyak teman. Ketika dewasa, mengkomunikasikan emosi saja tidak cukup
mereka akan sulit mencapai potensi penuh jika anak tidak mampu berempati pada orang
yang dimiliki serta menghadapi kesulitan lain. Apabila anak tidak dibiasakan utuk
berurusan dengan masyarakat. Oleh karena melakukan hal-hal yang membangun empati
itu, orang tua harus membantu anak-anak anak, maka komunikasi akan mencapai jalan
mereka untuk memahami dunia luar. Orang buntu. Misalnya: ibu berkata: “Ibu merasa
tua juga harus memberikan kesempatan sedih kalau kamu sering bermain karena
berinteraksi lebih banyak untuk anak-anak kamu nanti tidak bisa naik kelas”. Anak
yang penakut. Seorang anak yang mampu yang mempunyai empati buruk tidak peduli
menghadapi masyarakat tanpa rasa takut dengan rasa sedih ibu tersebut. Meskipun
juga akan lebih percaya diri saat berhadapan anak mengerti apa arti sedih, tetapi gagaal
dengan guru dan teman di sekolah. memahami arti kesedihan ibu karena tidak
7. Tanamkan rasa hormat pada orang lain. terbiasa menggunakan empatinya. Hal
Dengan mengajarkan mereka untuk tersebut muncul karena setiap permintaan
menghormati orang lain dan bekerja sama anak selalu dikabulkan akan tumbuh
dengan orang-orang yang memiliki pendapat menjadi anak mengerti arti sedih, tetapi
berbeda, mereka dapat memiliki hubungan selalu dibuat bahagia dan dipuaskan saat
interpersonal yang lebih harmonis. merengek-rengek, kesedihan orang lain
8.
Memperkenalkan berbagai macam menjadi tiada artinya bagi anak. Biasakan
perasaan terhadap anak. Orang tua perlu membangun empati dengan hal-hal yang
memperkenalkan macam-macam emosi nyata walaupun sederhana lama-kelamaan
terhadap anak, jika anak tidak mengenal anak akan mengerti dan belajar memahami
tentang ungkapan perasaan orang tua, emosi.
maka komunikasi menjadi tidak harmonis. 10.
Menjadi Pendengar yang baik dan
Demikian juga orang tua perlu memahami membiarkan anak berpikir. Orang tua
ekspresi emosi sesuai dengan tindakan. perlu menyimak dengan baik pembicaraan
Misalnya: Ibu menyebutkan “buang waktu” anak, bila tidak dilakukan dengan baik
tetapi anak tidak paham dengan kata dapat membuat anak menjadi malas
tersebut, maka anak akan kesulitan untuk berkomunikaasi dengan orang tua. Bila anak
memutuskan dirinya dengan perasaan ibu mencurahkan perasaannya, seringnya anak
yang sedang marah tersebut. Sebaliknya tidak ingin dinasihati, tidak memerlukan
orang tua yang berekpresi wajah “marah” solusi, tetapi yang benar-benar dibutuhkan
saat anak berkata jujur atas tuduhanya suka aalah didengarkan. Bila kita mendengarkan

198 Sosio Informa Vol. 2, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
dengan cara yang teapt, jangan heran hindarkan kata negatif, seperti saya merasa
kalau kita akan melihat kemampuan anak “tidak senang” sebaiknya gunakan dengan
menyelesaikan masalahnya. Jika anak satu kata seperti: “jengkel”, “kesal”, atau
sedang menceritakan masalahnya dan kita “marah”.
berniat membantu, biasanya akan berakhir Misal: pada kejadian anak saya memaksa
dengan kemarahan anak, karena kita keluar rumah, karena ingin berkumpul
berusaha memajukan pendapat, padahal dengan teman sebayanya, maka ungkapan
yang sedang dibutuhkan anak hanyalah yang keluar dapat berbetuk ; “Saya merasa
didengarkan. marah”.
Dalam melatih kecerdasan emosi orang tua 3. Menarik emosi. Pada tahap ini orang
selama dalam pengasuhan anak, maka orang tua menanyakan “mengapa” perasaan
tua perlu: kita muncul, untuk menjawabnya maka
digunakan kata “karena”. Untuk mencari
1. Memahami emosi. Bila suatu kejadian jawabannya biasanya perlu waktu lama, dan
memancing emosi orang tua, maka TAHAN menjadi tantangan karena kita tidak terbiasa
sebentar, jangan sampai keluar perkataan menyanyakan alasan dibalik emosi kita, dan
yang menunjukkan kecemasan kita. Jika kita lebih mudah untuk mengungkapkan
tidak menahan diri maka wujud emosi yang kata emosi secara spontan tanpa mengetahui
ditampilkan tersebut biasanya sangat buruk. alasan mengapa kita mengungkapkan kata-
Orang tua perlu menahan diri selama 6 kata emosi tersebut.
detik saja, lalu memasukkan logika, maka Misal: Ketika anak malas membereskan
tindakan yang keluar berdasarkan logika kamarnya, walaupun sudah ditegur berkali-
dan perkataan yang keluar lebih terkendali. kali, maka orang tua akan berkata: “Saya
Misal pada kejadian saat anak asyik bermain merasa kesal, karena kamu tidak mau
mobil-mobilan, dan anak belum berpakaian, membereskan kamarnya, bagaimana jadinya
padahal ibu harus segera kekantor, maka kalau harus tinggal jauh dari orang tua “
ungkapan yang muncul adalah “Ibu merasa
sedih kalau kamu di rumah sendirian, Jika ungkapan orang tua menyertakan
Tolong, pakai baju ya, untuk pergi ke Day alasan perasaan tersebut, menunjukkan
Care”, tidak akan terucap. adanya penurunan kadar emosi. Artinya
bila orang tua meluangkan waktu sedikit
Latihan “menahan” diri dapat dilakukan
untuk memberikan alasan terhadap apa
dengan mengungkapkan kata-kata
yang kita rasakan, maka alasan yang
pada anak, yang dimulai dengan kata-
dikemukakan dapat membantu orang tua
kata seperti: “Ayah/Ibu merasa marah“.
untuk mengurangi intensitas emosi yang
Ungkapan disertai dengan kata “merasa”,
diucapkan dan dirasakan.
akan menghindari penggunaan ekspresi
yang kuat, maka ekspresi akan menurun dan Ketika jawaban mengapa marah,
lebih terkendali, walaupun kekesalan hati disertai alasannya maka pernyataan orang
masih terdengar. tua akan berubah menjadi: saya merasa
“kesal”. Disini terjadi perubahan perasaan
2. Memasuki Emosi. Temukan nama emosi
lebih menurun intensitasnya daripada
atau perasaan kita untuk diungkapkan,
kata “marah”. Sehingga anak tidak salah
dengan “satu kata” sedapat mungkin

Gaya Pengasuhan dan Kecerdasan Emosi Anak, Alit Kurniasari 199


interpretasi atas ungkapan orang tua dan PENUTUP
tidak muncul perkataan anak seperti “tidak Pengasuhan pada anak yang melibatan
ada gunanya mencemaskan keadaan kamar kecerdasan emosi, dapat dilakukan dengan
saya yang berantakan, dan ngapain harus gaya pengasuhan respon positif, dimana
bantu kerjaan rumah, karena dirinya tidak orang tua senantiasa memberi pengawasan,
akan pernah berprestasi”. terhadap perilaku anak, menuntut untuk
4. Menggunakan emosi untuk membantu mencapai kematangan dan menekankan
pikiran. Dalam hal ini orang tua berlatih disiplin secara positif. Dampaknya pada anak
untuk mengucapkan apa emosi dan apa seperti tingginya mengatur atau mengontrol
alasannya. Ucapkanlah dengan spontan, emosi diri sendiri, memiliki harga diri yang
jelas sehingga dapat terdengar cukup baik tinggi, mampu menyesuaikan diri secara baik.
dan tidak memberikan salah interpretasi Sementara pengasuhan dengan menuntut
anak yang diajak bicara. Jika mengalami (demandingness) seperti menghukum sebagai
kesulitas untuk mencari alasannya, maka bentuk mendisiplinkan anak, tidak konsisten
luangkan waktu untuk memikirkannya apa dalam disiplin dan hukuman, berkorelasi
yang akan diucapkan. kesejahteraan emosi yang rendah, mengalami
Jika latihan tersebut telah dilakukan gangguan kepribadian, rendahnya perilaku
berulang-ulang maka orang tua dapat mengenal prossial dan mengalami kecemasan. Pelatihan
seorang anak sudah “Cerdas Emosi” apabila: pengasuhan dengan kecerdasan emosi bagi
orang tua, sangat membantu bagi orang tua,
1. Anak mengenali emosi diri sendiri. apabila
baik untuk mengenal, mengelola dan mengatur
anak melihat anak lain menangis atau
ngambek, maka anak mengetahui bahwa emosi orang tua sendiri melainkan juga bagi
anak tersebut sedang sedih atau kesal. anak-anak mereka. Keuntungan yang akan
diperoleh adalah sebagai 1) alat pengendali
2. Anak mampu mengontrol diri. Apabila anak
diri sehingga anak akan terhindar ke dalam
lebih menggunakan cara komunikasi verbal
untuk menyelesaikan masalah daripada tindakan-tindakan bodoh yang merugikan
menangis atau berteriak-teriak, maka anak dirinya sendiri maupun orang lain. 2) alat untuk
tidak akan selalu meminta sesuatu yang mengimplementasikan dan mengembangan
tidak mungkin didapatnya sekarang. ide-ide, konsep atau memasarkan suatu
produk, keampuan membangun lobby, jaringan
3. Anak mampu memotivasi diri. Apabila anak
sudah bisa bertanggungjawab terhadap apa dan kerjasama. 3) modal penting untuk
yang dilakukannya, maka anak mampu mengembangkan bakat kepemimpinan, karena
membereskan mainannya sendiri tanpa mampu mendeterminasi kesadaran setiap
disuruh setelah selesai bermain. orang, dan kebersamaan dalam melaksanakan
4. Anak mengenali emosi orang lain. Apabila sebuah ide.
anak mampu berempati kepada kesedihan Untuk lebih mewujudkan kecerdasan
orang lain, maka anak mampu menghibur
emosi pada seorang anak, setelah anak
teman yang sedang menangis.
memperoleh pembelajaran kecerdasan emosi
5. Anak mampu membina hubungan dengan dari pengasuhan orang tua, maka terdapat kita-
orang lain, maka anak akan mengalah kiat khusus yang sangat penting yaitu 1) Beri
meminjamkan mainan kepada adik yang
kesempatan anak untuk mengekspresikan diri,
meminta mainannya.
mengartikulasikan ide, gagasan atau pendapat

200 Sosio Informa Vol. 2, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial
dan mengkomunikasikan dengan orang lain. akan dicapai. 3) Selalu menilai diri sendiri
2) Beri kesempatan anak untuk bersosialisasi (evaluasi diri); menjadi cerdas secara emosional
sejak dini, membiarkan anak bermain dan membutuhkan waktu lama dan berproses,
berdialog dengan sebayanya, sehingga mereka sehingga membutuhkan penilaian terus
terbiasa mengemukakan pendapat, ide, atau menerus terhadap kemajuan yang dicapai dan
sikap tentang sesuatu hal. 3) Doronglah memperbaiki diri. Evaluasi diri dengan mencari
anak untuk berorganisasi dan bersosialisasi, umpan balik dari orang-orang yang dipercaya.
sebagai cara mengembangkan kematangan
emosi dan intelektual anak. Melalui kehidupan DAFTAR PUSTAKA
berorganisasi, anak akan saling mengenal, Aghili, Mojtaba & Kashani, Mojtaba. (2011);
bertukar pikiran, membentuk kerjasama bahkan “Study of the Relationship between
memecahkan konflik-konflik yang menjadi Parenting Style, and Children’s
dasar untuk berdiskusi atau berdiplomasi. Emotional Intelligence and Self-
efficacy”. Journal of American Science,
Untuk dapat memelihara keterampilan
2011;7(7).
emosional anak, maka orang tua harus menjadi
pembimbing efektif bagi anak, berperan aktif Alegre, Alberto. (2011). “Parenting Styles and
dalam mendidik emosi anak, mengekpresikan Children’s Emotional Intelligence: What
perhatian kedalam perkembangan anak, do We Know?”. The Family Journal:
mencinta dengan tulus, mendengarkan dengan Counseling and Therapy for Couples
cermat sebagai hal penting selama pengasuhan. and Families, 2011; 19- 56
Selama mengasuh anak dengan kecerdasan
emosi, sebenarnya orang tua telah bekerja keras Davis, Mark, (2008), Test EQ Anda. Jakarta:
untuk membuat perubahan dalam mengasuh Mitra Media.
anak, artinya akan terjadi perubahan dari yang Elias, Maurice J, dkk (2004). Cara-cara efektf
biasa mereka lakukan. Agar perubahan yang mengasah EQ Remaja. Jakarta: Mizan
dicapai tetap bertahan maka hal penting yang Pustaka.
yang harus diperhatikan orang tua, adalah
dengan cara: 1) menetapkan sasaran (prioritas) Farrell, Giselle (2015). The Relationship
perubahan; berdasarkan apa yang sudah Between Parenting Style and the Level
dipelajari tentang emosi orang tua dan emosi of Emotional Intelligence in Preschool-
anak, maka orang tua hendaknya mencatat dan Aged Children. Philadelphia: College of
mengevaluasi secara berkala terhadap prioritas Osteopathic Medicine, Department of
perubahan yang akan dicapai: seperti bagaimana Psychology.
cara mengendalikan kemarahan, tindakan apa
Garawiyan, Banu. (2003). Memahami Gejolak
yang menunjukkan kepedulian terhadap anak
Emosi anak, Cahaya Bogor.
atau orang lain. 2) Tetap berkomitmen menjadi
orang cerdas secara emosional. Latihlah untuk Gothman, John dan DeClaire Joan. (2008).
nyaman dengan perubahan yang terjadi dengan Mengembangkan Keerdasan Emosional
kondisi saat ini, mintalah dukungan dan bantuan Anak. Jakarta: Gramedia.
dari oraang terdekat, saat orang tua berupaya
menjadi orang yang cerdas secara emosional. Joshi1, Dhanajay and Dutta, Indrajeet. (2015).
Teruslah berkomitmen kepada sasaran yang “A Correlative Study of Mother Parenting

Gaya Pengasuhan dan Kecerdasan Emosi Anak, Alit Kurniasari 201


Style and Emotional Intelligence of Senduk, Yacinta, (2007), Mengasah Kecerdasan
Adolescent”. International Journal of Emosi Orang Tua untuk Mendidik Anak,
Innovation and Scientific Research, Jakarta: Elex Media Komputindo.
ISSN 2351-8014 Vol. 13 No. 1 Jan.
Segal, Jeanne, Melinda Smith, and Jennifer
2015, pp. 145-151.
Shubin. (Update April 2016). Emotional
Mayer, JD, Salovery, P dan Caruso, DR (2000). Intelligence (EQ), Key Skills for Raising
Model Kecerdasan emosional dalam Emotional Intelligence
RJ Steirnberg (Ed.) Handbook of
Shapiro, Lawrence E. (2003). Mengajarkan
Intelligence Cambridge, Inggris. (Pp
Emotional Intelligence pada Anak.
396-420.). Cambridge University Press.
Jakarta: Gramedia Pustaka.
Diakses bulan Mei 2016.
Suharsono. (2004). Akselerasi Intelegensi,
MindTools, How to Improve Your Emotional
Optimalkan IQ, EQ & EQ. Depok:
Intelligence. http://www.mndtools.com/
Inisiasi Press.
pages/artic/new CDV_59.html. Diakses
tanggal 26 Mei 2016. Wartski, Sandra. (2016, Mei 26). Developing
Your Child’s Emotional Quotient: The
Mulayasa, E. (2007). Menjadi Guru
Value of Emotional Intelligence; Diakses
Profesional. Bandung: Remaja
dari https://www.findapsychologist.
Rosdakarya. http://www.kompas.com/
org/developing-your-childs-emotional-
read/xml/2008/08/01/05360036/ukur.
quotiet-the-value-of-emotional-
kecerdasan.emosi.anda, Diakses bulan
intelligence-by-dr-sandra-wartski/.
Mei 2016.
Widayati, Sri & Utami Widiyati, (2008);
Nazanin, Khajeh. (2011). “Analysis of Parenting
Mengoptimalkan 9 Zona Kecerdasan
Style and Emotional Intelligence
Majemuk Anak. Jogjakarta: Luna
Guidance School Students; Australian;
Publisher.
Journal of Basic and Applied Sciences,
5(11): 1262-1267.

Rosenthall M.D, Norman; (Posted Jan 05,


2012); 10 Ways to Enhance Your
Emotional Intelligence, Up your EI
quotient.Your Mind your Body. Diakses
tanggal 26 Mei 2016.

Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak,


(edisi 11, jilid 2). Jakarta: Erlangga.

............. (2008), Essentials of Life-Span


Development. NewYork: McGraw-Hill.
com.

202 Sosio Informa Vol. 2, No. 02, Mei - Agustus, Tahun 2016. Kesejahteraan Sosial

Anda mungkin juga menyukai