generasi
Oleh:
Dian Ratna Widiani, S.Psi
Tak perlu khawatir jika pola asuh Anda dan kakek nenek Si Kecil
cenderung berbeda. Hal ini justru dapat menjadi stimulasi emosi yang
berguna untuk perkembangan buah hati. Masalah perbedaan cara asuh
memang lumrah terjadi. Ada kalanya, orangtua yang mencoba mendidik
anak untuk disiplin harus berkompromi dengan sikap Sang Nenek yang
justru ingin memanjakan cucunya. Atau, bisa juga sebaliknya. Anda
memanjakan anak sementara orangtua Anda sangat keras dan disiplin
kepada cucunya. Bahkan, tak jarang Anda ditegur karena pola asuh yang
dinilainya salah.
Penemuan di dunia parenting yang menyebutkan bahwa attachment orangtua dan anak sangat
penting. Di atas segala jenis pola asuh, yang terpenting adalah kehangatan, kedekatan, dan rasa
sayang antara ibu dan anak, yang disertai dengan batasan-batasan yang jelas. Jika pola attachment
orangtua dan anak sudah kuat, Si Kecil tak akan terpengaruh dengan pola asuh yang diberlakukan
orang lain kepadanya.
Rasa khawatir semacam ini justru tidak perlu. Perbedaan pola asuh Anda dan
orangtua Anda yang diberlakukan pada Si Kecil justru dapat menstimulasi aspek
sosial buah hati. Dia akan mendapat pelajaran mengenai cara membedakan
Harus Konsisten
perilaku orang dan berperilaku yang pantas pada orang yang berbeda. Maka, itu
membantu dia belajar mengenai perkembangan sosial. Hal ini juga akan berguna
untuk buah hati di kemudian hari.
Satu hal yang penting dan seringkali dilupakan adalah menjaga konsistensi. Anda harus
konsisten pada pola asuh yang telah diberlakukan sehingga dapat menetap di pikiran
anak. Jangan sampai hari ini mengizinkan, besok melarang. Jika Anda memberlakukan
pola asuh disiplin dengan konsisten, lambat laun anak akan tahu bahwa itu yang
diharapkan Anda dan ia akan berusaha mematuhinya. Dan tak masalah jika Anda yang
melarang namun Sang Nenek atau Sang Kakek mengizinkan karena akan menguntungkan
anak. Ia akan kaya dengan nuansa perbedaan individual
Jangan Berjarak
Semakin sering terjadi interaksi antara nenek dan cucu memang memperbesar terjadinya perbedaan pola asuh yang diterima
buah hati. Sebagai orangtua, Anda tetap paling berhak menentukan apa yang sebaiknya diterapkan pada Si Kecil. “Maka jika
eyang, orangtua, dan anak tinggal dalam satu atap, Anda dan buah hati harus memanfaatkan area privat semaksimal mungkin.
Sebut saja jika buah hati sedang tantrum. Nenek atau kakek bersikeras untuk menggendong buah hati dan mengabulkan
keinginannya. Sementara Anda memiliki cara sendiri untuk meredakan tantrumnya. Sebelum orangtua Anda turun tangan, bawa
buah hati ke kamar dan ajak ia bicara hingga tangisnya mereda.
Setelah urusan Anda dan buah hati usai, baru keluar dari kamar. Pasalnya, pada siapa pun memang membutuhkan waktu dan kesabaran.
Anda memercayakan pengasuhan, baik pada eyang atau pada pengasuh, namun tetap saja Namun pada akhirnya, jika pola asuh yang
ibu dan anak membutuhkan waktu khusus untuk menebalkan ikatan tadi. Sementara Anda yakini terbukti membawa hasil
ketika Anda mulai merasa orangtua terlalu banyak turun tangan dalam menangani Si Kecil, menyenangkan pada buah hati, orangtua Anda
Anda tak perlu menciptakan jarak antara orangtua Anda dan buah hati. Dekati orangtua, pun akan percaya dan menghargai Anda.
bukan justru memberi jarak. Pasalnya, jika Anda dekat dengan orangtua dan orangtua
melihat perlakuan Anda yang tegas namun penuh kasih sayang pada buah hati, misalnya,
pada akhirnya orangtua akan respek pada Anda dan mempercayakan pola pengasuhan yang
Anda terapkan.
3 Pola Asuh
(pola anak dalam pengasuhan ibu dan nenek)
Tiga jenis pola asuh yang dikategorikan oleh Diana Baumrind, ahli psikologi
perkembangan dari New Yorka. Secara umum pola asuh memiliki tiga jenis, yaitu:
center. Jadi, memberi orangtua cenderung sangat dan permisif, yaitu tidak
hukuman pada anak lumrah memanjakan anak dan melulu menghukum atau
saja karena semua mengikuti apa saja yang memanjakan, namun bisa
Tipe otoritatif dianggap paling ideal karena hubungan orang tua dan anak akan hangat namun anak juga
mengenal batasan. Namun, masih sulit untuk menanamkan pola ini pada orangtua. Karena yang banyak terjadi
justru otoriter sekalian atau permisif sekalian. Jarang ada yang dapat menyeimbangkan keduanya.
“Tantangan itu utamanya dilihat dari dunia yang kian mengglobal.
Perkembangan internet dan teknologi tak dapat dibantah sangat memengaruhi
perubahan sikap seseorang menjadi lebih menuntut kecepatan dan kemudahan.
Akibatnya, seseorang menjadi lebih tidak sabar dalam mencapai tujuan,
termasuk dalam pola pengasuhan. Padahal, dalam membentuk sikap yang
menetap pada buah hati tentu tidak dapat diraih dengan instan, kan?
Tantangan Baru
sebuah fenomena yang bisa dikatakan baru
yaitu bertambahnya orangtua yang justru
Di lain sisi, jika dilihat dari perkembangan kognitif dan emosional takut kepada anaknya. “Takut membuat
anak, tingkatan perkembangan anak zaman dahulu dan sekarang anak sedih, kecewa, atau marah. Akhirnya
sebenarnya sama saja. Misalnya usia anak belajar berjalan, mulai segala keinginan anak dituruti saja. Itu
berbicara, itu dari dulu hingga sekarang, kan, sama. termasuk pada pola permisif,” ujarnya.
Membangun
komunikasi
positif Komunikasi antar orangtua dan anak yang baik dapat mempererat hubungan
orangtua dan anak. Hal ini tentu membantu orangtua dalam memahami setiap
perkembangan anak-anaknya. perkembangan anak bisa berbeda-beda di tiap
usianya. Dengan komunikasi, orangtua bisa mengetahui seperti apa anak
mereka, apa yang mereka suka lakukan, dan tidak suka lakukan
membangun rasa harga diri anak