Anda di halaman 1dari 9

Pengasuhan 3

generasi
Oleh:
Dian Ratna Widiani, S.Psi
Tak perlu khawatir jika pola asuh Anda dan kakek nenek Si Kecil
cenderung berbeda. Hal ini justru dapat menjadi stimulasi emosi yang
berguna untuk perkembangan buah hati. Masalah perbedaan cara asuh
memang lumrah terjadi. Ada kalanya, orangtua yang mencoba mendidik
anak untuk disiplin harus berkompromi dengan sikap Sang Nenek yang
justru ingin memanjakan cucunya. Atau, bisa juga sebaliknya. Anda
memanjakan anak sementara orangtua Anda sangat keras dan disiplin
kepada cucunya. Bahkan, tak jarang Anda ditegur karena pola asuh yang
dinilainya salah.

Perbedaan pola asuh memang mungkin saja terjadi. Setiap orang


memiliki kecenderungan yang berbeda saat memperlakukan cucu atau
buah hatinya. Bahkan bukan tak mungkin jika seorang nenek menerapkan
pola pengasuhan yang disiplin kepada anaknya, namun justru bersikap
sangat memanjakan pada cucunya,.
Jika ditarik dari sejarah, meski setiap individu memilik cara yang berbeda, namun
kecenderungan pola asuh zaman dahulu kental dengan gaya disiplin yang kaku. Dalam artian,
anak tidak memiliki banyak pilihan dan hukuman yang diberikan pada setiap kesalahannya
seolah dianggap lumrah. Sampai aliran behaviorisme ditemukan dan dipopulerkan di
masyarakat, terbentuklah pemikiran bahwa pengasuhan yang baik itu bukan selalu
menghukum, melainkan juga memberikan pujian. Jadi lebih ke reward dan punishment .

Hangat & Dekat

Penemuan di dunia parenting yang menyebutkan bahwa attachment orangtua dan anak sangat
penting. Di atas segala jenis pola asuh, yang terpenting adalah kehangatan, kedekatan, dan rasa
sayang antara ibu dan anak, yang disertai dengan batasan-batasan yang jelas. Jika pola attachment
orangtua dan anak sudah kuat, Si Kecil tak akan terpengaruh dengan pola asuh yang diberlakukan
orang lain kepadanya.
Rasa khawatir semacam ini justru tidak perlu. Perbedaan pola asuh Anda dan
orangtua Anda yang diberlakukan pada Si Kecil justru dapat menstimulasi aspek
sosial buah hati. Dia akan mendapat pelajaran mengenai cara membedakan

Harus Konsisten
perilaku orang dan berperilaku yang pantas pada orang yang berbeda. Maka, itu
membantu dia belajar mengenai perkembangan sosial. Hal ini juga akan berguna
untuk buah hati di kemudian hari.

Terkadang, sikap orangtua yang mencampuri cara Anda


membesarkan buah hati terasa mengganggu. Anda pun terjebak
dalam dilema. Di satu sisi, keakraban Sang Nenek dengan cucunya
adalah hal yang begitu Anda harapkan. Di sisi lain, Anda juga
khawatir Si Kecil akan bingung dengan perlakuan atau peraturan
yang berbeda.

Satu hal yang penting dan seringkali dilupakan adalah menjaga konsistensi. Anda harus
konsisten pada pola asuh yang telah diberlakukan sehingga dapat menetap di pikiran
anak. Jangan sampai hari ini mengizinkan, besok melarang. Jika Anda memberlakukan
pola asuh disiplin dengan konsisten, lambat laun anak akan tahu bahwa itu yang
diharapkan Anda dan ia akan berusaha mematuhinya. Dan tak masalah jika Anda yang
melarang namun Sang Nenek atau Sang Kakek mengizinkan karena akan menguntungkan
anak. Ia akan kaya dengan nuansa perbedaan individual
Jangan Berjarak
Semakin sering terjadi interaksi antara nenek dan cucu memang memperbesar terjadinya perbedaan pola asuh yang diterima
buah hati. Sebagai orangtua, Anda tetap paling berhak menentukan apa yang sebaiknya diterapkan pada Si Kecil. “Maka jika
eyang, orangtua, dan anak tinggal dalam satu atap, Anda dan buah hati harus memanfaatkan area privat semaksimal mungkin.

Sebut saja jika buah hati sedang tantrum. Nenek atau kakek bersikeras untuk menggendong buah hati dan mengabulkan
keinginannya. Sementara Anda memiliki cara sendiri untuk meredakan tantrumnya. Sebelum orangtua Anda turun tangan, bawa
buah hati ke kamar dan ajak ia bicara hingga tangisnya mereda.

Proses membuat orangtua Anda percaya

Setelah urusan Anda dan buah hati usai, baru keluar dari kamar. Pasalnya, pada siapa pun memang membutuhkan waktu dan kesabaran.

Anda memercayakan pengasuhan, baik pada eyang atau pada pengasuh, namun tetap saja Namun pada akhirnya, jika pola asuh yang
ibu dan anak membutuhkan waktu khusus untuk menebalkan ikatan tadi. Sementara Anda yakini terbukti membawa hasil
ketika Anda mulai merasa orangtua terlalu banyak turun tangan dalam menangani Si Kecil, menyenangkan pada buah hati, orangtua Anda
Anda tak perlu menciptakan jarak antara orangtua Anda dan buah hati. Dekati orangtua, pun akan percaya dan menghargai Anda.
bukan justru memberi jarak. Pasalnya, jika Anda dekat dengan orangtua dan orangtua
melihat perlakuan Anda yang tegas namun penuh kasih sayang pada buah hati, misalnya,
pada akhirnya orangtua akan respek pada Anda dan mempercayakan pola pengasuhan yang
Anda terapkan.
3 Pola Asuh
(pola anak dalam pengasuhan ibu dan nenek)
Tiga jenis pola asuh yang dikategorikan oleh Diana Baumrind, ahli psikologi

perkembangan dari New Yorka. Secara umum pola asuh memiliki tiga jenis, yaitu:

Otoriter Permisif Otoritatif

Tipe pengasuhan ini Tipe pengasuhan ini Tipe pengasuhan yang


umumnya bersifat parent bersifat child center, menyeimbangkan sisi otoriter

center. Jadi, memberi orangtua cenderung sangat dan permisif, yaitu tidak
hukuman pada anak lumrah memanjakan anak dan melulu menghukum atau
saja karena semua mengikuti apa saja yang memanjakan, namun bisa

dilakukan atas kehendak diinginkan anaknya. mengatur dan menghargai


orangtua. dengan disesuaikan pada
konteksnya.

Tipe otoritatif dianggap paling ideal karena hubungan orang tua dan anak akan hangat namun anak juga
mengenal batasan. Namun, masih sulit untuk menanamkan pola ini pada orangtua. Karena yang banyak terjadi
justru otoriter sekalian atau permisif sekalian. Jarang ada yang dapat menyeimbangkan keduanya.
“Tantangan itu utamanya dilihat dari dunia yang kian mengglobal.
Perkembangan internet dan teknologi tak dapat dibantah sangat memengaruhi
perubahan sikap seseorang menjadi lebih menuntut kecepatan dan kemudahan.
Akibatnya, seseorang menjadi lebih tidak sabar dalam mencapai tujuan,
termasuk dalam pola pengasuhan. Padahal, dalam membentuk sikap yang
menetap pada buah hati tentu tidak dapat diraih dengan instan, kan?

Tantangan Baru
sebuah fenomena yang bisa dikatakan baru
yaitu bertambahnya orangtua yang justru

Di lain sisi, jika dilihat dari perkembangan kognitif dan emosional takut kepada anaknya. “Takut membuat

anak, tingkatan perkembangan anak zaman dahulu dan sekarang anak sedih, kecewa, atau marah. Akhirnya

sebenarnya sama saja. Misalnya usia anak belajar berjalan, mulai segala keinginan anak dituruti saja. Itu

berbicara, itu dari dulu hingga sekarang, kan, sama. termasuk pada pola permisif,” ujarnya.

Perkembangan kognitif dan emosional anak memang akan tetap


sama, hanya dengan tantangan yang berbeda.
Komunikasi dengan anak yang terjalin dengan baik juga dapat membuat
hubungan anak dan orangtua terasa menyenangkan. Sebaliknya, komunikasi yang
terjalin dengan buruk dapat membuat anak tidak menghormati orangtuanya,
sering terjadi pertengkaran antara anak dan orangtua, dan perasaan tidak
berharga pada anak.

Komunikasi dengan anak mungkin merupakan hal


yang sederhana dan terkesan mudah dilakukan, tapi
ternyata memiliki manfaat yang besar
terhadap perkembangan anak

Membangun
komunikasi
positif Komunikasi antar orangtua dan anak yang baik dapat mempererat hubungan
orangtua dan anak. Hal ini tentu membantu orangtua dalam memahami setiap
perkembangan anak-anaknya. perkembangan anak bisa berbeda-beda di tiap
usianya. Dengan komunikasi, orangtua bisa mengetahui seperti apa anak
mereka, apa yang mereka suka lakukan, dan tidak suka lakukan
membangun rasa harga diri anak

kepercayaan diri anak

anak merasa lebih berharga


Membangun komunikasi dengan
anak yang positif sejak anak membangun konsep diri anak yang positif
kecil dapat membantu dalam
mengembangkan:

Dapat membantu anak dalam membangun Hubungan


Dengan orang lain yang ada di sekitarnya

Anda mungkin juga menyukai