PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana Tahapan perkembangan mental pada anak-anak?
2. Bagaimana Tahapan perkembangan mental pada dewasa?
3. Bagaimana Tahapan perkembangan mental pada lansia?
4. Bagaimana Perubahan kesehatan perkembangan reproduksi pada anak-anak ?
5. Bagaimana Perubahan kesehatan perkembangan reproduksi pada remaja?
6. Bagaimana Perubahan kesehatan perkembangan reproduksi pada dewasa?
7. Bagaimana Perubahan kesehatan perkembangan reproduksi pada lansia?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Tahapan perkembangan mental pada anak-anak
2. Untuk mengetahui Tahapan perkembangan mental pada dewasa
3. Untuk mengetahui Tahapan perkembangan mental pada lansia
4. Untuk mengetahui Perubahan kesehatan perkembangan reproduksi pada anak-anak
5. Untuk mengetahui Perubahan kesehatan perkembangan reproduksi pada remaja
6. Untuk mengetahui Perubahan kesehatan perkembangan reproduksi pada dewasa
7. Bagaimana Perubahan kesehatan perkembangan reproduksi pada lansia
2
BAB II
PEMBAHASAN
Umur 1 – 4 tahun
Pada usia ini tingkat ketergantungan mulai berubah. Aktivitas yang semula
serba dependen perlahan beralih menjadi independen. Seiring dengan kemajuan dalam
kemampuan bahasa, gerak, dan kemampuan komunikasi dengan dunia luarnya, ia akan
lebih mudah mengungkapkan kebutuhan dan keinginannya. Perbendaharaan kata yang
dimiliki semakin banyak, dan anak mulai pandai menirukan kata yang didengarnya.
Orang tua yang mengasuhnya pun lebih mudah mengerti apa yang dikehendaki si anak,
karena anak sudah dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Dengan kemampuannya itu,
ditambah dengan keterampilan motoriknya yang mulai dapat memegang, memeriksa ,
dan mencoba sesuatu, ia akan semakin banyak melakukan eksplorasi terhadap
lingkungannya. Ia akan senang untuk membongkar-bongkar dan mengobrak-abrik
semua tempat.Semakin ia besar dan mengerti perbedaan dirinya dengan dunia luar,
disini akan timbul pertentangan. Pertentangan terjadi karena si anak belum mengenal
kepentingan lain selain kepentingan dirinya sendiri, sehingga kerapkali akan terjadi
pertentangan dengan kepentingan orang tuanya.
Dalam usia 2-3 tahun anak memasuki fase gemar memprotes segala hal. Setiap
ajakan akan ditolak dan diprotesnya. Masa ini disebut masa kopigheid’s periode (masa
keras kepala), atau ada pula yang menyebutnya sebagai masa negativistik. Anak seperti
berusaha berpegang pada suatu pendirian, walau setelah itu ia juga akan menentang
ajakan sebaliknya.Dalam usia 4 tahun, anak senang bermain-main dengan anak lain.
Keingintahuannya meluas dan ia sudah dapat berfantasi akan kesenangannya. Pola
interaksi dengan orang tua juga mulai agak berubah. Orang tua sudah melihatnya
sebagai anak yang agak besar, bukan anak bayi lagi, yang tidak lagi harus ditunggui
setiap saat oleh ibunya. Di sinilah anak kadang kembali mengalami separation anxiety,
karena ia tak lagi selalu di dekat ibunya. Hal ini juga sering terjadi bila ibu melahirkan
3
adiknya, di mana perhatian seluruh keluarga lebih banyak tercurah bagi si adik bayi
yang baru lahir.
Aktifitas juga akan meningkat. Anak seperti tidak bisa diam, maunya naik turun
tempat tidurnya, mencoba jalan-jalan, dan lain sebagainya. Pada masa ini orang tua
sering terlalu khawatir dan akhirnya semakin keras dan melarang anaknya untuk
banyak bermain. Sebenarnya hal ini dapat memberi pengaruh kurang baik, sebab anak
yang semula aktif dan bersemangat menjelajahi dunianya, menjadi berkurang minatnya
karena takut dimarahi kalau-kalau ia melakukan sesuatu yang ternyata dilarang orang
tuanya. Akhirnya anak yang semula aktif menjadi anak yang pasif, dan akhirnya
perkembangannya melambat.
Faktor lain yang berpengaruh adalah perubahan sikap dari orang tuanya, di saat
si anak memiliki adik. Si sulung dituntut untuk jadi panutan bagi sang adik. Terhadap
sang adik yang baru lahir, biasanya sikap orang tuanya tidak sama seperti waktu si
sulung masih sendiri. Kekuatiran orang tua sudah berkurang, dan sang adik
memperoleh lebih banyak kebebasan.Selain dari orang tua, kakak dari seorang anak
juga turut mempengaruhi perkembangan anak. Dengan adanya seorang kakak, bagi
sang adik bisa menjadi pemacu untuk berkompetisi dan berusaha untuk menyainginya.
Namun sebaliknya, bisa juga si adik bisa menjadi manja, sebab selalu terlindungi oleh
kakaknya. Seorang adik bungsu yang bedanya jauh dengan kakaknya, kadangkala akan
dibiarkan memiliki ketergantungan yang berlebihan terhadap kakak-kakaknya, atau
terhadap orang tuanya.
Umur 5 – 7 tahun
Usia ini adalah usia sekolah awal. Anak mulai masuk Taman Kanak-kanak. Ia
memulai untuk berusaha berdiri sendiri di dunia luarnya. Ia ti dak lagi berada di sisi
ibunya terus-menerus. Di TK ia akan mulai berlatih berbagai keterampilan.
Kemampuan melihat, menerima pengertian, berpikir, berbahasa, yang masih sederhana
akan dikembangkan dengan berhadapan langsung dengan dunia luar. Hal-hal yang
dialaminya secara langsung akan semakin banyak dan semakin bervariasi.
Aktifitasnya akan meningkat, dan porsi waktu yang semula ia habiskan dalam
rumah saja bergeser menjadi banyak di luar rumah. Dan ia juga akan melihat dunia
yang melibatkan lebih banyak orang, dengan berbagai perilakunya. Di sinilah orang
4
tua sering menjadi cemas, sebab khawatir perilaku orang lain akan memberi pengaruh
yang tidak baik bagi anak.
Dalam proses mengasah ketrampilan ini, setiap anak memiliki kecepatan yang
berbeda-beda, walaupun anak itu sebenarnya normal. Di sinilah peran ibu / orang tua
cukup besar. Kadang kala ibu merasa cemas dan “senewen” melihat anaknya kurang
cepat dibanding anak lain, dan akhirnya menyuruh anak untuk lebih cepat. Ini kadang
malah berakibat anak menjadi semakin tegang dan bertentangan dengan ibunya.
Hal lain yang sering dilakukan ibu adalah mengambil alih tugas mengerjakan
pekerjaan rumah atau prakarya yang diberikan gurunya. Pengambilalihan ini bisa juga
berupa menyuruh kakaknya yang lebih besar untuk mengerjakannya. Memang akhirnya
si anak akan mengumpulkan hasil karya yang baik, mungkin malah paling baik di
kelasnya, dan memperoleh nilai yang tinggi, akan tetapi hal ini sebenarnya malah
berakibat tidak baik bagi perkembangan anak. Anak akan menjadi tidak bertambah
terampil (malah ibu atau kakaknya yang tambah terampil), dan secara tidak sadar akan
menanamkan pada anak bahwa ia tidak perlu repot-repot karena akan selalu dibantu
ibunya. Fungsi sekolah yang bertujuan untuk membentuk tanggung jawab,kewajiban,
dan keterampilan pun tidak tercapai sebagaimana direncanakan. Hal yang mungkin
terjadi juga, si anak dapat menjadi terbiasa menyalahgunakan kasih ibunya itu dengan
berlambat-lambat dalam melakukan suatu tugas, dengan harapan akan diambil alih oleh
ibunya.
Pertentangan lain yang sering terjadi juga di usia ini adalah pertentangan antara
pengaruh ayah dan pengaruh ibu. Pada usia ini, di mana dunia si anak sudah mulai
meluas dan ia mulai bisa membedakan banyak orang, ia akan dapat melihat ayah dan
ibunya sebagai orang yang berbeda. Jika ia melihat bahwa ayahnya mengharapkan lain
dengan apa yang ibunya harapkan, ia akan mengalami pertentangan, sebab tidak
mungkin baginya memenuhi harapan keduanya sekaligus. Hal ini dapat memberikan
pengaruh buruk pada usahanya untuk melepaskan diri dari ketergantungan dan berdiri
sendiri.
Umur 7 – 11 tahun
Keseimbangan antara ketergantungan dan mampu berdiri sendiri mulai tampak.
Anak (terutama anak laki-laki) akan semakin senang bermain sendiri / bersama
temannya di luar rumah. Pada saat anak ini bermain, ia secara tak sadar sebenarnya
sedang berusaha melepaskan ketergantungannya dengan ibunya di rumah, dan berdiri
sendiri bersama teman-temannya di sekitar rumah. Seorang anak laki-laki di usia ini,
5
jika masih memperlihatkan ketergantungan secara terang-terangan terhadap ibunya,
malah merupakan hal yang tidak normal dan harus diwaspadai.
Di saat seorang anak masuk Sekolah Dasar, ia mengalami peralihan antara
bermain dengan “bekerja”. Perkembangan yang terjadi selain berusaha berdiri sendiri,
juga sudah mulai rasa tanggung jawab dan memiliki kewajiban terhadap tugas
belajarnya di sekolah. Di sini peranan sekolah selain mengajarkan ilmu pengetahuan
,adalah memberi tugas-tugas yang merangsang perkembangan tanggung jawab dan
rasa punya kewajiban . Tugas dari sekolah diarahkan untuk merangsang inisiatif dan
kemampuan berusaha mengatasi masalah yang dihadapi. Kadangkala orang tua ingin
memberikan anak suatu masa kanak-kanak yang menyenangkan, sehingga akibatnya
mereka malah terlalu melonggarkan anak dari kewajiban dan tugas yang diberikan dari
sekolah. Orang tua kadangkala malah mengajak anak bermain-main dan tidak
mengharuskan si anak mengerjakan tugas sekolah. Ini malah berakibat anak tidak dapat
belajar disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Sering terjadi juga orang tua mengerjakan
tugas sekolah si anak, dengan berbagai alasan. Ada yang beralasan agar si anak tidak
terlalu repot, atau agar si anak punya nilai yang bagus, dan lain sebagainya. Hal ini
tidaklah baik, sebab malah akan mengakibatkan si anak terhambat perkembangannya.
Selain itu, anak juga akan mulai banyak bergaul dengan teman sebayanya.
Mulanya ia akan tetap berbaur dengan laki-laki dan perempuan, tapi lama-kelamaan
mereka akan berkelompok sejenis. Anak laki-laki akan banyak melakukan aktifitas
yang dilarang, misalnya bermain di tempat yang dilarang. Hal ini mereka lakukan
karena mau menunjukkan sikap jantannya. Hal ini tidak perlu menjadi kekuatiran yang
berlebihan selama kenakalan mereka tidak keterlaluan dan tidak membahayakan. Akan
tetapi tentunya juga tidak berarti orang tua bisa melepas begitu saja.
Usia 11 – 19 tahun
6
Pada tahap ini terjadilah proses pematangan seksual. Selain secara fisik, juga
secara mental. Perilakunya akan semakin menunjukkan ciri-ciri kelakuan anak laki atau
perempuan dalam pergaulannya, terutama dalam pergaulan dengan lawan jenis.
Pada masa awal remaja, anak sering membandingkan diri dengan teman-teman
sebayanya. Tingkah laku dari orang yang mereka jadikan model atau idola, akan
mereka tiru dan ikuti. Rasa ingin tahu tentang hal seksual akan meningkat, dan biasanya
mereka mencari segala sumber untuk mengetahuinya. Peran orang tua dan sekolah
dalam hal ini adalah untuk memberikan sex education yang benar, sehingga anak
mendapat informasi yang benar tentang seksualitas. Dari segi hubungan sosial dengan
dunia sekitarnya, anak akan mulai menyadari kedudukan dan status orang tua dalam
masyarakat. Dengan berinteraksi dengan masyarakat, anak melihat bagaimana orang
lain memandang dirinya dan keluarganya. Dari sini ia akan belajar untuk membentuk
dan memahami identitas sosialnya.
Pada saat ini orang tua sebaiknya memperhatikan apakah anaknya memiliki
perilaku yang sesuai dengan kelaminnya. Pada saat ini diperlukan petunjuk dan
bimbingan dari orang tuanya tentang norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Norma –norma ini tidak hanya untuk masalah seksual saja, tetapi juga untuk sopan
santun dan norma-norma dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
7
Orang tua memberi peranan penting dengan mulai memberikan persamaan hak
pada anak. Ini sangat penting bagi proses akhir keseimbangan antara ketergantungan
dan kemampuan berdiri sendiri. Dengan perlahan menghapus kedudukan anak yang
lebih rendah, anak akan semakin berkembang karena ia juga akan memperoleh ruang
yang lebih luas untuk berkembang dan berdiri sendiri, menerima tanggung jawab dan
kewajiban. Seorang remaja ingin mencoba segala sesuatu, mencoba membuat
keputusan sendiri, dan mereka perlu diberi kesempatan membuat kesalahan. Di sini
masa kecilnya banyak memberi pengaruh. Jika pada usia kecilnya ia banyak
mengalami kegembiraan, persahabatan, dan kesuksesan, ia akan menjalani masa remaja
dan dewasa dengan penuh percaya diri. Sebaliknya bila masa kecilnya ia tidak pernah
menerima penghargaan atas usahanya, ia bisa menjadi rendah diri dan kurang percaya
diri.
Pubertas berasal dari kata pubercere yang artinya menjadi matang. Sedangkan
adolesen berasal dari kata adolescere yang berarti menjadi dewasa. Proses ini sudah
pasti ak;an menimbulkan konflik. Orang tua sebaiknya tidak usah takut akan konflik
ini, selama konflik tak hebat dan tidak mengarah pada perpecahan anggota keluarga.
Yang perlu diingat adalah konflik hanyalah aspek yang diperlukan dalam
perkembangan anak yang sehat. Malahan, jika sama sekali tidak dijumpai adanya
konflik, orang tua harus curiga jangan-jangan si anak hanya pura-pura mampu berdiri
sendiri.
Anak juga akan lebih terikat dengan teman sebayanya, dalam kelompok
tertentu. Mereka merasa lebih aman dan memperoleh kepastian akan eksistensi dirinya.
Sebenarnya dalam tahap inipun mereka bukannya tidak tergantung sama sekali dengan
orang lain, mereka masih tergantung dengan orang tua dan teman-temannya dalam
kadar tertentu. Perkembangan akan kemampuan diri sendiri di sini meliputi berbagai
aspek, termasuk ilmu pengetahuan, moral, emosional, dan berbagai macam lainnya.
Akhir masa remaja, keinginan untuk keluar dari lingkungan rumah menjadi
semakin besar lagi. Mereka semakin terdorong dengan keinginan untuk melanjutkan
sekolah yang lebih tinggi di tempat lain, atau bekerja di tempat yang baru. Dalam
bersosialisasi mereka umumnya sudah cukup nyaman dengan kemampuan dirinya dan
sudah mulai menemukan identitas dirinya. Dalam berinteraksi dengan orang lain
bahkan mereka sudah berani untuk lebih serius, misalnya dengan menjalin hubungan
dengan lawan jenisnya dalam bentuk berpacaran
8
2.1.2 Tahapan perkembangan mental pada dewasa
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai
dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-
demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya.Berbagai masalah juga
muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa
peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan
menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.
Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik.
Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit,
mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal
adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh
kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja
dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada
kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.
9
Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap
memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap
perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan pekerjaan/jabatan,
persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan
penyesuaian di dalamnya.
4. Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension)
Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan,
keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional seringkali dinampakkan dalam
ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran
yang timbul ini pada umumnya bergantung pada ketercapainya penyesuaian
terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu, atau sejauh
mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan.
10
Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa
biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan
yang memberikan beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena
mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.
8. Masa perubahan nilai
Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena
ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan
ekonomi orang dewasa.
9. Masa Kreatif
Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung
pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan
dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang
menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang menyalurkannya melalui
pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.
2) Perkembangan Psikis
a) Perkembangan Intelektual
b) Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000).
Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan
baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut
usia.
Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi
dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian
suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri
cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya. Yang
dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang
berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan fisik, maupun
sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara
tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan
kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Dari 6 tahun sampai 12 tahun disebut anak-anak. Dalam periode ini, mereka
berlatih tanpa lelah, mereka merasa bangga atas prestasi mereka mencapai. Dalam
periodein juga, anak-anak memfokuskan energi mereka pada sekolah mereka serta
membentuk ikatan persahabatan dengan anak-anak lain dari jenis kelamin mereka
12
sendiri. Anak usia sekolah akan mengembangkan kebutuhan yang meningkat
kemerdekaan dan menjadi lebih sosial menerima rekan-rekan. Bermain menjadi
lebih kompleks, dengan aturan yang ditetapkan dalam permainan kelompok dan
permainan yang berfokus pada memiliki “menang” tim atau yang disebut
“pemenang” di akhir permainan. Daya Saing mulai muncul sebagai sekolah anak
usia Anda terus membandingkan diri dengan rekan-rekan sekolah. Hal serupa juga
terjadi pada usia ini, untuk sekolah anak usia Anda memiliki persahabatan yang tidak
stabil karena mereka mulai menjadi jahat terhadap satu sama lain.
Periode ini merupakan masa transisi antara anak-anak dan remaja. Di antara
remaja laki-laki dan remaja perempuan ditemukan perbedaan kontras karena
perbedaan keberadaan hormon. Remaja yang lebih tua, seperti yang ada di rentang
usia ini, memperluas logika dan kemampuan penalaran, meskipun banyak yang
masih berjuang untuk mencocokkan kemampuan mereka berpikir dengan tindakan
mereka. Dengan demikian, banyak anak-anak akan berbicara dengan cerdas tetapi
kemudian mengalami kesulitan dengan pemikiran planning. Mereka sekarang
menganggap masa depan. Mereka bisa berpikir dan berdiskusi bijaksana tentang
perang, perguruan tinggi, ekonomi, dan visi mereka tentang apa yang akan membuat
remaja menjadi lebih baik. Karena dunia yang lebih tua lebih maju secara intelektual
dari seorang anak atau remaja yang lebih muda, orang dewasa dapat memiliki
percakapan lebih kembali-dan-sebagainya dengan mereka. Mereka lebih mampu
memahami poin pandangan orang lain, dan mereka lebih terbuka terhadap perspektif
lain dan ide. Banyak remaja yang lebih tua akan menggunakan kapasitas intelektual
baru mereka sebagai “senjata logis” terhadap orang tua mereka. Hal ini lebih
berkaitan dengan mereka memisahkan dari orang tua mereka.
Pubertas pada wanita adalah proses yang bervariasi dari gadis gadis. Ada
berbagai ‘normal’ kali mulai, dan waktu onset bervariasi dalam kelompok etnis yang
berbeda. Misalnya, hal itu mungkin terjadi antara usia 8 dan 14 untuk anak
perempuan Kaukasia, sementara beberapa gadis Amerika Afrika mencapai pubertas
pada usia 7 tahun. Menarche (awal siklus menstruasi) menandai awal pubertas pada
anak perempuan. Perubahan fisik dan emosional Berbagai terjadi selama masa
transisi dari masa kanak-kanak untuk kaum hawa. Tanda-tanda khas pubertas
13
meliputi perubahan fisik (perkembangan payudara, pertumbuhan rambut kemaluan,
bau badan, dll) serta perubahan perilaku. Pikiran gadis-gadis muda yang diisi dengan
perasaan campur aduk takut, kadang-kadang didorong oleh mitos, harapan dan
keajaiban menjadi seorang wanita.
Pada orang dewasa, telah memiliki kesiapan untuk reproduksi, periode ini telah
mencapai keseimbangan psikologis, kepribadian mereka telah terlihat dan terbentuk.
Pada tahap awal menjadi dewasa kita mencari satu atau lebih sahabat dan cinta.
Seperti kita mencoba untuk menemukan hubungan yang saling memuaskan,
terutama melalui perkawinan dan teman-teman, kita umumnya juga mulai untuk
memulai sebuah keluarga, meskipun usia ini telah mendorong kembali bagi banyak
pasangan yang saat ini tidak memulai keluarga mereka sampai akhir tiga puluhan.
Jika negosiasi tahap ini berhasil, kita bisa mengalami keintiman pada level. Jika yang
mendalam kita tidak berhasil, isolasi dan jarak dari orang lain mungkin terjadi. Dan
ketika kita tidak merasa mudah untuk menciptakan hubungan memuaskan, dunia kita
dapat mulai menyusut, dalam pertahanan, kita dapat merasa lebih unggul dari orang
lain.Hubungan yang kita signifikan adalah dengan mitra perkawinan dan teman-
teman. Penilaian nilai-nilai hidup telah stabil dan benar. Masalah yang dihadapi
dapat diselesaikan, dinilai, dan diputuskan oleh diri mereka sendiri didasarkan pada
tanggung jawab.
14
2.2.4 Perubahan kesehatan perkembangan reproduksi pada Dewasa
Salah satu hal penting bagi para lanjut usia adalah masalah kesehatan
reproduksi. Bagi wanita lanjut usia, menopause merupakan tanda bahwa fertilitasnya
telah menurun drastis. Hal ini ditandai dengan berhentinya haid setidaknya selama
satu tahun. Sebelum fase menopause dimulai, sebenarnya kesehatan reproduksi sudah
mulai menurun sekitar empat atau lima tahun sebelumnya, dimana wanita biasanya
sudah mulai merasakan beberapa gejala fisik. Meskipun berbeda-beda bentuknya,
gejala fisik menjelang menopause harus diperhatikan agar kesehatan reproduksi juga
tetap terjaga. Kurangnya informasi mengenai hal ini kemungkinan besar
menimbulkan resiko kesehatan yang membahayakan.Meskipun menopause biasanya
dialami oleh wanita berusia di atas 60 tahun, namun terkadang bisa lebih cepat atau
lebih lambat terjadinya, tergantung pada kesehatan reproduksi wanita tersebut. Selain
itu, faktor kesehatan fisik secara umum, keturunan serta gaya hidup juga
mempengaruhi kapan wanita tersebut akan mengalami menopause. Fase menopause
biasanya menimbulkan banyak keluhan dan gangguan, tidak hanya pada kesehatan
reproduksi, namun juga kesehatan secara umum. Untuk itu, kesehatan reproduksi usia
lanjut harus benar-benar mendapat perhatian.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan mental pada anak, remaja, dan dewasa merupakan suatu proses
bertambahnya nilai kuantitas seperti ide, gagasan, dan cita-cita. Yang pada akhirnya
akan munurun seiring bertambahnya usia. Proses pertumbuhan dan perkembangan ini
16
berjalan dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor genetik dari kedua
orang tuanya sudah jelas akan memberi kontribusi yang besar dalam hal ini. Selain itu
ada pula faktor riwayat kesehatan ataupun trauma yang pernah dialami oleh anak.
Demikian pula faktor lain yang sifatnya tidak langsung, misalnya status ekonomi orang
tua, yang berpengaruh pada kecukupan gizi dan kesejahteraan anak. Bahkan pada
masyarakat yang masih memiliki akar budaya yang kuat, perkembangan karakter anak
juga akan terpengaruh oleh norma-norma budaya tersebut.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Ida. Jurnal: Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya Berdasarkan Jenis
Kelamin pada Dewasa Awal. Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma
http://leman.or.id/anakku/daribayi.html
http://rosek.mahasiswa.unimus.ac.id/2015/11/05/pertumbuhan-dan-perkembangan-
pada-lansia.html
17
https://intanifah.wordpress.com/2013/02/03/tahap-perkembangan-manusia-
berdasarkan-usia/
https://kesehatanreproduksiku.wordpress.com/2014/05/25/kesehatan-reproduksi-pada-lansia/
18