Anda di halaman 1dari 25

TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TINJAUAN ISLAM


Satria M.A. Koni
Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo

Abstrak

Pendidikan karakter dalam Islam sudah lama dikenal dengan penamaan yang berbeda,
yaitu pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak dalam Islam sangat ditekankan untuk
dilakukan sejak dini. Sekiranya pendidikan karakter diabaikan, akan memberi dampak
yang tidak baik bagi kehidupan suatu bangsa. Itulah kenapa, pendidikan karakter di
Indonesia dewasa ini dikemas dalam program full day school. Lalu apa dan bagaimana
sesungguhnya pendidikan karakter itu? Bagaimana relevansinya dengan pendidikan
Islam? Tulisan ini akan mengulas pendidikan karakter secara konseptual dan tinjauannya
dalam pendidikan Islam.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Tinjauan Islam

A. Pendahuluan B. Pembahasan
Akhir-akhir ini, diskursus 1. Pengertian Pendidikan Karakter
mengenai pendidikan karakter sangat Pendidikan karakter adalah
menyita perhatian publik. Lebih-lebih sebuah proses pendidikan yang
setelah menteri pendidikan dan mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan
kebudayaan menggagas program fullday perilaku yang membantu individu untuk
school sebagagi salah satu solusi hidup dan bekerja bersama sebagai
terhadap persoalan bangsa yang semakin keluarga, masyarakat, dan bernegara dan
mengkhawatirkan. Munculnya membantu mereka untuk membuat
pendidikan karakter memberikan warna keputusan yang dapat
tersendiri terhadap dunia pendidikan dipertanggungjawabkan. Dengan kata
khususnya di Indonesia, meskipun lain pendidikan karakter mengajarkan
dalam kenyataannya pendidikan anak didik berfikir cerdas, mengaktivasi
karakter itu telah ada seiring dengan otak tengah secara alami.1
lahirnya sistem pendidikan Islam karena Pendidikan karakter adalah
pendidikan karakter itu merupakan ruh suatu sistem yang mengajarkan
dari pada pendidikan Islam itu sendiri. kebiasaan cara berpikir dan perilaku
Pendidikan Islam merupakan sebuah yang membantu individu untuk hidup
sistem yang bekerja bagi pengembangan dan bekerja bersama sebagai keluarga,
mental spiritual peserta didik sejak dari masyarakat, dan bernegara dan
buaian hingga ke liang lahat. Dalam membantu mereka untuk membuat
hubungan ini, menjadi menarik untuk keputusan yang dapat
mengkaji lebih dalam, apa sebenarnya dipertanggungjawabkan.2
pendidikan karakter itu? Bagaimana Pendidikan karakter merupakan
nilai-nilai yang terkandung di upaya sadar dan sungguh-sungguh dari
dalamnya? Bagaimana pendidikan seorang guru untuk mengajarkan nilai-
karakter dalam Islam? Dan Apa tujuan nilai kepada para siswa. Menurut Burke
pendidikan karakter? Inilah yang akan
diulas dalam tulisan ini. 1
D.Yahya Khan, Pendidikan Karakter
Berbasis Potensi Diri, (Yogyakarta: Pelangi
Publishing, 2010), hlm. 2.
2
Ibid., h. 1-2.

13
pendidikan karakter semata-mata yang terwujud dalam pikiran, sikap,
merupakan bagian dalam pembelajaran perasaan, perkataan dan perbuatan
yang baik dan merupakan bagian dari berdasarkan norma-norma agama,
fundamental dari pendidikan yang baik. hukum, tata krama, karakter dan adat
dalam sejarah, pendidikan karakter istiadat.
dianggap sebagai hal yang niscaya. John Nilai-nilai pendidikan karakter
Dewey, misalnya, pada tahun 1916 yang dikembangkan dalam pendidikan
pernah berkata, “sudah merupakan hal budaya dan karakter bangsa yang
yang lumrah dalam teori pendidikan diidentifikasi adalah sebagai berikut:
bahwa pembentukan watak merupakan a. Nilai karakter religius.
tujuan umum pengajaran dan pendidikan Nilai karakter religius
budi pekerti di sekolah”.3 dideskripsikan sebagai: Sikap dan
Muchlas mendefinisikan perilaku yang patuh dalam
pendidikan karakter sebagai istilah melaksanakan ajaran agama yang
“payung (umbrella term) yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
digunakan untuk mendeskripsikan ibadah agama lain, dan hidup rukun
pembelajaran anak anak dengan sesuatu dengan pemeluk agama lain.5
cara yang dapat membantu mereka Religius berarti mengadakan
mengembangkan berbagai hal terkait hubungan dengan sesuatu yang Adi
dengan moral”.4 Kodrati, hubungan antara makhluk dan
Pendidikan karakter di sini Khaliq-Nya. Hubungan ini mewujud
yang dimaksud adalah pendidikan dalam sikap batinnya serta tampak
dengan proses membiasakan anak dalam ibadah yang dilakukannya dan
melatih sifat-sifat baik yang ada dalam tercermin pula dalam sikap
dirinya sehingga proses tersebut dapat kesehariannya.6
menjadi kebiasaan dalam diri anak. Sikap religius merupakan salah
Dalam pendidikan karakter tidak hanya satu ciri utama orang yang sehat jiwanya
bertujuan untuk mencerdaskan anak dan tenteram hidupnya. Sehat jiwanya
dalam aspek kognitif saja, akan tetapi tidak hanya dalam arti sehat secara fisik,
juga melibatkan emosi dan spiritual, psikis dan dapat beradaptasi secara baik
tidak sekedar memenuhi otak anak dengan lingkungannya, tetapi juga harus
dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu hidup sesuai dengan tata nilai
dengan mendidik akhlak anak dan aturan-aturan agama serta mampu
dipersiapkan untuk menjadi anggota memahami dan mengamalkan dalam
masyarakat yang bertanggung jawab dan hidupnya, yang pada akhirnya tidak
respek terhadap lingkungan sekitarnya. akan terkena konflik-konflik batin,
2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter apalagi gangguan jiwa dan penyakit
Pendidikan karakter merupakan jiwa. Hal ini tidak terlepas adanya
upaya-upaya yang dirancang dan sandaran transendental yaitu hubungan
dilaksanakan secara sistematis untuk vertikal dengan Allah, dan yang
menanamkan nlai-nilai prilaku peserta diperoleh tidak lain adalah
didik yang berhubungan dengan Tuhan ketenteraman dan ketenangan jiwa yang
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama selalu didambakan oleh manusia.
manusia, lingkungan, dan kebangsaan b. Nilai Karakter Jujur

3
Frank G. Goble, Madzhab Ketiga: 5
Psikologi Humanistik Abraham Maslow, H. Pupuh Fathurrohman, dkk,
(Yogyakarta: Kanisius, 1991), h. 270. Pengembangan Pendidikan Karakter, (Bandung:
4
Muchlas Samani dan Hariyanto, Refika Aditama, 2013), Cet.ke-1, h. 106.
6
Konsep dan Model, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Quraish Shihab, Membumikan Al-
2003), h. 44. Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 210.

14
Nilaikarakter jujur dalam maqam-maqam (tingkatan
dideskripsikan sebagai perilaku yang rohaniah) beragama.8
didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat Ungkapan di atas menunjukkan
dipercaya dalam perkataan, tindakan, pentingnya membekali siswa dengan
dan pekerjaan.7 karakter kejujuran dalam kehidupan
Imâm al-Ghazâlî membagi karena kejujuran tersebut akan
sikap benar atau jujur kedalam enam jenis: membawa siswa selamat di dunia dan
Pertama, jujur dalam lisan atau akhirat, selain itu kejujuran akan
bertutur kata. Kejujuran seperti ini membaca siswa kepada insan yang
hanya terjadi dalam dipercaya banyak orang dan menjadi
menyampaikan berita atau seseorang yang maslahat pada sesama.
pembicaraan yang mengandung c. Nilai Toleransi
berita. Berita itu ada yang Nilai Toleransi dalam
berhubungan dengan kejadian pendidikan karakter dideskripsikan
masa lalu dan peristiwa yang akan sebagai sikap dan tindakan yang
terjadi pada masa yang akan menghargai perbedaan agama, suku,
datang. Menepati janji termasuk etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
kategori kejujuran jenis ini. orang lain yang berbeda dari dirinya.9
Kedua, jujur dalam berniat dan Toleransi adalah pemberian
berkehendak. Kejujuran seperti ini kebebasan kepada sesama manusia atau
mengacu kepada konsep ikhlas, sesama warga masyarakat untuk
yaitu tiada dorongan bagi menjalankan keyakinannya atau
seseorang dalam tindakandan mengatur hidupnya dan menentukan
gerakannya selain dorongan nasibnya masing-masing selama
karena Allah. menjalankan dan menentukan sikapnya
Ketiga, Jujur dalam berobsesi atau tidak melanggar dan bertentangan
cita-cita (azam). Sebagaimana dengan syarat-syarat azas terciptanya
diketahui, manusia terkadang ketertiban dan kedamaian dalam
mengemukakan obsesinya untuk masyarakat.10
melakukan sesuatu. Ungkapan di atas menunjukkan
Keempat, Jujur dalam menepati pentingnya proses saling menghargai
obsesi Dalam suatu kondisi, hati diantara sesama manusia, semua bentuk
terkadang banyak mengumbar perbedaan harus bermuara pada
obsesi. Bagi hati, berobsesi dan kemaslahatan bersama. Perbedaan yang
berjanji itu sangat mudah. terjadi harus diterima dengan lapang
Kelima, Jujur dalam beramal atau dada dan tidak diperbolehkan atas dasar
bekerja. Yaitu beramal dengan hasut dan dengki karena itu dapat
sungguh-sungguh, sehingga merusak sendi-sendi kehidupan.
perbuatan zahirnya tidak
menunjukkan sesuatu yang ada
dalam batinnya dan menjadi tabiat
8
bagi dirinya. Shafwat Abdul Fattah, Mungkinkah
Keenam, Jujur atau benar yang Kita Jujur, (Yogyakarta: Gema Insani, t. th.), h.
23-25.
memiliki derajat tertinggi dan 9
Ibid, Daryanto Suryatri Darmiatun,
paling mulia adalah kejujuran Implementasi, h, 135.
10
Umar Hasyim, Toleransi Dan
7
Daryanto Suryatri Darmiatun, Kemerdekaan Beragama Dalam Islam
Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah, , Sebagai Dasar Menuju Dialog dan Kerukunan
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), Cet. ke- 1, h, Antar Umat Beragama, (Surabaya: Bina Ilmu,
134. 1979), h. 22.

15
d. Nilai Disiplin peluang tumbuhnya kepribadian baik.
Nilai disiplin dalam pendidikan Perilaku disiplin pada siswa perlu
karakter dideskripsikan sebagai tindakan ditumbuh kembangkan, karena akan
yang menunjukkan perilaku tertib dan berpengaruh pada hasil belajar dan
patuh pada berbagai ketentuan dan sikap-sikap baik lainnya, tanpa disiplin
peraturan.11 tidak akan ada kesepakatan antara guru
Disiplin adalah suatu sikap dan siswa, serta hasil belajar pun
manusia yang bersedia mentaati dan berkurang, dan bahkan akan jauh dari
mematuhi peraturan dan tata tertib, keberhasilan.
sekaligus dapat mengendalikan diri dan Tujuan kedisiplinan adalah
mengawasi tingkah laku sendiri, serta untuk membuat peserta didik terlatih
sadar akan tanggung jawab dan dan terkontrol dalam belajar, sehingga ia
kewajiban.12 memiliki kecakapan cara belajar yang
Disiplin merupakan sesuatu baik. selain itu juga merupakan proses
yang berkenaan dengan pengendalian pembentukan perilaku yang baik
diri sesorang terhadap bentuk-bentuk sehingga ia mencapai suatu pribadi yang
aturan. Peraturan dimaksud dapat luhur, yang tercermin dalam kesesuaian
ditentukan oleh orang yang perilaku dengan norma-norma atau
bersangkutan maupun berasal dari aturan-aturan belajar yang ditetapkan
luar.13 serta kemampuan untuk mengontrol dan
Selanjutnya pengertian disiplin mengendalikan diri sendiri tanpa
menunjuk kepada kepatuhan seseorang pengaruh dan pengendalian dari luar.
dalam mengikuti peraturan atau tata e. Nilai Kerja Keras
tertib karena didorong oleh adanya Nilai kerja keras dalam
kesadaran yang ada pada kata hatinya.14 pendidikan karakter dideskripsikan
Nilai kedisiplinan yang sebagai: Perilaku yang menunjukkan
dimaksud dalam kandungan ungkapan upaya sungguh-sungguh dalam
di atas adalah pentingnya seorang siswa mengatasi berbagai hambatan belajar
untuk belajar dengan disiplin dan dan tugas, serta menyelesaikan tugas
memanfaatkan waktu, karena setiap dengan sebaik-sebaiknya.15
waktu yang akan bermanfaat jika Nilai karakter kerja keras
dilakukan dengan melingkari hidup dalam konteks belajar adalah suatu
siswa menggali banyak ilmu yang usaha untuk menggerakkan,
bermanfaat dan tidak menyiakan mengarahkan tingkah laku seseorang
sedikitnpun untuk perkara yang tidak untuk melakukan suatu tindakan
bermanfaat. sehingga mencapai tujuan tertentu
Kepribadian disiplin akan dalam kerangka belajar demi perubahan.
memberi pengaruh dalam segala aspek Atau pun dengan kata lain kekuatan
kehidupan secara timbal balik, artinya yang mendorong indivdiu untuk
kepribadian yang baik akan melakukan belajar guna mencapai
menumbuhkan sikap disiplin, begitu tujuan tertentu. Kerja keras menentukan
juga sikap disiplin akan memberi tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan
belajar peserta didik. Belajar tanpa
11
H. Pupuh Fathurrohman, adanya kerja keras kiranya sulit untuk
Pengembangan, h. 108. berhasil.
12
Tarmizi Taher, Menjadi Muslim
Ungkapan di atas menunjukkan
Moderat, (Jakarta: Hikmah, 2004), Cet. ke-1,
h.118. bahwa untuk mencapai segala sesuatu
13
Suharsimi Arikunto, Manajemen
Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka
15
Cipta, 1993), h. 114. H. Pupuh Fathurrohman,
14
Ibid. Pengembangan, h. 19.

16
khususnya ilmunya yang bermanfaat Ungkapan di atas menunjukkan
maka perlu kerja keras dari seorang bahwa segala sesuatu harus didasarkan
siswa untuk belajar adan bersungguh- pada persamaan hak tanpa adanya rasa
sungguh mengatasi kesulitan yang hasud dalam bekerja sama, artinya
dialaminya dalam belajar dengan seorang siswa harus mampu menghargai
bertanya kepada orang yang lebih tahu persamaan di antara siswa tanpa
dan mempelajari ilmu tersebut dengan memandang kedudukan, harta maupun
detail dan teliti. penampilan, semua teman adalah sama
f. Nilai Kreatif di mata Allah, maka perlu diperlakukan
Nilai kreatif dideskripsikan sebagai teman yang baik dan tidak
sebagai berpikir dan melakukan sesuatu merendahkannya sehingga tujuan dari
untuk menghasilkan cara atau hasil baru pembelajaran dapat tercapai dengan
dari sesuatu yang telah dimiliki.16 kerjasama berdasarkan persamaan hak
Ungkapan di atas dan kewajiban.
mengisyaratkan pentingnya seseorang i. Nilai Rasa Ingin Tahu
menggali ilmu dengan kreatif agar Nilai rasa ingin tahu dalam
mampu menjalankan amalan kehidupan pendidikan karakter dideskripsikan
yang baik, ilmu itu beragam, maka perlu sebagai sikap dan tindakan yang selalu
kreatifitas dari seseorang dalam berupaya untuk mengetahui lebih
menjalankannya dengan baik dan sesuai mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dengan tuntutan kehidupan. dipelajarinya, dilihat, dan didengar.19
g. Nilai Mandiri Ungkapan di atas menunjukkan
Nilai Mandiri dalam bahwa rasa ingin tahu yang tinggi dalam
pendidikan karakter dideskripsikan menggali ilmu sedalam-dalamnya
sebagai: kepada seorang guru perlu bagi setiap
Sikap dan perilaku yang tidak mudah siswa, agar terhindar dari kebodohan
tergantung pada orang lain dalam yang akan menyengsarakan
menyelesaikan tugas-tugas.17 kehidupannya dan mengarahkan jalan
Ungkapan di atas mengarah hidupnya pada jalan yang sesat, selain
pentingya berusaha secara mandiri tanpa itu pendalaman tersebut harus secara
ada tendensi dari orang luar dirinya, kontinyu dan dalam waktu yang lama
kemampuan seseorang harus didasarkan sehingga ilmu tersebut dapat di pahami
pada keinginan sendiri dan niat yang dengan detail.
tulus, bukan karena ingin mengharap j. Nilai Semangat Kebangsaan
pujian dari orang lain, bersandar dalam Nilai semangat kebangsaan
kehidupan dan belajar hanya pada Allah dalam pendidikan karakter
semata, siswa belajar karena keinginan dideskripsikan sebagai cara berfikir,
sendiri bukan karena perintah dari orang bertindak, dan berwawasan yang
lain. menempatkan kepentingan bangsa dan
h. Nilai Demokraktis negara di atas kepentingan diri dan
Nilai demokratis dalam kelompoknya.20
pendidikan karakter dideskripsikan Ungkapan di atas menunjukkan
sebagai: Cara berfikir, bersikap, dan bahwa untuk membentuk bangsa yang
bertindak yang menilai sama hak dan baik perlu penanaman pada diri siswa
kewajiban dirinya dan orang lain.18 untuk menjadi pemimpin yang yang
tulus, amanah, dan tidak untuk mencari
16
Daryanto Suryatri Darmiatun, popularitas, tidak berpolitik dengan
Implementasi, h, 136.
17
Ibid,. hlm, 137.
18 19
H. Pupuh Fathurrohman, Ibid, h. 20.
20
Pengembangan, ,h. 109. Ibid., h. 110.

17
penuh kemungkaran, penguasa yang menyenangkan dan menjalin
zalim adalah awal dari hancurnya persahabatan dengan tujuan yang baik,
sebuah bangsa. Oleh karena itu tidak hanya berdasar pada kedekatan
pendidikan harus mengarah pada keluarga, suku atau lainnya, setiap
karakter siswa yang berakhlak al- pergaulan yang dilakukan harus didasari
karimah sebagai bekal menjadi dengan akhlak al-karimah bukan karena
pemimpin yang baik. mencari popularitas.
k. Nilai Cinta Tanah Air n. Nilai Cinta Damai
Nilai karakter cinta tanah air Nilai karakter cinta damai
dalam pendidikan karakter dalam pendidikan karakter
dideskripsikan sebagai: Cara berfikir, dideskripsikan sebagai: Sikap,
bersikap, dan berbuat yang perkataan, dan tindakan yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan menyebabkan orang lain merasa senang
penghargaan yang tinggi terhadap dan aman atas kehadiran dirinya.24
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, Berdasarkan uraian di atas
ekonomi dan politik bangsa.21 menunjukkan pentingnya menghargai
Ungkapan di atas menunjukkan orang lain dengan mengedepankan budi
untuk menunjukkan kesetiaan, pekerti yang luhur dengan menebarkan
kepedulian, dan penghargaan yang salam, seorang peserta didik harus
tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, menjadi sesuatu yang menyejukkan bagi
sosial, budaya bangsa adalah dengan orang lain, selanjutnya budi pekerti
tidak memperjual belikan budaya kita tersebut yang paling benar dalam
dengan perilaku yang tidak bermoral. menuntut kita kepada jalan kedamaian
l. Nilai Menghargai Prestasi. dalam kehidupan bersama adalah jalan
Nilai Menghargai Prestasi akhlakul karimah yang telah digariskan
dideskripsikan sebagai sikap dan oleh Allah swt., karena pergaulan yang
tindakan yang mendorong dirinya sesuai dengan ajaran Allah akan
untuk menghasilkan sesuatu yang terhindar dari kemungkaran dan
berguna bagi mengarah pada perdamaian yang hakiki
masyarakat, dan mengakui, serta yaitu kebersamaan yang makruf.
menghormati keberhasilan orang lain.22 o. Nilai Gemar Membaca
m. Nilai Bersahabat/Komunikatif Nilai karakter gemar membaca
Nilai karakter dalam pendidikan karakter
Bersahabat/komunikatif dalam dideskripsikan sebagai: Kebiasaan
pendidikan karakter dideskripsikan menyediakan waktu untuk membaca
sebagai tindakan yang memperlihatkan berbagai bacaan yang memberikan
rasa senang berbicara, bergaul, dan kebajikan bagi dirinya.25
bekerjasama denga orang lain.23 Berdasarkan kutipan di atas
Ungkapan di atas menunjukkan menunjukkan bahwa dengan membaca
betapa pentingnya seseorang menjalin dan belajar ilmu syariat Islam, maka
persahabatan dan mempererat tali seorang muslim akan tetap berjalan
persaudaraan, terlebih lagi persaudaraan dengan lurus sesuai dengan ajaran Islam
seagama. Siswa perlu diarahkan kepada dan pada akhirnya nanti akan memapu
tutur kata yang baik, kepribadian yang bermanfaat bagi sesama manusia.
p. Nilai Peduli Lingkungan
21
Daryanto Suryatri Darmiatun,
Implementasi, h, 139.
22
H. Pupuh Fathurrohman,
Pengembangan, h. 20.
23 24
Daryanto Suryatri Darmiatun, Ibid.
25
Implementasi, h. 140. Ibid.

18
Nilai Peduli Lingkungan Q.S. al-Dzariyat [51]: 56), menaati
dideskrpsikan sebagai sikap dan perintah Allah atau bertakwa (Q.S. Ali
tindakan „Imran [3]: 132), ikhlas dalam semua
yang selalu berupaya mencegah amal (Q.S. al-Bayyinah [98]: 5), cinta
kerusakan pada lingkungan alam kepada Allah (Q.S. al-Baqarah [2]: 165),
disekitarnya, dan mengembangkan takut kepada Allah (Q.S. Fathir [35]:
upaya-upaya untuk memperbaiki 28), berdoa dan penuh harapan (raja‟)
kerusakan alam yang sudah terjadi.26 kepada Allah Swt. (Q.S. al-Zumar [39]:
q. Nilai Peduli Sosial. 53), berdzikir (Q.S. al-Ra‟d [13]: 28),
Nilai peduli sosial dalam bertawakkal setelah memiliki kemauan
pendidikan karakter dideskripsikan dan ketetapan hati (Q.S. Ali „Imran [3]:
sebagai: 159, Q.S. Hud [11]: 123), bersyukur
Sikap dan tindakan yang selalu ingin (Q.S. al-Baqarah [2]: 152 dan Q.S.
memberi bantuan pada orang lain dan Ibrahim [14]: 7), bertobat serta istighfar
masyarakat yang membutuhkan.27 bila berbuat kesalahan (Q.S. al-Nur [24]:
Ungkapan di atas menunjukkan 31 dan Q.S. al-Tahrim [66]: 8), rido atas
bahwa perlu memberikan karakter pada semua ketetapan Allah (Q.S. al-
diri peserta didik sikap peduli atau Bayyinah [98]: 8), dan berbaik sangka
dermawan dengan seseorang karena pada setiap ketentuan Allah (Q.S. Ali
kedermawanan itu akan mampu „Imran [3]: 154). Selanjutnya setiap
menjadikan kehidupan lebih baik. Muslim juga dituntut untuk menjauhkan
Kedermawanan akan menciptakan diri dari karakter tercela terhadap Allas
lingkungan sosial yang harmonis dan Swt., misalnya: syirik (Q.S. al-Maidah
ketiadaan kesenjangan sosial yang pada (5): 72 dan 73; Q.S. al-Bayyinah [98]:
akhirnya akan menguntungkan bersama. 6); kufur (Q.S. al-Nisa‟ [4]: 136); dan
r. Nilai Tanggung Jawab. melakukan hal-hal yang bertentangan
Nilai karakter tanggung jawab dengan karakter-karakter mulia terhadap
dalam pendidikan karakter Allah.
dideskripsikan sebagai: Sikap dan Dalam Islam, tidak ada disiplin
perilaku seseorang untuk melaksanakan ilmu yang terpisah dari etika-etika
tugas dan kewajibannya, yang Islam. Sebagai usaha yang identik
seharusnya dia lakukan, terhadap diri dengan ajaran agama, pendidikan
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, karakter dalam Islam memiliki keunikan
sosial, dan budaya), negara dan Tuhan dan perbedaan dengan pendidikan
Yang Maha Esa.28 karakter di dunia barat. Perbedaan-
3. Pendidikan Karakter dalam Islam perbedaan tersebut mencakup
penekanan terhadap prinsip-prinsip
Islam menjadikan akidah
agama yang abadi, aturan dan hukum
sebagai fondasi syariah dan akhlak.
dalam memperkuat moralitas, perbedaan
Karena itu, karakter yang mula-mula
pemahaman tentang kebenaran,
dibangun setiap Muslim adalah karakter
penolakan terhadap otonomi moral
terhadap Allah Swt. Ini bisa dilakukan,
sebagai tujuan pendidikan moral, dan
misalnya dengan cara menjaga kemauan
penekanan pahala di akhirat sebagai
dengan meluruskan ubudiyah dengan
motivasi perilaku bermoral.
dasar tauhid (Q.S. al-Ikhlash [112]: 1–4;
Inti dari perbedaaan-perbedaan
26 ini adalah keberadaan wahyu ilahi
H. Pupuh Fathurrohman,
Pengembangan, hlm. 20. sebagai sumber dan rambu-rambu
27
Daryanto Suryatri Darmiatun, pendidikan karakter dalam islam.
Implementasi, hlm, 142. Akibatnya, pendidikan karakter dalam
28
H. Pupuh Fathurrohman, Islam lebih sering dilakukan dengan
Pengembangan, hlm. 20.

19
cara doktriner dan dogmatis, tidak karakter pribadi Rasulullah saw. Dalam
secara demokratis dan logis. pribadi Rasul, tersemai nilai-nilai akhlak
Implementasi pendidikan yang mulia dan agung. Allah swt.
karakter dalam Islam, tersimpul dalam berfirman yang berbunyi:
ْ‫سنَ ْةٌ ْلِ َمنْ ْ َكا َْن ْيَر ُجو ْاللَّْهَ ْ َواليَ وَْم ْاْل ِخ َْر‬ ِ َّ ِْ ‫لََقدْ ْ َكا َْن ْلَ ُكمْ ْفِي ْرس‬
َ ‫ول ْالل ْه ْأُس َوْةٌ ْ َح‬ َُ
.‫َوذَ َك َْرْاللَّْهَْ َكثِ ًيرا‬
Terjemahya:
Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah.29

29
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnyan,al-Aḥzâb, 33:21.h. 670,

20
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

Berdasarkan ayat di atas dapat


dipahami bahwa sumber akhlak Islam
ada pada diri Rasulullah saw., peri
kehidupannya menjadi contoh dan suri
teladan bagi umat Islam.
Karakter atau Akhlak tidak
diragukan lagi memiliki peran besar
dalam kehidupan manusia. Menghadapi
fenomena krisis moral, tuduhan
seringkali diarahkan kepada dunia
pendidikan sebagai penyebabnya. Hal
ini dikarenakan pendidikan berada pada
barisan terdepan dalam menyiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas,
dan secara moral memang harus berbuat
demikian.30 Pembinaan karakter dari
individu, karena pada hakikatnya
karakter itu memang individual,
meskipun ia dapat berlaku dalam
konteks yang tidak individual.
Karenanya pembinaan karakter dimulai
dari gerakan individual, yang kemudian
diproyeksikan menyebar ke individu
lainnya, setelah jumlah individu yang
tercerahkan secara karakter atau akhlak
menjadi banyak, maka dengan
sendirinya akan mewarnai masyarakat.
Pembinaan karakter selanjutnya
dilakukan dalam lingkungan keluarga
dan harus dilakukan sedini mungkin
sehingga mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan anak. Melalui
pembinaan karakter pada setiap individu
dan keluarga akan tercipta peradaban
masyarakat yang tentram dan sejahtera.
Dalam Islam, karakter atau
akhlak mempunyai kedudukan penting
dan dianggap mempunyai fungsi yang
vital dalam memandu kehidupan
masyarakat. Sebagaimana firman Allah
swt. di dalam al-Qur'ân sebagai berikut:

30
Abuddin Nata. Manajemen
Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia. (Jakarta: Prenada Media,
2007), h. 219.

21
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

ِْ ‫ش‬
ْ‫اء‬ ِْ َ‫ان ْ َوإِيت‬
َ ‫اء ْ ِذي ْال ُقربَى ْ َويَن َهى ْ َع ِْن ْال َفح‬ ِْ ‫س‬ َ ‫اْلح‬ِ ‫ْإِ َّْن ْاللَّْهَ ْيَأ ُم ُْر ْبِال َعد ِْل ْ َو‬
ْ.‫َوال ُمن َك ِْرْ َوالبَ غ ِْيْيَ ِعظُ ُكمْْلَ َعلَّ ُكمْْتَ َذ َّك ُرو َْن‬
Terjemahnya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.31

31
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnyan, al-Nahl, 16:90,.h. 415.

22
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

Berdasarkan ayat di atas dapat


dipahami bahwa Islam menyuruh agar
supaya melakukan nilai-nilai karakter
keadilan dan selalu berbuat baik, serta
menyantuni kaum kerabat.
Pendidikan karakter dalam
Islam diperuntukkan bagi manusia yang
merindukan kebahagiaan dalam arti
yang hakiki, bukan kebahagiaan semu.
Karakter Islam adalah karakter yang
benar-benar memelihara eksistensi
manusia sebagai makhluk terhormat
sesuai dengan fitrahnya.32
Islam merupakan agama yang
sempurna, sehingga tiap ajaran yang ada
dalam Islam memiliki dasar pemikiran,
begitu pula dengan pendidikan karakter.
Adapun yang menjadi dasar pendidikan
karakter atau akhlak adalah al-Qur'ân
dan al-Ḥadiṡ, dengan kata lain, dasar-
dasar yang lain senantiasa di kembalikan
kepada al-Qur'ân dan al-Ḥadiṡ. Di antara
ayat al-Qur'ân yang menjadi dasar
pendidikan karakter adalah firman Allah
swt. sebagai berikut:

32
Abdul Majid, Dian Andayani.
Pedidikan Karakter dalam Perspektif Islam.
(Bandung: Insan Cita Utama, 2010), h. 61.

23
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

ْ‫ك ْإِ َّْن‬


َْ َ‫َصاب‬ ِْ ‫الص ََلةَْ ْ َوأ ُمرْ ْبِال َمع ُر‬
َ ‫وف ْ َوان ْهَْ َع ِْن ْال ُمن َك ِْر ْ َواصبِرْ ْ َعلَى ْ َماْأ‬ َّ ْ ‫يَا ْبُنَ َّْي ْأَقِ ِْم‬
ِْ ‫ص ِّعرْْ َخ َّد َْكْلِلن‬ ِ‫كْ ِمنْْعز‬
ِْ ‫شْفِيْاْلَر‬
ْ‫ضْ َم َر ًحاْإِ َّْن‬ ِْ ‫َّاسْ َوَْلْتَم‬ َ َُ‫ت‬ْ ْ
‫ل‬َ‫و‬ْ )71 ( ْ ِ
ْ
‫ر‬ ‫و‬ ‫م‬
ُ ُ
‫اْل‬ ْ ْ
‫م‬ َ َْ ِ‫َذل‬
ٍْ َ‫اللَّْهَْ َْلْيُ ِحبْْ ُك َّْلْ ُمخت‬
.‫الْفَ ُخوٍْر‬
Terjemahnya:
Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.33

33
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnyan,Surah Luqmân, 31:17-18. h, 655,

24
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

Berdasarkan ayat di atas dapat nilai-nilai karakter yang mulia kepada


dipahami bahwa ajaran Islam serta umatnya. Sebaik-baik manusia adalah
pendidikan karakter mulia yang harus yang baik karakter atau akhlaknya dan
diteladani agar manusia yang hidup manusia yang sempurna adalah yang
sesuai denga tuntunan syariat, yang memiliki al-akhlâq al-karîmah, karena ia
bertujuan untuk kemaslahatan serta merupakan cerminan iman yang
kebahagiaan umat manusia. sempurna. Dalam salah satu hadits
sesungguhnya Rasulullah saw. adalah dinyatakan, bahwasanya Rasulullah saw.
contoh serta teladan bagi umat manusia bersabda:
yang mengajarkan serta menanamkan

ِِ ِ َّ ِ‫مرواْأَوَل َد ُكمْب‬
ُْ‫اْو ُهمْأَب نَاء‬
َ ‫ْعلَي َه‬ ُ ُ‫ينَْاض ِرب‬
َ ‫وهم‬ َ ‫ْسب ِعْسن‬
َ ُ‫ْو ُهمْأَب نَاء‬
َ ‫الص ََلة‬ ُُ
ِ‫ض‬
.‫اج ِْع‬ َ ‫ْوفَ ِّرقُواْبَي نَ ُهمْفِيْال َم‬
َ ‫َعش ٍر‬
34

Artinya:
Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai
umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah
mereka apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat
tidurnya.

34
Imâm Abû Daud, Sunan Abû Daud, Juz I, (Beirût: Dâr al-fikri, t. th.), Bab Mâ Jâ‟a fî Rad, Hadits
ke- 495. Cet. ke-1, h. 158.

25
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

Berdasarkan Ḥadiṡ di atas, 1945 serta mengatasi permasalahan


dapat dipahami bahwa, memerintahkan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah
anak laki-laki dan wanita untuk menjadikan pembangunan karakter
mengerjakan shalat, yang mana perintah sebagai salah satu program prioritas
ini dimulai dari mereka berusia 7 tahun. pembangunan nasional. Semangat itu
Jika mereka tidak menaatinya maka telah ditegaskan dalam Rencana
Islam belum mengizinkan untuk Pembangunan Jangka Panjang Nasional
memukul mereka, akan tetapi cukup (RPJPN) tahun 2005-2015, di mana
dengan teguran yang bersifat menekan pendidikan karakter ditempatkan
tapi bukan ancaman. sebagai landasan untuk mewujudkan
Jika mereka mentaatinya maka visi pembangunan nasional, yaitu
alḥamdulillâh, akan tetapi jika sampai “mewujudkan masyarakat berakhlak
usia 10 tahun mereka belum juga mau mulia, bermoral, beretika, berbudaya,
mengerjakan shalat, maka Islam dan beradab berdasarkan falsafah
memerintahkan untuk memukul anak Pancasila.35
tersebut dengan pukulan yang mendidik Terkait dengan upaya
dan bukan pukulan yang mencederai. mewujudkan pendidikan karakter
Karenanya, sebelum pukulan tersebut sebagaimana yang diamanatkan dalam
dilakukan, harus didahului oleh RPJPN, sesungguhnya hal yang
peringatan atau ancaman atau janji yang dimaksud itu sudah tertuang dalam
tentunya akan dipenuhi. Pukulan fungsi dan tujuan pendidikan nasional,
merupakan jalan terakhir. Hal ini dapat yaitu “Pendidikan nasional berfungsi
dipahami bahwa, menurut teori mengembangkan kemampuan dan
psikologi, pada rentangan usia 0-8 tahun membentuk watak serta peradaban
merupakan usia emas atau yang sering bangsa yang bermartabat dalam rangka
didengar dengan istilah golden age, mencerdaskan kehidupan bangsa,
yang mana pada usia ini individu yang bertujuan untuk berkembangnya potensi
sedang mengalami proses pertumbuhan peserta didik agar menjadi manusia yang
dan perkembangan yang sangat pesat. beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Bahkan dikatakan sebagai lompatan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
perkembangan karena itulah maka usia berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
dini dikatakan sebagai golden age (usia menjadi warga negara yang demokratis
emas) yaitu usia yang sangat berharga serta bertanggung jawab” (Undang-
dibanding usia-usia selanjutnya, dan Undang Republik Indonesia Nomor 20
usia tersebut merupakan fase kehidupan Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
yang unik dalam diri individu. Nasional (UUSPN)).36
Pada usia golden age, disadari Dengan demikian, RPJPN dan
atau tidak, perilaku imitatif pada anak UUSPN merupakan landasan yang
sangat kuat sekali. Oleh karena itu, kokoh untuk melaksanakan secara
selaku orang tua seharusnya operasional pendidikan karakter sebagai
memberikan teladan yang baik dan prioritas program Kementerian
terbaik bagi anaknya, karena jika orang Pendidikan Nasional 2010-2014,
tua salah mendidik pada usia tersebut, sebagaimana yang tertuang dalam
maka akan berakibat fatal kelak setelah
ia dewasa, ia akan menjadi sosok yang 35
Daryanto Suryatri Darmiatun,
tidak mempunyai karakter akibat dari
Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah,
pola asuh yang salah. (Yogyakarta: Gava Media, 2013), Cet. ke-1, h.
Pendidikan karakter di 14.
36
Indonesia sebagaimana diamanatkan Abdul Rachman Shaleh, Madrasah
dalam Pancasila dan Pembukaan UUD dan Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 2005), h. 321.

26
Rencana Aksi Nasional Pendidikan 4. Tujuan Pendidikan Karakter
Karakter (2010). Isi dari rencana aksi
Tujuan pendidikan karakter
tersebut adalah bahwa “pendidikan
adalah terbentuknya manusia yang
karakter disebutkan sebagai pendidikan
berakhlak mulia hal ini senada dengan
nilai, pendidikan budi pekerti,
tujuan dari pendidikan Islam
pendidikan moral, pendidikan watak
sebagaimana pendapat dari Muhammad
yang bertujuan mengembangkan
Athiyah al-Abrasyi yang dikutip oleh
kemampuan peserta didik untuk
Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani
memberikan keputusan baik-buruk,
telah merumuskan tujuan pendidikan
memelihara apa yang baik dan
Islam secara umum ke dalam lima
mewujudkan kebaikan itu dalam
tujuan, sebagai berikut:
kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
a. Untuk membentuk akhlak mulia.
hati.
b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan
Sementara itu, dalam Undang-
akhirat.
Undang tentang Sistem Pendidikan
c. Persiapan untuk mencari rizki dan
Nasional Bab I pasal 2 menyebutkan
pemeliharaan segi kemanfaatannya.
bahwa Pendidikan nasional adalah
d. Menyiapkan pelajar dari segi profesi,
pendidikan yang berdasarkan Pancasila
teknik dan perusahaan supaya dapat
dan Undang-Undang Dasar Negara
menguasai profesi tertentu dan
Republik Indonesia tahun 1945 yang
ketrampilan tertentu agar dapat
berakar pada nilai-nilai agama,
mencari rizki dalam hidup,
kebudayaan nasional Indonesia dan
disamping memelihara segi
tanggap terhadap tuntutan perubahan 39
kerohanian dan keagamaan.
zaman.37
Menurut Arifin sebagaimana
Berdasarkan hal tersebut,
dikutip Muhaimin dan Abdul Mujib
pendidikan karakter bukan sekedar
bahwa perumusan tujuan pendidikan
mengajarkan mana yang benar dan mana
Islam itu harus berorientasi pada hakikat
yang salah, lebih dari itu, pendidikan
pendidikan yang meliputi beberapa
karakter menanamkan kebiasaan
aspek di antaranya sebagai berikut:
(habituation) tentang hal mana yang
baik sehingga peserta didik menjadi
paham (kognitif) tentang mana yang
benar dan salah, mampu merasakan
(afektif) nilai yang baik dan biasa
melakukannya (psikomotor). Dengan
kata lain, pendidikan karakter yang baik
harus melibatkan bukan saja aspek
“pengetahuan yang baik (moral
knowing), akan tetapi juga “merasakan
dengan baik atau loving good (moral
feeling), dan perilaku yang baik (moral
action). Pendidikan karakter
menekankan pada habit atau kebiasaan
yang terus-menerus dipraktikkan dan
dilakukan.38 Dengan demikian, jelaslah
sudah landasan dan alasan penerapan
pendidikan karakter di Indonesia.
39
Omar Muhammad al-Toumy al-
37
Ibid., h. 319. Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Terj.
38
Daryanto Suryatri Darmiatun, Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h.
Implementasi Pendidikan h. 42. 436.

27
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

a. Tujuan dan Tugas Manusia


Yakni manusia bukan diciptakan secara kebetulan melainkan
mempunyai tujuan dan tugas hidup tertentu. Sebagaimana firman Allah swt.:
ْ‫ودا ْ َو َعلَى ْ ُجنُوبِ ِهمْ ْ َويَتَ َف َّك ُرو َْن ْفِي ْ َخل ِْق‬
ً ُ‫ين ْيَذ ُك ُرو َْن ْاللَّْهَ ْقِيَ ًاما ْ َوقُع‬
َْ ‫الَّ ِذ‬
َْ ‫كْفَِقنَاْ َع َذ‬
.‫ابْالنَّا ِْر‬ َْ َ‫َلْ ُسب َحان‬ ِ ‫تْه َذاْب‬
ًْ ‫اط‬ ِْ ‫اتْ َواْلَر‬ ِْ ‫الس َم َاو‬
َ َ َْ ‫ضْ َربَّنَاْ َماْ َخلَق‬ َّ
Terjemahnya:
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-
sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.40

b. Memperhatikan sifat-sifat dasar (nature) manusia yaitu: konsep tentang manusia bahwa
ia diciptakan sebagai khalifah Allah di Bumi. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat:
…..ًْ‫ضْ َخلِي َف ْة‬ ِ ‫كْلِلم ََلئِ َك ِْةْإِنِّيْج‬
ِْ ‫اع ٌْلْفِيْاْلَر‬ َ َ َْ ‫َوإِذْْقَالَْْ َرب‬
Terjemahnya:
Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.....41

40
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surah Âli „Imrân, 03:191, h,110.
41
Ibid., Surah al-Baqarah, 02:30, h. 13.

28
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

Tugas dan tanggung jawab mukmin agar tunduk, bertakwa dan


manusia sebagai khalifah adalah beribadah dengan baik kepada Allah
menjaga dan melestarikan kehidupan swt, sehingga memperoleh kebahagiaan
yang ada di muka bumi, untuk di dunia dan di akhirat.45
menjalankan tugasnya manusia
membutuhkan sarana dan prasarana,
sehingga manusia membutuhkan
pendidikan yang dapat membantu
dan memperlancar tugas serta
amanah mereka sebagai seorang
khalîfah (wakil Tuhan) di muka bumi
ini.42
c. Tuntutan masyarakat, baik berupa
pelestarian nilai budaya, pemenuhan
kebutuhan hidup maupun antisipasi
perkembangan dan tuntutan modern.
d. Dimensi-dimensi kehidupan ideal
Islam. Dalam hal ini nilai dalam
mengelola kehidupan bagi
kesejahteraan di dunia dan akhirat,
keseimbangan dan kelestarian
43
keduanya.
Hal ini didasarkan pada tujuan
pendidikan yang menurut az-Zarnuji
meliputi tiga aspek, yaitu: ketuhanan,
individualitas dan kemasyarakatan.
Selain pengabdian kepada Tuhan, juga
bertujuan untuk membentuk moral
pribadi, intelektual dan kesehatan
jasmani serta pembentukan sikap mental
kemasyarakatan amar makrûf nahi
munkar dengan rasa tanggung jawab
terhadap kesejahteraan masyarakat,
bersih dari pamrih pribadi. Ahmad D.
Marimba berpendapat bahwa tujuan
pendidikan Islam adalah terbentuknya
kepribadian muslim.44 Kemudian dilihat
dari tujuan umum pendidikan Islam,
maka hal itu singkron dengan tujuan
agama Islam, yaitu mendidik individu

42
Marasuddin Siregar, Konse
Pendidikan Ibnu Khaldun; Suatu Analisa
Fenomenologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
dan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, 1999), h. 93-95.
43
Muhaimin dan Abdul Mujib,
Pemikiran Pendidikan Islam; kajian filosofis
dan kerangka dasar operasionalnya, (Bandung:
Trigenda Karya, 1993), h. 153-154
44 45
Ibid, Ahmad D. Marimba, Ibid, Hery Noer Aly dan Munzier,
Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h. 46. Watak Pendidikan Islam, h. 142

29
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

Hal di atas, menunjukan bahwasanya Islam menghendaki agar manusia dididik


supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya yakni beribadah sebagai firman Allah
swt:
ِ ‫سْإَِّْلْلِي عب ُد‬
ْ‫ون‬ ِ ‫تْال ِج َّْنْ َو‬
ُ َ َْ ‫اْلن‬ ُْ ‫َوَماْ َخلَق‬
Terjemahnya:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.46

46
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surah al-Żâriyât, 51: 56, h. 862.

30
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

Berdasarkan ayat di atas bahwa Hal ini dimaksudkan untuk memberikan


tujuan penciptaan manusia di muka peluang kepada mereka dalam
bumi ini adalah semata-mata untuk mewujudkan kemampuan tanggung
menjadikan semua aktivitas jawab atas tindakan dan pilihanya.
kehidupannya untuk ibadah kepada Karena tanpa kebebasan dan tanggung
Allah swt. Tujuan pendidikan Islam jawab dunia, maka pendidikan akan
yang bersifat umum tersebut, yakni kehilangan artinya. Ketiga, memelihara
berpusat pada ketakwaan dan dan mengembangkan kemampuan
kebahagiaan tersebut, maka dapat digali berbicara, sebab manusia tidak dapat
tujuan-tujuan khusus sebagai berikut: menyatakan dirinya lebih jelas, kecuali
a. Mendidik manusia yang shalih hanya dengan berbicara. Maka dari itu,
dengan memperhatikan segenap pendidikan harus dapat menciptakan
dimensi perkembanganya, baik kondisi pembelajaran yang
rohaniah, emosional, sosial, memungkinkan peserta didik dapat
intelektual dan fisik. mengungkapkan dirinya dalam
b. Mendidik anggota kelompok sosial berbicara, bertindak, berfikir, dan aksi.
yang shalih, baik dalam keluarga Pencapaian tujuan dasar ini merupakan
maupun masyarakat muslim. tuntutan dasar bagi dunia pendidikan.48
c. Mendidik manusia yang shalih bagi Tujuan pembentukan karakter
masyarakat insani yang benar.47 menghendaki adanya perubahan tingkah
Dari berbagai pendapat laku, sikap dan kepribadian pada subjek
tersebut, merujuk pada pemeliharaan didik tersebut sebagaimana dijelaskan
dan pengembangan kehidupan jiwa dalam firman Allah swt. sebagai berikut:
(rohaniah) sebagai sumber potensi
masyarakat, maka dalam hal ini tujuan
pendidikan dalam hal pemeliharaan dan
pengembangan potensi manusia dapat
dipertajam lagi dengan
memfokuskannya kepada tiga sasaran
utama; Pertama, mencerdaskan akal
pikiran dengan cara memelihara dan
pengembangannya melalui
pembelajaran yang sistematis, serta
memberikan perlindungan menyeluruh
kepadanya, karena akal pikiran
merupakan potensi dasar manusia yang
sangat penting bagi keutamaan hidup.
Kedua, memelihara dan
mengembangkan rasa kebebasan (Free
Will). Potensi dasar ini merupakan
aspek fundamental bagi perkembangan
dan pertumbuhan hidup manusia yang
kedudukannya senantiasa bergantung
dengan tanggung jawab. Dalam konteks
ini, pendidikan harus mampu
memelihara dan memupuk potensi
kebebasan yang dimiliki peserta didik.
48
M. Irsyad Juwaili, Pembaharuan
47
Hery Noer Aly dan Munzier, Watak Kembali Pendidikan Islam, (Jakarta: Karsa
Pendidikan Islam, h. 143-144. Utama Mandiri, 1998), h. 14-16.

31
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

ْ‫وف ْ َوتَن َهو َْن ْ َع ِْن ْال ُمن َك ِْر ْ َوتُؤِمنُو َْن ْبِاللَِّْه‬
ِْ ‫َّاس ْتَأ ُم ُرو َْن ْبِال َمع ُر‬
ِْ ‫ُكنتُمْ ْ َخي َْر ْأ َُّم ٍْة ْأُخ ِر َجتْ ْلِلن‬
…..

Terjemahnya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah ...49

49
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surah Ali „Imrân, 3:110, h. 94.

32
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 5, Nomor 2 : Agustus 2017

Berdasarkan ayat tersebut individu, yang mana keluarga dan


dapat dipahami bahwa tujuan sekolah harus mendukungnya dengan
pembentukan karakter melalui bekerja sama memberikan pendidikan
pendidikan karakter berisi: secara praktek sebagai kelanjutan dari
proses pengajaran secara material di
a. Pembentukan insan saleh sekolah. Jadi, pada intinya pendidikan
Insan saleh adalah manusia karakter adalah bertujuan untuk
yang mendekati kesempurnaan. Manusia menanamkan nilai-nilai kebaikan dan
yang penuh dengan keimanan dan membentuk manusia secara keseluruhan
ketakwaan, berhubungan dengan Allah, serta mengembangkan potensi yang
memelihara dan menghadap kepada-Nya dimilikinya. Yang tidak hanya memiliki
dalam segala perbuatan yang kepandaian dalam berpikir tetapi juga
dikerjakannya dan segala perasaan yang respek terhadap lingkungan, dan juga
berdetak di jantungnya. Ia adalah melatih setiap potensi diri anak agar
manusia yang mengikuti jejak langkah dapat berkembang ke arah yang positif.
Rasulullah dalam pikiran dan Selain itu, pendidikan karakter
perbuatannya.50 juga berfungsi untuk menumbuhkan
Pembentukan insan saleh ini Selain itu, pendidikan karakter juga
juga berhubungan dengan kedudukan berfungsi untuk menumbuhkan
manusia sebagai khalifah Allah di bumi. kesadaran diri. Kesadaran diri ini pada
Ia mempunyai tanggung jawab dan dasarnya merupakan penghayatan diri
risalah ketuhanan yang harus sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa,
dilaksanakan. Oleh karena itu, ia akan sebagai anggota masyarakat dan warga
selalu menuju dan mendekati negara, sebagai bagian dari lingkungan
kesempurnaan walaupun kesempurnaan serta menyadari dan mensyukuri
itu sulit dicapai, karena pada hekikatnya kelebihan dan kekurangan yang dimiliki,
kesempurnaan hanya milik Allah sekaligus menjadikannya sebagai modal
semata. untuk meningkatkan diri sebagai
b. Pembentukan masyarakat saleh individu yang bermanfaat bagi diri
Masyarakat shalih adalah sendiri maupun lingkungannya. Jika
masyarakat yang percaya bahwa ia kesadaran diri sebagai makhluk Tuhan,
mempunyai risalah untuk umat manusia, sebagai makhluk sosial dan makhluk
yaitu risalah keadilan, kebenaran dan lingkungan, serta kesadaran diri akan
kebaikan. Suatu risalah yang kekal potensi diri dapat dikembangkan akan
selama-lamanya, tak akan terpengaruh mampu menumbuhkan kepercayaan diri
oleh faktor waktu dan tempat.51 pada anak, karena mengetahui potensi
Perubahan yang terjadi pada yang dimiliki, sekaligus toleransi kepada
diri seseorang harus diwujudkan dalam sesama teman yang memiliki potensi
suatu landasan yang kokoh serta yang berbeda.
berkaitan erat dengannya, sehingga 5. Metode Pendidikan Karakter
perubahan yang terjadi pada dirinya itu
Doni A. Kusuma mengajukan
akan menciptakan arus perubahan yang
5 (lima) metode pendidikan karakter
akan menyentuh orang lain.
(dalam penerapan di lembaga sekolah)
Hal tersebut bermaksud bahwa
yaitu mengajarkan, keteladanan,
pendidikan karakter berperan dalam
menentukan prioritas, praktis prioritas
mengembangkan manusia secara
dan refleksi.
50
a. Mengajarkan. Pemahaman
Hasan Langgulung, Pendidikan
konseptual tetap dibutuhkan sebagai
Islam Menghadapi Abad 21, (Jakarta: Pustaka
al-Husnâ, 1988), h. 137. bekal konsep-konsep nilai yang
51
Ibid., h. 139. kemudian menjadi rujukan bagi

33
perwujudan karakter tertentu. dalam lembaga pendidikan harus
Mengajarkan karakter berarti memahami secara jernih apa nilai
memberikan pemahaman pada yang akan ditekankan pada lembaga
peserta didik tentang struktur nilai pendidikan karakter ketiga. Jika
tertentu, keutamaan, dan lembaga ingin menentukan perilaku
maslahatnya. Mengajarkan nilai standar yang menjadi ciri khas
memiliki dua faedah, pertama, lembaga maka karakter lembaga itu
memberikan pengetahuan konseptual harus dipahami oleh anak didik ,
baru, kedua, menjadi pembanding orang tua dan masyarakat.
atas pengetahuan yang telah dimiliki d. Praksis prioritas. Unsur lain yang
oleh peserta didik. Karena itu, maka sangat penting setelah penentuan
proses mengajarkan tidaklah prioritas karakter adalah bukti
monolog, melainkan melibatkan dilaksanakan prioritas karakter
peran serta peserta didik. tersebut. Lembaga pendidikan harus
b. Keteladanan. Manusia lebih banyak mampu membuat verifikasi sejauh
belajar dari apa yang mereka lihat. mana prioritas yang telah ditentukan
Keteladanan menempati posisi yang telah dapat direalisasikan dalam
sangat penting. Guru harus terlebih lingkungan pendidikan melalui
dahulu memiliki karakter yang berbagai unsur yang ada dalam
hendak diajarkan. Peserta didik akan lembaga pendidikan itu.
meniru apa yang dilakukan gurunya e. Refleksi. Berarti dipantulkan
ketimbang yang dilaksanakan sang kedalam diri. apa yang telah dialami
guru. Keteladanan tidak hanya masih tetap terpisah dengan
bersumber dari guru, melainkan juga kesadaran diri sejauh ia belum
dari seluruh manusia yang ada dalam dikaitkan, dipantulkan dengan isi
lembaga pendidikan tersebut. Juga kesadaran seseorang. Refleksi juga
bersumber dari orang tua, karib dapat disebut sebagai proses
kerabat, dan siapapun yang sering bercermin, mematut-matutkan diri
berhubungan dengan peserta didik. ada peristiwa/konsep yang telah
Pada titik ini, pendidikan karakter teralami seperti menyadari perbuatan
membutuhkan lingkungan pendidikan salah yang telah dilakukannya karena
yang utuh, saling mengajarkan memukul seseorang.52
karakter. Pendidikan Akhlak (karakter)
c. Menentukan prioritas. Penentuan dalam pendidikan Islam, memiliki
prioritas yang jelas harus ditentukan banyak demensi nilai yang dapat
agar proses evaluasi atas berhasil dijadikan pedoman akan tetapi selain
atau tidaknya pendidikan karakter nilai-nilai dasar yang penulis telah
dapat menjadi jelas, tanpa prioritas, jabarkan di atas, penulis disini juga
pendidikan karakter tidak dapat memaparkan nilai-nilai pendidikan
terfokus dan karenanya tidak dapat akhlak dalam pribadi Rasulullah SAW
dinilai berhasil atau tidak berhasil. yang menjadi sosok uswatuh hasanah
Pendidikan karakter menghimpun yang terangkum dalam Karakter SAFT.
kumpulan nilai yang dianggap Karakter SAFT. adalah singkatan dari
penting bagi pelaksanaan dan empat karakter yaitu : Shidiq, Amanah,
realisasi visi lembaga. Oleh karena Fathonah, dan Tabligh53.
itu, lembaga pendidikan memiliki
kewajiban. Pertama, menentukan 52
Doni Koesoema A., Pendidikan
tuntutan standar yang akan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman
ditawarkan pada peserta didik. Global, (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 212-217.
53
Kedua, semua pribadi yang terlibat Hidayatullah, M. Furqon,
Pendidikan Karakter Membangun Peradaban.

34
Empat karakter ini oleh Toto Asmara
sebagain ulama disebut sebagi karakter mengemukakan
yang melekat pada diri para Nabi dan karakteristik jiwa Fathonah
Rasul. yaitu : a) Arif dan bijak (the
1) Shidiq Adalah sebuah man of wisdom) b)
kenyataan yang benar yang Integritas tinggi (High in
tercermin dalam perkataan, Integrity) c) Kesadaran
perbuatan, atau tindakan untuk belajar (Willingness
dan keadaan batinnya. to learn) d) Sikap Proaktif (
Pengertian shidiq ini dapat Proactive Stance) e)
dijabarkan kedalam butur- Orientasi kepada Tuhan
butir sebagai berikut : a) (Faith in God) f)
Memiliki sistem keyakinan Terpercaya dan ternama
untuk merealisasikan visi, atau terkenal (credible and
misi dan tujuan. b) reputable) g) Menjadi yang
Memiliki kemampuan terbaik (Being The Best) h)
kepribadian yang mantap, Empati dan perasaan
stabil, dewasa, arif, jujur, terharu (Emphaty and
dan berwibawa, menjadi compassion) i) Kematangan
teladan bagi peserta didik, emosi (Emotional Maturity)
dan berakhlak mulia54 j) Keseimbangan (Balance)
2) Amanah Adalah sebuah k) Jiwa penyampai misi
kepercayaan yang harus (Sense of Competition)
diemban dalam Pengertian Fathonah ini
mewujudkan sesuatu yang dapat dijabarkan ke dalam
dilakukan dengan penuh butir-butir sebagai berikut :
komitmen, kompeten, kerja 1. Memiliki kemampuan
keras, dan konsisten. adaptif terhadap
Pengertian amanah ini perkembangan dan
dapat dijabarkan kedalam perubahan zaman 2.
butir-butir sebagai berikut : Memiliki kompetensi yang
a) Rasa memiliki dan unggul, bermutu, dan
tanggung jawab yang tinggi berdaya saing. 3. Memiliki
b) Memiliki kemampuan kecerdasan intelektual,
mengembangkan potensi emosional dan spiritual.
secara optimal. c) Memiliki 4) Tabligh Adalah sebuah
kemampuan mengamankan upaya merealisasikan pesan
dan menjaga kelangsungan atau misi tertentu yang
hidup. d) Memiliki dilakukan dengan
kemampuan membangun pendekatan atau metode
kemitraan dan jaringan. tertentu. Pengertian tabligh
3) Fathonah Adalah sebuah ini dapat dijabarkan
kecerdasan, kemahiran, kedalam butir-butir sebagai
atau penguasaan bidang berikut: a) Memiliki
tertentu yang mencakup kemampuan merealisasikan
kecerdasan intelektual, pesan atau misi b) Memiliki
emosional, dan spiritual. kemampuan berinteraksi
secara efektif c) Memiliki
Bangsa, (Surakarta: Yuma Presindo, 2010), h. kemampuan menerapkan
61-63
54
ibid

35
pendekatan dan metodik terwujudnya manusia-manusia
dengan tepat55. Indonesia yang berkarakter mulia.
C. Penutup
Pendidikan karakter di Daftar Pustaka
Indonesia yang mayoritas A, Doni Koesoema., Pendidikan
penduduknya beragama Islam Karakter; Strategi
sangat tergantung pada pendidikan Mendidik Anak di Zaman
Islam. Jika pendidikan Islam Global, Jakarta: Grasindo,
berhasil sehingga mewujudkan 2007
umat Islam Indonesia yang Aly, Hery Noer dan Munzier,
memiliki karakter mulia, Indonesia Watak Pendidikan Islam,
telah berhasil membangun karakter Jakarta: Friska. Agung
bangsanya. Sebaliknya, jika Insani, 2003.
pendidikan Islam tidak berjalan Arikunto, Suharsimi, Manajemen
dengan baik sehingga menghasilkan Pengajaran Secara
umat Islam Indonesia yang hanya Manusiawi, Jakarta:
bangga dalam hal kuantitas, tetapi Rineka Cipta, 1993
tidak memerhatikan kualitas Darmiatun, Daryanto Suryatri,
(terutama karakternya), Indonesia Implementasi Pendidikan
berarti telah gagal membangun Karakter di Sekolah, ,
karakter bangsanya. Dengan kata Yogyakarta: Gava Media,
lain,, ketika umat Islam benar-benar 2013, Cet. ke- 1
memahami ajaran agama Islam Daud, Imâm Abû, Sunan Abû
dengan baik lalu mengamalkannya Daud, Juz I, Beirût: Dâr
dalam kehidupan sehari-hari, al-fikri, t. th.,
pastilah terwujud tatanan kehidupan Fathurrohman, H. Pupuh, dkk,
di tengah-tengah masyarakat yang Pengembangan
berkarakter. Kenyataan Pendidikan Karakter,
membuktikan bahwa Indonesia (Bandung: Refika
banyak bermasalah dalam hal Aditama, 2013), Cet.ke-1.
karakter. Hal ini berarti bangsa Fattah, Shafwat Abdul, Mungkinkah
Indonesia yang mayoritas beragama Kita Jujur, Yogyakarta:
Islam belum mengamalkan ajaran Gema Insani, t. th.
agama dengan baik. Untuk itu, Furqon, Hidayatullah, M. ,
agama harus dijadikan sebagai Pendidikan Karakter
fondasi utama dalam membangun Membangun Peradaban.
karakter manusia. Dengan Bangsa, Surakarta: Yuma
agamalah karakter yang seutuhnya Presindo, 2010
bisa dibangun. Namun demikian, Goble, Frank G., Madzhab Ketiga:
untuk zaman sekarang masih Psikologi Humanistik
diperlukan metode dan strategi Abraham Maslow,
yang dikembangkan oleh para ahli Yogyakarta: Kanisius,
etika/karakter (sekular) berdasarkan 1991.
pengalaman nyata dan sudah teruji Hasyim, Umar, Toleransi Dan
di lapangan. Perpaduan dua Kemerdekaan Beragama
pendekatan, yakni akhlak Islam dan Dalam Islam Sebagai
pendidikan karakter sekuler Dasar Menuju Dialog dan
diharapkan dapat memperlancar Kerukunan Antar Umat
Beragama, Surabaya:
Bina Ilmu, 1979
55
ibid

36
Juwaili, M. Irsyad, Pembaharuan Shihab, Quraish, Membumikan Al-
Kembali Pendidikan Qur’an, Bandung: Mizan,
Islam, Jakarta: Karsa 1992
Utama Mandiri, 1998 Siregar, Marasuddin, Konse
Khan, D.Yahya, Pendidikan Pendidikan Ibnu Khaldun;
Karakter Berbasis Potensi Suatu Analisa
Diri, Yogyakarta: Pelangi Fenomenologi,
Publishing, 2010 Yogyakarta: Pustaka
Langgulung, Hasan, Pendidikan Pelajar dan Fakultas
Islam Menghadapi Abad Tarbiyah IAIN Walisongo
21, Jakarta: Pustaka al- Semarang, 1999
Husnâ, 1988 Taher, Tarmizi, Menjadi Muslim
Majid, Abdul, Dian Andayani. Moderat, Jakarta:
Pedidikan Karakter dalam Hikmah, 2004, Cet. ke-1
Perspektif Islam.
Bandung: Insan Cita
Utama, 2010
Marimba, Ahmad D., Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung: Al-Ma`Arif,
1989
Muhaimin dan Abdul Mujib,
Pemikiran Pendidikan
Islam; Kajian Filosofis
Dan Kerangka Dasar
Operasionalnya,
Bandung: Trigenda Karya,
1993
Nata, Abuddin. Manajemen
Pendidikan Mengatasi
Kelemahan Pendidikan
Islam di Indonesia.
Jakarta: Prenada Media,
2007
Samani, Muchlas dan Hariyanto,
Konsep dan Model,
Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003.
Shaleh, Abdul Rachman, Madrasah
dan Pendidikan Anak
Bangsa, Jakarta:
Rajagrafindo Persada,
2005
al-Syaibani, Omar Muhammad al-
Toumy, Falsafah
Pendidikan Islam, Terj.
Langgulung, Jakarta:
Bulan Bintang, 1979

37

Anda mungkin juga menyukai