KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Karakter
dari kata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam.
Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata karakter
1
Heri Hunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi (Bandung:Alfabeta, 2012), 1-2.
2
Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Dan Karakter Budaya Bangsa (Jakarta, 2010), 3.
3
Tadkiratun Musfiroh, Character Buliding (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), 27.
17
18
diri sendiri (seperti kontrol diri dan moderasi) sebagaimana halnya dengan
kebaikan yang berorientasi pada hal lainnya (seperti kemurahan hati belas
kali tidak jauh dari perilaku ayah dan ibunya. Dalam bahasa Jawa dikenal
dengan istilah “Kacang ora ninggal lanjaran” (pohon kacang panjang tidak
4
Thomas Lickona, Educating for Charakter, Mendidik untuk Membentuk Karakter (Jakart a: PT
Bumi Askara, 2012), 81.
5 Syaiful Falah, Parents Power, Membangun Karakter Anak Melalui Pendidikan keluarga ,
18
19
yang mulai (good character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan
dengan Tuhannnya.7
6
Muchlas Samani dan Harianto, Konsep Dan Model Pendidikan K a rakter (Ban du ng: Remaja
Rosdakarya, 2011), 42.
7 Abdul Majid Dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam
19
20
bahwa pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pribasi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang
baik dan warga negara yang baik. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan
generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip
8
Heri Gunawan, Pendidikan..., 24.
9
Ibid.
10 Raharjo, Pendidikan Karakter sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional, Vo l.16 (3) (Jakart a:
Mei 2010), 28.
20
21
untuk anak kita, ini jelas bahwa kita ingin mereka mampu untuk menilai
apa itu kebenaran, sangat peduli tentang apa itu kebenaran/ hak-hak, dan
Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan
b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi
11
Almusanna, “Revitalisasi Kurikulum Muatan Lokal untuk Pendidikan Karakter Melalui Evaluasi
Responsif”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, (Oktober 2010), 247.
12
Heri Gunawan, Ibid.,23.
21
22
sifat-sifat baik yang ada dalam dirinya sehingga proses tersebut dapat menjadi
13 Yahya Khan, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri Mendongkrak Ku al ita s Pendi dikan
(Yogyakarta: Pelangi Publishing, 2010), 2.
14 Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan N a si ona l, K a mus Ba ha sa In do nesi a
22
23
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.17
keberagaman lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk hati nurani
pribadi, sikap personal yang sedikit banyak merupakan misteri bagi orang lain
karena intimitas jiwa, cita rasa yang mencakup totalitas ke dalam pribadi
agama. Ia menjadikan agama sebagai penuntut dan panutan dalam setiap tutur
menjauhi larangannya. Karakter religius sangat penting, hal itu merujuk pada
16 M. Mahbubi, Pendidikan Karakter: Implementasi Aswaja sebagai Nilai Pendi dikan K arakter
(Yogyakarta:Pustaka Ilmu, 2012), 44.
17 Kemendiknas, Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa (Jakarta:Balitbang, 2010), 3-4.
18 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam... 228.
19
Alivermana Wiguna, Isu-Isu kontemporer Pendidikan Islam (Yogyakarta: Deep u blis h, 2014),
161.
23
24
untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Menurut Abdul Majid
tingkah laku, sikap dan kepribadian pada subjek didik. 21 Adapun tujuan
berikut:23
karakter bangsa.
20
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter dalam Prespektif Islam, 29.
21 Fakrur Rozi, Model Pendidikan Karakter, 45.
22
H.M, Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan teoritis dan Praktis Berdasarkan Pen dekat an
interdisipliner (Jakarta:Bumi Aksara, 2011), 54-55.
23
Endah sulistyowati, Implementasi Kurikulum,... 27-28.
24
25
religius.
yaitu:24
a. Pendekatan Doktriner
yang benar itu tidak perlu dipersoalkan dan dipikirkan, tetapi cukup
24
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1996)
25
26
b. Pendekatan Otoritatif
c. Pendekatan Action
d. Pendekatan Kharismatik
e. Pendekatan Penghayatan
f. Pendekatan Rasional
26
27
g. Pendekatan Efektif
menjadi dua, yaitu: tes (tes lisan, tertulis dan perbuatan) dan non tes. 27
25 Maksudin, Pendidikan Nilai Komperhensif Teori Dan Praktik (Yogyakarta:UNY Pres s , 2009),
1.
26
Darma Kesuma, Cepi Triana dan Johar Permana, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan
Praktek di sekolah (Bandung:PT.Remaja Rosda Karya, 2011), 138.
27 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, 245.
27
28
kelulusan.
C. Pesantren Terintegrasi
lembaga dakwah dan yang paling populer sebagai instansi pendidikan Islam.
28
Oemar Hamalik, Manajemen Belajar, 148-149.
28
29
anak putus sekolah atau para pencari kerja. Sistem demikian sejak dulu
panutan bagi ummatnya. Secara mutlak dilihat dari realisasi pada lapangan
modern.
perkembangan politik dan turut menentukan Fluktuasi nilai Islam dalam suatu
daerah. Pada daerah yang terdapat pesantren dalam jumlah banyak seperti di
kehidupan yang sesuai dengan tuntutan agama Islam sekaligus nyaman dan
aman bagi pemeluk agama lain dalam konsep Rahmatan Lil Alamin.
29
Mochammad Nasichin Al Muiz, “Pengembangan Sistem Pendidikan Pesantren”, Jurnal
Dinamika Penelitian. Volome 18 (2) (November 2018), 187-208.
29
30
ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan. Pesantren model ini masih
dalam berbagai jenjang bahkan ada yang sampai Perguruan Tinggi, tidak
contohnya.
30
31
Islam Kadiri merupakan jenis Pesantren terintegrasi dengan kata lain asrama
bagi para santri yang diikuti oleh seluruh mahasiswa diluar jam kuliah.
madrasah.
30
Masjkur Anhari, Ibid., 23-24.
31
32
pesantren, bahkan ada pula yang belajar di perguruan tinggi umum agama.
dimana peran seorang Kyai hanya sebagai pengawas dan pembina santri
31
Mu’awanah, Manajemen Pesantren (Kediri: STAIN Kediri Press, 2009), 19.
32