Anda di halaman 1dari 9

~ Ani Nur Aeni, Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD ~

PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK SISWA SD


DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Ani Nur Aeni

PGSD Kelas Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang


Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang
Email: aninuraeni220876@yahoo.com

ABSTRACT
Character education in elementary school is an attempt to build character Elementary Students.
Character education can be called as akhlak (moral) education, which aims to establish akhlak karimah.
The foundation of character education in Islam is the Quran and Hadith. The process of character
education to elementary school students should be tailored to the stage of development and the formation
of character at this age, in elementary operations can use the model Tadzkirah (Teladan=Exemplary,
Arahkan=Aim, Dorongan=Encouragement, Zakiyah=purify, Kontinuitas=Continuity, Ingatkan=Remind,
repitition, Organize, Heart). Keywords: character education, akhlak (moral), tadzkirah.

ABSTRAK
Pendidikan karakter di SD merupakan sebuah upaya untuk membangun karakter Siswa SD. Pendidikan
Karakter dapat disebut sebagai pendidikan Akhlak, yang bertujuan untuk membentuk akhlak karimah.
Landasan pendidikan karakter dalam Islam adalah al-Quran dan Hadits. Proses pendidikan karakter
kepada siswa SD harus disesuaikan dengan tahap perkembangan dan pembentukan karakter pada usia
ini, dalam operasionalnya di SD dapat menggunakan model TADZKIRAH (Teladan, Arahkan,
Dorongan, Zakiyah, Kontinuitas, Ingatkan, Repitition, Organisasikan, Heart).

Kata kunci: pendidikan karakter, akhlak, tadzkirah.

PENDAHULUAN ~ Pendidikan Karakter Yunani “Charassian” yang berarti “to mark” atau
menjadi isu yang sangat hangat terhitung mulai menandai dan memfokuskan bagaimana
dari diberlakukannya pendidikan karakter secara mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
nasional di semua jenjang pendidikan diawali tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang
dari tingkat sekolah dasar. Dalam berbagai tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek
forum ilmiah banyak dibahas dan didiskusikan lainnya dikatakan orang berkarakter jelek.
tentang pendidikan karakter. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai
Sementara dalam Islam pendidikan karakter dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter
bukan perkara baru. Dalam diskursus mulia.
pendidikan Islam, pendidikan karakter memiliki Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa
istilah tersendiri yaitu pendidikan akhlak. Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa,
Bagaimana pendidikan karakter dalam kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,
perspektif Islam khususnya untuk siswa SD? sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun
Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai hal berkarakter, adalah berkepribadian, berperilaku,
tersebut. bersifat, dan berwatak.
Imam Al-Ghazali menganggap karakter lebih
PENGERTIAN KARAKTER DAN dekat kepada akhlak, yaitu spontanitas manusia
PENDIDIKAN KARAKTER dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang
Sebelum membahas pendidikan karakter, telah menyatu dalam diri manusia sehingga
terlebih dahulu dipaparkan tentang pengertian ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.
karakter. Istilah karakter diambil dari bahasa

~ 50 ~ Publikasi Online: http://jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar/


~ Mimbar Sekolah Dasar, Volume 1 Nomor 1 April 2014, (hal. 50-58) ~

Sementara Ki Hajar Dewantara (dalam dan berpengaruh kepada karakter siswa yang
Wibowo, 2013, p. 34) memandang bahwa diajarnya (Samani & Hariyanto, 2013).
karakter itu sebagai watak atau budi pekerti. Pendidikan karakter merupakan sebuah
Koesoema (2007, p. 80) menyebutkan bahwa jika upaya untuk membangun karakter (character
karakter dipandang dari sudut behavioral yang building). Elmubarok (2008, p. 102) menyebutkan
menekankan unsur somatopsikis yang dimiliki bahwa carakter building merupakan proses
individu sejak lahir, maka karakter dianggap mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa,
sama dengan kepribadian. sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda
Karakter dipengaruhi oleh hereditas, atau dapat dibedakan dengan orang lain, ibarat
sebagaimana dinyatakan oleh Samani & sebauh huruf dalam alfabeta yang tak pernah
Hariyanto (2013) bahwa karakter dapat dimaknai sama antara yang satu dengan yang lain,
sebagai nilai dasar yang membangun pribadi demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat
seseorang, terbentuk baik karena pengaruh dibedakan satu dengan yang lainnya.
hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang Pendidikan karakter dapat disebut juga
membedakannya dengan orang lain, serta sebagai pendidikan moral, pendidikan nilai,
diwujudkan dengan sikap dan perilakunya pendidikan dunia afektif, pendidikan akhlak,
dalam kehidupan sehari-hari. atau pendidikan budi pekerti.
Sementara untuk pengertian pendidikan
karakater Lickona (1992) menyebutkan “character POSISI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
education is the deliberate effort to help people PENDIDIKAN NASIONAL
understand, care about, and act upon core ethical Secara Eksplisit Pendidikan Karakter
values”, hal ini berarti bahwa pendidikan merupakan amanat UU No 20 Tahun 2003
karakter adalah upaya yang disengaja untuk Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
membantu orang memahami, peduli, dan menegaskan bahwa:
bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Pendidikan nasional berfungsi
Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang mengembangkan kemampuan dan
mendukung perkembangan sosial, emosional, membentuk watak serta peradaban bangsa
dan etis siswa. Dirjen Dikti (dalam Barnawi & yang bermartabat dalam rangka
Arifin, 2013) menyebutkan bahwa pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan untuk berkembangnya potensi peserta didik
nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, agar menjadi manusia yang beriman dan
pendidikan watak, yang bertujuan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa,
mengembangkan kemampuan peserta didik berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
untuk memberikan keputusan baik-buruk, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
memelihara apa yang baik, mewujudkan, dan yang demokratis serta bertanggung jawab.
menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari- Tujuan pendidikan nasional tersebut jika
hari dengan sepenuh hati. Semantara secara dianalisis dari sudut taxonomi Bloom dan
sederhana pendidikan karakter dapat dimaknai pendidikan karakter maka terlihat sebagai
sebagai hal postif apa saja yang dilakukan guru berikut.

Tabel 1. Analisis Taxonomy Bloom Terhadap Tujuan Pendidikan


No Unsur Tujuan Taxonomy Bloom Pendidikan Karakter
1. membentuk watak bangsa Afektif tingkat tinggi Membentuk pribadi berbudaya dan
(characterizing) religius
2. membentuk peradaban Afektif tingkat tinggi Membangun moral bangsa yang beradab
bangsa (characterizing)
3. beriman dan bertakwa Afektif tingkat tinggi Membentuk manusia yang beriman dan
kepada Tuhan Yang Maha (characterizing) bertaqwa
Esa
4. berakhlak mulia Afektif tingkat tinggi Membentuk pribadi yang kaffah
(characterizing)
5. sehat, psikomotor Membentuk manusia yang sehat jasmani

Publikasi Online: http://jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar/ ~ 51 ~


~ Ani Nur Aeni, Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD ~

dan rohani
6. berilmu Afektif tingkat tinggi Membentuk manusia dengan
(evaluation) kemampuan intelektual dan daya kritis
yang tinggi
7. cakap, kreatif Kognitif, afektif, Membentuk manusia dengan
psikomotor kemampuan intelektual dan daya kritis
yang tinggi
8. mandiri Kognitif, afektif, Membentuk pribadi yang kaffah
psikomotor
9. menjadi warga negara yang Kognitif, afektif, Membentuk pribadi yang kaffah
demokratis psikomotor
10 bertanggung jawab Kognitif, afektif, Membentuk pribadi yang kaffah
psikomotor
(Diadaptasi dari Sumantri:, 2009: 19).

LANDASAN PENDIDIKAN KARAKTER


Pendidikan karakter dalam Islam Suruhlah anak-anakmu menjalankan shalat jika
berlandaskan kepada Al-Quran dan Hadits. mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jika
Berikut beberapa ayat al-quran dan hadits yang mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka
berbicara tentang karakter: pukullah mereka jika tidak mau shalat. Dan
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada pisahkanlah tempat tidurnya (HR. Al-Hakim dan
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran Abu Daud, diriwayatkan dari Ibnu Amr bin Al-
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu Ash).
mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar Anas berkata bahwa Rasulullah bersabda: Anak itu
kezaliman yang besar (Q.S. 31: 13). pada hari ketujuh dari kelahirannya disembelih
akikahnya, serta diberi nama dan disingkirkan dari
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah segala kotoran-kotoran. Jika ia telah berusia 6
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah tahun ia dididik beradab susila, jika ia telah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan berumur 9 tahun dipisahkan tempat tidurnya dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. jika berumur 13 tahun dipukul agar mau shalat.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal- Jika ia telah berumur 16 tahun boleh dikawinkan,
hal yang diwajibkan (oleh Allah) (Q.S. 31: 17). setelah itu ayah berjabatan tangan dengannya dan
mengatakan: saya telah mendidik, mengajar, dan
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari mengawinkan kamu, saya mohon perlindungan
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu kepada Allah dari fitnah-fitnah di dunia dan
berjalan di muka bumi dengan angkuh. siksaan di akhirat (HR. Ibnu Hibban)
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong lagi membanggakan diri (Q.S. 31: NILAI-NILAI DALAM PENDIDIKAN
18). KARAKTER
Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan yang telah dirumuskan oleh Depdiknas yaitu,
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk- Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras,
buruk suara ialah suara keledai (Q.S. 31: 19). Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu,
Semangat Kebangsaan, Cinta tanah air,
Jadikanlah kata-kata pertama yang diucapkan Menghargai prestasi, Bersahabat/komunikatif,
seorang anak kalimat Laa ilaaha illallah, dan Cinta Damai, Gemar membaca, Peduli
bacakanlah kepadanya menjelang maut, kalimat lingkungan, Peduli social, Tanggung jawab.
laa ilaaha illallah (HR. Ibnu Abbas). Sementara para pakar pendidikan, seperti
Megawangi (2004) mengelompokkan karakter ke
Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dalam 9 pilar, yaitu (1) cinta tuhan dan
dengan adab (budi pekerti) yang baik (HR. Ibnu ciptaannya, (2) kemandirian dan tanggung
Majah). jawab, (3) kejujuran, amanah, dan bijaksana, (4)

~ 52 ~ Publikasi Online: http://jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar/


~ Mimbar Sekolah Dasar, Volume 1 Nomor 1 April 2014, (hal. 50-58) ~

hormat dan santun, (5) dermawan, suka Berkorban, 11) Rendah Hati, 12) Tertib, 13)
menolong, dan gotong royong, (6) percaya diri, Amanah, 14) Sabar, 15) Tenggang Rasa, 16) Bela
kreatif, dan pekerja keras, (7) kepemimpinan dan Rasa, 17) Pemurah, 18) Ramah Tamah, 19) Sopan
keadilan, (8) baik dan rendah hati, (9) toleransi, Santun, 20) Sportif, 21) Terbuka.
kedamaian dan kesatuan. Nilai karakter terhadap masyarakat dan
Samani & Hariyanto (2013) menyebutkan bangsa meliputi: 1) Adil, 2) Jujur, 3) Disiplin, 4)
bahwa Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Kasih Sayang, 5) Kerja Keras, 6) Lembut Hati, 7)
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Berinisiatif, 8) Kerja Keras, 9) Kerja Cerdas, 10)
Menengah Departemen Pendidikan dan Berfikir Jauh ke depan, 11) Berfikir Konstruktif,
Kebudayaan dalam Pendampingan Guru 12) Bertanggung Jawab, 13) Bijaksana, 14)
Sekolah Swasta Tradisional (Islam) telah Menghargai Kesehatan, 15) Produktif, 16) Rela
menginventarisasi domain budi pekerti Islami Berkorban, 17) Setia/Loyal, 18) Tertib, 19)
sebagai nilai-nilai karakter yang harus Amanah, 20) Sabar, 21) Tenggang Rasa, 22) Bela
ditampilkan, yaitu terhadap Tuhan, terhadap diri Rasa, 23) Pemurah, 24) Ramah Tamah, 25) Sikap
sendiri, terhadap keluarga, terhadap orang lain, Hormat.
terhadap masyarakat dan bangsa, dan terhadap Nilai karakter terhadap lingkungan meliputi:
alam lingkungan. 1) Adil, 2) Amanah. 3) Disiplin, 4) Kasih Sayang,
Nilai karakter terhadap Tuhan meliputi: 1) 5) Kerja Keras, 6) Berinisiatif, 7) Kerja Cerdas, 8)
Iman dan taqwa, 2) Syukur, 3) Tawakal, 4) Ikhlas, Berfikir Jauh kedepan, 9) Berfikir Konstruktif, 10)
5) Sabar, 6) Mawas diri, 7) Disiplin, 8) Berfikir Bertanggung Jawab, 11) Bijaksana, 12)
jauh kedepan, 9) Jujur, 10) Amanah, 11) Menghargai Kesehatan, Kebersihan, 13) Rela
Pengabdian,12) Susila, 13) Beradab. Berkorban.
Nilai karakter terhadap diri sendiri meliputi:
1) Adil, 2) Jujur, 3) Mawas Diri, 4) Disiplin, 5) KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER
Kasih Sayang, 6) Kerja Keras, 7) Pengambil MENURUT PARA FILOSOF MUSLIM
Risiko, 8) Berinisiatif, 9) Kerja Cerdas, 10) Kreatif, Sebagaimana telah dibicarakan sebelumnya
11) Berfikir Jauh Kedepan, 12) Berfikir Matang, bahwa dalam diskursus pendidikan Islam
13) Bersahaja, 14) Bersemangat, 15) Berfikir pendidikan karakter disebut dengan pendidikan
Konstruktif, 16) Bertanggung Jawab, 17) akhlak. Para filosof muslim telah berbicara
Bijaksana, 18) Cerdik, 19) Cermat, 20) Dinamis, mengenai hal ini, seperti yang dinyatakan Al-
21) Efisien, 22) Gigih, 23) Tangguh, 24) Ulet, 25) Farabi bahwa akhlak yang baik hanyalah
Berkemauan Keras, 26) Hemat, 27) Kukuh, 28) terwujud dengan pengawasan diri terus
Lugas, 29) Mandiri, 30) Menghargai Kesehatan, menerus, pendidikan seharusnya diarahkan
31) Pengendalian Diri, 32) Produktif, 33) Rajin, pada pembinaan akhlak, pemberian pelajaran
34) Tekun, 35) Percaya Diri, 36) Tertib, 37) Tegas, yang mungkin dipergunakan untuk tujuan yang
38) Sabar, 39) Ceria/Periang. buruk hendaklah dicegah sedapat mungkin.
Nilai karakter terhadap keluarga meliputi: 1) Hal ini dikuatkan pula oleh pernyataan Imam
Adil, 2) Jujur, 3) Disiplin, 4) Kasih Sayang, 5) Al-Ghazali bahwa pendidikan itu
Lembut Hati, 6) Berfikir Jauh Ke depan, 7) menghilangkan akhlak yang buruk dan
Berfikir Konstruktif, 8) Bertanggung Jawab, 9) menanamkan akhlak yang baik, bahkan al-
Bijaksana, 10) Hemat, 11) Menghargai Kesehatan, Ghazali menegaskan bahwa tujuan yang paling
12) Pemaaf, 13) Rela Berkorban, 14) Rendah Hati, penting dari pendidikan itu adalah taqarrub
15) Setia, 16) Tertib, 17) Kerja Keras, 18) Kerja ilallah. Sementara Syeikh Az-Zarnuji
Cerdas, 19) Amanah, 20) Sabar, 21) Tenggang menggariskan bahwa selain pengabdian kepada
Rasa, 22) Bela Rasa/Empati, 23) Pemurah, 24) Tuhan tujuan pendidikan diarahkan untuk
Ramah Tamah, 25) Sopan Santun, 26) Sportif, 27) pembentukan moral, pribadi, intelektual dan
Terbuka. kesehatan jasmani serta pembentukan sikap
Nilai karakter terhadap orang lain meliputi: 1) mental kemasyarakatan amar makruf nahyi munkar
Adil, 2) Jujur, 3) Disiplin, 4) Kasih Sayang, 5) dengan rasa tanggung jawab terhadap
Lembut Hati, 6) Bertanggung Jawab, 7) kesejahteraan masyarakat, bersih dari pamrih
Bijaksana, 8) Menghargai, 9) Pemaaf, 10) Rela pribadi.

Publikasi Online: http://jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar/ ~ 53 ~


~ Ani Nur Aeni, Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD ~

Hal yang hampir sama dinyatakan pula oleh sesekali memberikan pujian atau celaan, cara ini
Ibnu Maskaiwaihi (dalam Madjidi, 1997, p. 33) digunakan jika dipandang sudah cukup.
bahwa cita-cita pendidikan adalah terwujudnya ..............
pribadi susila, berwatak yang lahir dari perilaku- MODEL PENDIDIKAN KARAKTER
perilaku luhur atau berbudi pekerti yang mulia. Majid & Andayani (2012) telah merumuskan
Dari budi (jiwa/watak) lahir pekerti (perilaku) berbagai model pendidikan karakter salah
mulia. Sementara Ibnu Sina mengemukakan satunya adalah model TADZKIRAH (dibaca
bahwa alat pendidikan budi pekerti itu berupa tadzkiroh). Secara etimologis tadzkirah berasal
hadiah dan hukuman, kelembutan dan dari bahasa Arab dzakkara yang berarti ingat, dan
kekerasan. Ibnu Sina sangat menekankan agar tadzkirah artinya peringatan. Adapun makna
para pendidik menjauhkan anak didiknya dari tadzkirah dalam hal ini adalah suatu model
akhlak yang buruk, kebiasaan yang jelek dengan pembelajaran yang diturunkan dari sebuh teori
jalan targhib wa tarhib dengan lunak atau kasar, pendidikan Islam, tadzkirah mempunyai makna:
dengan jalan memperdulikan atau membiarkan,

T Tunjukkan Teladan

A Arahkan (berikan bimbingan)

D Dorong (Berikan Motivasi)

Z Zakiyah (Bersih-Murni)

TADZKIRAH K Kontinuitas (Proses Pembiasaan)

I Ingatkan

R Repetisi dan Refleksi

A Organisasikan

H Heart

Bagan 1. Model Tadzkirah

Tunjukkan Teladan keteladanan yang disengaja dilakukan secara


Para guru pada tahap ini wajib menunjukkan formal
teladan kepada siswa, hal ini menuntut para Walaupun keteladan ini dianggap sebagai
guru untuk menjadi suri teladan, maka metode cara yang kuno dalam pendidikan namun
keteladanan dalam hal ini digunakan. Tafsir terbukti keteladan ini sangat efektif terhadap
(2005: 143) mengungkapkan perubahan sikap dan perilaku (Aeni: 2009).
Keteladanan itu ada dua macam, yaitu Demikian pula Ulwan (1999) menguatkan bahwa
disengaja dan tidak disengaja. Keteladanan “keteladanan dalam pendidikan merupakan
yang tidak disengaja adalah keteladanan metode yang berpengaruh dan terbukti paling
dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat berhasil atau membekas dalam mempersiapkan
keikhlasan, dan sebangsanya, sedangkan dan membentuk aspek karakter, moral, spiritual,
keteladanan yang disengaja ialah seperti dan etos sosial anak“.
memberikan contoh membaca yang baik, “Tunjukkan teladan“ juga berarti para guru
mengerjakan salat yang benar. Keteladan harus mampu menunjukkan kepada siswa
yang disengaja ialah keteladan yang memang tokoh-tokoh yang pantas untuk diteladani,
disertai penjelasan atau perintah agar karena yang menjadi persoalan saat ini adalah
meneladaninya, keteladanan yang tidak terjadinya krisis keteladanan dimana para siswa
disengaja dilakukan secara tidak formal, menurut Azra (2010) kesulitan dalam mencari

~ 54 ~ Publikasi Online: http://jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar/


~ Mimbar Sekolah Dasar, Volume 1 Nomor 1 April 2014, (hal. 50-58) ~

contoh teladan yang baik (uswah hasanah) atau motivasi ini tepat sekali jika menggunakan
living moral exemplary di lingkungan sekolah. metode targhib wa tarhib, yaitu metode pemberian
motivasi agar siswa melakukan kebaikan
Arahkan (Berikan Bimbingan) (targhib) dan agar menjauhi kejahatan (tarhib).
Berdasarkan pada tahap perkembangan, Metode ini hampir mirip sama dengan metode
siswa SD sudah mulai mengenai baik-buruk, reward and punishment (ganjaran dan hukuman),
benar-salah, yang diperintahkan-yang dilarang, namun Tafsir (2005) membedakan keduanya
maka dalam hal ini anak harus diberikan arahan bahwa targhib wa tarhib bersandarkan ajaran
atau bimbingan untuk mencapai baik, benar, dan Allah, sedangkan reward and punishment
yang diperintahkan itu, jangan sampai anak bersandarkan pada hukuman dan ganjaran
salah memilih dan salah menentukan. manusiwi.
Pemberian motivasi ini juga dalam rangka
Dorong (Berikan Motivasi) pemenuhan kebutuhan siswa sebagai manusia
Pemberian motivasi oleh para guru sangat yang memiliki need untuk dihargai. Teori
penting dilakukan dalam rangka motivasi yang dirumuskan oleh Maslow (dalam
membangkitkan semangat dan menumbuhkan Jarvis, 2009) menggambarkan hirarki kebutuhan
rasa percaya diri pada siswa. Dalam pemberian manusia sebagai berikut.

Aktualisasi
Diri

Kebutuhan
Estetis

Kebutuhan Intelektual

Kebutuhan Untuk Dihargai

Kebutuhan Sosial

Kebutuhan Akan Rasa Aman

Kebutuhan Fisiologis

Gambar 1. Hirarki Kebutuhan Menurut Maslow

Zakiyah (Bersih-Murni) itu sangat konvensional tetapi dipandang hal ini


Para guru harus memiliki hati yang bersih sangat efektif dalam memberikan pendidikan
(ikhlas) dalam memberikan bimbingan dan yang berkaitan dengan moral. Tafsir (2005)
arahan kepada anak. Segala sesuatu jika menyebutkan bahwa “pembiasaan sebenarnya
berangkat dari hati yang ikhlas tidak akan terasa berintikan pengalaman, dan inti dari pembiasaan
berat. Keihlkasan ini bukan hanya harus ada itu adalah pengulangan”. Dalam metode
pada setiap guru, demikian pula pada diri siswa pembiasaan ini yang dibiasakan adalah hal-hal
harus ditanamkan. Ikhlas dalam belajar, yang baik, sehingga akan menjadi akhlak baik,
bersikap, dan berbuat sekecil apapun. Jika rasa dimana perilaku baik itu akan muncul secara
ikhlas sudah tumbuh, maka keikhlasan ini akan spontan dan reflek tanpa memerlukan
menjadi kekuatan yang maha dahsyat yang akan pertimbangan dan pemikiran. Karena hal inilah
merubah segala perilaku dalam kehidupan. ahli pendidikan sepakat bahwa metode
pembiasaan ini dibenarkan sebagai salah satu
Kontinuitas (Proses Pembiasaan) upaya pendidikan dalam pembentukan manusia
Pada langkah ini metode yang digunakan dewasa.
adalah metode pembiasaan, walaupun sebagian
orang menganggap bahwa metode pembiasaan Ingatkan

Publikasi Online: http://jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar/ ~ 55 ~


~ Ani Nur Aeni, Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD ~

Pepatah Arab mengatakan bahwa al-insanu Heart


mahallu al-khata wa al-nisyan artinya manusia itu Karena pendidikan karakter itu termasuk
tempatnya salah dan lupa, karena itu manusia pendidikan pada dunia afektif maka yang harus
harus diingatkan: jika berbuat kesalahan harus diolah dari diri siswa adalah olah rasa dan olah
ditegur supaya menyadari kesalahannya, jika hati. Lakukan proses pendidikan kepada siswa
melalaikan kewajiban harus diingatkan. Inilah dengan menyentuh sisi yang paling sensitif yaitu
yang harus dilakukan oleh para guru. Demikian qalbu/hati. Dan ketika menyentuh sisi ini harus
juga para guru harus mengingatkan kepada dilakukan dengan qalbu pula. Ini dapat dikatan
siswa bahwa senatiasa kita berada dalam proses pendidikan oleh hati untuk hati.
pengawasan Allah (muraqobatullah), dampaknya Dikarenakan pada langkah ini instrument
para siswa akan senantiasa menjaga sikap dan yang digunakan adalah hati, maka tatalah hati
perilakunya dari perbuatan yang tercela. degan sebaik-baiknya, karena segala perbuatan
baik-buruknya akan berangkat dari hati
Repetisi dan Refleksi (Pengulangan) sebagaimana sabda rasul bahwa “ingatlah
Pengulangan dalam proses pembelajaran sesungguhnya dalam diri manusia ada segumpal
dilakukan dengan tujuan supaya siswa terbiasa, darah, yang apabila ia beres maka bereslah
untuk mengingat kembali, dan untuk memahami seluruh persoalan, tetapi apabila ia rusak, maka
suatu perkataan. metode pengulangan ini rusaklah seluruhnya, ingatlah bahwa dia itu
berlandaskan kepada hadits bahwa Rasulullah hati”
jika mengucapkan suatu kalimat selalu
mengulangnya sampai tiga kali dengan KARAKTERISTIK SISWA SD DARI SUDUT
tujuannya supaya para pendengar dapat PERKEMBANGAN MORAL
memahaminya. Pengulangan ini akan sangat erat Dalam Peraturan Pemerintah tentang
kaitannya dengan metode pembiasaan. Pendidikan Dasar Bab VIII tentang Siswa Pasal
Secara kajian ilmiah pengulangan ini 15 ayat 1 dinyatakan bahwa Untuk dapat
memberikan dampak yang hebat, sebagaimana diterima sebagai siswa Sekolah Dasar seseorang
yang dikutip oleh Aswandi (2010) harus berusia sekurang-kurangnya enam tahun,
Para pakar neurofisiologi menyimpulkan dan berdasarkan PP yang sama pada Bab I
temuan mereka, yakni otak mempunyai tentang Ketentuan Umum Pasal 2 disebutkan
kemampuan yang menakjubkan untuk bahwa Pendidikan dasar merupakan pendidikan
menerima pikiran atau perilaku yang Sembilan tahun, terdiri atas program pendidikan
berulang-ulang dan menyambungkannya ke enam tahun di Sekolah Dasar dan program
pola-pola atau kebiasaan-kebiasaan yang pendidikan tiga tahun di Sekolah Lanjutan
otomatis dan dibawah sadar, semakin sering Tingkat Pertama, hal ini dapat disimpulkan
mengulangi pikiran dan tindakan yang bahwa siswa SD berusia antara 6-12 tahun.
konstruktif, pikiran atau tindakan itu akan Menurut Peaget anak usia 6-12 tahun ini
menjadi semakin mendalam, semakin cepat, berada pada tahap moralitas otonomi, ditandai
dan semakin otomatis. dengan Anak menilai perilaku atas dasar tujuan
yang mendasarinya. konsep anak tentang
Organisasikan keadilan mulai berubah. Gagasan yang kaku
Yang dimaksud “organisasikan“ disini adalah dan tidak luwes mengenai benar dan salah, yang
bahwa guru dituntut memiliki kemampuan dipelajari dari orang tua, secara bertahap
untuk mengorganisasikan pengetahuan dan dimodifikasi. Akibatnya, anak mulai
pengalaman yang diperoleh siswa di luar mempertimbangkan keadaan tertentu yang
sekolah dengan yang diperoleh di sekolah berkaitan dengan suatu pelanggaran moral.
melalui proses belajar. Hal ini bertujuan supaya Misalnya bagi anak usia 5 tahun berbohong
informasi yang akan disampaikan dan informasi selalu “buruk”, tapi anak yang lebih besar
yang didapat guru adalah informasi yang tepat menyadari bahwa berbohong dibenarkan dalam
sesuai dengan keadaan siswa, informasi inilah situasi tertentu dan karenanya tidak selalu
yang akan dijadikan bahan dalam proses “buruk”. Lebih jelasnya karakteristik ini dapat
pembelajaran yang akan dilaksanakan. dilihat pada tabel berikut

~ 56 ~ Publikasi Online: http://jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar/


~ Mimbar Sekolah Dasar, Volume 1 Nomor 1 April 2014, (hal. 50-58) ~

Tabel 2. Teori Tahap Perkembangan Moral Piaget


Umur Tahap Ciri Khas
4-7 tahun Realisme moral 1. Memusatkan pada akibat-akibat perbuatan
(pra operasional) 2. Aturan-aturan tak berubah
3. Hukuman atas pelanggaran bersifat otomatis
7-10 tahun Masa transisi (konkret- Perubahan secara bertahap ke pemilikan moral tahap kedua
operasional)
11 tahun Otonomi moral, realisme 1. Mempertimbangkan tujuan-tujuan perilaku moral
Ke atas dan resiprositas (formal 2. Menyadari bahwa aturan moral adalah kesepakatan tradisi
operasional) yang dapat berubah
(Sumber: Suprabowo, 2008).

TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN DAN Berdasarkan hadits tentang perintah shalat


PEMBENTUKAN KARAKTER pada usia tujuh tahun menggambarkan bahwa
Majid & Andayani (2012) membagi tahap pada fase ini anak dididik untuk bertanggung
perkembangan karakter berdasarkan Islam jawab. Jika perintah shalat itu tidak dikerjakan
kedalam: maka akan mendapat sanski, dipukul (pada usia
1. Tauhid (usia 0-2 tahun) sepuluh tahun).
2. Adab (usia 5-6 tahun)
3. Tanggung Jawab (7-8 tahun) Caring/Peduli (9-10 tahun)
4. Caring/Peduli (9-10 tahun) Setelah anak memiliki rasa tanggung jawab,
5. Kemandirian (11-12 tahun) maka akan muncul sifat kepedulian, baik
6. Bermasyarakat (13 Tahun) kepedulian terhadap lingkungan maupun
Berdasarkan klasifikasi tersebut maka kepedulian terhadap sesama. Bila bercermin
pendidikan karakter harus disesuaikan dengan kepada tarikh Rasulullah SAW bahwa pada usia 9
tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan tahun Rasul menggembalakan kambing.
anak. Pekerjaan menggembala kambing merupakan
wujud kepedulian rasul terhadap kondisi
Tauhid (usia 0-2 tahun) kehidupan ekonomi pamannya, yang pada saat
Manusia dilahirkan ke dunia dalam kondisi itu mengurusnya setelah kematian kakeknya.
fitrah, maknaya dianugrahi potensi tauhid, yaitu
meng-Esa-kan Allah dan berusaha terus untuk Kemandirian (11-12 tahun)
mencari ketauhidan tersebut. Pada saat bayi lahir Pada usia ini anak telah memiliki
sangat penting untuk memperdengarkan kemandirian. Kemandirian ini ditandai dengan
kalimat-kalimat tauhid ini dalam rangka tetap siap menerima resiko jika tidak mentaati
menjaga ketauhidan, sampai bayi menginjak usia peraturan. Contoh kemandirian pada pribadi
2 tahun sudah diberi kemampuan untuk rasul adalah saat beliau mengikuti pamannya
berbicara, maka kata-kata yang akan keluar dari untuk berniaga ke negeri Syam. Pada saat itu
mulutnya adalah kata-kata tauhid/kalimat Rasulullah telah memiliki kemandirian yang
thayyibah sebagaimana yang sering hebat, tidak cengeng, kokoh, sampai mau
diperdengarkan kepadanya. mengikuti perjalanan yang jauh dengan
pamannya tersebut, hingga pada saat itu seorang
Adab (usia 5-6 tahun) pendeta Bukhaira menemukan tanda-tanda
Menurut Hidayatullah sebagaimana yang kenabian pada beliau.
dikutip oleh Majid & Andayani (2012), pada fase
ini anak dididik budi pekerti, terutama yang Bermasyarakat (13 Tahun)
berkaitan dengan nilai-nilai karakter jujur (tidak Pada fase ini anak sudah mulai memiliki
berbohong), mengenal yang baik-buruk, benar- kemampuan untuk bermasyarakat dengan
salah, yang diperintahkan-yang dilarang. berbekal pengalaman-pengalaman yang didapat
pada fase-fase sebelumnya. Kehidupan dalam
Tanggung Jawab (7-8 tahun) masyarakat lebih kompleks dari kehidupan
keluarga, anak anak mengenal banyak karakter

Publikasi Online: http://jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar/ ~ 57 ~


~ Ani Nur Aeni, Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD ~

manusia selain karakter orang-orang yang dia pada Program Magister SPS UPI. Tidak
temui di dalam keluarganya. diterbitkan.
Jika merujuk kepada klasifikasi Aswandi. (2010). Membangun Bangsa Melalui
perkembangan karakter tersebut, anak usia SD Pendidikan Berbasis Karakter. K@ta:
ada pada fase tanggung jawab (7-8), peduli (9- Pendidikan Karakter.
10), dan kemandirian (11-12). Pada usia 7-8 Azra, Azyumardi. (2000). Pendidikan Akhlak
diawalai dengan perkenalan anak pada dan Budi Pekerti: Membangun Kembali Anak
lingkungan baru di sekolah, yang sebelumnya Bangsa. Makalah dalam Konvensi Nasional
anak hanya mengenal lingkungan rumah, maka Pendidikan Tahun 2000. Jakarta: Universitas
pada fase ini anak harus mampu beradaptasi Negeri.
dengan lingkungan baru, anak mulai memiliki Barnawi & Arifin, A. (2013). Strategi & Kebijakan
rasa tanggung jawab terhadap tugas barunya Pembelajaran Pendidikan Karakter.
yaitu belajar dan mengenal lingkungan baru. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pada usia 9-10 tahun memasuki fase peduli, Elmubarok, Z. (2008). Membumikan Pendidikan
karena pada fase sebelumnya anak sudah mulai Nilai. Bandung: Alfabeta.
mengenal lingkungan barunya, maka mereka Jarvis. M. (2009). Teori-teori Psikologi. (SPA-
bertemu dengan banyak orang dan menemukan Teamwork). Bandung: Nusa Media.
berbagai peristiwa di lingkungan, muncullah Koesoema, D. (2007). Pendidikan Karakter
rasa kepedulian baik terhadap sesama maupun Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
kepedulian terhadap lingkungan Jakarta: PT. Grasindo.
Pada usia 11-12 anak sudah mulai mandiri, Lickonna. T. (1992). Education for Character, How
jika dilihat dari usia sekolah pada fase ini Our Schools Can Teach Respect and
merupakan persiapan anak untuk memasuki Responsibility. New York: Bantam Books.
jenjang pendidikan berikutnya (SMP). Madjidi, B. (1997). Konsep Kependidikan Para
Filosof Muslim. Yogyakarta: Al Amin Press.
SIMPULAN Majid, A & Andayani, D. (2012). Pendidikan
Pendidikan Karakter merupakan amanat Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT.
Undang undang No 20 Tahun 2003. Dalam Islam Remaja Rosdakarya.
pendidikan karakter memiliki istilah tersendiri, Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter,
yaitu pendidikan akhlak. Para filosof muslim Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa.
merumuskan bahwa tujuan dari pendidikan Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.
bermuara pada akhlak. Siswa SD sangat penting Samani, M & Hariyanto. (2013). Konsep dan
mendapatkan pendidikan karakter mengingat Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT.
pada usia ini siswa harus sudah memiliki sikap Remaja Rosdakarya.
tanggung jawab, kepedulian dan kemandirian Sumantri, E. (2009). Pendidikan Umum.
sesuai dengan tahap perkembangan moral Bandung: Prodi PU UPI.
mereka. Pendidikan Karakter dalam Islam Suprabowo. (2008). Teori Perkembangan Moral.
berlandaskan kepada Al-Quran dan Hadits, Retrieved March 3, 2014, from
dalam operasionalnya di SD dapat menggunakan http://novinasuprobo.wordpress.com.
model TADZKIRAH (Teladan, Arahkan, Tafsir. A. (2005). Ilmu Pendidikan Dalam
Dorongan, Zakiyah, Kontinuitas, Ingatkan, Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja
Repitition, Organisasikan, Heart). Rosdakarya.
Ulwan. N. A. (1981). Tarbiyyatu al Aulad fi al
REFERENSI Islam. Beirut: Dar al salam li al-Tiba’ah wa li
Al-Quran al-Nasyr wa al-Tawzi’.
Al-Hadits Wibowo, A. (2013). Pendidikan Karakter di
Aeni. Ani Nur. (2009). Respons Mahasiswa Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Pustaka
Terhadap Kegiatan Tutorial PAI dan Pelajar.
Pengaruhnya Terhadap Penghayatan Nilai-
nilai Agama Islam (Studi Kasus di UPI). Tesis

~ 58 ~ Publikasi Online: http://jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar/

Anda mungkin juga menyukai