Anda di halaman 1dari 11

Peran Penting Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam Pendidikan Karakter Generasi Muda

Zuliyah Istiqomah & Endah Dwi Lestari


Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK), UIN Walisongo, Semarang
zuliya267@gmail.com ;

Abstract

Key word : civic education, character education, youth generation

1. PENDAHULUAN

2. PENGERTIAN PKN

3. TUJUAN PKN

4. PENGERTIAN PENDIDIKAN
a. Secara etimologi
Secara Etimologi atau asal-usul, kata pendidikan dalam bahasa inggris disebut
dengan education, dalam bahasa latin pendidikan disebut dengan educatum yang
tersusun dari dua kata yaitu E dan Duco dimana kata E berarti sebuah perkembangan
dari dalam ke luar atau dari sedikit banyak, sedangkan Duco berarti perkembangan atau
sedang berkembang. Jadi, Secara Etimologi pengertian pendidikan adalah proses
mengembangkan kemampuan diri sendiri dan kekuatan individu.
b. Secara terminologi
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak
mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Pengertian tersebut sesuai dengan pendapat Muhammad Saroni yang menyatakan
bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang beralngsung dalam kehidupan sebagai
upaya untuk menyeimbangkan kondisi dalam diri dengan luar diri. 1Menurut Kamus
Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.2
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan
usaha sadar manusia untuk mengembangkan dirinya. Pendidikan berlangsung sepanjang
hayat manusia dan berlangsung di manapun. Peran pendidikan sangat penting untuk

1
Muhammad Saroni.Orang Miskin Bukan Orang Bodoh.(Yogyakarta: Bahtera Buku. 2011), h. 10
2
Istighfatur Rahmaniyah, Pendidikan Etika. (Malang : UIN Maliki Press, 2010), hal. 52
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetensi dalam
ilmu pengetahuan maupun teknologi. Oleh karena itu, perkembangan ilmu pengetahuan
harus diperbaiki untuk meningkatkan mutu pendidikan.
5. PENGERTIAN KARAKTER
a. Secara etimologi
Kata “karakter” dari kosa kata Bahasa Inggris Character,[ CITATION Azw01 \l
1057 ] http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jd/article/viewFile/2558/2163 yang berasal
dari bahasa Yunani charaktêr, yang awalnya merujuk pada tanda yang terkesan pada
sebuah koin. Kemudian secara umum, ‘karakter’ menjadi bermakna tanda khas dimana
satu hal dibedakan dari yang lain, dan kemudian berubah arti lagi menjadi kumpulan
kualitas yang membedakan satu individu dari yang lain [ CITATION Hom07 \l 1057 ].
Dengan kata lain, karakter kita adalah ciri khas kita yang membedakan diri kita dari
orang lain. [ CITATION Ayn11 \l 1057 ]
http://sobiad.org/ejournals/journal_ijss/arhieves/2011_2/aynur_pala.pdf

Untuk jelasnya kita kutip beberapa pendapat para penulis yang mendalami
tentang pengertian karakter. Erie Sudewo dalam bukunya “Best Practice Charater
Building: Menuju Indonesia lebih baik” (2011:14) mendefinisikan Karakter “sebagai
kumpulan sifat baik yang menjadi prilaku sehari-hari, sebagai perwujudan kesadaran
menjalankan peran, fungsi dan tugasnya dalam mengemban amanah dan tanggung
jawab”.
Secara etimologi, kata karakter berasal dari bahasa Inggris (character) yang
berarti keperibadian, prilaku yang menjadi ciri khas seseorang yang membedakan
seseorang dengan orang lain, dan dari bahasa Yunani (character) yang berarti membuat
tajam, membuat dalam. 3 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter diartikan
sebagai sifat-sifat kejiwaan, etika atau budi pekerti yang membedakan individu dengan
yang lain. Karakter bisa diartikan tabiat, perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan
(kebiasaan). Karakter juga diartikan watak atau sifat batin manusia yang mempengaruhi
segenap pikiran dan tingkah laku.4
b. Secara terminologi
Secara terminologi, karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang
bergantung pada faktor kehidupannya sendiri.5 M. Furqon Hidayatullah mengutip dari
Rutland mengemukakan bahwa kata karakter berasal dari bahasa Latin yang berarti
dipahat. Sebuah kehidupan, seperti sebuah blok granit dengan hati-hati memahatnya.
Ketika dipukul sembarangan, maka akan rusak.
Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut, serta faktor-
faktor yang dapat memengaruhi karakter maka:
Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang,
terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang
membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari.6
c. Komponen-Komponen Karakter yang Baik

3
Lorens Bagus, Kamus Filsafat. (Jakarta : Gramedia, 2000), hal. 392
4
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta : Balai Pustaka, 1997), hal. 20
5
Agus Zainul Fitri, Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah.
(Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 20
6
Muchlas Samani & Hariyanto, Pendidikan Karakter: Konsep dan Model. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2013), hal. 43
Ada tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yang
dikemukakan oleh Lickona, sebagai berikut:7
1) Pengetahuan Moral
Pengetahuan moral merupakan hal yang penting untuk diajarkan. Keenam
aspek berikut ini merupakan aspek yang menonjol sebagai tujuan pendidikan
karakter yang diinginkan.
 Kesadaran Moral
 Pengetahuan Nilai Moral
 Penentuan Perspektif
 Pemikiran Moral
 Pengambilan Keputusan
 Pengetahuan Pribadi
2) Perasaan Moral
Sifat emosional karakter telah diabaikan dalam pembahasan pendidikan
moral, namun di sisi ini sangatlah penting. Hanya mengetahui apa yang benar
bukan merupakan jaminan di dalam hal melakukan tindakan yang baik. Terdapat
enam aspek yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh
seseorang untuk menjadi manusia berkarakter.
 Hati Nurani
 Harga Diri
 Empati
 Mencintai Hal yang Baik
 Kendali Diri
 Kerendahan Hati
3) Tindakan Moral
Tindakan moral merupakan hasil atau outcome dari dua bagian karakter
lainnya. Apabila orang-orang memiliki kualitas moral kecerdasan dan emosi maka
mereka mungkin melakukan apa yang mereka ketahui dan mereka rasa benar.
Tindakan moral terdiri dari beberapa aspek sebagai berikut.
 Kompetensi
 Keinginan
 Kebiasaan
6. PENGERTIAN PENDIDIKAN KARAKTER
a. Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Para Ahli
Suyanto mengemukakan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi
pekerti plus, yaitu melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
tindakan (action).8 Sementara itu, Masnur Muslich menyatakan bahwa pendidikan
karakter adalah suatu sistem pemahaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan
kamil.9

7
Lickona, Thomas. Mendidik Untuk Membentuk Karakter: BagaimanaSekolah dapat Memberikan Pendidikan
Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab. (Penerjemah: Juma Abdu Wamaungo. Jakarta: Bumi Aksara. 2012), h.
85-100
8
Jamal Ma’mur Asmani. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakterdi Sekolah. (Yogyakarta: Diva Press.
2011), h. 31
9
Masnur Muslich. Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan KrisisMultidimensional. (Jakarta: Bumi Aksara.
2011), h. 84
Menurut [ CITATION Ayn11 \l 1057 ] Character education is a national movement
creating schools that foster ethical, responsible and caring young people by modelling
and teaching good character through emphasis on universal values that we all share. It
is the intentional, proactive effort by schools, districts and states to instil in their
students important core ethical values such as caring, honesty, fairness, responsibility
and respect for self and others.
http://sobiad.org/ejournals/journal_ijss/arhieves/2011_2/aynur_pala.pdf

Pendidikan karakter bukan pula "perbaikan cepat." Ini memberikan solusi jangka
panjang yang membahas masalah moral, etika, dan akademis yang menjadi perhatian
bagi masyarakat. [ CITATION Cha10 \l 1057 ]
http://sobiad.org/ejournals/journal_ijss/arhieves/2011_2/aynur_pala.pdf

Pendidikan karakter juga dapat didefinisikan sebagai metode mengajarkan


kebiasaan cara berfikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja
sama sebagai anggota keluarga, masyarakat dan bernegara serta membantu mereka
untuk mampu membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. 10 Yudi Latif
mengutip Thomas Lickona mengatakan bahwa :
“Pendidikan karakter ialah usaha sengaja untuk menolong orang agar memahami,
peduli akan dan bertindak atas dasar nilai-nilai etis. Lickona menegaskan bahwa
tatkala kita berfikir tentang bentuk karakter yang ingin ditunjukkan anak-anak,
teramat jelas bahwa kita menghendaki mereka mampu menilai apa yang benar,
peduli apa yang benar serta melakukan apa yang diyakini benar.” 11

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
adalah sebuah upaya menumbuhkan dan mengembangkan nilainilai luhur kepada peserta
didik. Hal terebut dilakukan agar mereka mengetahui, menginternalisasi, dan menerapkan
nilai-nilai luhur tersebut dalam kehidupannya dalam keluarga, masyarakat, bangsa, dan
negara.

7. TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER


a. Macam-Macam Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya
dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
[ CITATION Fad13 \l 1057 ] http://www.academia.edu/download/32881263/PERAN-
GURU-PENDIDIKAN-PANCASILA-DAN-KEWARGANEGARAAN-DALAM-UPAYA-
PEMBENTUKAN-KARAKTER-PESERTA-DIDIK2.pdf

Mardiatmadja menyebut pendidikan karakter sebagai ruh pendidikan dalam


memanusiakan manusia. Pemaparan pandangan tokoh-tokoh menjunjukkan bahwa
pendidikan sebagai nilai universal kehidupan memiliki tujuan pokok yang disepakati di
setiap zaman, pada setiap kawasan, dan dalam semua pikiran. Dengan bahasa
sederhana, tujuan yang disepakati itu adalah merubah manusia menjadi lebih baik dalam

10
M. Mahbubi, Pendidikan Karakter : Implementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter. (Yogyakarta :
Pustaka Ilmu Yogyakarta, 2012), hal. 40
11
Ibid., hal. 41
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.12 Menurut Dharma Kesuma, tujuan pendidikan
karakter, khususnya dalam setting sekolah, diantaranya sebagai berikut: 13
1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting
dan perlu sehingga menjadi kepribadian atau kepemilikan peserta didik yang khas
sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.
2) Mengoreksi periaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilainilai yang
dikembangkan oleh sekolah.
3) Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan karakter antara lain:
1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan
warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab siswa sebagai generasi
penerus bangsa.
4) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, sertadengan rasa kebangsaan
yang tinggi dan penuh kekuatan.
b. Perlunya Pendidikan Karakter
Pengajaran tentang karakter yang baik sangat penting dalam masyarakat saat ini.
Karena generasi muda menghadapi banyak peluang dan bahaya yang tidak diketahui
oleh generasi sebelumnya. Mereka dibombardir dengan lebih banyak pengaruh negatif
melalui media dan sumber eksternal lainnya yang lazim dalam budaya saat ini. Karena
itu, sangat penting untuk menciptakan sekolah yang secara simultan membantu
perkembangan karakter dan mempromosikan pembelajaran. [ CITATION Car011 \l
1057 ] http://sobiad.org/ejournals/journal_ijss/arhieves/2011_2/aynur_pala.pdf

Semakin banyak generasi muda tumbuh tanpa pemahaman atau komitmen yang
kuat terhadap nilai-nilai etika inti yang dibutuhkan untuk memberi informasi dan
memberi energi pada hati nurani. Akibatnya, mereka tidak memiliki mekanisme internal
untuk membantu mereka mengetahui yang benar dari yang salah dan untuk
menghasilkan kekuatan keinginan untuk melakukan kontrol diri dan secara konsisten
melakukan apa yang benar.[ CITATION Mic02 \l 1057 ]
http://sobiad.org/ejournals/journal_ijss/arhieves/2011_2/aynur_pala.pdf

8. PERAN PKN DALAM PENDIDIKAN KARAKTER GENERASI MUDA


Peranan pendidikan kewarganegaraan adalah membina warga negara khususnya
generasi penerus yang baik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan
kewarganegaraan bagi generasi penerus sangat penting dalam rangka menumbuhkan
kesadaran bela negara dan meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air. Dikarenakan para
generasi peneruslah yang akan menjadi para pemimpin bangsa dimasa yang akan datang.
Dalam pendidikan kewarganegaraan, peserta didik (generasi penerus) senantiasa dibekali
dengan hal-hal yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme. Pemahaman serta peningkatan

12
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011),
hal. 30
13
Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorida.Pendidikan KarakterAnak Usia Dini: Konsep & Aplikasinya
dalam PAUD. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2013), h. 24-25
sikap dan tingkah laku yang berdasar pada nilai-nilai Pancasila serta budaya bangsa
merupakan hal yang diprioritaskan dalam pendidikan kewarganegaraan.

Sebagaimana tujuan utama pendidikan kewarganegaraan, hal itu semua guna


menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air
dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri
para generasi penerus bangsa. Melalui pendidikan kewarganegaraan, para generasi penerus
bangsa Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisis dan menjawab masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negaranya serta berkesinambungan dan
konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD
1945.

a. Nilai-nilai karakter bangsa yang menjadi tolak ukur pengembangan karakter bagi
generasi muda
Pendidikan kewarganegaraan sebagai pemeran penting, perlu mengenalkan sebuah
materi pendidikan kewarganegaraan yang dihubungkan dengan nilai-nilai karakter sebuah
bangsa. Demi kemajuan sebuah bangsa ada beberapa karakter bangsa yang harus
dikembangkan secara sungguh-sungguh, yang menjadi patokan dalam pengembangan
karakter bagi generasi muda [ CITATION Kem10 \l 1057 ], yaitu sebagai berikut:
1) Religius:
sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, tidak meremehkan agama lain, serta hidup
rukun dengan pemeluk agama lain. Dengan karakter yang religious diharapkan dapat
menjadi landasan nilai, moral dan etika dalam bertindak.
2) Jujur:
perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan. Dengan menjadi pribadi
yang jujur maka akan kecil kemungkinan terjadi kesalah pahaman dan saling
menuduh, membenci karena merasa telah dibohongi.
3) Toleransi:
sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap,
dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Dengan bertoleransi akan
memudahkan tiap individu untuk saling berbaur tanpa adanya diskriminasi.
4) Disiplin:
tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan. Hal ini  menunjukkan bahwa individu tersebut sangat menghargai dan
munjunjung tinggi setiap aturan yang telah disepakati.
5) Kerja Keras:
perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Dengan berusaha keras dalam setiap tindaka, mandiri, optimis dan tegas akan
memunjukkan bahwa pribadi tersebut merupakan pribadi yang berkarakter dan layak
diajak untuk bekerja sama
6) Kreatif:
berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari apa
yang telah dimiliki. Dengan berpikir secara kreatif dan kritis akan menunjukkan
sebagai pribadi yang cerdas. Akan menghindarkan dari tindakan plagiatisme dan
memunculkan sesuatu yang lebih inofatif.
7) Mandiri:
sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8) Tanggung jawab :
dengan adanya tanggung jawab di setiap tindakan yang dilakukan, hal ini akan
menunjukkan bahwa pribadi tersebut layak untuk mendapatkan mandat dan dapat
menanggung akibat dari tindakannya.
9) Demokratis : cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama antara hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain. Mengetahui apa yang lebih penting dan apa yang
harus didahulukan
10) Semangat kebangsaan dan cinta tanah air :
hal ini deperlukan karena tanpa adanya kesadaran, semangat kebangsaan dan cinta
tanah air dari para warga negara, maka sampai kapanpun bangsa yang berkarakter
tidak akan pernah terwujud karena karakter bangsa itu sendiri muncul dari para
warga negaranya.
11) Peduli lingkungan dan social :
cerminan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat akan membawa tiap tiap
individu menjadi pribadi yang disegani, dicintai dan dilindungi oleh lingkungan-
sosial tersebut.

b. Kontribusi Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembentukan Karakter Generasi


Muda
Lembaga pendidikan yang dapat membaca situasi tentunya tidak akan
mengabaikan pentingnya karakter bangsa dan media pendidikan kewarganegaraan.
Beru[aya dan berkontribusi melalui sebuah pendidikan adalah yang mungkin dan
memberikan sebuah pengalaman agar tercapainya karakter yang diidamkan.

Kontribusi nyata dalam pendidikan dan dengan patokan yang seperti itu, maka
kontribusi pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan karakter generasi muda
dapat dilakukan melalaui tiga tahap yaitu :
1) Pembelajaran
Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan generasi muda
menguasai kompetensi yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta
didik mengenal,  menyadari, menginternalisasikan nilai – nilai dan menjadikannya
perilaku. Alternative pengembangan dan pembinaan karakter disekolah sebagai
aktualisasi budaya.
2) Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstra kurikuler
Kegiatan ini perlu diukungdenganpedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas
SDM dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan 18 karakter dan
revitalisasi kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler yang sudah ada kearah
pengembangan karakter.
3) Kegiatan keseharian dirumah dan di masyarakat
Pendidikan karakter bukan hanya sebuah pengetahuan belaka, melainkan harus
dilanjutkan dengan upaya menumbuhkan rasa mencintai perilakuyang baik dan
dilakukan setiap hari sebagai sebuah pembiasaan. Seseorang yang memiliki
pengetahuan kebaikan belum tentu dapat bertindak sesuai dengan pengetahuannya,
maka dari itu perlu dilakukan pembiasaan dalam setiap kegiatan.

9. KETERKAITAN CIVIC COMPETENCE PADA PENDIDIKAN KARAKTER


GENERASI MUDA
a. Urgensi Civic Disposition dalam Pendidikan Karakter
Setiap bangsa dan negara mengakui pentingnya pembangunan karakter bangsa
(national character building) dalam rangka memelihara dan mempertahankan eksistensi
sebagai suatu bangsa-negara (nation-state). Untuk membentuk karakter warga negara
yang baik (good citizens) tidak bisa dilepaskan dari pendidikan. Pendidikan sangat
berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran
normatif. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa sistem pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 14
PKn dalam menghadapi era globalisasi hendaknya mengembangkan kompetensi
kewarganegaraan (civic competences). Di antara aspek-aspek civic competences
tersebut meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan
kewarganegaraan (civic skill), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic
disposition) sehingga dapat menumbuhkan karakter warga negara yang baik. 15
Tujuannya agar menumbuhkan karakter warga negara yang baik. Dengan begitu,
tujuan utama dari civic disposition adalah untuk menumbuhkan karakter warga negara,
baik karakter privat seperti; tanggungjawab moral, disiplin diri, dan penghargaan
terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap individu, maupun karakter publik
misalnya; kepedulian sebagai warga, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of
law), berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan kompromi. 16

b. Keterkaitan Civic Disposition dalam Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan


Karakter kewarganegaraan atau civic disposition telah menjadi bagian tidak
terpisahkan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan
Kewarganegaraan dalam membentuk karakter kewarganegaraan sebaiknya
dikembangkan dengan cara berpikir kritis sehingga peserta didik tidak menelan secara
mentah-mentah pesan-pesan yang ada di dalamnya.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan program pembelajaran nilai dan moral
Pancasila dan UUD 1945 yang bermuara pada terbentuknya watak Pancasila dan UUD
1945 dalam diri peserta didik. Karakter/watak ini pembentukannya harus dirancang
sedemikian rupa sehingga terjadi keterpaduan konsep moral, sikap moral dan perilaku
moral Pancasila dan UUD 1945.
Contoh sikap ini, sebagaimana disampaikan oleh [ CITATION Sap07 \l 1057 ],
bahwa ada tiga paradigma pengembangan yang disebut pula sebagai concentric
paradigm.
1) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai educational about democracy.
Strategi ini bertujuan agar warga negara mengenal atau tahu konsep demokrasi
dengan segala lika-likunya.
2) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai education through democracy.
Melalui paradigma ini warga negara belajar bukan sekadar mengenal atau tahu
demokrasi, melainkan belajar atau berlatih mempraktekkan atau berbuat secara
demokratis.
14
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
15
Branson, M.S. (Eds). (1999). Belajar civic education dari Amerika. (Terjemahan Syarifudin, dkk) Yogyakarta:
Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) dan The Asia Foundation (TAF).
16
Branson, M.S. (Eds). (1999). Belajar civic education dari Amerika. (Terjemahan Syarifudin, dkk) Yogyakarta:
Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS) dan The Asia Foundation (TAF).
3) Pendidikan Kewarganegaraan sebagai educational for democracy.
Maksudnya adalah Pendidikan Kewarganegaraan bukan hanya sekadar mendidik
orang agar tahu tentang demokrasi dan bisa berbuat secara demokratis, tetapi mampu
membangun komitmen untuk membangun demokrasi.
Inilah karakter warga negara yang dicita-citakan. Yaitu warga negara yang tidak
hanya tau dan bisa berbuat secara demokratis, tetapi mampu membangun komitmen
untuk membangun demokrasi. Dengan demikian, warga negara yang dihasilkan adalah
warga negara yang cerdas, dan baik yakni memiliki moral knowing, moral feeling, dan
moral action (behavior).

10. KESIMPULAN
Bibliography
Ananda, A. (2001). A study of the education of Social Studies Teachers at the School of Educatiaon.
Laporan Penelitian (Unpulished).

Asmani, J. M. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakterdi Sekolah. Yogyakarta: Diva
Press.

Bagus, L. (2000). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia.

Branson. (1999). Belajar civic education dari Amerika. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial
(LKIS) & The Asia Foundation (TAF).

Carolina. (2001). Character Education Informational Handbook & Guide II . Public Schools of North
Carolina.

Carolina. (2001). Character Education Informational Handbook & Guide II for Support and
Implementation of the Student Citizen Act. Character and Education.

Character Education Partnership. (2010). Washington DC.

Fadlillah, M., & Khorida, L. M. (2013). Pendidikan KarakterAnak Usia Dini: Konsep & Aplikasinya
dalam PAUD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Fauzi, F., Arianto, I., & Sholihatin, E. (2013). Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dalam Upaya Pembentukan Karakter Peserta Didik. Jurnal PPKN UNJ Online.

Fitri, A. Z. (2012). Reinventing Human Character: Pendidikan Character Berbasis Nilai & Etika di
Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruz Media.

fitri, a. z. (2012). reinventing human character: pendidikan karakter berbasis nilai & etika di sekolah.
Jogjakarta : Ar-Ruz Media.

Homiak, M. (2007). Moral Character. Stanford Encyclopaedia of Philosophy Stanford.

Josephson, M. (2002). Making Ethical Decisions. McNeill.

Kemendiknas. (2010). Rencana Induk Pengembangn Pendidikan Karakter Bangsa. Jakarta:


Kemendiknas.

l., M. M. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan KrisisMultidimensiona. Jakarta: Bumi


Aksara.

Lickona, T., & Wamaungon, J. A. (2012). Mendidik untuk Membentuk Karakter: Bagaimana Sekolah
Dapat Memberikan Pendidikan Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab. Jakarta: Bumi Aksara.

Mahbubi, M. (2012). Pendidikan Karakter : Implementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan Karakter.
Yogyakarta : Pustaka Ilmu Yogyakarta.

Majid, A., & Andayani, D. (2011). Pendidikan Karakter Perspektif Islam . Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta:
Bumi Aksara.

Pala, A. (2011 ). The Need for Character Education. INTERNATIONAL JOURNAL OF SOCIAL SCIENCES
AND HUMANITY STUDIES .

Poerwadarminta. (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta: Balai Pustaka.

Rahmaniyah, I. (2010). Pendidikan Etika. Malang: UIN Maliki Press.

Samani, M., & Hariyanto. (2013). Pendidikan Karakter: Konsep dan Model. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Sapriya. (2007). Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam membangun karakter warga negara.
Jurnal Sekolah Dasar, 30.

Saroni, M. (2011). Orang Miskin Bukan Orang Bodoh. Yogyakarta: Bahtera Buku.

Anda mungkin juga menyukai