1 (2018) 454-460
Ubabuddin
Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin Sambas
Jl. Raya Sejangkung No. 126 Komplek Perguruan Tinggi Sebayan
Sambas Kalimantan Barat
E-mail: ubabuddin@gmail.com
DOI: 10.29313/tjpi.v7i1.3428
Accepted: January 20th, 2018. Approved: July 16th, 2018. Published: July 16th, 2018
ABSTRACT
Character education is a value that must be learned, felt, and applied in the child's daily life. The concept of character
education in Indonesia is the noble values education that is derived from Indonesian culture in the framework of guidance
of young generation personality which includes three aspects, namely moral knowledge, moral attitude, and moral acting.
The concept of Islamic education is the guidance given by someone to someone so that he develops maximally in accordance
with Islamic teachings concerning the formation of body, mind, and the heart of the students.
ABSTRAK
Pendidikan karakter merupakan sebuah nilai yang harus dipelajari, dirasakan, dan diterapkan dalam keseharian
anak. Konsep pendidikan karakter di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya
bangsa Indonesia dalam rangka pembinaan kepribadian generasi muda yang mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan
moral (moral knowing), sikap moral (moral feeling), dan perilaku moral (moral acting). Konsep pendidikan Islam
adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan
ajaran Islam yang menyangkut pembinaan jasmani, akal, dan hati anak didik.
454
Ubabuddin / Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7 No. 1 (2018) 000-000
PENDAHULUAN PEMBAHASAN
455
Ubabuddin / Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7 No. 1 (2018) 000-000
karakter itu sendiri merupakan konsep nilai- memerlukan suatu proses pembinaan
nilai perilaku manusia yang universal yang terpadu secara terus menerus antara ketiga
meliputi seluruh aktivitas manusia, yang komponen di atas. Ketiga komponen moral
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, di atas meliputi dimensi-dimensi sebagai
perkataan, dan perbuatan berdasarkan berikut; Pertama, Moral Knowing meliputi
norma-norma agama, hukum, tata karma, enam dimensi: (1) Awareness (kesadaran
budaya, dan adat istiadat. Dari konsep tentang baik dan buruk), (2) Knowing Values
karakter ini muncul konsep pendidikan (pengetahuan tentang nilai), (3) Perspective
karakter (character education). taking (menggunakan pandangan moral), (4)
Karakter adalah watak, sifat, atau Reasoning (pertimbangan moral), (5) Desition
hal-hal yang memang sangat mendasar yang making (membuat keputusan berdasarkan
ada pada diri seseorang. Sering orang moral), (6) Self-knowledge (pengetahuan
menyebutnya sebagai tabiat atau perangai. tentang diri); Kedua, Moral Feeling meliputi
Sikap dan tingkah laku seorang individu enam dimensi: (1) Conscience (nurani), (2) Self-
dinilai oleh masyarakat sekitarnya sebagai Esteem (percaya diri), (3) Empaty (merasakan
sikap dan tingkah laku yang diinginkan atau penderitaan orang lain), (4) Loving the good
ditolak, dipuji, atau dicela, baik ataupun (mencintai kebenaran), (5) Self control
jahat. Dengan mengetahui adanya karakter (pengendalian diri), (6) Humality (kerendahan
seseorang dapat memperkirakan reaksi- hati); Ketiga, Moral Action meliputi tiga
reaksi dirinya terhadap berbagai fenomena dimensi: (1) Competence (kompeten dalam
yang muncul dalam diri ataupun menjalankan moral), (2) Will (kemauan
hubungannya dengan orang lain, dalam berbuat baik), (3) Habit (kebiasaan berbuat
berbagai keadaan serta bagaimana baik).
mengendalikannya. Selanjutnya, dari beberapa indikator
Karakter merupakan nilai-nilai di atas maka pembangunan karakter akan
perilaku manusia yang berhubungan dengan mampu mengantarkan pribadi-pribadi yang
Allah Swt, diri sendiri, sesama manusia, memiliki kepekaan sosial kepada sesama bila
lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud mana terjadi integrasi antara ketiga
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, komponen moral yaitu moral action, moral
dan perbuatan berdasarkan norma-norma knowing, dan moral feeling. Ketiga komponen
agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat tersebut dapat diilustrasikan seperti gambar
istiadat. Dilihat dari sudut pengertiannya berikut ini:
ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Keduanya Gambar 1. The relationship between Moral
didefinisikan sebagai suatu tindakan yang Knowing, Moral Feeling, and Moral Action
terjadi karena sudah tertanam dalam pikiran, (Thomas Lickona, 1992: 62).
atau disebut kebiasaan. Karakter dapat juga
diartikan sebagai akhlak atau budi pekerti, MORAL ACTION
sehingga karakter bangsa identik dengan Doing what is right
and good
akhlak atau budi pekerti bangsa. Gambar 1.1
Berkaitan dengan menanamkan nilai-
nilai yang baik, Lickona menawarkan tiga
komponen karakter yang baik yaitu; pertama,
moral knowing atau pengetahuan tentang
MORAL MORAL FEELING
moral. Kedua, moral feeling perasaan tentang KNOWING Self Having a sincere belief
moral. Ketiga, moral action atau perbuatan Knowing what is in and commitment to
right and good what is right and
moral. Menurut Lickona membangun good
karakter termasuk di dalamnya nilai
kejujuran, disiplin, dan sebagainya,
456
Ubabuddin / Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7 No. 1 (2018) 000-000
457
Ubabuddin / Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7 No. 1 (2018) 000-000
458
Ubabuddin / Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7 No. 1 (2018) 000-000
459
Ubabuddin / Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 7 No. 1 (2018) 000-000
dijadikan penentu paling terdepan dalam Miskawaih, Ibn. (tt). Tahdib al-Akhlaq wa
setiap persoalan, termasuk dalam Tathir al-‘Araq, Mesir: tp.
membangun bangsa Indonesia. Munawwir, Ahmad Warson. (1997). Kamus
Penerapan pendidikan karakter yang al-Munawwir Kamus Arab Indonesia,
diterapkan di lembaga pendidikan Islam Surabaya: Pustaka Progresip.
sangatlah komplit, tidak hanya pada Muslich, Mansur. (2011). Pendidikan Karakter
kejujuran saja, akan tetapi juga terkait dengan Menjawab Tantangan Krisis
bagaimana mereka manjadi anak yang selalu Multidimensional, Jakarta: Bumi
terbiasa hidup disiplin, hemat, berfikir kritis, Aksara.
berperilaku qanaah, toleran, peduli terhadap Paloma, Margaret. (1992). Sosiologi
lingkungan, tidak sombong, optimis, terbiasa Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pres.
berperilaku ridha, produktif, dan obyektif. Samani, Muchlas & Hariyanto, (2011). Konsep
dan Model Pendidikan Karakter.
DAFTAR PUSTAKA Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. (2008). Ilmu Pendidikan Dalam
Al-Ghazali. (tt). Ihya’ ‘Ulum Al-Din, III. Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Beirut: Dar Al-Fikr. Rosda Karya.
Amin, Ahmad. (1945). Al-Akhlaq, Kairo: Al- Thalib, Ismail. (1984). Risalah Akhlak,
Amiriyah. Yogyakarta: Bina Usaha.
Amri, Sofan. dkk. (2011). Implementasi Zubaedi. (2011). Design pendidikan karakter.
Pendidikan Karakter dalam Jakarta: Prenada Media Group.
Pembelajaran: Strategi Analisis dan
Pengembangan Karater Siswa dalam
Proses Pembelajaran, Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya.
Burhanudin, Tamyiz. (2001). Akhlak
Pesantren: Sulusi bagi Kesrusakan
Akhlak, Yogyakarta: Ittaqa Press.
Djatnika, Rahmad. (1992). Sistem Etika Islam
Akhlak Mulia, Jakarta: Pustaka
Panjimas.
Gafar, Abd, Irpan dan Muhammad Jamil.
(2003). Reformulasi Rancangan
Pembelajaran PAI. Jakarta: Raja
Grafindo.
Isna, Aunillah. Nurla. (2011). Panduan
Menerapkan Pendidikan Karakter di
Sekolah. Yogyakarta: Laksana.
Lickona, Thomas. (1992). Educating for
Character How Our Schools and
Responsibility. New York: Bantam
Books.
Mahmud, Adnan. (2005). Pemikiran Islam
Kontemporer di Indonesia, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. (2012).
Pendidikan Karakter Perspektif Islam,
Bandung: PT Rosda Karya.
460