B. Rumusan Masalah:
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya maka
peneliti menarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja konsepsi dari 16 karakter utama yang terdapat di Universitas Medan Area?
2. Bagaimana bentuk penerapan dari 16 karakter utama yang terdapat di Universitas Medan
Area?
3. Bagaimana respon civitas akademika non muslim terhadap penerapan 16 karakter di
Universitas Medan Area?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk dapat mendesripsikan konsepsi dari 16 karakter utama yang terdapat di
Universitas Medan Area?
2. Untuk dapat mengidentifikasi bentuk penerapan dari 16 karakter utama yang terdapat di
Universitas Medan Area?
3. Untuk dapat mendeskripsikan respon civitas akademika non muslim terhadap penerapan
16 karakter di Universitas Medan Area?
5. Kajian Teori
1. Pengembangan 16 Karakter
Karakter merupakan sifat yang menjadi pembeda dasar dari diri seseorang dengan
didasarkan pada beragam sikap maupun perilaku yang dimiliki seseorang. Lebih lanjut
karakter berasal dari bahasa latin yaitu "kharakter", "kharassein", dan "kharax", karakter
dari bahasa Inggris yaitu "character", karakter dari bahasa Yunani yaitu charassein yang
berarti menciptakan ketajaman, atau membuat dalam. (Abdul Majid dan Dian Andayani,
Pendidikan Karakter Perspektif Islam (PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal.11)
Lebih lanjut karakter ditinjau dalam bahasa Arab Nama berasal dari kata khuluq,
sasaiyyah, dan thabu'u (kebaikan budi pekerti, tabiat, atau tabiat), serta syakhshiyyah yang
lebih spesifik kepada personality (kepribadian). (Aisyah Boang dalam Supiana, Mozaik Pemikiran Islam:
Bunga Serampai Pemikiran Pendidikan Indonesia (Jakarta: Dirjen Dikti, 2011), hal.5. Selanjutnya, menurut
Ratna Megawangi, karakter ini serupa dengan akhlak yang berasal dari kata khuluq, yaitu
budi pekerti atau kebiasaan berbuat baik.(Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter Solusi yang Tepat
untuk membangun Bangsa (Jakarta: Indonesia Heritage Foundation, tt), hal.23) Sedangkan menurut Al-
Ghazali Karakter (akhlak) merupakan sesuatu yang hidup dalam jiwa dan terkait dengan
tindakan yang muncul secara alami tanpa dipkirkan terlebih dahulu. (Abu Hamid al-Ghazali, Ihya
Ulumuddin, Jilid 2 (Mesir: Dār al-Taqwa, tt),hal 94.)
Berdasarkan penjelasan dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwasanya karakter
merupakan identitas dan kualitas yang membedaan seseorang dari yang lain, yang berfungsi
sebagai dasar bagaimana seseorang dapat berpikir dan berperilaku terhadap Tuhan, dirinya
sendiri, kepada orang lain, maupun terhadap lingkungannya.
kepribadian seseorang yang diperoleh dari lingkungan, seperti keluarga pada masa
kanak-kanak, dan dibawa sejak lahir (Kusuma, 2010: 80). Menurut Scerenko, karakter adalah
kualitas atau ciri yang memisahkan sifat pribadi, sifat etis, dan kompleksitas mental
seseorang, kelompok, atau bangsa (Muchlas dan Hariyanto 2012:42). Lebih lanjut karakter diartikan
sebagai sifat inti manusia yang mengatur segala pikiran dan perbuatan, budi pekerti, dan budi
pekerti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Lebih lanjut karakter pada dasarnya bertumpu pada pendidikan karenanya, pendidikan
karakter bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara agar dapat
mewujudkan masyarakat yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang
adil dan beradab, berjiwa persatuan Indonesia, berjiwa demokrasi yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pendidikan karakter secara khusus dipraktikkan dalam Pancasila.
Sesuai dengan tujuan diatas maka pengembangan karakter dalam pembahasan ini
tentunya sejalan dengan penerapan yang telah diterapkan di salah satu perguruan tinggi yakni
di Universitas Medan Area, dimana kampus tersebut mengembangkan 16 nilai karakter yang
menjadi dasar penting dalam terbentuknya karakter mahasiswa yang sesuai dengan tuntunan
ajaran Islam. Adapun 16 karakter tersebut diantaranya yaitu: (1) Istiqamah, (2) Cinta
kebenaran, (3) Tanggung jawab, (4) Integritas, (5) Keadilan, (6) Sikap positif, (7) Rasa kasih
sayang, (8) Kesabaran, (9) Pengendalian diri, (10) Kerja keras, (11) Naluri sosial, (12) Penuh
syukur, (13) Kedermawanan, (14) Kerendahan hati, (15) Himmah, (16) Hikmat, fathanah.
(https://bkmattaqwa.uma.ac.id/16-karakter/)
2. Pendidikan Islam
Istilah "pendidikan" berasal dari kata ’’didik’’ dengan pemberian awalan "pe" dan
akhiran "an", yang keduanya bermakna "perbuatan, hal, cara, dsb. (Poerwadamanita, WJS, Kamus
Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976) 250. Lebih lanjut kata "pendidikan" berasal dari
kata Yunani yaitu "paedagogie," yang mengacu kepada pemberian bimbingan kepada anak,
selanjuntnya kata pendidikan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, yang berarti
pengembangan atau pelatihan, sedangkan dalam bahasa Arab sering disebut dengan kata
’’tarbiyah’’ yang berarti pendidikan.
Berdasarkan pemaparan dari pada penjelasan diatas maka pendidikan dimaknai sebagai
suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuaan umum seseorang termasuk di dalam
peningkatan penguasaan teori dan keterampilan, memutuskan dan mencari solusi atas
persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan di dalam mencapai tujuannya, baik itu
persoalan dalam dunia pendidikan ataupun kehidupan sehari-hari. (Heidjrachman &
Husnah 1997:77)
Lebih lanjut pendidikan Islam menurut (Al jamaly Muhammad Fadhil Al-Jamaly, Nahwa Tarbiyat
Mukminat (t.tt, 1977), h. 3) merupakan upaya mengembangkan mendorong serta mengajak peserta
didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang
mulia. Dengan proses tersebut diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang
sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan maupun perbuatannya.
Sedangkan menurut (Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung Al-Ma’arif
1989, h. 19 mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau pemimpin secara
sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil).
Berdasarakan berbagai pendapat dari para ahli diatas maka dapatlah disimpulkan
bahwasanya pendidikan islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta
didik) dengan tujuan agar mereka dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi
Islam dan pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang
akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun keperluan
orang lain.
3. Moderat
Merujuk kepada makna moderat, maka dalam hal ini pemaknaan kata moderat terbagi
menjadi dua term yakni (1)selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang
ekstrem; dan (2) berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah. (KBBI Offline Versi 1.5
(Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline) lansiran 2010-2013, Edisi III yang diambil dari
http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/.) Oleh karena itu, paham moderat berarti paham yang tidak
ekstrem, dalam arti selalu cenderung pada jalan tengah. Sedangkan menurut (Muchlis M. Hanafi,
Moderasi Islam: Menangkal Radikalisasi Berbasis Agama(Jakarta: Ikatan Alumni al-Azhar dan Pusat Studi al-
Qur‘an, 2013), 3-4 memaknai moderat (al-wasath) sebagai metode berpikir, berinteraksi dan
berperilaku secara tawazun (seimbang) dalam menyikapi dua keadaan, sehingga
ditemukan sikap yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan tradisi masyarakat, yaitu
seimbang dalam akidah, ibadah dan akhlak. Muchlis M. Hanafi, Moderasi Islam: Menangkal
Radikalisasi Berbasis Agama(Jakarta: Ikatan Alumni al-Azhar dan Pusat Studi al-Qur‘an, 2013), 3-4 Lebih lanjut
menurut Masdar Hilmy menyebutkan term moderat merupakan konsep yang sulit
didefinisikan. Penggunaannya merujuk pada al-tawassuth(moderasi), al-qisth (keadilan), al-
tawâzun (keseimbangan), Al-i’tidal (kerukunan) dan semacamnya. Masdar Hilmy, ―Whither
Indonesia‘s Islamic Moderatism? A Reexamination on the Moderate Vision of Muhammadiyah and NU‖, Journal
of Indonesian Islam, Vol. 07, No. 01, June 2013, 27. Dengan pemaknaan ini, ia menyatakan bahwa
Islam moderat Indonesia merujuk pada komunitas Islam yang menekankan pada
perilaku normal (tawassuth)dalam mengimplementasikan ajaran agama yang mereka
tegakkan; mereka toleran terhadap perbedaan pendapat, menghindari kekerasan, dan
memprioritaskan pemikiran dan dialog sebagai strateginya. Gagasan-gagasan semisal islam
pribumi, islam rasional, islam progresif, islam transformatif, islam liberal, islam inklusif,
islam toleran dan islam plural‖ dapat dikategorikan sebagai Islam moderat Indonesia.
Dari makna diatas, dapat kita pahami bahwa moderat berada pada posisi tengah dan
tidak condong kepada golongan tertentu. Moderat pula dapat diartikan bersikap lunak atau
tidak terjerumus kedalam ekstrimisme yang berlebihan.
6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis terkait konsep
Pengembangan 16 Karakter Utama Dalam Konsep Pendidikan Islam Moderat Pada
Universitas Medan Area Sumatera Utara. Lebih lanjut penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif antara peneliti dengan objek penelitiannya sebagai proses interaktif,
tidak terpisahkan bahkan partisipatif (Musianto, 2002). (Musianto, L. S. (2002). Perbedaan Pendekatan
Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode Penelitian. Jurnal Manajemen Dan Wirausaha, 4(2), 123–
136. https://doi.org/10.9744/jmk.4.2.pp.123-136).
Adapun penelitian ini tergolong kedalam penelitian kualitatif, yang merupakan
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan
perilaku orang-orang yang diamati. Penelitian kualitatif dituju mampu menghasilkan uraian
spesifik mengenai ucapan, tulisan dan atau perilaku yang diamati dari suatu individu,
kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu dalam keadaan konteks tertentu yang
dipelajari dari sudut pandang menyeluruh dan komprehensif (Sujarweni, 2014). .(Sujarweni, V.
W. (2014). Metodologi Penelitian,. Pustaka Baru Press.)
Sumber data yang digunakan penelitian ini adalah data primer dan juga data sekunder.
Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari hasil analisis yang peneliti lakukan
dari hasil observasi pada Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam Medan
Estae Medan Sumatera Utara, sedangkan data yang berupa dokumentasi, serta wawancara
tentunya diperoleh dari Ketua BKMT Universitas Medan Area, para dosen FAI UMA, para
Dekan, dosen lintas fakultas serta para mahasiswa yang berada Universitas Medan Area
Sedangkan data sekunder diperoleh dari jurnal, buku, serta media elektronik lainnya yang
relevan. Lebih lanjut teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
kepustakaan, observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengolahan data menggunakan metode
deskriptif analitis, yang merupakan suatu model penelitian yang berupaya mengartikan,
mencatat, menganalisa dan menginterpretasikan kondisi yang ada.