Anda di halaman 1dari 6

NASKAH AKADEMIK

PENDIDIKAN KARAKTER MAHASISWA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

A. Landasan Filosofis

Pendidikan karakter mahasiswa harus berpijak pada landasan filosofis tentang hakikat

pendidikan dan manusia. Landasan filosofis ini menelaah pendidikan dan manusia secara

radikal, menyeluruh, dan konseptual bersumber dari faktor religi dan etika yang bertumpu

pada keyakinan dan bersumber pada ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran

(Tirtaraharja: 2005). Filsuf Inggris Herbert Spencer menjelaskan pendidikan itu sebagai

berikut: Education has for its object the formation of character. Sasaran pendidikan

adalah membangun karakter. Konsep karakter memiliki makna substantif dan proses

psikologis yang sangat mendasar, sebagaimana dinyatakan oleh Lickona (1992: 50)

bahwa karakter merujuk pada konsep good character. Karakter yang baik menurut

Aristoteles sebagai ...the life of right conduct-right conduct in relation to other persons

and in relation to oneself. Karakter dapat dimaknai sebagai kehidupan berperilaku baik,

yakni berperilaku baik terhadap pihak lain dan terhadap diri sendiri. Islam mempunyai

pandangan lain tentang pendidikan. Djawad Dahlan (2007: 42) menjelaskan:

Pendidikan adalah penyemaian dan penanaman adab (tadib) secara utuh, dalam
upaya mencontoh utusan Allah, Nabi Muhammad Saw., sehingga menjadi manusia
sempurna. Pendidikan dimaknai sebagai upaya menumbuhkan manusia menuju dunia lain
yang lebih tinggi, tidak sekedar berada di dalam hidup instinktif belaka. Dunia yang lebih
tinggi ini dapat dicapai dengan usaha sadar untuk menentukan berbagai pilihan yang
tersedia bagi manusia. Pendidikan diarahkan agar manusia mampu menjalankan fungsi
kemanusiaan sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di bumi secara universal.
Dari pemikiran filsuf maupun agama menunjukkan bahwa pendidikan itu adalah

upaya normatif yakni upaya membawa manusia kepada kondisi yang seharusnya. Jika

pendidikan dipandang sebagai upaya untuk membantu manusia menjadi apa yang dapat dia
perbuat dan bagaimana dia harus menjadi dan berada, maka pendidikan harus bertolak dari

pemahaman tentang hakikat manusia. Viktor E. Frankl (2003: 208) menjelaskan bahwa

manusia itu memiliki dimensi fisik, psikologis, dan spiritual. Ketiga dimensi itu harus dikaji

secara mendalam apabila manusia itu hendak dipahami dengan sebaik-baiknya. Melalui

dimensi spiritualnya itulah manusia mampu mencapai hal-hal yang berada di luar dirinya

dan mewujudkan ide-idenya. Manusia itu unik, dalam arti bahwa manusia itu mengarahkan

kehidupannya sendiri. Dalam pandangan agama Islam, manusia itu diciptakan Allah

menurut fitrah-Nya yakni untuk beragama Allah. Allah berfirman dalam Surat Ar-Rum ayat

30: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama Allah, tetaplah atas fitrah

Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah

Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

B. Fokus dan Tujuan

Pendidikan karakter mahasiswa tidak dapat lepas dari persoalan tujuan dan fokus

pendidikan. Fokus pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik sebagai satu

kesatuaan pribadi yang utuh. Fokus pendidikan adalah mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Tujuan

dan fokus pendidikan di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSPN) . UUSPN No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
C. Keterpaduan Program (Akademik dan Karakter)

Pendidikan karakter mahasiswa merupakan upaya terpadu dari pemerintah dan

masyarakat yakni pimpinan Perguruan Tinggi, civitas akademika, dan orang tua agar

mahasiswa berperilaku baik yakni beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Upaya terpadu dalam pendidikan karakter diwujudkan dalam pembelajaran yang

mendidik yang diwujudkan oleh para pendidik dalam mengajarnya. Para pendidik

mewujudkan dirinya sebagai pendidik yang disiplin, demokratis, kreatif, cakap, dan

mandiri. Para pimpinan Perguruan Tinggi mewujudkan dirinya sebagai pemimpin yang

jujur, amanah, dan bertanggung jawab. Para civitas akademika lainnya mewujudkan dirinya

sebagai civitas akademika yang taat pada aturan, loyal dan bekerja keras. Orang Tua

mahasiswa mewujudkan dirinya sebagai orang tua yang mengayomi dan bertanggung

jawab kepada keluarganya.

D. Strategi Pembelajaran

Seorang pendidik karakter yang bijaksana, akan terus mencari strategi yang efektif

untuk mendidik karakter ini. Abdullah Nashih Ulwan (1999: 141) menjelaskan ada lima

strategi pembelajaran yang membangun karakter: (1) keteladanan, (2) kebiasaan, (3)

nasehat, (4) memberikan perhatian, dan (5) memberikan hukuman.

Keteladanan dalam pendidikan merupakan strategi yang berpengaruh dan terbukti

paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk karakter peserta didik. Mengingat

pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan peserta didik yang perilakunya

disadari atau tidak akan ditiru oleh mereka. Kebiasaan adalah strategi untuk membangun

karakter. Ahli filsafat Barat dan Timur berpendapat: Anak akan tumbuh pada apa yang
dibiasakan ayahnya, kepadanya Ia tidak dapat tunduk oleh akal, tetapi kebiasaanlah yang

dapat menundukannya. Nasehat termasuk strategi yang cukup berhasil dalam

pembentukan karakter. Nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam

membuka mata peserta didik kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju

harkat dan martabat yang luhur. Perhatian adalah strategi pembentukan karakter yang

paling dasar. Perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti

perkembangan karakter peserta didik, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan

sosial peserta didik, di samping selalu bertanya tentang situasi kesehatan jasmani dan

kemampuan ilmiahnya. Hukuman yang mencegah adalah untuk merealisasikan kehidupan

yang tenang, penuh kedamaian, keamanan, dan ketentraman. Hukuman adalah cara yang

tegas dan tepat untuk memperbaiki karakter yang buruk dan untuk mengokohkan pilar-

pilar keamanan serta ketentraman dalam kehidupan umat manusia.

E. Evaluasi

Pada tataran universitas, kriteria pencapaian pendidikan karakter mahasiswa adalah

terbentuknya budaya universitas yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-

simbol yang dipraktikkan oleh semua mahasiswa, pimpinan, staf dan masyarakat sekitar

universitas yang berlandaskan nilai-nilai keimanan danketaqwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

F. Rasional Pembinaan Karakter Mahasiswa Melalui Berbagai Kegiatan di UPI

Pendidikan karakter mahasiswa UPI bertujuan agar mahasiswa beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan

karakter mahasiswa di UPI merupakan upaya terpadu dari pemerintah dan masyarakat

yakni pimpinan Perguruan Tinggi, civitas akademika, dan orang tua agar mahasiswa dapat

mewujudkan nilai-nilai tersebut. Nilai-nilai yang ingin diwujudkan itu dapat dicapai

melalui kedelapan program kegiatan yaitu: (1) Tutorial Pendidikan Agama Islam. (2)

Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Kepada Masyarakat. (3) Penalaran. (4) Latihan

Kepemimpinan. (5) Kewirausahaan. (6) Olahraga dan Kesehatan. (7) Kesenian. (8)

Bimbingan dan Konseling.

Agar pembinaan karakter mahasiswa berhasil efektif, maka kegiatan ini perlu

dilakukan koordinasi yang baik antar unit terkait melalui kegiatan intra maupun ekstra

kurikuler. Untuk menata kegiatan pembinaan karakter mahasiswa dengan baik, maka

diperlukan SOP pembinaan karakter mahasiswa.


NASKAH AKADEMIK

PENDIDIKAN KARAKTER MAHASISWA


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai