Anda di halaman 1dari 2

Titrasi merupakan suatu proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi

yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah contoh
tertentu yang akan di analisis. Prosedur analisis yang melibatkan titrasi dengan larutan-
larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis volumetri. Dalam analisis larutan asam
dan basa, titrasi melibatkan pengukuran yang seksama, volume-volume suatu asam dan suatu
basa yang tepat saling menetralkan (Keenan, 1998). Reaktan yang ditambahkan kedalam
sampel disebut sebagai titrant dan reaktan yang ditambahkan titrant kedalamnya disebut titrat.
Titik ekivalen adalah titik selama proses titrasi dimana tepatnya titrat telah cukup
ditambahkan untuk bereaksi dengan titrat. Salah satu masalah tekhnis dalam titrasi adalah
titik dimana suatu perubahan dapat diamati, terjadi yang untuk mengindikasikan pendekatan
yang paling baik ke titik ekivalen. Secara ideal, titik akhir dan titik ekivalen seharusnya
identik, tetapi dalam prakteknya jarang sekali ada orang yang mampu membuat kedua titik
tersebut tepat sama, meskipun ada beberapa hal dimana perbedaan antara kedua hal tersebut
dapat diabaikan (Atkins, 1997).
Titrasi bebas air (TBA) merupakan suatu metode titrasi yang tidak menggunakan air
sebagai pelarut, namun menggunakan pelarut organik seperti alkohol, eter atau pelarut-
pelarut organik lain karena senyawa tersebut tidak dapat larut dalam air, disamping itu kurang
reaktif dalam air seperti misalnya garam-garam amina, dimana garam-garam ini dirombak
lebih dahulu menjadi basa yang bebas larut dalam air, sari dengan pelarut organik lain dan
direaksikan dengan asam baku berlebih, yang kemudian pelarutnya diuapkan dan barulah
kelebihan asam ditentukan kembali dengan basa baku sedangkan senyawa-senyawa organik
yang mengandung nitrogen ditentukan dengan metode Kjeldahl, dimana senyawa-senyawa
yang berupa garam natrium diasamkan dahulu, kemudian senyawa yang tidak larut dalam air
disari dengan pelarut lain (organik), pelarut diuapkan dan sisa dikeringkan dan ditimbang
(Underwood dan Day, 1993).
Dalam titrasi bebas air, pengaruh jenis daripada pelarut menjadi perhatian khusus.
Berikut akan di jelaskan mengenai jenis pelarut, yaitu pelarut aprotik dan pelarut protik
(Wunas dan Said,1986; Rivai, 1995):
1. Pelarut aprotik
Merupakan jenis pelarut yang tidak dapat memberikan proton (tidak terdisosiasi menjadi
proton dan anion), contohnya adalah pelarut benzen. Pelarut ini digunakan dalam titrasi bebas
air karena pelarut ini tidak dapat meningkatkan derajat keasaman/kebasaan dari asam dan
basa yang bereaksi dengan sesamanya, disamping itu garam yang tidak akan diuraikan secara
protolitik oleh pelarut yang digunakan. Pelarut aprotik memiliki pengaruh pada proses titrasi
bebas air yaitu senyawa HCl yang dilarutkan tidak akan bereaksi dengan pelarut, oleh karena
itu kekuatan asamnya tidak berkurang. Sebagai ukuran untuk kekuasaan asam adalah afinitas
proton. Makin kuat proton terikat makin sedikit proton yang diberikan dan asamnya akan
semakin meningkat/kuat, begitu pula yang terjadi dengan senyawa basa. Kerugian dari
pelarut ini yaitu, sifatnya yang sedikit polar atau dapat dikatakan nonpolar yang memiliki
daya larut yang sangat kecil akibatnya hantaran suatu larutan akan sangat dikurangi.
2. Pelarut protik
Merupakan jenis pelarut yang dapat memberikan proton (terdisosiasi menjadi proton dan
anion). Dengan kata lain pelarut yang seperti ini selalu dapat memberi dan menerima proton
dan biasa dinamakan sebagai pelarut amfiprotik atau pelarut amfolit. Penggunaan pelarut
protik mampu mencapai keadaan ideal. Jika dilakukan dengan pelarut amfiprotik maka
pelarut akan bertindak sebagai peserta pada proses netralisasi dan tetapan inisiasi, disosiasi
keasaman dan kebasaan tentu akan dipengaruhi.
Air dapat menjadi amfoter, yang berperilaku baik sebagai asam lemah dan basa lemah.
Dalam lingkungan berair dapat bersaing secara efektif dengan asam yang sangat lemah dan
basa yang sangat lemah terkait dengan sumbangan dan penerimaan proton. Efek dari
kompetisi yang efektif ini yaitu infleksi pada kurva titrasi untuk asam lemah dan basa sangat
lemah sangat kecil, karena mendekati batas pH dalam air masing-masing 14 atau 0, sehingga
membuat deteksi endpoint relatif lebih sulit. Aturan umum adalah bahwa basa dengan pKb <7
atau asam dengan pKa> 7 tidak dapat ditentukan secara akurat dalam larutan berair (Rohman,
2007).

Underwood, A. L., R. A. Day. 1993. Analisa Kimia Kuantitatif. Edisi V. Surabaya: Penerbit
Erlangga. Hal. 168.
Wunas, J., S. Said. 1986. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. Makasar: UNHAS Press. Hal.
98
Rivai, H.. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal. 142-
144.
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 142.
Keenan, C. W.. 1998. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga. Hal. 422-423.
Atkins, P., and J. Lorette. 1997. Chemistry Molecules, Matter, and Changes. 3rd Ed. New.
York: W. H. Freeman and Company. Pg: 550.

Anda mungkin juga menyukai