Anda di halaman 1dari 2

Uji daya sebar

Uji daya sebar dilakukan dengan mengukur diametersebaran krim pada kaca yang
telah di berikan kertas milimeter blok untuk mengetahui berapasebaran dari krim apabila
diberikan suatu beban Diperoleh diameter penyebaran krim pada saat tidak ada penambahan
beban dan mika adalah 2 x 1 cm, penambahan beban sebesar 1 gram didapat daya sebar 1,3
cm x 1,7 cm , lalu penambahan beban 2 gram didapat daya sebar 1,4 cm x 1,8 cm, dan
penambahan beban 5 gram didapat daya sebar 1,6 cm x 1,9 cm. Hasil tersebut tidak sesuai
dengan pustaka yang menyebutkan bahwa daya sebar yang menunjukkan konsistensi
semisolid yang sangat nyaman dalam penggunaan adalah 5-7 cm (Kumesan dkk., 2013).

Uji Difusi
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan untuk untuk mengukur konsentrasi
obat yang terdifusi kedalam kulit dan mengetahui konsentrasi obat terhadap waktu yang
dilakukan secara invitro dengan melihat jumlah obat yang terdifusi pada luas membran
terhadap waktu. Pengujian difusi in vitro dilakukan untuk pengujian pada sediaan
transdermal. Pemberian secara transdermal menghasilkan pelepasan obat ke tubuh melalui
kulit (Shargel, 1988). Rute pemberian obat secara transdermal memberikan beberapa
keuntungan, diantaranya, mengurangi metabolisme lintas pertama obat (first pass effect),
tidak mengalami degradasi gastrointestinal, penghantaran obat jangka panjang, dan
penghantaran terkontrol. Akan tetapi, hanya sedikit molekul obat yang dapat diformulasikan
ke dalam patch transdermal dikarenakan permeabilitas kulit yang rendah.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Salyc Cream® yang mengandung Asam
salisilat 6%. Salah satu bentuk sediaan yang diberikan melalui kulit adalah dalam bentuk
krim, dimana krim merupakan sediaan semi padat yang dibuat dengan mencampurkan fase
air dan minyak dengan kadar lebih dari atau sama dengan 60%.
Dimana dilakukan pada rentang waktu 5, 10, 20, dan 30 menit. Proses Studi difusi in
vitro obat dapat dilakukan dengan menggunakan metode difusi dalam krim dan difusi melalui
membran.
Peningkat penetrasi yang ditambahkan pada pengujian ini adalah propilenglikol.
Propilenglikol dalam sediaan farmasi berfungsi sebagai humektan, pelarut, pelicin, dan
sebagai penghambat fermentasi dan pertumbuhan jamur, desinfektan, dan untuk
meningkatkan kelarutan (Weller., et al, 1994). Selain itu juga penambahan propilenglikol
pada sediaan topikal juga dapat meningkatkan laju difusi (Agoes, 1983). Serta propilenglikol
memenuhi semua persyaratan zat peningkat penentrasi.
Mekanisme difusi terjadi saat asam salisilat di dalam krim (konsentrasi lebih besar)
menembus membran (konsentrasi lebih kecil) yang dihubungkan dengan jumlah asam
salisilat yang terpenetrasi per satuan luas membran terhadap waktu (hukum fick).
Pada pengujian suhu diatur hingga 370C, pengkondisian suhu tersebut dilakukan agar
uji sesuai dengan suhu tubuh orang normal. Selain itu digunakan dapar fosfat 7,4 sebagai
pelarut yang bertujuan untuk mengkondisikan cairan seperti pH tubuh normal, yaitu tubuh
manusia normal mempunyai kisaran pH 7,35 sampai 7,45. Pembuatan pH dapar dapat
dilakukan dengan mencampurkan KH2PO4 27,6 gram dan NaOH 8 garam dalam air 1 liter
(perhitungan lengkap terlampir di atas). Setelah itu pH diukur dengan pH meter sampai
tercapai pH 7,4. Pengkondisian pH dan suhu sesuai dengan pH dan suhu manusia normal
dimaksudkan untuk menghasilkan nilai pengukuran yang mendekati atau sama dengan bila
pengujian dilakukan langsung terhadap tubuh manusia.
Setelah itu dilakukan perhitungan jumlah terdifusi cara memasukkan volume hasil
titrasi dengan kadar zat menjadi suatu persamaan linear dan faktor koreksi untuk
mendapatkan kadar dalam satuan mg yang sebenarnya.

Kumesan, Y. A. N., P. V. Y. Yamlean., dan H. S. Supriati. 2013. Formulasi dan Uji Aktivitas
Gel Antijerawat Ekstrak Umbi Bakung (Crinum asiaticum L.) terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah
Farmasi. Vol 2(2): 18-26. ISSN: 2302 – 2493.
Agoes, G.. 1986. Penelitian Difusi Asam Salisilat dan Kloramfenikol dari Sediaan Semisolida
dengan Pembawa Vaselin, Campuran Vaselin Propilenglikol dan Vaselin Lemak Bulu
Domba secara In vitro. Acta Pharmaceutica IX(3). ITB Press
Shargel, A.. 1988. Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Edisi Kedua. Surabaya:
Penerbit Airlangga University-Press.
Weller P. J., Rowe R. C.. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Fourth Edition.
London: The Pharmaceutical Press.

Anda mungkin juga menyukai