Anda di halaman 1dari 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemodelan Farmakokinetik
Fase farmakokinetik berkaitan dengan masuknya zat aktif ke dalam tubuh.
Pemasukan in vivo tersebut secara keseluruhan merupakan fenomena fisikokimia
yang terpadu di dalam organ penerima obat. Fase farmakokinetik ini merupakan
salah satu unsur penting yang menentukan profil keberadaan zat aktif pada tingkat
biofase dan selanjutnya menentukan aktivitas terapeutik obat (Aiache et al, 1993).
Aktivitas serta toksisitas suatu obat tergantung pada lama keberadaan dan
perubahan zat aktif didalam tubuh (Aiache et al, 1993). Menurut Shargel (2012),
bahwa intensitas efek farmakologik atau efek toksik suatu obat seringkali
dikaitkan dengan konsentrasi obat pada reseptor, yang biasanya terdapat dalam
sel-sel jaringan. Oleh karena sebagian besar sel-sel jaringan diperfusi oleh cairan
jaringan atau plasma, maka pemeriksaan kadar obat dalam plasma merupakan
suatu metode yang sesuai untuk pemantauan pengobatan.
Model farmakokinetik sendiri dapat memberikan penafsiran yang lebih teliti
tentang hubungan kadar obat dalam plasma dan respons farmakologik. Model
kompartemen satu terbuka menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat
dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam
jaringan. Tetapi model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap
jaringan tersebut adalah sama dengan berbagai waktu. Disamping itu, obat
didalam tubuh juga tidak ditentukan secara langsung, tetapi dapat ditentukan
konsentrasi obatnya dengan menggunakan cuplikan cairan tubuh (Shargel, 2012)..
Saat ini telah tersedia data farmakokinetik obat, yang meliputi berbagai
parameter farmakokinetik, yaitu bioavailabilitas oral, volume distribusi, waktu
paruh dan bersihan (clearance) dalam keadaan fisiologik maupun patologik.
Dimana kondisi fisiologik dan kondisi patologik ini dapat menimbulkan
perubahan pada parameter farmakokinetik obat (Setiawati, 2007).
2.2. Pemberian Obat Secara Intravena
Penggunaan injeksi intravena diperlukan bila dikehendaki efek sistemik
yang cepat, karena larutan injeksi masuk langsung ke dalam sirkulasi sistemik
vena perifer (Anief, 2010).Pada umumnya, pemakaian intravena memberi mulai
kerja yang paling cepat.Obat-obat yang diinjeksikan secara intravena langsung
masuk ke dalam darah dan dalam beberapa menit beredar keseluruh bagian tubuh.
Dalam hal pemberian secara intravena, kadar puncak plasma terjadi dengan
segera, sehingga suatu puncak biasanya tidak terlihat. Kadar obat dalam plasma
pada 3 jam setelah pemberian intravena menurun ke suatu kadar yang lebih
rendah (Shargel dan Andrew, 2005).
Jika dibandingkan dengan pemberian obat secara ekstravaskular (oral,
rektal, dan lain-lain), obat akan masuk ke dalam sistem peredaran darah secara
perlahan-lahan melalui suatu proses absorpsi sampai mencapai puncaknya,
kemudian akan turun (Utomo, 2010).
2.3. Pemberian Obat Per Oral
Pemberian obat oral, untuk yang diabsorpsi kedalam darah lebih lambat dari
pada dengan pemberian obat intravena, hal ini memudahkan untuk
mengumpulkan sampel darah pada variasi waktu setelah pemberian dan
mengamati kenaikan konsentrasi dari obat, atau hasil biotransformasinya dan
mencatat waktu yang dilewati, T max, untuk daerah konsentrasi maksimum, C
max, penggambaran konsentrasi obat dengan waktu dan mencocokkan poin
percobaan untuk memberikan garis lengkung tunggal pada kecepatan yang
konstan, k, dan waktu paruh, t½ , pada hilangnya garis lengkung, dengan
pemberian AUC oleh C max /k, yang mana tiap unit dari berat (mol) per unit
volume dikalikan oleh waktu. Untuk contoh g(moles) I-1 h, kerap kali hilangnya
bagian kurva dapat di model dengan lebih satu garis lengkung, yang mana tempat
klirens dikatakan sesuai untuk bentuk kompartemen, dengan karakteristik garis
lengkung (eksponensial) oleh kecepatan yang konstan k dan t½ (Dabrowiak,
James C.2009).
Adapun faktor pato-fisiologik yang berperan pada penyerapan obat per oral
adalah sebagai berikut:
A. Faktor Fisiologik
a. Umur
b. Permukaan penyerap
c. Sifat membran biologik
d. Tegangan permukaan dan kekentalan
e. pH dan perubahan pH karena formulasi
f. Laju pelewatan dan waktu tinggal dalam lambung
g. Isi saluran cerna yang dapat mengubah aksi zat aktif
B. Faktor Patologi
a. Gangguan fungsi penggetahan
b. Gangguan transit
c. Gangguan penyerapan
(Aiache et al, 1993)

Anda mungkin juga menyukai