LANDASAN TEORI
a. Pengertian Karakter
Secara etimologis kata karakter berasal dari bahasa Yunani Charrassein yang
karakter berasal dari kata character yang berarti watak, karakter atau sifat (Echols
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang
lain.
dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas
baik sehingga peserta didik menjadi faham (kognitif) tentang mana yang benar dan
yang salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya
(psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik bukan hanya
melibatkan aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga
merasakan yang baik (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action).
9
10
dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan
estetika.
terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat
pilar, yaitu cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, tanggung jawab, disiplin dan
mandiri, jujur, amanah, dan arif, hormat dan santun, dermawan, suka menolong, dan
gotong royong, percaya diri, kreatif, dan pekerja keras, kepemimpinan dan adil, baik
Berdasarkan pendapat di atas orang yang memiliki karakter baik adalah orang
yang memiliki kesembilan pilar karakter tersebut. Karakter seperti juga kualitas diri
setiap individu dipengaruhi oleh factor bawaan (nature) dan faktor lingkungan
(nuture).
terhadap kualitas mental saja, sehingga upaya merubah atau membentuk karakter
hanya berkaitan dengan stimulus terhadap intelektual seseorang. Jika sosialisasi dan
11
pendidikan (faktor nuture) sangat penting dalam pendidikan karakter, maka sejak
kapan sebaiknya hal itu dilakukan? Menurut Thomas Lichona dalam Megawangi
Erikson dalam Hurlock (1981) juga menyatakan hal yang sama, dalam hal ini
Erikson menyebutkan bahwa anak adalah gambaran awal manusia menjadi manusia,
yaitu di mana kebaikan berkembang secara perlahan tapi pasti. Dengan kata lain, bila
dasar-dasar kebaikan gagal ditanamkan pada anak usia dini, maka dia akan menjadi
orang dewasa yang tidak memiliki nilai-nilai kebaikan. Dari paparan diatas dapat
disimpulkan bahwa karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang
1) Pengetahuan Moral
Terdapat banyak jenis pengetahuan moral berbeda yang perlu kita ambil
berikut ini merupakan aspek yang menonjol sebagai tujuan pendidikan karakter
2) Perasaan moral
12
Seberapa jauh kita peduli tentang sikap jujur, adil, dan pantas terhadap
orang lain, sudah jelas mempengaruhi apakah pengetahuan moral kita mengarah
pada perilaku moral. Sisi emosional karakter ini seperti sisi intelektualnya,
mendidik karakter yang baik. Pertama, hati nurani. Kedua, harga diri. Ketiga,
empati. Keempat, mencintai hal yang baik. Kelima, kendali diri. Keenam,
kerendahan hati.
3) Tindakan moral
Tindakan moral untuk tindakan yang besar, merupakan hasil atau outcome
dari dua bagian karakter lainnya. Ada masa ketika kita mungkin mengetahui apa
yang harus kita lakukan, merasakan apa yang harus kita lakukan, namun masih
gagal untuk menerjemahkan pikiran dan perasaan kita kedalam tindakan. Untuk
kita perlu memperhatikan tiga aspek karakter lainnya yaitu: kompetisi, keinginan,
2. Pendidikan Karakter
parts, moral knowling, moral feeling, and moral behavior”. Arinya karakter yang baik
Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan pengetahuan
yang baik (moral knowling), perasaan yang baik atau loving good (moral feeling), dan
perilaku yang baik (moral action) sehingga terbentuk perwujudan kesatuan perilaku
kebajikan inti yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat (Saptono,
2012: 23)
mencakup hampir seluruh usaha sekolah di luar bidang akademis terutama yang
bertujuan membantu siswa tumbuh menjadi seseorang yang memiliki karakter yang
baik. Dalam makna sempit sebagai bentuk pelatihan moral yang merefleksikan nilai
kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam
dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai
keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu
dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Jadi pendidikan karakter sebagai hal
14
positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang
diajarnya sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk
untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter
adalah proses pemberian tuntunan peserta/anak didik agar menjadi manusia seutuhnya
yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik memiliki karakter yang baik meliputi
kejujuran, tanggung jawab, cerdas, bersih dan sehat, peduli,dan kreatif. Karakter
Tujuan mulia pendidikan karakter ini akan berdampak langsung pada prestasi
anak didik. Pendidikan pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangung,
dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan pancasila.
dapat tercapai dengan keterlibatan semua warga sekolah, keluarga, dan masyarakat.
pada penanaman moral, nilai-nilai estetika, budi pekerti yang luhur. Di samping itu
keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat, keberadaan contoh (role model) sangat
berarti. Misalnya orang tua, guru, dan publik figur harus menjadi contoh langsung bagi
Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam
dengan baik serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna
keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak.
akan sulit bagi institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk
berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter, oleh karena itu
setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung
bukan saja lingkungan keluarga yang sifatnya mikro, maka semua pihak- keluarga,
sekolah, media masa, komunitas bisnis, dan sebagainya turut andil dalam
bangsa yang berkarakter baik adalah tanggung jawab semua pihak. Tentu saja hal
ini tidak mudah, oleh karena itu diperlukan kesadaran dari semua pihak bahwa
pendidikan merupakan “PR” yang sangat penting untuk dilakukan segera. Terlebih
melihat kondisi karakter bangsa saat ini yang memprihatinkan serta kenyataan
bahwa manusia tidak secara alamiah (spontan) tumbuh menjadi manusia yang
berkarakter baik.
memiliki andil yang sangat besar dalam pembentukan perilaku anak. Untuk itu
pastilah ada usaha yang harus dilakukan terutama oleh pihak-pihak yang terkait
didalamnya sehingga mereka akan memiliki tanggung jawab dalam hal ini.
pamit jika keluar rumah, membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan
musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga dalam diri anak akan tumbuh
jiwa demokratis, membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan
ada atau kurangnya keteladanaan. contoh penerapan yang diberikan oleh orang tua,
orang tua atau salah satu anggota keluarga (orang dewasa) yang tidak konsisten
kebutuhan anak dalam keluarga, baik secara fisik maupun psikhis sebab ada
ungkapan yang menyatakan bahwa kepatuhan anak berbanding sama dengan kasih
cerdas diperlukan dalam situasi dan kondisi bangsa yang masih dilanda krisis
multidimensi. Sehingga kehadiran peserta didik sebagai key actor in the learning
process, yang profesional serta memiliki karakter kuat dan cerdas akan tercipta
sumber daya manusia yang merupakan pencerminan bangsa yang berkarakter dan
mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini sangat efektif untuk
melalui proses pembelajaran semua mata pelajaran, merupakan model yang banyak
diterapkan. Model ini ditempuh dengan paradigm bahwa semua guru adalah
pendidik karakter (character educator). Artinya guru adalah contoh nyata bagi
menjadi “mutlak” adanya, sehingga kita sering mendengar anak mengatakan pada
orang tuanya “Ma, Pa, kata Bu guru/Pak guru begini bukan begitu” ini
menunjukkan bahwa pengaruh sekolah sangat besar dalam membentuk pola pikir
dan karakter anak, namun hal ini pun bukanlah sesuatu yang mudah tercapai tanpa
ada usaha yang dilakukan. Untuk menjadi Bapak dan Ibu guru seperti dalam
ilustrasi diatas butuh keteladanan dan konsistensi perilaku yang patut diteladani.
membiasakan siswa berbudaya salam, sapa dan senyum, tiba di sekolah mengucap
salam sambil salaman dan cium tangan guru, menyapa teman, satpam, penjual
dikantin atau cleaning servis di sekolah, menyapa dengan sopan tamu yang datang
19
ke sekolah, membiasakan siswa berbicara dengan bahasa yang baik dan santun,
mendidik siswa duduk dengan sopan di kelas, mendidik siswa makan sambil duduk
membiasakan siswa sholat Dhuha dan sholat dzuhur berjamaah di sekolah. Namun
terdapat beberapa kendala yang dihadapi di sekolah: tidak ada atau kurangnya
keteladanan atau contoh yang diberikan oleh guru, guru yang tidak konsisten dalam
Masyarakat pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya dalam upaya
pembentukan karakter anak bangsa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
masyarakat disini adalah orang yang lebih tua yang “tidak dekat“. “tidak dikenal”,
“tidak memiliki ikatan “family“ dengan anak tetapi saat itu ada di lingkungan sang
anak atau melihat tingkah laku si anak. Orang -orang inilah yang dapat
perbuatan.
umum, menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik. Namun terdapat
beberapa kendala yang dihadapi oleh masyarakat: tidak ada kepedulian, tidak
20
merasa bertanggung jawab, menganggap perbuatan anak adalah hal yang sudah
biasa.
4) Peran Pemerintah
karakter anak bangsa sebab berbagai kebijakan terlahir dari para penentu
kebijakan. namun kadang kala ada kebijakan/ aturan yang justru tidak disadari
pengawasan yang ketat, misal; ada batas jam malam berkunjung, razia KTP bagi
berdialog langsung dengan para siswa, seorang pejabat justru sambil merokok
tidak henti–hentinya atau saat melakukan rapat di ruangan ber AC para pejabat
namun tidak memiliki nilai didaktis didalamnya padahal televisi adalah media
B. Karakter Sosial
Karakter sosial kaitannya adalah dengan sikap atau perilaku individu dalam
berhubungan dengan individu lain atau masyarakat. Manusia sebagai mahluk sosial
tentunya akan berhubungan dengan manusia lainnya. Seseorang yang memiliki karakter
sosial yang baik tentunya akan menjalankan kehidupannya sesuai dengan nilai dan norma
Semua orang tua tentu ingin anak-anaknya menjadi sukses. Akan tetapi kita tahu
bahwa keberhasilan akan menjadi sia-sia tanpa karakter, kualitas seperti kejujuran, rasa
tanggung jawab, kebaikan, dan keteguhan dalam menghadapi kesulitan. Novelis Walker
Percy pernah berkata, “beberapa orang mendapatkan semua hal, tetapi gagal dalam hidup
dalam menjalani hidup dengan baik, pepatah mengatakan, satu ons bernilai satu pon
kecerdasan”.
bertanggung jawab dalam pendidikan karakter. Kami memiliki kepedulian baru terhadap
karakter pemerintah dan pemimpin perusahaan, setelah mengetahui bahwa keahlian tidak
berarti tanpa etika. Ancaman bagi masyarakat. Buku-buku laris seperti “emotional
intelligence”, “the 7 habits of highly effective people”, dan “the book of virtues”, pada
dasarnya adalah refleksi dari karakter dan pentingnya dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan kolektif. Hidup, seperti tulisan yang mengingatkan kita, adalah perjalanan
moral dan spiritual yang kami butuhkan sebagai kompas batin yang dapat diandalkan.
Karakter Sosial adalah kepemilikan akan “hal-hal yang baik”. Sebagai orang tua
dan pendidik, tugas kita adalah mengajar anak-anak dan karakter adalah apa yang termuat
di dalam pengajaran kita. Isi dari karakter sosial yang baik adalah kebaikan dengan yang
ada pada sekitarnya. Kebaikan seperti kejujuran, keberanian, keadilan, dan kasih sayang
22
adalah posisi untuk berperilaku secara bermoral. Karakter sosial adalah objektifitas yang
baik atas kualitas manusia, baik bagi manusia diketahui atau tidak. Kebaikan-kebaikan
tersebut ditegaskan oleh masyarakat dan agama di seluruh dunia. Karena hal tersebut
secara intrinsik baik, punya hak atas hati nurani kita. Kebajikan mentransendensikan
waktu dan budaya walaupun budaya mereka diekspresikan secara bervariasi, keadilan dan
kebaikan, misalnya akan selalu ada dan dimanapun menjadi kebaikan, terlepas dari
beberapa banyak orang yang menunjukkan pada mereka (Thomas Lickona dalam
Karakter Sosial merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara
bermoral, yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur,
bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai karakter mulia lainnya.
Dalam konteks pemikiran Islam, karakter sosial berkaitan dengan iman dan ikhsan. Hal
ini sejalan dengan ungkapan Aristoteles, bahwa karakter sosial erat kaitannya dengan
masyarakat.
Karakter Sosial memiliki dua sisi, yaitu: perilaku benar dalam hubungan dengan
orang lain dan perilaku benar dalam kaitannya dengan diri sendiri. Kehidupan yang
penuh dengan kebajikan berisi kebajikan berorientasi orang lain, seperti keadilan,
kejujuran, rasa syukur, dan cinta, tetapi juga termasuk kebajikan berorientasi diri sendiri
seperti kerendahan hati, ketabahan, kontrol diri, dan berusaha yang terbaik daripada
yang baik, individu tidak bisa hidup bahagia dan tidak ada masyarakat yang dapat
berfungsi secara efektif. Tanpa karakter sosial yang baik, seluruh umat manusia tidak
23
dapat melakukan perkembangan menuju dunia yang menjunjung tinggi martabat dan nilai
dari setiap pribadi. Jika hal ini benar, kita tidak memiliki tanggung jawab lebih besar
2012: 21-22).
Beberapa pengertian karakter sosial diatas ada dua versi yang agak berbeda. Satu
pandangan menyatakan bahwa karakter sosial adalah watak atau perangai (sifat) di
masyarakat, dan yang lain mengungkapkan bahwa karakter sosial adalah sama dengan
akhlak di tengah kehidupan bermasyarakat, yaitu sesuatu yang melekat pada jiwa yang
bermakna pada sesuatu yang ada pada diri manusia yang dapat menjadikan ciri kekhasan
pada diri seseorang. Karakter sama dengan kepribadian, tetapi dipandang dari sudut yang
berlainan. Istilah karakter sosial dipandang dari sudut “penilaian”, baik-buruk, senang-
Istilah kepribadian dipandang dari sudut “penggambaran”, manusia apa adanya tanpa
disertai penilaian.
Menurut Samani & Hariyanto (2012:43) memaknai karakter sosial sebagai nilai-
nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas
Sebagai manusia, orang memiliki kesadaran diri, pikiran dan daya khayal.
trasendensi, dan kebebasan, nilai-nilai serta norma-norma. Kedua aspek individu, yakni
aspek binatang dan aspek manusia merupakan kondisi-kondisi dasar eksistensi manusia.
Ada lima kebutuhan, yakni kebutuhan akan ketehubungan, kebutuhan akan transendensi,
kebutuhan akan keterberakaran, kebutuhan akan identitas, dan kebutuhan akan kerangka
orientasi.
a. Kebutuhan keterhubungan.
Berasal dari fakta bahwa manusia menjadi manusiawi telah direnggut dari
b. Kebutuhan transendensi.
adalah kebutuhan orang untuk mengatasi kodrat binatangnya, untuk menjadi orang
yang kreatif dan bukan hanya menjadi makhluk belaka. Kebutuhan-kebutuhan tidak
diciptakan masyarakat tetapi telah ditanamkan dalam kodrat manusia melalui evolusi.
manusia secara ekonomi dan secara sosial. Adapun aplikasinya untuk konseling
adalah bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang terkait dengan persepsi, yaitu
masyarakat dan negaranya saat itu, namun semua itu dapat berulang pada kehidupan
of Personality, hakekat manusia bersifat dualistik. Paling tidak ada empat dualistik di
itu maujud dalam pengalaman khas manusia meliputi perasaan lemah lembut,
Kesadaran diri dan fikiran manusia telah mengetahui bahwa dia akan mati,
sesudah mati, dan usaha-usaha yang tidak sesui dengan fakta bahwa kehidupan
karena hidup itu pendek maka kesempurnaan tidak dapat dicapai. Ada orang
dengan prestasi di bidang kemanusiaan, ada pula yang menyakini dalil kelajutan
Manusia adalah pribadi yang mandiri, sendiri, tetapi manusia juga tidak
terpisah, dan pada saat yang sama juga menyadari kalau kebahagiaannya
yang dicintai sehingga menjadi bagian dari komunitas tertentu. Keinginan irasional
yang dimiliki manusia untuk memelihara hubungan pertamanya yaitu dengan ibunya
harus diwujudkan dalam rasa solidaritas dengan orang lain. Hubungan yang paling
memuaskan berdasarkan pada cinta, perhatian, tanggung jawab, rasa hormat, dan
seseorang mungkin tidak selalu benar, tapi setidaknya cara pandang tersebut
orang yang kreatif dan jangan hanya menjadi makhluk saja. Hal ini hanya terjadi
ketika kebutuhan untuk berkreasi menghalangi kebutuhan untuk merusak itu timbul.
Manusia tidak dapat menyatu dengan alam, mereka terisolasi dan kesepian.
Agar dapat bertahan hidup manusia harus menyatu dengan yang lain. Keinginan akan
perpaduan antarpribadi adalah perjuangan yang paling kuat dalam diri manusia. Ini
merupakan kekuatan yang membuat bangsa manusia tetap tinggal bersama sebagai
27
mandiri (mengandalkan diri sendiri), pintar (rajin, refektif), logis (konsisten, rasional),
jawab (dapat diandalkan), dan mengendalikan diri (disiplin) (Aqib, 2012: 22).
Ibtidaiyah dapat dibagi dua menjadi kelas rendah dan kelas atas. Kelas rendah terdiri dari
kelas satu, dua, dan tiga, sedangkan kelas-kelas tinggi Madrasah Ibtidaiyah yang terdiri
dari kelas empat, lima, dan enam. Di Indonesia, kisaran usia Madrasah Ibtidaiyah berada
28
di antara 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun. Usia siswa pada kelompok kelas atas sekitar 9
9-12 tahun memiliki ciri perkembangan sikap individualis sebagai tahap lanjut dari usia
6-9 tahun dengan ciri perkembangan sosial yang pesat. Pada tahapan ini anak/siswa
berupaya semakin ingin mengenal siapa dirinya dengan membandingkan dirinya dengan
teman sebayanya. Jika proses itu tanpa bimbingan, anak akan cenderung sukar
beradaptasi dengan lingkungannya. Untuk itulah sekolah memiliki tanggung jawab untuk
menanggulanginya.
Masa Usia Madrasah Ibtidaiyah disebut juga masa intelektual, atau masa
keserasian bersekolah pada umur 6-7 tahun anak dianggap sudah matang untuk
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
f. Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang
baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
29
g. Pada masa ini (terutama usia 6 – 8 tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang
baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus
d. Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk
e. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan
f. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai
prestasi sekolahnya.
g. Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu
mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada),
siswa memiliki tugas dalam memabantu perkembangan anak sekolah. Adapun tugas-
sosial.
Anak besar adalah anak yang berusia antara 6 sampai dengan 10 atau 12 tahun
(Sugiyanto dan Sudjarwo, 1992:101). Beberapa sifat sosial yang dimiliki anak besar
Aktivitas yang diperlukan dalam proses tumbuh kembang anak besar di antaranya
sederhana.
pertandingan voli mini. Dengan pengarahan dan pengelolaan aktivitas yang baik
dari guru, aktivitas ini akan berdampak kepada peningkatan kepercayaan diri anak
Anak diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya dalam melakukan
lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, teratur, terarah, praktis
yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan
yang sasaran akhirnya untuk pembentukan watak, akhlaq dan budi pekerti luhur.
Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar sendiri yang progresif bagi kaum muda
untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya baik mental, moral, spiritual, emosional sosal,
potensi kaum muda agar menjadi warga negara yang berkualitas yang mampu memberikan
sumbangan positif bagi kesejahteraan dan kedamaian masyarakat baik nasional maupun
internasional. Pendidikan dalam kepramukaan dimaksudkan dan diartikan secara luas sebagai
suatu proses pembinaan yang berkesinambungan bagi sumber daya manusia pramuka, baik
sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, yang sasarannya menjadikan mereka
sebagai manusia yang mandiri, peduli, tanggungjawab dan berpegang teguh pada nilai dan
positif terhadap lingkungan sekitarnya, baik lingkungan rumah maupun masyarakat. Karena
mereka telah mendapatkan proses pendidikan dari segi mental dan spiritual. Selanjutnya
menjadi penerus bangsa yang tangguh dan memiliki nilai-nilai kepribadian yang baik yang
a. Gerakan pramuka adalah oganisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan
pendidikan kepramukaan.
32
b. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta
Gerakan pramuka bertujuan mendidik anak-anak dengan prinsip dasar dan metode
perkembangan bangsa dan masyarakat Indonesia, agar mereka menjadi manusia yang
berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur, yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental dan tinggi moral. Menjadi warga negara Indonesia yang
berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada negara Republik Indonesia; serta menjadi anggota
masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya secara mandiri serta
terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional maupun internasional.
Kode kehormatan pramuka adalah suatu norma atau nilai-nilai luhur dalam kehidupan
para anggota gerakan pramuka. Kode kehormatan pramuka bagi anggota gerakan pramuka
disesuaikan dengan golongan usia dan perkembangan rohani dan jasmaninya. Kode
kehormatan pramuka ditetapkan dan diterapkan sesuai dengan golongan usia dan
pekembangan rohani dan jasmani anggota gerakan pramuka, yaitu; Kode kehormatan bagi
pramuka siaga, terdiri atas: Janji yang disebut Dwisatya, selengkapnya berbunyi :
Kode kehormatan bagi Pramuka penggalang, terdiri atas: janji yang disebut Trisatya,
selengkapnya berbunyi:
Demi kehormatanku aku berjanji akan bersungguh-sungguh
Menjalankan kewajiban terhadap Tuhan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
mengamalkan Pancasila.
Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun
masyarakat.
Upaya pembinaan karakter siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler pramuka dalam
pilar yang menjadi kode kehormatan. Kode kehormatan mempunyai makna suatu noma
(aturan) yang menjadi ukuran kesadaran mengenai akhlaq yang tersimpan di dalam hati yang
menyadari harga dirinya; serta menjadi standar tingkah laku di masyarakat. 10 pilar tersebut
Sebagai hamba yang lemah, kita wajib menyembah Tuhan karena Dia-lah yang
menciptakan kita di dunia ini. Taqwa adalah menjalankan segala perintah-Nya dan
Kita hidup di dunia tidak hanya menjadi makhluk pribadi melainkan kita juga
menjadi makhluk sosial. Dalam artian kita adalah makhluk yang tidak bisa berdiri
sendiri, sehingga kita perlu teman, bergaul, bertetangga. Kita tidak bisa hidup tanpa
Sebagai seorang anggota pramuka kita harus berprilaku sopan. Tindak tanduk dalam
dalam bersikap dan bertutur kata perlu diperhatikan. Kesopanan itu sendiri
Dalam situasi dan kondisi apapun, seorang anggota pramuka wajib taat dan patuh
Pramuka senantiasa rela dalam menolong sesama tanpa membedakan agama, warna
kulit, ras, dan suku yang didasari hati yang ikhlas, tulus tanpa ada rasa ingin dipuji.
Dalam setiap perjuangan seorang anggota Pramuka itu harus tabah menghadapi
Anggota Pramuka itu harus rajin melakukan sesuatu yang positif. Kegiatan dalam
rajin pada saat penggodokan dalam kegiatan kepramukaan tetapi harus dibuktikan
Kita hendaknya tidak menghamburkan uang untuk jajan dan tidak berfoya-foya untuk
kesenangan sesaat. Seorang pramuka harus cermat dalam menggunakan uang, harus
bisa membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan keinginan. Walaupun berasal
dari keluarga kaya, seorang pramuka tidak boleh sombong dan angkuh, tetapi harus
Anggota pramuka harus hidup disiplin, baik disiplin di sekolah, di rumah, di tempat
bermain dan sebagainya. Anggota pramuka juga harus berani dalam menegakkan
kebenaran dan setia terhadap janji setianya karena itulah nilai-nilai luhur manusia.
Seorang anggota pramuka harus bisa mempertanggung jawabkan segala sikapnya dan
tutur katanya pun harus dapat di percaya jangan sekali-kali berbohong karena
Inilah pribadi sejati manusia, bersih dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Sehingga tidak ada sifat penyakit hati seperti, iri, dengki dan hasud.
Gerakan pramuka sebagai oraganisasi yang brgerak dalam bidang non formal
diharapkan mampu menjadi suatu kekuatan perubahan sosial nasional. Peran besar kegiatan
pramuka dalam upaya pembentukan karakter siswa hendaknya dapat diwujudkan dalam
praktek kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari segi sosial budaya dari pembangunan bangsa
maka pendidikan kepramukan sebenarnya yang paling cocok untuk mempersiapkan kaum
bersumber dari Dasa Dharma Pramuka. Dengan demikian, menunjukan bahwa kegiatan
36
kepramukaan sebagai salah satu kegiatan ektrakulikuler di sekolah yang relevan dalam upaya
D. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa karya ilmiah yang telah ada sebelumnya guna
memberikan gambaran tentang sasaran penelitian yang akan dipaparkan dalam penulisan ini,
Islam tahun 2007, yang berjudul “Pendidikan Keterampilan Gerakan Pramuka Satuan
Karya Bakti Husada (Tinjauan Pendidikan Islam)”, dalam skripsi tersebut membahas
salah satunya tentang metode yang digunakan adalah pengembangan diri metode
2. Skripsi Siska Maryati, mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan keguruan jurusan Pendidikan
Agama Islam tahun 2011, dengan judul “Peranan Kegiatan Ektra Kurikuler untuk
terhadap pengembangan diri Islami. Hasil atau prestasi yang diraih oleh siswa dapat
berkomunikasi.
3. Skripsi Risma Tri Anggono, mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan jurusan
Pendidikan Agama Islam tahun 2011, dengan judul “Upaya Penanaman Nilai-Nilai
Pendidikan Agama Islam Bagi Anggota Pramuka Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri
Sleman Yogyakarta”, dalam skripsi ini dalam kegiatan pramuka terdapat nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam pendidikan agama Islam, dan pembina pramuka
4. Skripsi Eva Farrah Dibba, mahasiswi Fakultas tabiyah jurusan Pendidikan Agama Islam
tahun 2005, dengan judul “Aspek-aspek Pendidikan Agama Islam Dalam Kegiatan
ini penulis menyampaikan bahwa aspek-aspek pendidikan Islam yang menunjang dalam
jasmani, rohani dan akal. Masing-masing aspek ini mempunyai peran dalam setiap
kegiatan pramuka.
5. Skripsi Nur Endah Puspitasari, mahasiswi Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama
Islamtahun 2007, dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Kegiatan
pendidikan agama Islam, yaitu nilai kedisiplinan, nilai kesederhanaan, nilai keadilan,
Pada penelitian yang akan penulis kemukakan disini yaitu ingin mengambil nilai-nilai
pendidikan karakter yang ada pada kegiatan kepramukaan dan bagaimana upaya dalam
E. Kerangka Pemikiran
lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah,
praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode
kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembinaan watak, akhlak dan budi pekerti luhur.
Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka adalah salah satu solusi untuk masalah pembinaan
karakter sosial siswa. Melalui kegiatan ekstrakurikuler Pramuka ini menjadikan siswa
sebagai manusia yang mandiri, peduli, bertanggung jawab, dan berpegang teguh pada nilai
dan norma masyarakat. Seorang anggota Pramuka (siswa) bisa memberikan pengaruh positif
baik dilingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat, karena secara fisik, mental dan
kesempatan kepada siswa untuk memperluas pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial,
Kegiatan Ekstrakurikuler
Konsep
Pramuka Pembinaan
Karakter Sosial
Instrumen
Wawancara
Gambar1.1
Kerangka pemikiran