PENDAHULUAN
Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab
itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter juga
memiliki fungsi sebagai penggerak dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-
ambing. Di sisi lain, karakter tidak datang dengan sendirinya, namun harus dibangun dan
dibentuk untuk menjadikan suatu bangsa bermartabat (Pemerintah Republik Indonesia, 2010:
3). Uraian tersebut meninggalkan pesan bahwa karakter harus diwujudkan secara nyata
melalui tahapan-tahapan tertentu. Salah satu tahapan yang dapat dilakukan yaitu membangun
karakter melalui pendidikan guna membuat bangsa ini memiliki karakter yang kuat,
bermartabat, dan memiliki great civilitation.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
kebahagiaan. Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip universal,
maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu
pikiran harus mendapatkan perhatian serius.
Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukan-nya
dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah, nature) dan lingkungan (sosialisasi pendidikan,
nurture). Potensi karakter yang baik dimiliki manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi-
potensi tersebut harus dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini.
Tujuan pembentukan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang
baik dengan tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong anak untuk
tumbuh dengan kapasitas komitmen-nya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan
melakukan segalanya dengan benar serta memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan
dalam membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungan.
Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan
kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih
(menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah
emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik
(components of good character), yaitu:
3
seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari
karakter, yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
4
2) Tahapan pada domain pelaksanaan aturan:
Usia 0-2 tahun: aturan dilakukan hanya bersifat motorik
Usia 2-6 tahun: aturan dilakukan dengan orientasi diri sendiri
Usia 6-10 tahun: aturan dilakukan sesuai kesepakatan
Usia 10-12 tahun: aturan dilakukan karena sudah dihimpun
5
a. Keteladanan
Dalam pembentukan pendidikan karakter keteladanan sangat diperlukan agar apa
yang diajarkan kepada siswa tidak dipahami sebagai teori saja. Karna itulah guru dituntut
untuk memenuhi standar kelayakan tertentu agar bisa memberikan teladan pada siswa. Selain
itu untuk menjadi orang yang bisa diteladani, seorang guru tidak hanya memberikan contoh
dalam melakukan sesuatu, namun juga terkait dengan kebiasaan-kebiasaan atau segala hal
yang bisa diteladani. Seseorang yang dapat dijadikan teladan memiliki 3 kriteria, yaitu:
1) Siap menjadi cermin bagi diri sendiri ataupun orang lain
2) Memiliki kompetensi minimal baik berupa sikap, ucapan, ataupun perilaku sehingga
dapat dijadikan cerminan baik bagi diri sendiri ataupun orang lain.
3) Memiliki kesamaan antara ucapan dengan tindakannya. Bagi seorang guru, ia harusm
memiliki komitmen dan konsistensi terhadap profesi yang diembannya.
b. Penanaman Kedisiplinan
Disiplin penting untuk ditegakkan agar sesuatu yang diinginkan dapat tercapai tepat
pada waktunya. Jika kedisiplinan lemah, maka motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu
menjadi berkurang. Penegakan disiplin ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
adalah peningkatan motivasi, penegakan aturan, penerapan reward dan punishment.
c. Pembiasaan
Pedidikan karakter tidak cukup hanya diajarkan melalui mata pelajaran di kelas, tetapi
sekolah dapat juga menerapkannya melalui pembiasaan. Pembiasaan ini penting,
sebagaimana ungkapan Dorothy Low Nolte yang menggambarkan bahwa anak akan tumbuh
sebagaimana lingkungan yang mengajarinya dan lingkungan tersebut juga merupakan sesuatu
yang menjadi kebiasaan yang dihadapinya setiap hari.
6
e. Integrasi dan Internalisasi
Internalisasi diperlukan agar pendidikan karakter yang diajarkan pada anak bisa
mengkristal dalam dirinya dan dapat tumbuh dari dalam sehingga dapat mewarnai seluruh
aspek kehidupan. Internalisasi ini kemudian dapat diintegrasikan dengan kegiatan-kegiatan
lain baik di sekolah ataupun di luar sekolah karena pendidikan karakter merupakan landasan
dari seluruh aspek dan tidak bisa dipisahkan dengan aspek lainnya.Sedangkan strategi
pembentukan karakter yang biasanya digunakan di negara maju diantaranya adalah:
a. Strategi pemanduan (cheerleading)
Strategi ini menggunakan media poster atau spanduk yang di pasang di papan
pengumuman yang di up-date setiap bulan tentang berbagai nilai kebajikan, slogan atau moto
tentang karakter atau nilai.
b. Pujian dan hadiah (praise and reward)
Landasan yang digunakan dalam strategi ini adalah pemikiran yang positif dan
menerapkan peguatan positif, sehingga ingin menunjukkan anak yang sedang berbuat baik.
c. Definisikan dan latihkan (define and drill)
Cara kerja strategi ini adalah dengan meminta siswa mengingat tentang nilai-nilai
kebaikan dan mendefinisikannya sehingga nilai-nilai moral siswa dapat terlihat dari
perkembangan kognitifnya.
d. Penegakan disiplin (forced formality)
Strategi ini pada prinsipnya ingin menedakkan disiplin dan melakukan pembiasaan
kepada siswa untuk secara rutin melakukan sesuatu yang bernilai moral. Contohnya
mengucapkan salam, berbaris saat masuk kelas, dan lain sebagainya.
e. Perangai bulan ini (traits of the month)
Strategi ini mirip dengan strategi pemanduan, namun juga menggunakan segala hal
yang terkait dengan pendidikan karakter, misalnya pelatihan, sambutan Kepala Sekolah pada
upacara, dan lain sebagainya.
7
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Karakter merupakan sesuatu mendasar dan bersifat abstrak yang ada dalam diri
seseorang yang mepengaruhi sikap, tindakan, dan cara berfikir sehari-hari. Sedangkan
pendidikan karakter merupakan proses penanaman dan pengarahan agar peserta didik mampu
menjadi manusia seutuhnya dan berkarakter dalam berbagai dimensi. Mekanisme
pembentukan karakter terdiri dari proses pembentukan karakter dan tahap-tahap
pembentukan karakter. Proses pembentukan karakter dimulai sejak anak berusia 0 sampai 5
tahun, namun dalam penyempurnaan dan pengembangannya dibutuhkan waktu seumur
hidup. Tahap-tahap pendidikan karakter dapat di golongkan sesuai dengan tingkatan usia
anak agar sesuai pula dengan proses perkembangan dirinya.
Esensi pendidikan karakter terdiri dari tujuan, pilar-pilar, ciri dasar, dan fungsi
pendidikan karakter. Kaidah pendidikan karakter terdiri atas 5 hal, yaitu kaidah kebertahapan,
kaidah kesinambungan, kaidah momentum, kaidah motivasi instrinsik, dan kaidah
pembimbingan. Sedangkan strategi dalam penanaman pendidikan karakter dapat dilakukan
dengan keteladanan, penanaman kedisiplinan, pembiasaan, menciptakan suasana yang
kondusif, dan integrasi serta internalisasi.
3.2. Saran
Lingkungan masyarakat memiliki peran dan tanggung jawab yang besar pula dalam
pembentukan karakter siswa. Siswa pada umumnya melihat dan meniru apa yang terjadi
di ,lingkungan masyarakat sekitarnya. Hubungan-hubungan sosial yang terjadi antara siswa
dengan tetangga, dan siswa dengan kelompok sebaya (peer group) perlu dibina lebih kuat
lagi.
8
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2012.
Munir, Abdullah. Pendidikan Karakter: Membangun Karakter Anak Sejak dari Rumah.
Yogyakarta: Pedagogia. 2010.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2011.