Anda di halaman 1dari 7

Pengembangan Karakter

Posted on 26 Desember 2010 by AKHMAD SUDRAJAT — 6 Komentar

Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting untuk dilakukan oleh
sekolah dan stakeholders-nya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan
karakter di sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya
anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan
mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai
hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup.
Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan
kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki
pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak
terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau
wilayah emosi dan kebiasaan diri.
Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character)
yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (penguatan emosi) tentang
moral, dan moral action atau perbuatan bermoral.

Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem
pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan nilai-
nilai kebajikan (moral).

Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif adalah
kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing
moralvalues), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning),
keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge).
Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia
berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh
peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan
terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self
control), kerendahan hati (humility).
Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua
komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan
yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi
(competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-
komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak
secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau
emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama,
lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional
Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut secara
sadar menghargai pentingnya nilai karakter (valuing). Karena mungkin saja perbuatannya
tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya penghargaan akan
nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu dilakukan karena dinilai oleh orang lain,
bukan karena keinginannya yang tulus untuk mengharagi nilai kejujuran itu sendiri.
Oleh karena itu dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domain affection atau
emosi). Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut dengan “desiring the good” atau
keinginan untuk berbuat kebaikan.
Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek “knowing
the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good” (moral
feeling), dan “acting the good” (moral action). Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot
yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham.
Dengan demikian jelas bahwa karakter dikembangkan melalui tiga langkah, yakni
mengembangkan moral knowing, kemudian moral feeling, dan moral action. Dengan kata lain,
makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan makin membentuk karakter yang
baik atau unggul/tangguh.

Diagram 1. Keterkaitan komponen moral dalam pembentukan karakter


Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama, pelajaran
kewarganegaraan, atau pelajaran lainnya, yang program utamanya cenderung pada pengenalan
nilai-nilai secara kognitif, dan mendalam sampai ke penghayatan nilai secara afektif.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pengembangan karakter seharusnya membawa anak ke
pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai
secara nyata. Untuk sampai ke praksis, ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus
terjadi dalam diri anak, yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat (tekad) untuk mengamalkan
nilai. Peristiwa ini disebut Conatio, dan langkah untuk membimbing anak membulatkan tekad ini
disebut langkah konatif.
Pendidikan karakter mestinya mengikuti langkah-langkah yang sistematis, dimulai dari
pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan menghayati nilai secara afektif, dan
langkah pembentukan tekad secara konatif. Ki Hajar Dewantoro menterjemahkannya dengan
kata-kata cipta, rasa, karsa.

=============

Sumber:
Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. 2010. Pembinaan Pendidikan
Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta
‘Pengaruh Dasyat “Media” Terhadap
Pembentukan Karakter Remaja’
8 April 2015 15:51 Diperbarui: 17 Juni 2015 08:22 2238 0 0

Media merupakan dampak dari globalisasi. Sehingga media dijadikan sebagai sumber untuk
memberikan pengetahuan terhadap seseorang. Khususnya remaja, remaja menggunakan
media untuk berbagai keperluan, sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Tetapi terkadang media
memberikan tayangan-tanyangan yang tidak sesuai dengan karakter anak bangsa yang
sebenarnya. Padahal sebenarnya masa remaja merupakan masa pencarian jati diri, mereka
berupaya untuk memahami dan menerima keadaan dan kenyataan yang ada dalam dirinya
dan orang lain. Bahkan lingkungan sosial yang selalu ikut serta dalam membentuk
kepribadian anak dan remaja. Jika remaja tersebut hidup di dalam lingkungan sosial yang
kurang baik, maka karakter yang terbentukakan kurang baik dan jika remaja itu
menjalanikehidupannya yang baik maka akan sangat berpengaruh terhadap kepribadiannya.
Lingkungan sosial inilah yang akan menjadi pembentuk karakter dari remaja.

Jika kita berbicara mengenai remaja dan literasi media, maka akan memicu timbulnya isu
agar kita terus mengikuti perkembangannya, bahkan menarik untuk dilihat secara nyata.
Jaman sekarang remaja, jika mereka tidak dapat memanfaatkan media sosial yang ada, maka
akan dianggap sebagai remaja yang ketinggalan jaman. Sehingga akan muncul dorongan,
bagamana caranya agar mereka bisa memainkan program yang ada dalam media sosial pada
umumnya. Dan untuk mewujudkan itu semua sangatlah gampang. Hal ini terbukti dengan
adanya hp, internet, majalah remaja, dan televisi yang dapat menunjang apa yang menjadi
kemauan mereka saat ini. Hal ini juga terkadang remaja merasa gengsi dan tidak gaul jika
mereka tidak mampu bergabung dalam media sosial seperti facebook, BBM-an, instagram
dan lain sebagainya yang akan membuat mereka terhubung dengan kehidupan global.

Sehingga apabila remaja-remaja tersebut asik dengan kegiatan individual mereka di depan
media-media sosial maka yang akan terjadi mereka akan kurang berintraksi dengan orang tua,
keluarga, kerabat bahkan teman-teman yang berada di lingkungan sendiri dan yang akan
menonjol disana, remaja akan asik dengan teman-teman yang ada di dunia maya. Teman
yang terkadang kita tidak pernah melihatnya. Tetapi banyak yang tidak menyadari hal
tersebut. Yang mereka banggakan adalah mereka bisa kenal dan berteman dengan orang-
orang yang berada di luar sana, sehingga akan membuat intraksi dengan teman sebaya yang
selalu berada di sekitarnya, lambat laun akan dilupakan.
Selain hal tersebut remaja sekarang kebanyakan kehilanghan kepribadian diri, yang
ditunjukan dalam kehidupan sehari-hari dalam bergaul. Dari cara berpakaian, seperti tak
cukup bahan untuk menyambung, yang akan memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya
ditutupi dengan baik, yang jelas-jelas bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan kebudayaan
kita,remaja dengan dandanan ala selebritis dengan mengecat rambut dengan cat yang
berwarna-warni dan tren rambut ala idolanya ( Korea).

Tanpa disadari remaja jaman sekarang menutupi identitas dirinya menjadi orang lain. Bahkan
mirisnya lagi, kebanyakan remaja pada saat ini, mereka hanya mengenal nama bintang
idolanya, sementara para pahlawan yang telah berjuang membela negeri ini, seolah sudah
memudar dalam benak remaja, jangankan untuk mengingat apa yang telah dilakukan para
pahlawan, sekedar mengingat namanya saja sangat susah untuk diingat terlebih lagi asal
pahlawan kita. Sedangkan selebritis-selebritis di luar negeriyang sebenarnya tidak pernah
memberikan kontribusi kepada negeri ini,itulah nama yang akan melekat dalam otaknya. Dan
akan selalu di sanjung-sanjung bak puteri dan raja . Sehingga, hal ini akan
mengakibatkanpara remaja akan terlena dengan apa yang menjadi pegangannya saat ini.

Selain hal diatas banyak sekali tindakan-tindakan remaja yang merusaknama baik dirinya,
keluarga bahkan negeri kita. Misalnya banyaknya terjadi tawuran antar pelajar, merokok di
lingkungan formal, bolos sekolah, dan banyak hal lain yang dilakukan oleh remaja yang
dapat merusak moral. Hal inilah yang sedangberkembang pesat dalam kehidupan sehari-hari
kita.

Salah satu faktor yang membuat perkembangan pergaulan remaja ke arah yang kurang baik
karena dipengaruhi oleh media sosial/ jejaring sosial. Kita tahu bahwa media akan
memberikan informasi tanpa ada batasan. Yang terpenting bahwa mereka akan mendapatkan
ranting yang tinggi. Media tidak akan peduli, informasi yang di berikan akan berpengaruh
positif atau negatifbagi pengguana media.

Tetapi dari permasalahan yang terjadi dalam kehidupan remaja, tidak sedikit remaja yang
menggunakan media dengan tidak semestinya.karena kecendrungan dari remaja, mereka
memiliki rasa keingintahuan tentang sesuatu hal sangatlah tinggi. Sehingga
sedikit demi sedikit medialah yang menjadi alat tercepat bagi mereka untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan. Sehingga akan besar pengaruh media terhadap pembentukan
karakter dirinya. .
Misalnya dengan perantara audio visual lebih spesifiknya TV, tidak banyak stasiun TV yang
menayangkan sesuatu hal yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Melainkan mereka
berlomba-lomba mencari informasi yang terkait dengan tindak kriminal, kejahatan,
pencurian, pemakaian obat-obat terlarang. Sebenarnya berita-berita inilah yang telah
memberikan stimulus yang negatif bagi kebanyakan remaja, sehingga akan menciptakan
respon yang negatif . Mereka akan terdorong untuk mencoba tindakan atau perilaku yang
ditanyangkan di TV dalam kehidupan nyata.

Maka dari itulah peran media dalam pembentukan karakter anak bangsa sangatlah
berpengaruh terhadap perkembangan perrgaualan remaja saat ini. Oleh karena itu, jika remaja
menggunakan media dengan semestinya maka itu akan mendatangkan manfaat yang
positifbagi dirinya dan kehidupannya. Dan sebaliknya, jika remaja menggunakan media
dengan untuk hal yang tidak semestinya,maka jelas akan berpengaruh terhadap pembentukan
karakter yang tidak baik bagi kepribadiannya.

Untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan maka media juga perlu memberikan keluasan
dalam hal tayangan mendidik bagi remaja. Misalnya membuat acara tentang peran remaja
dalamkegiatan sosial remaja. Sehingga inilah yang akan mendorong remaja untuk melakukan
hal-hal yang positif dalam kehidupan sosialnya. Jika hal tersebut dilakukan dengan baik maka
peran media dalam membentuk kepribadian diri anak bangsa telah memberikan kontribusi
penuh terhadap pembentukan jati diri bangsa. Sehingga akan memunculkan pemahaman yang
baik dalam diri remaja sebagai makhluk sosial. Dan secara tidak langsung kepriibadian
dirinya akan kembali membentuk karakter yang sesuai dengan karakter bangsa.
Cara Atau Solusi Untuk Menanggulangi Dampak
Negatif Dalam Teknologi Informasi
Posted on September 5, 2012by tinifeehily

Agar penggunaan TIK lebih optimal dan di jalankan dengan baik dan
benar, berikut ada beberapa metode pemecahan masalah agar dampak
negatif dari TIK dapat tertanggulangi.

a. Mempertimbangkan pemakaian TIK dalam pendidikan, khususnya


untuk anak di bawah umur yang masih harus dalam pengawasan ketika
sedang melakukan pembelajaran dengan TIK. Analisis untung ruginya
pemakaian.
b. Tidak menjadikan TIK sebagai media atau sarana satu-satunya dalam
pembelajaran, misalnya kita tidak hanya mendownload e-book, tetapi
masih tetap membeli buku-buku cetak, tidak hanya berkunjung ke digital
library, namun juga masih berkunjung ke perpustakaan.
c. Pihak-pihak pengajar baik orang tua maupun guru, memberikan
pengajaran-pengajaran etika dalam ber-TIK agar TIK dapat dipergunakan
secara optimal tanpa menghilangkan etika.
d. Perlu ada kesadaran peran dan kerjasama antara seluruh pengguna
lanyanan TIK.
e. Menggunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi
‘kesehatan’ anak. Misalnya saja program nany chip atau parents lock yang
dapat memproteksi anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks
dan kekerasan.
f. letakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang
keluarga, dan bukan di dalam kamar anak. Meletakkan komputer di dalam
kamar anak, menurut Nina akan mempersulit orangtua dalam hal
pengawasan. Anak bisa leluasa mengakses situs porno atau menggunakan
games yang berbau kekerasaan dan sadistis di dalam kamar terkunci. Bila
komputer berada di ruang keluarga, keleluasaannya untuk melanggar
aturan pun akan terbatas karena ada anggota keluarga yang lalu lalang.
g. Untuk mencegah kecanduan orang tua perlu membuat kesepakatan
dengan anak soal waktu bermain komputer. Sehingga pada usia yang lebih
besar, diharapkan anak sudah dapat lebih mampu mengatur waktu dengan
baik.
h. Pemerintah sebagai pengendali sistem-sistem informasi seharusnya
lebih peka dan menyaring apa-apa saja yang dapat di akses oleh para
pelajar dan seluruh rakyat Indonesia di dunia maya. Selebihnya,
Kementrian juga bisa menyebarkan filter berupa program software untuk
menekan dampak buruk teknologi informasi. Kedua, perlu adanya
dukungan dari orangtua, tokoh budaya hingga kalangan agamawan, untuk
mensosialisasikan tentang saran, manfaat dan sisi positif facebook.
Jadi, solusinya adalah kita jangan sampai mengatakan tidak pada teknologi
(say no to technology) karena jika kita berbuat demikian, maka kita akan
ketinggalan banyak informasi yang sekarang ini informasi-informasi
tersebut paling banyak ada di internet. Kita harus mempertimbangkan
kebutuhan kita terhadap teknologi, mempertimbangkan baik-buruknya
teknologi tersebut dan tetap menggunakan etika, juga tidak lupa jangan
terlalu berlebihan agar kita tidak kecanduan denagn teknologi.
Selain itu dengan teknologi yang sederhana asal dimanfaatkan dengan
maksimal, maka teknologi itu akan menghasilkan kualitas yang optimal.
Seperti juga facebook dan jejaring sosial lainnya apabila dimanfaatkan
dengan baik, maka akan bisa memberikan manfaat bagi kita. Yang
terpenting adalah dari diri kita sendiri untuk menggunakan teknologi
moderen ini secara sehat. Facebook pada dasarnya adalah sarana, sebuah
hasil karya teknologi informasi komunikasi yang bertujuan memudahkan
hidup kita. Facebook dapat menjadi sarana berbagi informasi, hiburan,
menambah jaringan pertemanan, dan banyak hal positif lainnya. Facebook
di tangan yang salah adalah juga alat untuk melakukan kekerasan,
pelecehan, bahkan tindak kriminal seperti penipuan, pemerasan, dan
sebagainya.
Iklan

Anda mungkin juga menyukai