MATA KULIAH
Oleh :
GUSNALIA
UMIATUN
INDRA SUSILAWATI
MIFTAHUNNAJIB
NIKKO AMBAR CRISNAWAN
ROWITA NOVITA SARI
SUHAYRI SEPRIWANDI
PENDAHULUAN
Bung Karno sebagai salah satu bapak pendiri bangsa (founding fathers) dalam berbagai
kesempatan mengingatkan bangsa Indonesia akan pentingnya Nation andcharacter
building.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Berdasarkan Fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa
pendidikan disetiap jenjang, termasuk disekolah harus diselenggarakan secara sistematis
guna mencapai tujuan tersebut.
Hal tersebut berkaitan dengan pembentukkan peserta didik sehingga bisa bersaing, ber
etika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian
di Harvard University USA ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata –
mataoleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard Skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengolah diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengumgkapkan,
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 60 persen oleh
soft skill. Bahkan orang – orang tersukses didunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak di
dukungkemampuan soft skil dari pada hard skill.
Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikankarakter peserta didik sangat penting untuk
ditingkatkan
Setelah kami mengangkat judul makalah ini, muncul permasalahan – permaslahan yang
dapat kami jabarkan lebih jelas lagi di bab selanjutnya. Permasalahan – permasalahan
tersebut antara lain :
Adapun maksud dan tujuan makalah Karakter dan Kepribadian ini, antara lain :
PEMBAHASAN
Menurut Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu
sistem yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan. Sedangkan, Doni
Koesoema A. (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian
dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang
bersumber dari bentuk – bentuk yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada
masakecil, juga bawaan dari lahir.
Peterson dan Sligman (Gedhhe Raka, 2007:5) mengaitkan secara langsung character
strength dengan kebajikan. Character strength dipandang sebagai unsur – unsur
psikologisyang membangun kebajikan (virtues). Salah satu kriteria utama character
strength adalah bahwa karakter tersebut berkontribusi besar dalam mewujudkan
sepenuhnya potensi dan cita – cita seseorang dalam membangun kehidupan yang baik,
yang bermanfaat bagi dirinya, orang lain, dan bangsanya.
- Karakter adalah “siapakah dan apakah kamu pada saat orang melihat kamu”
(character is what you are when nobody is looking).
- Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua (character is a
habit that becomes second natur).
- Karakter bukanlah seberapa baik kamu dari pada orang lain (character isnot how
much better you are then others).
Karakter di ambil dari bahasa Inggris, character, yang juga berasal dari kata yunani
Character. Awalnya kata ini digunakan untuk menandai hal yang mengesankan dari koin
(keping uang). Belakangan secara umum istilah character digunakan untuk mengartikan hal
yang berbeda antara satu hal dengan yang lainnya, dan akhirnya juga digunakan untuk
menyembut kesamaan kualitas pada tiap orang yang membedakan dengan kualitas lainnya.
Ada beberapa unsur dimensi manusia secara psikologis dan sosiologis terbentuknya
karakter pada manusia. Unsur-unsur ini kadag juga menunjukan bagaimana karakter
seseorag. Unsur-unsur tersebut antara lain sikap, emosi, kemauan, kepercayaan, dan
kebiasaan.
1. Sikap.
2. Emosi.
Kata emosi di adopsi dari bahasa latin emovere (e berarti luar dan movere artinya
bergerak). Sedangkan, dalam bahasa prancis adalah emouvoir yang artinya
kegembiraan. Emosi adalah bumbu kehidupan. Sebab, tanpa emosi kehidupan
manusia akan terasa hambar. Manusia selalu hidup dengan berpikirdan merasa.
Emosi identik dengan perasaan yang kuat. Emosi adalah gejala dinamis dalam
situasi yang dirasakan manusia, yang disertai dengan efeknya pada kesadaran,
prilaku, dan juga merupakan proses fisiologis. Misalnya, saatkita merspon
sesuatu yang melibatkan emosi, kita juga akan mengetahui makna apa yang kita
hadapi (kesadaran). Saat kita marah dan tegang, jantungkita akan berdebar-
debar dan akan berdetak cepat (fisiologis). Kita akan segera melakuka reaksi
terhadap apa yang menimpa kita (prilaku).
3. Kepercayaan.
Kepercayaan bahwa sesuatu itu “benar” atau “salah” atas dasar bukti, sugesti
otoritas, pengalaman, dan intuisi sangatlah penting untuk membangun watak
dan karakter manusia. Jadi, kepercayaan itu memperkukuh eksistensi diri dan
memperkukuh hubungan dengan orang lain. Kepercayaan memberikan
perspektif pada manusia dalam memandang kenyataan dan ia memberikan dasar
bagi manusia untuk mengambil pilihan dan menentukan keputusan. Jadi,
kepercayaan dibentuk salah satunya oleh pengetahuan. Apayang kita ketahui
membuat kita menentukan pilihan karena kita percaya apayang kita ambil
berdasarkan apa yang kita ketahui. Namun, kadang kepercayaan juga dibentuk
oleh kebutuhan dan kepentingan. Orang kaya percaya bahwa stabilitas adalah hal
baik karena ia punya kepentingan untuk mempertahankan kondisi hidupnya.
5. Konsepsi Diri
Kepribadian adalah terjemahan dari bahasa inggris “personality” yang pada mulanya
berasal dari bahasa latin “per” dan “sonare”, yang kemudian berkembang menjadi kata
“persona” yang berarti topeng. Pada zaman Romawi kuno, seorang aktor drama
menggunakan topeng untuk menyembunyikan identitas dirinya agar memungkinkannya
bisamemerankan karakter tertentu sesuai dengan tuntutan skenario permainan dalam
sebuahdrama (A.Q Sartain, 1967:34).
Menurut G.W. Allport (1973:48), kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
sebagai sistem psikofisik, yang menentukan caranya yang khas (unik) dalam menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Pernyataan “organisasi dinamis” menunjukkan adanya
kenyataan bahwa kepribadian itu selalu berkembang dan berubah, walaupun pada saat
yang sama, ada organisasi sistem yang mengikat dan menghubungkan berbagai komponen
atau sifat dari kepribadian itu. Sebagai sistem psikofisik, artinya bahwa kepribadian
bukanlah semata – mata faktor mental (kejiwaan), dan juga bukan semata – mata faktor
fisik. Organisasi kepribadian meliputi kerja jiwa dan juga kerja fisikyang tidak terpisah,
dalamkesatuan yang utuh juga mengandung kecenderungan – kecenderungan determinasi
yangmemainkan peranan aktif dalam tingkah laku individu.
Menurut Sumadi Suryabrata (1986:240), kepribadian adalah sesuatu yang mendorong dan
mendinamisasi dilakukannya sesuatu. Segala tindakan manusia, baik positif maupun
negative, tidak lepas dari dorongan atau pengaruh kepribadiannya. Tindakan – tindakan
manusia, pastinya merupakan refleksi dan manifestasi sifat – sifat kepribadiannya itu.
Memang, karakter dan kepribadian sering digunakan secara rancu. Ada yang menyamakan
antara keduanya. Menurut M. Newcomb, kepribadian merupakan organisasi dari sikap –
sikap (predispositions) yang dimiliki seseorang sebagi latar belakang terhadap
perikelakuan. Kepribadian menunjukkan pada organisasi dari sikap – sikap seseorang
untuk berbuat, mengetahui, berpikir, dan merasakan secara khususnya apabila dia
berhubungandengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. karena kepribadian
tersebut merupakan abstraksi dari individu dan kelakuannya sebagaimana halnya dengan
masyarakat dankebudayaan, ketiga aspek tersebut mempunyai hubungan yang saling
mempengaruhi (Soekanto, 1985:180).
Sementara itu, menurut Roucek and Warren, kepribadian adalah organisasi dari factor –
faktor biologis, psikologis dan sosiologi yang mendasari perilaku individu – individu.
kepribadian mencakup kebiasaan – kebiasaan, sikap dan lain – lain. Sifat yang khas
dimilikiseseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain
(Soekanto,1985:181).
Karel Rogers, Pendiri sekolah psikis yang berorientasi pada pasien, berusaha
menjelaskan ciri – ciri umum kepribadian seimbang yang disimpulkan dari Problem
dan perjalanannya dalam proses produksi, yaitu sebagai berikut.
2. Hidup secara eksistensialistik, yakni memiliki kepuasan batin bahwa tiap saat ia
menginginkan pengalaman baru. Ini berarti memiliki perasaaninternal bahwa ia
bergerak dan tumbuh.
1. Kepribadian yang selalu bersikap pasrah dan pasif. Ia yakin bahwa apapun yang
diinginkannya harus tercapai tanpa usaha atau kegiatan untukmemperolehnya,
dan harus diperolehnya dengan cara pasif dan pasrah. iamerasa kurang mampu
dan condong kepada siapa saja yang memberinyakasih sayang. Secara umum ia
selalu bersikap pasif dan patah semangatapabila dibiarkan sendiri. Sifat
persaudaraan dan optimisme yang ada padadirinya akan berubah menjadi
kegelisahan apabila ia merasa tidak ada penolong atau pada saat menghadapi
ancaman.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam istilah modern, di tekankan pada perbedaan dan individualitas yang cenderung
menyamakan istilah karakter dengan personalitas. Personalitas atau kepribadian dapat di
pahami sebagai organisasi dinamis pada individu tempat sistem psikofisikal menentukan
penyesuaian unik terhadap lingkungannya. Kepribadian juga merupakan tingkah laku yang
bisa kita lihat sebagai hasil kondisi individu dan struktur situasi psikologis. Intinya,
polatingkah laku dan perbuatan pada cara seseorang dalam merespon situasi yang
menunjukan konsistensi tertentu, biasanya kita pahami sebagai karakter dan
kepribadiannya. Misalnya, ketika kita melihat seseorang yang selalu menangis ketika
mendapat masalah, kita akanmengatakan bahwa karakter orang tersebut adalah cengeng.
Jika kita sering melihat seseorangselalu marah saat ada masalah dan sesuatu menimpanya,
kita akan melihat pola – Pola responsnya secara kokoh dan kita katakan bahwa
kepribadiannya adalah pemarah.
Istilah karakter untuk menilai kepribadian manusia memiliki sejarah yang panjang. Masing-
masing masyarakat dalam perjalanan sejarah dulu mengaitkan karakter dengan nilai-nilai
filsafat. Di zaman modern, karakter manusia menjadi kajian antropologis dan psikologis
yang mendalam. Dalam hal ini karakter manusia memilik keunikan yang membedakannya
dengan binatang karena manusia telah mampu mengembangkan dirinya melampaui
determinisme natural (alam). Perkembangan kebudayaan sering berkaitan dengan karakter
dan kepribadian individu. Istilah karakter juga menunjukan bahwa tiap-tiap sesuatu
memiliki perbedaan. Dalam istilah modernnya, tekanan pada istilah perbedaan
(distinctiveness) atau individualitas cenderung membuat kita menyamakan antara istilah
karakter dan personalitas. Orang yangmemiliki karakter berarti pemilik kepribadian.
Istilah kepribadian juga berkaitan dengan istilah karakter, yang diartikan sebagai totalitas
nilai yang mengarahkan manusia untuk menjalani hidupnya. Jadi, ia berkaita dengan sistem
nilai yang dimiliki oleh seseorang. Orang yang matang atau dewasa biasanya memiliki
konsistensinya dalam karakter. Ini merupakan akibat keterlibatannya secara aktif dalam
proses pembangunan karakternya. Jadi, karakter dibentuk oleh pengalaman hidup. Pada
akhirnya tatanan dan situasi kehidupanlah yang menentukan terbentuknya karakter
masyarakat kita. Untuk menilai oang lain, orang akan melihat kepribadiaannya. Umumnya,
kepribadian baik itu menyenangkan dan menarik. Sedangkan, kepribadian buruk itu
menjengkelkan dan menimbulkan rasa tidak suka. Jika kebudayaan merupakan pola-pola
yang mengatur tiap anggotanya yang merupakan sosok yang memiliki kepribadian masng-
masing, ada dua hal yang mungkin terjadi. Pertama, kepribadian manusia akan di tentukan
oleh budayanya karena ia harus menyesuaikan diri dengan pola-pola pikir dan tingkah laku
yang ada. Kedua, masyarakat dan kebudayaannya merupakan abstaksi prilaku manusia.
“kepribadian masing-masing manusia mencerminkan kepribadian bangsa”, begitulah kita
sering mendengarnya. Bangsa yag terbelakang, yang tak jelas arahnya, biasanya semakin
bayak di penuhi individu individu, terutama pemimpinnya, yang kepribadiannya buruk,
korupsi, manipulasi, hanya jual citradiri. Pragmantis, dan instan dalam membuat kebijakan.
Percayalah, bangsa ini akan hancurkarena kepribadiannya semakin rusak.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter itu berkaitan dengan
kekuatan moral, berkonotasi “positif” bukan netral. Jadi orang berkarakter adalah orang
yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif. Dengan demikian, pendidikan adalah
membangun karakter, yang secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola
perilaku yang didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik,
bukan yang negatif atau yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Handoyo, Eko dan Tijan. 2010. Model Pendidikan Karakter. Semarang : Widya Karya Press
Mu’in,Farchul. 2011. Pendidikan karakter kontruksi teoretic & Praktik. Jogjakarta: Ar – Ruzz
Media