Anda di halaman 1dari 12

DIMENSI-DIMENSI HAKIKAT MANUSIA

DISUSUN OLEH

ZULFITRA DJANO
NIM
441422014
PROGRAM STUDI
S1-PENDIDIKAN KIMIA
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rida dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang
“Dimensi-Dimensi hakikat manusia”
Makalah ini menjelaskan tentang dimensi apa saja yang mencakup tentang
hakikat manusia dan pengembangannya.
Saya menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah
ini, Oleh karena itu saya mohon maaf atas kesalahan tersebut. Saya menerima
kritik dan saran guna penyempurnaan dalam makalah ini.

SENIN,10 OKTOBER 2022


DAFTAR ISI

BAB 1: PENDAHUUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan

BAB 2: PEMBAHASAN
2.1 Dimensi-dimensi hakikat manusia
2.2 Faktor yang mempengaruhi dimensi manusia
2.3 Pengembangan dimensi manusia
BAB 3: PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Seperti yang kita ketahui manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali
dengan akal dan pikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang memiliki derajat paling tinggi di antara ciptaannya yang lain. Hal yang
paling penting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah
bahwa manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan
untuk mempertinggi kualitas hidupnya di dunia.Pendidikan adalah proses
mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Potensi
kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.
Manusia memiliki ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas
manusia yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu
dari apa yang di sebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia
karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak
terdapat pada hewan. Oleh karena itu, strategis jika pembahasan tentang
hakikat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan,
dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya. Untuk mencapai
pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang
meliputi : Dimensi-dimensi Manusia, pengembangan dimensi serta factor-
factor yang mempengaruhinya.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa Saja Dimensi-dimensi Manusia?
2. Apa faktor-faktor dan penembangan dimensi manusia?
1.3 Tujuan
1. Untuk menambah wawasan tentang dimensi manusia
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pengembangan dimensi
manusia
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Dimensi-dimensi kemanusiaan
Menurut Pratiwi (2012), hakekat merupakan sesuatu yang mesti ada pada
sesuatu dan jika sesuatu itu tidak ada maka sesuatu tidak berwujud. Jadi
hakekat manusia adalah sesuatu yang pasti ada pada manusia dan sesuatu
yang dimiliki dari manusia yang satu dengan yang lain itu berbeda. Pada
hakekat manusia terdapat 4 dimensi manusia yang dibawa dari lahir. Adapun
dimensi-dimensi tersebut adalah dimensi keindividuan, dimensi kesosialan,
dimensi kesusilaan, dan dimensi keberagamaan.
1. Dimensi keindividualan
Manusia sebagai makhluk individu maksudnya seorang yang utuh (individual :
indevide : tidak terbagi) yang terdiri dari kesatuan pisik dan psikis.keberadaan
manusia sebagai individual bersifat unik (unique), artinya berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Setiap manusia sama mempunyai mata,
telinga ,kaki, dan anggota tubuh lainnya, namun tidak ada yang sama persis
bentuknya. Manusia juga memiliki perasaan , pikiran, kata hati dan unsur psikis
lainnya.namun tidak ada dua manusia yang sama persis sama dimuka bumi ini,
karena setiap orang kelak akan diminta pertanggung jawaban atas sikap
prilakunya.
Semakin manusia sadar akan dirinya sendiri,maka ia akan sadar terhadap
lingkungannya karena manusia bagian dari lingkunganya . antar hubungan dan
antar aksi pribadi dan melahirkan konsekuensi hak dan kewajiban.manusia
sebagai individu memiliki hak sebagai kodrat alami atau sebagai anugrah tuhan
kepadanya.hak asasi sebagai pribadi terutama hak hidup, hak kemerdekaan
dan hak memiliki. Konsekuensi dari adanya hak, maka manusiapun menyadari
kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab moral.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keindividuan.
Pada dasarnya ada dua faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dalam diri
individu, yaitu :
1. Faktor Internal
Faktor (dimensi) internal atau yang di sebut juga kerangka acuan internal
(internal frame of refrence) adalah penilaian yang di lakukan individu terhadap
dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi/Faktor ini terdiri
dari tiga bentuk:
a. Diri identitas (identity self)
Bagian ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan
mengacu pada pertanyaan,”siapakah saya?” Dalam pertanyaan tersebut
tercakup label-label dan simbol-simbol yang di berikan pada diri (self) oleh
individu yang bersangkutan untuk menggambarkan dirinya dan membangun
identitasnya, misalnya ”saya kita”. kemudian dengan bertambahnya usia dan
interaksi dengan lingkungannya.
b. Diri pelaku(behavioral self)
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang
berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang di lakukan oleh diri”.Selain itu
bagian ini berkaitan erat dengan identitas. Diri yang adekuat akan
menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri prilakunya,
sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun
diri sebagai pelaku. Kaitan dari keduanya dapat di lihat pada diri sebgai penilai.
c. Diri penerimaan/penilai (judging self)
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator.
Kedudukannya adalah sebagai perantara(mediator) antara diri identitas dan
diri prilaku. Manusia cendrung memberikan penilaian terhadap apa yang
dipresepsikan. Oleh karena itu, label-label yang dikenakan pada dirinya
bukanlah semata-mata menggambarkan dirinya, tetapi juga sarat dengan nilai-
nilai. Selanjutnya, penilaian ini lebih berperan dalam menentukan tindakan
yang akan di tampilkannya.
2. Faktor Eksternal
Pada diri eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas
sosialnya, nilai-nilai yang di anutnya, serta hal-hal lain di luar dirinya.Dimensi
ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan
sekolah, organisasi, agama, dan sebagainya. Namun, dimensi yang di
kemukakan oleh fits adalah dimensi eksternal yang bersifat umum bagi semua
orang, dan dibedakan atas lima bentuk, yaitu:
a. Diri fisik (physical self)
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara
fisik.Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya,
penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan
tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus).
b. Diri etik-moral (moral-ethical self)
Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya di lihat dari standar
pertimbangan nilai moral dan etika.Hal ini menyangkut persepsi seseorang
mengenai hubungan dengan tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan
keagamannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi batasan
baik dan buruk.
c. Diri pribadi (personal self)
Diri pribadi merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan
pribadinya. Hal ini tidak di pengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan
orang lain, tetapi di pengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas
terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadiyang
tepat.
d. Diri keluarga (family self)
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam
kedudukannya sebagai anggota keluarga.Bagian ini menunjukkan seberapa
jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga,
serta terhadap peran maupun fungsi yang di jalankannya sebagai anggota dari
suatu keluarga.
e. Diri social (social self)
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan
orang lain maupun lingkungan di sekitarnya.
2. Dimensi Kesosialan
Perujudan manusia sebagai makhluk sosial terutama tanpak dalam kenyataan
bahwa tidak ada manusia yang mampu hidup sebagai manusia tanpa adanya
bantua dari orang lain.Realita ini menunjukan bahwa manusia hidup dalam
suasanainterdepensi , dalam antar hubungan , dan antaraksi.dalam kehidupan
manusia selanjutnya , manusia berada dalam satu kesatuan hidup, misalnya
warga kampus, warga suatu kelompok kebudayaan lainnya. Tidak dapat
dibayangkan andaikan manusia sehari saja tanpa ada interaksi dengan manusia
lain dilingkungannya.mungkin dari fisik seseorang dapat memenuhinya
sendiri., tetapi kepuasan batin tidak dapat diperolehnya.karena bagaimanapun
ia membutuhkan orang lain untuk menyampaikan pikiran perasaannya.secara
psikologis setiap orang memiliki dorongan cinta dan dicintai , sehingga
menimbulkan kebahagian dan kepuasan rohaniah.
Ernst Cassirer menyatakan : manusia takkan menemukan diri, manusia takkan
menyadari individualitasnya, kecuali melalui perantaraan pergaulan sosial.
Masyarakat terbentuk dari individu-individu, maju mundurnya suatu
masyarakat akan ditentukan oleh individu-individu yang membangunnya.
Oleh karena setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya hubungan
pengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya maka idealnya situasi
hubungan antara individu dengan sesmanya itu tidak merupakan hubungan
antara subjek dengan objek, melainkan subjek dengan subjek. Berdasarkan hal
itu dan karena terdapat hubungan timbal balik antara individu dengan
sesamanya delam rangka mengukuhkan eksisitensinya masing-masing maka
hendaknya terdapat keseimbangan antara individualitas dan sosialitas pada
setiap manusia.
3. Dimensi Kesusilaan
Manusia sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai potensi dan
kemampuan untuk berfikir, berkehendak bebas, bertanggung jawab, serta
punya potensi untuk berbuat baik. Karena itulah, eksistensi manusia memiliki
aspek kesusilaan. Menurut Immanuel Kant, manusia memiliki aspek kesusilaan
karena pada manusia terdapat rasio praktis yang memberikan perintah mutlak
(categorical imperative). Sebgai makhluk otonom atau memiliki kebebasan,
manusia selalu dihadapkan pada satu alternatif tindakan yang harus dipilihnya.
Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan dengan norma-norma
moral dan nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya. Karena manusia
mempunyai kebebasan memilih dan menentukan perbuatannya secara
otonom maka selalu ada penilaian moral atau tuntutan pertanggung jawaban
atas perbuatannya.
4. Dimensi Keberagaman
Dimensi Keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi
manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan
kebenaran suatu agama yg diwujudkan dalam sikap dan perilaku.
Keberagamaan menyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh
atas suatu agama, adapun yang dimaksud dengan agama ialah : “satu sistem
credo (tata keimanan atau keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar
manusia, satu sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang
dianggapnya mutlak itu, dan satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur
hubungan manusia dengan manusia dan alam lainnya yang sesuai dan sejalan
dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas.
Manusia memiliki potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Di lain pihak, Tuhan pun telah menurunkan wahyu melalui
utusan-utusanNya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk
dipikirkan oleh manusia agar (sehingga) manusia beriman dan bertakwa
kepadaNya. Manusia hidup beragama karena agama menyangkut masalah-
masalah yang bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagamaan akan tampak
dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing individu. Dalam
keberagamaan ini manusia akan merasakan hidupnya menjadi bermakna. Ia
memperoleh kejelasan tentang dasar hidupnya, tata cara hidup dalam
berbagai aspek kehidupannya, dan menjadi jelas pula apa yang menjadi tujuan
hidupnya.
Manusia adalah makhluk yang berkebutuhan atau di sebut homodivinous
(makhluk yang percaya adanya tuhan) atau di sebut juga dengan homo
religious artinya makhluk yang beragama.Berdasarkan hasil riset dan observasi,
hampir seluruh ahli ilmu jiwa sependapat bahwa pada diri manusia terdapat
semacam keinginan dan kebutuhan bersifat universal. Kebutuhan ini melebihi
kebutuhan-kebutuhan yang lainnya,bahkan mengatasi kebutuhan akan
kekuasaan keinginan akan kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan kodrati
berupa keinginan untuk mencintai dan di cintai tuhan.

2.2 Pengembangan dimensi-dimensi manusia


Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya
pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun
pendidikan itu pada dasarnya baik, tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja
bisa terjadi kesalahan-kesalahannya yang lazimnya di sebut salah didik.
Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu
1. Pengembangan yang utuh
Tingkat keutuhan perkembangan dimensi manusia ditentukan oleh dua factor,
yaitu kulaitas dimensi manusia itu sendiri secara potensial dan kualitas
pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas
perkembangannya. Selanjutnya pengembangan yang utuh dapat dilihat dari
berbagai segi yaitu, wujud dan arahnya.
a. Dari Wujud Dimensinya
Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi
keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan keberagamaan, antara aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.Pengembangan aspek jasmaniah dan rohaniah
dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang.
Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan
keberagaman dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapat layanan
dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya.Pengembangan
domain kognitif, afektif dan psikomotor dikatakan utuh jika ketiga-tiganya
mendapat pelayanan yang berimbang.
b. Dari Arah Pengembangan
Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dapat diarahkan kepada
pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dan
keberagaman secara terpadu.Dapat disimpulkan bahwa pengembangan
dimensi hakikat manusia yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu
terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang
secara selaras.Perkembangan di maksud mencakup yang bersifat horizontal
(yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang
menciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian totalitas
membentuk manusia yang utuh.
2. Pengembangan Yang Tidak Utuh
Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi
dalam proses pengembangan jika ada unsur dimensi hakikat manusia yang
terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh
pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi
oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif
didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical
ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya.
Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang
pincang dan tidak mantap. Pengembangan semacam ini merupakan
pengembangan yang patologis.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Pratiwi (2012), hakekat merupakan sesuatu yang mesti ada pada
sesuatu dan jika sesuatu itu tidak ada maka sesuatu tidak berwujud. Jadi
hakekat manusia adalah sesuatu yang pasti ada pada manusia dan sesuatu
yang dimiliki dari manusia yang satu dengan yang lain itu berbeda. Pada
hakekat manusia terdapat 4 dimensi manusia yang dibawa dari lahir. Adapun
dimensi-dimensi tersebut adalah
1. Dimensi keindividuan
2. Dimensi kesosialan
3. Dimensi kesusilaan
4. Dimensi keberagamaan
Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya
pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun
pendidikan itu pada dasarnya baik, tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja
bisa terjadi kesalahan-kesalahannya yang lazimnya di sebut salah didik.
Sehubungan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu
1. Pengembangan yang utuh
2. Pengembangan Yang Tidak Utuh
DAFTAR PUSTAKA

1. Pratiwi, dkk, Hakikat Manusia dalam Perspektif Islam, Malang: LPSHAM


Muhammadiyah Jatim, 2012.
2. Anonim. Januari 2011. Dimensi-Dimensi Hakekat Manusia. Diakses di
Padang, 09 Maret 2015
3. Masbied. Hakikat Manusia dan Pengembangannya 04 Juni 2010

Anda mungkin juga menyukai