Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MAKALAH

AZAZ – AZAZ PENDIDIKAN

Disusun Oleh :

RISTI UTAMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2013 / 2014
BAB I
PENDAHULUAN

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di Indonesia,
terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu.
Pendidikan adalah sebagai usaha sadar yang sistematik selalu bertolak dari sejumlah
landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Asas tersebut sangat penting, karena
pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia suatu bangsa. Asas
pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada
tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Di dalam pembahasan ini secara tersirat akan dijelaskan macam-macam asas dengan
pengkajian dimensi hakikat manusia (keindiidalan, kesosialan, kesusilaan, dan keeragaman).
Pandangan tentang hakikat manusia merupakan tumpuan berpikir utama yang sangat penting
dalam pendidikan.
Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut bersumber dari kecenderungan
umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang
sejarah upaya pendidikan di Indonesia. Asa-asas tersebut diantaranya asas semesta, menyeluruh
dan terpadu, pendidikan seumur hidup, tanggung jawab bersama, manfaat adil dan merata, Tut
Wuri Handayani, Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Kemandirian dalam
belajar.
BAB II
ISI

Asas – Asas Pendidikan


Sebelum kita membicarakan tentang asas – asas pendidikan yang berlaku di Indonesia,
terlebih dahulu kita memiliki kesatuan pendapat tentang arti asas pendidikan. Asas pendidikan
memiliki arti hukum atau kaidah yang menjadi acuan kita dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan.
a. Semesta, menyeluruh dan terpadu
Asas Semesta, menyeluruh & Terpadu artinya pendidikan di Indonesia terbuka
bagi seluruh rakyat, berlaku di seluruh wilayah negara, serta mencakup semua jalur,
jenjang dan jenis pendidikan serta saling berkaitan antara usaha pendidikan dengan
pembangunan
Semesta maksudnya pendidikan diselenggarakan secara terbuka bagi seluruh
rakyat Indonesia. Menyeluruh maksudnya, pendidikan harus mencangkup semua jenis
dan jenjang pendidikan. Terpadu artinya pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
keseluruhan pembangunan Bangsa.
Asas semesta, menyeluruh, dan terpadu, yang berarti bahwa pendidikan nasional
terbuka bagi setiap manusia Indonesia, mencakup semua jenis dan jenjang pendidikan,
dan merupakan satu kesatuan usaha sadar yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan
usaha pembangunan bangsa.

b. Pendidikan seumur hidup


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari
sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal.
a. Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar
tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
b. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Istilah belajar sepanjang hayat erat kaitannya dengan istilah “pendidikan seumur
hidup”. UNESCO Institute for Education menetapkan suatu definisi kerja yakni
pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus :
a. Meliputi seluruh hidup setiap individu.
b. Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan penyempurnaan
secara sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat meningkatkan
kondisi hidupnya.
c. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri (self fulfilment) setiap
individu.
d. Meningkatkan kemampuan dan motivasi utnuk belajar mandiri.
e. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi,
termasuk yang formal, non formal dan informal.
Ada 2 misi yang diemban dalam proses belajar mengajar berdasarkan latar
pendidikan seumur hidup yaitu :: membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif
dan serentak dengan itu, meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai
basis belajar sepanjang hayat.
Mungkin inilah agenda besar pendidikan di Indonesia, yakni manusia Indonesia
yang belajar sepanjang hayat. Konsep belajar sepanjang hayat sendiri telah didefinisikan
dengan sangat baik oleh UNESCO Institute for Education, lembaga di bawah naungan
PBB yang terkonsentrasi dengan urusan pendidikan. Belajar sepanjang hayat merupakan
pendidikan yang harus ;
· meliputi seluruh hidup setiap individu,
· mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan penyempurnaan secara
sistematis,
· tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap indiviu, dan
· mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi (Cropley,
1970: 2-3, Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26, dan Tirtarahardja, 1994: 121).
Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka pendekatan
yang sangat mungkin digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah melalui pendekatan
“Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.” Sedang dalam konteks pendidikan di
Indonesia, konsep “Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual” sedikit banyak telah
termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain
KTSP – yang notabene merupakan bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar
sepanjang Hayat juga termanifestasi dalam program pendidikan non-formal, seperti
program pemberantasa buta aksara untuk warga Indonesia yang telah berusia lanjut, dan
juga program pendidikan informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan
keluarga tentunya.
Pendidikan Sepanjang Hayat (life long education), bhw pend dimulai sejak lahir
sampai mati.
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat
bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu membangun diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa (GBHN, 1993:94). Gambaran tentang manusia Indonesia itu
dilandasi pandangan yang menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan yang utuh,
atau manusia Indonesia seutuhnya, keseluruhan segi-segi kepribadiannya merupakan
bagian-bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lain atau merupakan suatu
kebulatan. Oleh karena itu, pengembangan segi-segi kepribadian melalui pendidikan
dilaksanakan secara selaras, serasi, dan seimbang. Untuk mencapai integritas pribadi
yang utuh harus ada keseimbangan dan keterpaduan dalam pengembangannya. 
 Keseimbangan dan keterpaduan dapat dilihat dari segi:
(1) jasmani dan rohani; jasmani meliputi: badan, indera, dan organ tubuh yang lain;
sedangkan rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya, dan budi nurani,
(2) material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan, dan
papan yang memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan kesejahteraan dan
kebahagiaan yang sedalam-dalamnya dalam kehidupan batiniah,
(3) individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi keinginan
pribadi dan memenuhi tuntutan masyarakatnya,
(4) dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat sesuai dengan keyakinan agam masing-masing
(5) spesialisasi dan generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk memiliki
kemampuan-kemampuan yang umumnya dimiliki orang lain, tetapi juga menginginkan
kemampuan khusus bagi dirinya sendiri.
  Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia
Indonesia seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas
pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap warga
negara Indonesia:
(1) mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang
hidupnya
(2) mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga pendidikan
yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat formal,
informal, non formal
(3) mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai bakat, minat,
dan kemampuan dalam rangka pengembasngan pribadi secara utuh menuju profil
Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945;
(4) mendpaat kesempatan mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 1989.

c. Tanggung jawab bersama


Asas tanggung jawab bersama antara keluarga,masyarakat, dan pemerintah.
Keluarga atau orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya terutama
didasarkan atas cinta kasih, anak adalah amanat dari Tuhan, serta merupakan
konsekwensi dari keberadaannya sebagai orang tua yang telah melahirkannya. Tanggung
jawab tersebut jika dilihat dari aspek kepribadian lebih banyak menekankan pada
pengembangan moral dan keagamaan.
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan dapat terwujud :
a) Membantu pelaksanaan pendidikan yang diselenggrakan oleh pemerintah. Bentuk-
bentuk peran serta masyarakat pada ruang lingkup sekolah misalnya dibentuknya
lembaga komite sekolah, sedangkan tingkat yang lebih tinggi dibentuk oleh dewan
pendidikan.
b) Mengambil bagian sebagai penyelenggara pendidikan, seperti sekolah-sekolah swasta.
c) Menciptakan kondisi tertentu sehingga terselenggara proses belajar oleh masyarakat.
Sementara itu tanggung jawab pendidikan oleh pemerintah sangat jelas sebab sudah
diatur pada Pasal 31 UUD 1945, yaitu pemerintah harus menyelenggarakan Sistem
Pendidikan Nasional, pemerintah wajib membiayai program wajib belajar 9 tahun.

d. Manfaat adil dan merata


Asas manfaat,adil, dan merata yang meliputi asas nondiskriminatif, yang
memandang manusia Indonesia seutuhnya tanpa diskriminasi
Asas Adil dan Merata, asas yg diterapkan dalam menghadapi situasi yang
beraneka ragam

e. Tut Wuri Handayani, Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa
Asas tut wuri handayani merupakan gagasan yang mula – mula dikemukakan oleh
Kihajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut wuri
handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari
belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik – narik dari depan, membiarkan anak
mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya
(Hamzah, 1991 : 90). Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa
penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut
serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia (Jurnal
Pendidikan, No. 2:224)
Asas tut wuri handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha
sendiri, dan ada kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa da tindakan
(hukuman) pendidik (Karya KiHajar Dewantara, 1962 : 59). Hal itu tidak menjadikan
masalah, karena menurut ki Hajar Dewantara setiap kesalahan yang dilakukan anak didik
akan membawa pidananya sendiri, kalau tidak ada pendidik sebagai pemimpin yang
mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan demikian, setiap kesalahan yang
dialami anak tersebut bersifat mendidik. Menurut asas Tut Wuri Handayani :
1. Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaaan
2. Pendidikan adalah penggoulowenthah yang mengandung makna : momong, among,
ngemong (Karya Kihajar Dewantara, hal. 13). Among mengandung arti
mengembangkan kodrat alam anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi
subur dan selamat. Momong mempunyai arrti mengamat – amati anak agar dapat
tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin
diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan.
3. Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en verrde)
4. Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak)
5. Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri
di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik).
Ing Ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (kalau
didepan pendidik memberi contoh, kalau ditengah memberi dorongan, dan kalau
dibelakang memberikan pengaruh yg baik menuju hal yg baik)
Ø      Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
Ø      Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
Ø      Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

f. Kemandirian dalam belajar


Asas ini tidak dapat dipisahkan dari 2 asas tut wuri handayani dan belajar
sepanjang hayat. Implikasi dari asas ini adalah pendidik harus menjalankan peran
komunikator, fasiltator, organisator, dsb. Pendidik diharapkan dapat menyediakan dan
mengatur berbagai sumber belajar sedemikian rupa sehingga memudahkan peserta didik
berinteraksi dengan sumber belajar tersebut. 
Selanjutnya, asas belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apa bila
didasarkan pada asumsi bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar,
karena adalah tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selalu
tergantung dari bantuan guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan mampu menempatkan guru
dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator, disamping peran-peran lain:
informator, organisator dan sebagainya. Sebagai fasilitator guru diharapkan menyediakan
dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga memudahkan peserta didik
berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru
mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar itu.
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian
dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap
untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalamperan
utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang
dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa
Aktif).
Baik asas tut wuri handayani maupun asas belajar sepanjang hayat erat kaitannya
dengan asas kemandirian dalam belajar. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan
menempatkan guru dalam peran utama sebagai :
  Fasilitator, yaitu guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar
sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut.
  Motivator, yaitu guru mengupayakan timbulnya prakarsa sisik untuk memanfaatkan
sumber belajar.
  Organisator, yaitu guru mempunyai suatu tugas untuk mengorganisasikan peserta
didiknya guna memudahkan dalam proses belajar yang akan dijalaninya.
  Informator, yaitu guru sebagai salah satu sumber atau pemberi informasi guna
membantu para peserta didiknya dan memudahkan dalam proses belajar.
Pengembangan kemandirian dalam belajar dapat dimulai dalam kegiatan intrakurikuler,
yang dikembangkan dan dimantapkan selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstra
–kurikuler.
Terdapat beberapa strategi belajar mengajar atau kegiatan belajar-mengajar yang dapat
memberi peluang pengembangan kemandirian dalam belajar, antar lain:
1.      Cara Belajar Siswa Aktif (CSBA). Dalam hal pendekatan belajar ini, siswa dituntut
mengambil prakarsa atau memikul tanggung jawab tertentu dalam belajar-mengajar di
sekolah, umpamanya melalui lembaga kerja.
2.      Belajar melalui modul.
3.      Paket belajar.
4.      Pengajaran berprogram.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, dan hasilnya tidak segera tampak. Oleh
karena itu pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan
memperhatikan sejumlah asas pendidikan.
Pendidikan di Indonesia tidak lepas dari kiprah Ki Hajar Dewantara sang pelopor
pendidikan yang mempopulerkan tiga asas penting dalam kegiatan pendidikan yang masih
dijadikan teladan sampai sekarang yaitu asas tut wuri handayani, asas ing ngarso sungtolodo, dan
asas ing madyo mangunkarso.
Semangat untuk terus melestarikan “Tut Wuri Handayani” dalam dunia pendidikan dirasa
begitu penting, mengingat makna dari semboyan Ki Hadjar tersebut yaitu membuat orang
menjadi pribadi yang mandiri.
ASAS-ASAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA
Pendidikan nasional dilaksanakan dengan memperhatikan asas-asas:
1. Asas semesta, menyeluruh dan terpadu
2. Asas pendidikan seumur hidup
3. Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah
4. Asas pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat
5. Asas keselarasan dan keterpaduan dengan Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara
6. Asas Bhineka Tunggal Ika
7. Asas keselarasan, keserasian dan keseimbangan
8. Asas manfaat, adil, dan merata
9. Asas ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani
10. Asas mobilitas, efisiensi, dan efektivitas
11. Asas kepastian hukum

Asas – asas pelaksanaan pendidikan nasional pada hakekatnya adalah fundamen (dasar) yang
menjiwai dan mewarnai pelaksanaan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendididikan.
SUMBER:
- www.superthowi.wordpress.com/2012/08/14/landasan-azas-azas-pendidikan-dan-
penerapannya-2/
- http://moshimoshi.netne.net/materi/ilmu_pendidikan/bab_3.htm
- http://qym7882.blogspot.com/2009/03/asas-asas-pendidikan-dan-penerapannya.html
- http://rian-priyadi.blogspot.com/2012/09/azas-azas-pendidikan.html
- http://informasilive.blogspot.com/2013/04/landasan-dan-asas-asas-pendidikan-serta.html
- http://dedy-aswan.blogspot.com/2012/11/bab-3-landasan-dan-asas-asas-
pendidikan_8483.html
- http://anshar-mtk.blogspot.com/2013/03/asas-asas-pendidikan.html
- http://fitriacimutz.blogspot.com/2012/11/asas-asas-pendidikan.html
- https://sites.google.com/a/students.unnes.ac.id/pus/pendidikan-untuk-
semua/asassemestamenyeluruhdanterpadu
- http://bahrulalrasyid.blogspot.com/2013/03/8-asas-asas-pelaksanaan-pendidikan.html
- http://yanugilang.blogspot.com/2010/02/tugas.html
- Google.com

Anda mungkin juga menyukai