Anda di halaman 1dari 54

1.

Pengertian Karakter

Menurut bahasa (etimologi) istilah karakter berasal dari bahasa latin kharakter yang berarti
membauat tajam dan membuat dalam.

Kata karakter berarti sifat-sifat kejiawaan, akhlak atau budi peketi yang membedkan
seseorang dengan orang lain, atau bermakna bawaan, hati,jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku,personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak.

Menurut istilah (terminologi),

a.       Herman kartajaya (2010) karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau
individu (manusia). Ciri khas tersebut adalah asli, mengakar pada kepribadian benda atau
individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak,
bersikap, berujar serta merespon sesuatu.

b.      Imam ghozali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu
spontanitas manusia dalam bersikap atau melakukan perbuatan yang telah menyatudalam
diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu difikirkan lagi.

 
Dapat ditegaskan bahwa karakter merupakan perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan YME, diri sendiri,sesama manusia, lingkungan dan perbuatan berdasarkan norma –
norma agama,hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Orang yang perilakunya sesuai
dengan norma-norma disebut berkarakter mulia.

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai
dengan nilai-nilai seperti :

a.       Reflektif

b.      Percaya diri

c.       Rasional

d.      Logis

e.      Kritis

f.        Analitis

g.       Kreatif dan inovatif

h.      Mandiri

i.         Hidup sehat

j.        Bertanggung jawab

k.       Dapat dipercaya

l.         Jujur

m.    Menepati janji

n.      Adil

o.      Rendah hati
2. Pendidikan karakter

Pedidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui


pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu
tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak oarang lain, kerja keras.

Berikut ini beberapa definisi dan pengertian pendidikan karakter dari beberapa sumber
buku:

 Menurut Zubaedi (2011:17), pendidikan karakter diartikan sebagai upaya penanaman


kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam
bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya,
diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, masyarakat dan
lingkungannya. 
 Menurut Saptono (2011:23), pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan
dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character)
berlandaskan kebijakan-kebijakan ini (core virtues) yang secara objektif baik bagi
individu maupun masyarakat. 
 Menurut Kusuma (2011:5), pendidikan karakter adalah pembelajaran yang mengarah
pada penguatan dan pengembangan prilaku anak secara utuh yang didasarkan pada
suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. kepada lingkungannya.

Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat pancasila dan


pembukaan UUD 1945 dilatar-belakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang
berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai pancasila,
bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, memudarnya kesadaran
terhadap nilai-nilai budaya bangsa, ancaman disintregasi bangsa, dan melemahnya
kemandirian bangsa.

 
3. Tujuan dan fungsi Pendidikan Karakter

Thomas lickona mengungkapkan bahwa ada 10 tanda zaman yang kini terjadi, tetapi harus
diwaspadai karena dapat membawa bangsa menuju jurang kehancuran, diantaranya adalah :

a.       Meningkatnya kekerasan dikalangan masyarakat

b.      Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk/tidak baku

c.       Pengaruh per-group(geng) dalam tindak kekerasan menguat

d.      Meningkatnya perilaku merusak diri,seperti penggunaan narkoba,alkoholdan seks


bebas

e.      Semakn rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru

f.        Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan kelompok

g.       Membudayakan kebohongan

h.      Adanya rasa saling curiga dan kebencian antar sesama

i.         Dll

Pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak


mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, beorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan YME berdasarkan pancasila.

Fungsi pendidikan karakter adalah :


 Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berfikiran baik, da berprilaku baik
 Memperkuat dan membenagun perilaku bangsa
 Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Nilai-Nilai Karakter Yang Harus Dikembangkan
Pendidikan karakter bukan hanya sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang
salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan
yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan
nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. 

 Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter, antara lain sebagai berikut:

a. Agama

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragam. Oleh karena itu, kehidupan individu,
masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara
politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas
dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus
didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

b. Pancasila

Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan


dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan,
budaya, dan seni

c. Budaya

Nilai-nilai budaya dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti
dalam komunikasi antar anggota masyarakat. Posisi budaya yang demikian penting dalam
kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan
budaya dan karakter bangsa.

d. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling
operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Nilai-nilai karakter tersebut selanjutnya dijabarkan dan diimplementasikan dalam


konfigurasi psikologis dan sosiokultural yang dijelaskan seperti gambar diagram di bawah
ini:
 ·Olah hati. Beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan,
bertanggung jawab, berempati, berani mengambil risiko, pantang menyerah, rela
berkorban, dan berjiwa patriotik.  
 ·  Olah pikir. Cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks,
dan reflektif.  
 ·  Olah raga. Bersih dan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat,
kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.  
 ·  Olah rasa dan karsa. Kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong,
kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia),
mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan
bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos.

Tahapan Pengembangan Karakter


Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan
kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki
pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika
tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga
menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri.

Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good
character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling  (penguatan
emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral.

Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem
pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan
mengamalkan nilai-nilai kebajikan (moral).

Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah kognitif


adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing
moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral
reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri (self
knowledge).

Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia
berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan
oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem),
kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good),
pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility).

Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome)
dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang
dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter
yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).

Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara


komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan
atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai
perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan
YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional

Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa manusia yang telah terbiasa tersebut
secara sadar menghargai pentingnya nilai karakter (valuing). Karena mungkin saja
perbuatannya tersebut dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena
tingginya penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu
dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang tulus untuk
mengharagi nilai kejujuran itu sendiri.

Oleh karena itu dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek perasaan (domain
affection atau emosi). Komponen ini dalam pendidikan karakter disebut dengan “desiring
the good” atau keinginan untuk berbuat kebaikan.

Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus melibatkan bukan saja aspek
“knowing the good” (moral knowing), tetapi juga “desiring the good” atau “loving the good”
(moral feeling), dan “acting the good” (moral action). Tanpa itu semua manusia akan sama
seperti robot yang terindoktrinasi oleh sesuatu paham.

Dengan demikian jelas bahwa karakter dikembangkan melalui tiga langkah, yakni
mengembangkan moral knowing, kemudian moral feeling, dan moral action. Dengan kata
lain, makin lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan makin membentuk
karakter yang baik atau unggul/tangguh.

Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran agama, pelajaran


kewarganegaraan, atau pelajaran lainnya, yang program utamanya cenderung pada
pengenalan nilai-nilai secara kognitif, dan mendalam sampai ke penghayatan nilai secara
afektif.
Metode Dalam Implemetasi Karakter
1. Mengajarkan

Memahami konseptual tetap diperlukan sebagai bekal konsep nilai yang dijadikan rujukan
untuk mewujudkan karakter tertentu yang memerlukan peran lingkungan dalam pendidikan
karakter. Mengajarkan karakter berarti memberikan pemahaman pada anak mengenai
struktur nilai tertentu, maslahat dan juga keutamaan. Mengajarkan nilai ini mempunyai dua
faedah utama yakni memberikan pengetahuan konseptual baru dan juga dijadikan
pembanding atas pengetahuan yang sudah dimiliki anak. Untuk itu, proses mengajarkan
bukanlah monolog akan tetapi melibatkan peran serta dari anak.

2. Keteladanan

Seorang anak nantinya akan lebih banyak belajar dari apa yang dilihat dan keteladanan ada
pada posisi penting dimana seorang guru harus lebih dulu memiliki karakter yang akan
diajarkan. Seorang anak atau peserta didik akan melihat dan meniru yang dilakukan oleh
guru dibandingkan dengan apa yang dilaksanakan oleh guru. Keteladanan ini tidak hanya
bersumber dari guru namun juga dari semua manusia yang ada dalam lembaga pendidikan
tersebut, orang tua, kerabat dan semua orang yang berhubungan dengan peserta didik
tersebut. Dalam kondisi ini, seorang anak akan membutuhkan lingkungan pendidikan yang
utuh agar bisa saling mengajarkan karakter.

3. Menentukan Prioritas

Menentukan prioritas yang jelas harus ditetapkan untuk cara membentuk karakter anak usia
dini supaya proses evaluasi bisa berhasil atau tidak mengenai pendidikan karakter akan
semakin jelas. Tanpa adanya prioritas, maka pendidikan karakter juga tidak bisa fokus sebab
tidak bisa dinilai dari berhasil dan tidka berhasil. Pendidikan karakter menghimpun
kumpulan nilai yang dianggap penting untuk pelaksanaan dan juga realisasi visi lembaga.
Untuk itulah, lembaga pendidikan mempunyai kewajiban untuk menentukan tuntutan
standar yang ditawarkan pada peserta didik dan juga semua pribadi yang ikut terlibat dalam
lembaga pendidikan juga harus paham dengan baik mengenai nilai yang akan ditekankan
pada lembaga pendidikan karakter ketiga. Apabila lembaga ingin menentukan perilaku
standar yang menjadi ciri lembaga, maka karakter lembaga tersebut juga harus bisa
dipahami oleh peserta didik, masyarakat dan juga orang tua.

4. Praksis Prioritas

Metode lain yang juga tidak kalah penting dalam pendidikan karakter adalah bukti
dilaksanakannya prioritas karakter tersebut. Lembaga pendidikan haruslah bisa membuat
verifikasi mengenai sejauh mana prioritas yang sudah ditentukan sudah bisa direalisasikan
dalam lingkungan pendidikan lewat berbagai unsur yang ada dalam lembaga pendidikan
tersebut.

5. Refleksi

Refleksi memiliki arti yang dipantulkan ke dalam diri pada etika dalam pendidikan karakter.
Apa yang sudah dialami masih bisa terpisah dengan kesadaran diri sejauh ia belum
dihubungkan dna dipantulkan dengan isi dari kesadaran seseorang. Refleksi ini juga bisa
disebut dengan proses bercermin, mematutkan diri pada konsep atau peristiwa yang sudah
dialami.

6. Metode Bercerita [Telling Story]

Ha l terpenting dalam metode ini adalah guru harus bisa membuat kesimpulan bersama
dengan siswa karakter apapun yang diperankan dalam tokoh protagonis yang bisa ditiru
oleh siswa dan karakter dari para tokoh antagonis harus bisa dihindari dan nantinya tidak
ditiru oleh peserta didik. Dengan ini, maka para pengajar harus bisa mengambil hikmah dari
cerita keberhasilan tokoh perjuangan, tokoh ternama dan juga pesohor yang berjuang
sekuat tenaga sebelum mencapai keberhasilan.

7. Metode Diskusi

Metode diskusi dalam pengertian karakter menurut para ahli memiliki beberapa manfaat


diantaranya untuk membuat sebuah masalah yang berhubungan dengan pendidikan
karakter akan terlihat lebih menarik, membantu peserta didik agar terbiasa untuk
mengutarakan pendapat, lebih mengenai dan mengalami sebuah masalah, menciptakan
suasana yang lebih  rileks dan informal namun tetap terarah dan yang terakhir untuk
menggali pendapat dari peserta didik yang pemalu, tidak banyak bicara atau bahkan sangat
jarang bicara.

8. Metode Simulasi

Metode simulasi atau bermain peran, role playing atai sosiodrama dilakukan agar peserta
didik bisa mendapatkan keterampilan tertentu baik itu yang bersifat profesional atau yang
berguna bagi kehidupan sehari hari. Selain itu, simulasi juga bisa ditujukan untuk
memperoleh pemahaman mengenai sebuah konsep atau prinsip dan juga bertujuan untuk
memecahkan sebuah masalah yang relevan dengan pendidikan karakter.

9. Metode Pembelajaran Kooperatif

Dari pendapat beberapa ahli, macam macam teori belajar dalam psikologi yakni kooperatif
ini dianggap yang paling umum dan efektif untuk implementasi pendidikan karakter. Dalam
implementasi metode, sejumlah nilai karakter bisa dikembangkan menjadi beberapa nilai
seperti mandiri, kerja sama, terbuka, menghargai pendapat orang lain, tenggang rasa,
analitis, santun, logis, kritis, dinamis dan juga kreatif.

10. Metode Percakapan

Metode percakapan atau hiwar merupakan percakapan silih berganti yang terjadi diantara
dua pihak atau lebih lewat tanya jawab tentang sebuah topik pembahasan dan dengan
sengaja memang diarahkan pada sebuah tujuan yang dikehendaki. Dalam metode
percakapan pada pendidikan karakter ini akan berdampak pada pendengar atau pembaca
yang mengikuti topik percakapan tersebut dengan seksama dan penuh akan perhatian. Hal
tersebut bisa disebabkan karena berbagai faktor seperti:

 Permasalahan ditampilkan dengan dinamis sebab dua belah pihak yakni pendidik
dan peserta didik akan langsung terlibat dalam pembicaraan secara timbal balik
sehingga tidak terasa membosankan. Bahkan dialog tersebut akan mendorong
kedua belah pihak untuk terus memperhatikan dan meneruskan pola pikir sehingga
bisa menemukan sesuatu yang baru dan mungkin salah satu pihak nantinya berhasil
untuk memberii keyakinan pada rekannya mengenai pandangan yang dikemukakan.
 Pembaca atau pendengar akan tertarik untuk mengikuti percakapan dengan tujuan
agar bisa mengetahui kesimpulan yang bisa juga menghindarkan dari kebosanan
dan bisa meningkatkan semangat.
 Membangkitkan perasaan dan kesan seseorang sehingga bisa memberikan dampak
pendagogis yang bisa membantu ide tersebut dalam jiwa pembaca atau pendengar
dan mengarahkannya pada tujuan akhir dari pendidikan.

11. Metode Perumpamaan

Dalam pendidikan karakter, ada banyak perumpamaan yang bisa digunakan dimana metode
ini sangat baik digunakan guru atau pengajar dalam memberi pengajaran pada peserta
didik khususnya dalam menanamkan karakter yang dikatakan sebagai cara belajar efektif
menurut psikologi. Metode perumpamaan ini hampir serupa dengan metode kisah yakni
dengan membacakan sebuah kisah atau teks. Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan
dari metode ini dan beberapa diantaranya adalah:

 Mendekatkan makna dengan pemahaman


 Merangsang kesan dan juga pesan yang berhubungan dengan makna tersirat dalam
perumpamaan tersebut
 Mendidik akal agar bisa berpikir logis memakai logis yang sehat
 Motif yang bisa menggerakan perasaan menghidupkan naluri yang kemudian akan
menggugah kehendak sekaligus mendorong agar bisa melakukan amal baik
sekaligus menjauhi kemungkaran.
12. Metode Keteladanan

Dalam upaya menanamkan karakter pada peserta didik, keteladanan adalah metode yang
efektif sekaligus efisien. Peserta didik khususnya siswa dengan usia pendidikan dasar dan
menengah umumnya lebih meneladani atau meniru pendidik atau guru. Hal ini dikarenakan
secara psikologis, siswa memang sangat senang meniru tidak hanya segala sesuatu yang
baik namun terkadang yang buruk juga ikut ditiru. Guru atau pendidik merupakan orang
yang dijadikan panutan peserta didik dan setiap anak awalnya akan mengagumi kedua
orang tua mereka dan semua tingkah laku orang tua akan diikuti oleh anak.

Untuk itulah, seorang anak harus bisa memberikan teladanan yang baik pada anak seperti
contohnya saat sedang makan membaca doa yang nantinya akan ditiru oleh anak. Namun
saat sudah bersekolah, maka seorang anak akan mulai meniru semua yang dilakukan oleh
guru sehingga seorang guru juga harus bisa memberikan keteladanan baik pada peserta
didik agar juga bisa menanamkan karakter yang baik secara efektif dan efisien.

13. Metode Pembiasaan

Metode pembiasaan yang merupakan satu dari macam macam metode


pembelajaran merupakan sesuatu yang secara sengaja dilakukan secara berulang kali
supaya bisa dijadikan kebiasaan. Metode pembiasaan ini memiliki inti pengalaman sebab
yang dibiasakan tersebut adalah sesuatu yang sedang diamalkan. Inti dari kebiasaan ini
adalah pengulangan dan pembiasaan akan menempatkan manusia sebagai sesuatu yang
istimewa, bisa menghemat kekuatan, bisa melekat dan spontan dan bisa dilakukan dalam
setiap pekerjaan.

Untuk itu menurut para pakar, metode pembiasaan ini sangat efektif dalam pembinaan
karakter dan juga kepribadian anak. Sebagai contoh, orang tua yang membiasakan anaknya
untuk bangun pagi, maka seorang anak juga akan menjadi rutinitas bangun pagi tersebut
menjadi sebuah kebiasaan.

Selain beberapa metode dalam pendidikan karakter yang sudah kami sebutkan diatas,
masih ada dua metode penting lain yang harus diterapkan dalam pendidikan karakter yakni:

 Metode Live In: Agar seorang anak bisa memiliki pengalaman hidup bersama orang
lain secara langsung dalam situasi yang sangat berbeda dengan kehidupan sehari
hari.
 Metode janji dan ancaman: Janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang
disertai dengan bujukan dan ancaman karena dosa yang dilakukan  dengan tujuan
agar anak bisa mematuhi aturan Tuhan namun dengan titik penekanan yang
berbeda.
10.1 Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk tanpa kata-
kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada
komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut
terpakai. Karena itu, komunakasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi
nonverbal lebih bersifat jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan

Non verbal juga bisa diartikan sebagai tindakan-tindakan manusia yang secara sengaja
dikirimkan dan diinterpretasikan seperti tujuannya dan memiliki potensi akan adanya
umpan balik (feed back) dari penerimanya. Dalam arti lain, setiap bentuk komunikasi tanpa
menggunakan lambang-lambang verbal seperti kata-kata, baik dalam bentuk percakapan
maupun tulisan. Komunikasi non verbal dapat berupa lambang-lambang seperti gesture,
warna, mimik wajah dll          

Menurut Laryy A. Samovar dan Richard E. Porter, Komunikasi nonverbal mencakup semua
rangsangan, kecuali rangsangan verbal, dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan
oleh individu yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi
definisi ini mencakup perilaku yang sengaja maupun tidak sengaja sebagai bagian dari
peristiwa komunikasi secara keseluruhan. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua
isyarat yang bukan kata-kata

            Masyarakat saat ini sadar bahwa dalam berkomunikasi tidak hanya dapat
disampaikan lewat kata-kata akan tetapi juga dapat melalui alat indera lainnya seperti mata,
alis dagu dan sebagainya.

Ciri-ciri:

-          Disampaikan dengan menggunakan isyarat (Gesture), gerak-gerik (Movement),


Postur/ Tipologi, kinesic/Sentuhan, Penampilan fisik, ruang, jarak, waktu, consumer product
dan artefak.

-          Proses komunikasi implisit dan dapat terjadi dua arah maupun satu arah

-          Kualitas proses komunikasi tergantung pada pemahaman terhadap persepsi orang


lain
Urgensi:

-          Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal

-          Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan melalui pesan nonverbal daripada
pesan verbal

-          Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari
penipuan, distorsi, dan kerancuan

-          Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk


mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi

-          Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan


dengan pesan verbal

-          Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat

Fungsi:

-          Repetisi, yaitu mengulang kembali pesan yang disampaikan secara verbal. Contoh:
anda menganggukan kepala ketika mengatakan “ya” dan menggelengkan kepala saat
mengatakan “tidak”

-          Subtitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Contoh anda


menggoyahkan tangan anda dengan telapak tangan penghadap kedepan sebagai
pengganti kata “tidak” saat seorang pengamen menghampiri mobil anda

-          Kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap
pesan verbal. Contoh: seorang suami mengatakan “bagus” ketika dimintai komentar oleh
istrinya mengenai gaun yang baru dibelinya sambil terus terpukau pada koran yang sedang
dibacanya

-          Kompelem, yaitu melengkapi dan memperkaya makna nonverbal. Contoh: anda


melambaikan tangan saat mengatakan selamat jalan”

-          Aksestuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Contoh: anda


sebagai mahasiswa membereskan buku-buku
 

Hambatan:

Komunikasi nonverval sangat penting bagi kebermaknaan suatu komunikasi, namun sulit
untuk dipelajari karena memiliki hambatan-hambatan yaitu

1.      Hambatan konsepsi atau pemahaman

Dalam berkomunikasi bisa terjadi kesalahpahaman antara orang-orang yang


berkomunikasi.  Kesalahanpahaman ini terjadi karena beberapa sebab, yaitu:

a.       Komunikasi nonverbal bersifat insting dan tidak dapt dipelajari

b.      Adanya keyakinan bahwa fenomena nonverbal seperti ekspresi wajah dan postur
tubuh merefleksikan ciri biologis dan kematangan yang bersifat herediter dari komunikator

c.       Banyaknya gerak isyarat yang digunakan dalam berkomunikasi membuatnya sulit


untuk dipelajari secara praktis dan sistematis dalam hubungannya dengan perilaku manusia

2.      Hambatan sejarah

Pada awalnya, cara pergerakan dalam pengucapak bahasa dianggap perlu dilakukan untuk
menarik perhatian audience, bukan sebagai pelengkap dan penguat pesan yang ingin
disampaikan

Gaya Umum:

            Ada berbagai macam gaya umum dari tingkah laku sosial yang dapat disampaikan
oleh pesan nonverbal yang menyangkut gestik, gerakan dan percakapan yang saling
berkombinasi:

1.      Gaya afiliatif.

Dikatakan gaya afiliatif yang hangat dan bersahabat apabila ada sejumlah elemen seperti
kedekatan fisik, beberapa kontak tubuh tertentu, kontak mata, tersenyum, nada ramah
dalam suara dan percakapan tentang personal topic

2.      Teknik-teknik dominan

Banyak orang yang menggunakan teknik ini secara tidak sadar, ada yang menghindar agar
tidka dikuasai orang lain tapi tidak dapat dan ada yang harus mampu untuk mengendalikan
orang lain, misalnya para guru
3.      Pola-pola umum yang lain dalam interaksi

Ada sejumlah gaya umum yang merupakan kombinasi-kombinasi yang selaras dari sinyal-
sinyal verbal dan nonverbal yang berbeda-beda, misalnya: Percaya diri sendiri dan yakin
versus ragu-ragu, depresi versus gembira

Strategi-strategi tingkah laku berkaitan erat dengan teknik dan gaya sosial yang digunakan
oleh masing-masing individu dalam membina relasi sosial. Teknik-teknik sosial dapat
digunakan dalam urutan khusus atau sangat tergantung pada feedback, dapat disadari dan
disengaja.
10.2 Jarak zona
Jarak zona

Studi yang menelaah persepsi manusia atas ruang (pribadi dan social), cara manusia
menggunakan ruang, dan pengaruh ruang dalam komunikasi disebut Proxemic. (Edward T.
Hall dalam Mulyana, 2005).

Biasanya kita mempunyai tempat, misalnya di mana kita biasa duduk saat kuliah atau
bekerja, ruang mana yang biasa digunakan oleh masing-masing anggota keluarga. Bahkan
dalam interaksi sehari- hari di luar rumah, misalnya dalam menggunakan fasilitas umum,
walaupun kita berdesak-desakkan, namun tetap ada ruang/sudut kita sendiri. Artinya, orang
membuat jarak atau ruang.

Jarak atau ruang memiliki fungsi:

1.      Safety  : Ketika ada jarak antara kita dan orang lain, kita akan merasa aman karena kita
yakin orang tersebut tidak akan menyerang kita dengan mengejutkan.

2.      Communication  : ketika orang-orang berdekatan dengan kita, kita akan dengan


mudah berkomunikasi dengan mereka

3.      Affection  : Ketika orang-orang dekat dengan kita, kita bisa saling menjalin keakraban

4.      Threat  : atau ancaman, bisa dilakukan hal sebaliknya, kita dapat mempertimbangkan
memperlakukan orang lain dengan melanggar ruang mereka.

Kebiasaan/kecenderungan penggunaan ruang muncul karena dorongan teritorial.  Menurut 


Edward T. Hall, seorang antropolog, penggunaan ruang berhubungan erat dengan
kemampuan bergaul dengan sesama dan penentuan keakraban antara diri dengan orang
lain. Berdasarkan pengamatannya di Amerika Utara, Hall menentukan 4 zone jarak di mana
manusia bergerak tersebut:
·    Jarak Intim  0-18 inci (< 0,5m)

Jarak ini biasa digunakan dengan orang yang intim. Pada jarak ini, kehadiran orang lain
secara fisik dirasa mengganggu. Dalam jarak ini, pandangan mata terdistorsi dan suara-
suara yang terdengar berupa sebuah bisikan, erangan, atau dengkuran. Pada jarak ini juga
dua orang tersebut dapat merasakan panas dan bau tubuh serta dapat menyentuh
pasangannya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada saat-saat di mana kita ikut terlibat
dengan emosi seseorang, perasaan kita berubah mengikuti moodnya. Namun berdesak-
desakkan di dalam lift tidak termasuk dalam kategori ini karena syarat yang ada dalam
kategori ini adalah harus terdapat kesengajaan atau ada daya tarik-menarik antara dua
orang tersebut.

·    Jarak Pribadi (Personal)  18 inci - 4 kaki (± 0,5m-1,5m)

18 inci merupakan jarak terluar dari jarak intim dan awal dari jarak personal. Pada jarak ini
kita kehilangan rasa panas dan bau badan pasangan kecuali bila menggunakan wewangian
yang kuat baunya. Pandangan mata mulai terlihat fokus dan suara yang dikeluarkan mulai
memiliki arti verbal. Walaupun syarat yang termasuk dalam tipe ini khas, namun seseorang
masih dapat memegang, atau mendorong pasangannya. Jarak ini merupakan jarak interaksi
dari teman baik, juga merupakan jarak yang paling sesuai bagi orang-orang yang
mendiskusikan masalah-masalah pribadi.

·         Jarak Sosial  4 - 10 kaki (1,5m-3m)

Disebut juga sebagai jarak psikologis, dimana seseorang mulai merasa cemas saat orang
lain memasuki batas wilayahnya (merupakan zona transaksi impersonal). Dalam jarak ini kita
dapat benar- benar melihat dan mendengar dengan jelas. Mata kita dapat fokus pada
keseluruhan wajah orang  yang dihadapi ketika jaraknya lebih dari 8 kaki. Jarak ini sesuai
untuk pertemuan-pertemuan dalam urusan kantor dan tidak menjadi masalah ketika kita
tidak peduli dengan kehadiran orang lain dan mudah untuk tidak terlibat dalam
pembicaraan orang-orang di sekitar kita pada jarak tersebut.

·    Jarak Publik  10 kaki - tidak terbatas (± 3m)

Sekali seseorang ada pada jarak ini kita dapat memahami nuansa arti dari wajah atau
intonasi suara orang lain. Mata kita dapat memandang tubuh orang lain. Ini merupakan
jarak  perkuliahan,  pertemuan massa, interaksi dengan figur yang memiliki kekuatan.
Zona jarak tersebut dapat dirangkum dalam tabel di bawah ini:

Jarak Nama Jarak Karakteristik Vokal Isi Pesan


0 – 6 inci Jarak Intim (Fase Bisikan halus Top secret
Dekat)
6 – 18 Jarak Intim (Fase Bisikan    yang     dapat Sangat rahasia
inci Jauh) didengar
1,5 – 2,5 Jarak Pribadi (Fase Suara halus Masalah Pribadi
kaki Dekat)
2,5 – 4 Jarak Pribadi (Fase Suara yang sangat pelan Masalah Pribadi
kaki Jauh)
4 – 7 kaki Jarak Sosial (Fase Suara penuh Informasi Nonpribadi
Dekat)
7 – 12 Jarak Sosial (Fase Suara penuh tapi agak nyaring Informasi publik yang bisa
kaki Jauh) didengar orang lain
12 – 25 Jarak Publik (Fase Suara keras yang bisa didengar Informasi publik yang bisa
kaki Dekat) kelompok didengar orang lain
≥ 25 kaki Jarak Publik (Fase Suara paling nyaring Memanggil.
Jauh)
Dari jarak yang digunakan orang dalam berkomunikasi dapat kita maknai sebagai berikut:

·        Status. Orang-orang dengan status setara membuat jarak yang lebih dekat antara
mereka dibandingkan dengan orang-orang yang memiliki status berbeda.

·        Konteks. Makin besar jarak, makin besar pula usaha yang dibutuhkan untuk
memperkecil jarak tersebut agar isi komunikasi dapat dikelola.

·        Masalah. Makin rahasia masalah yang dibicarakan, makin dekat pula jarak yang dibuat.
Sebaliknya, makin umum permasalahan, makin jauh jarak yang dibuat

·        Jenis kelamin dan usia. Sesama wanita mengambil jarak yang lebih dekat
dibandingkan dengan yang dilakukan pria dengan sesama jenis kelaminnya atau antara pria
dan wanita.

·        Penilaian positif dan negatif. Orang mengambil jarak yang lebih jauh dengan orang
lain yang memiliki status lebih tinggi, figur kekuasaan, musuh, orang-orang yang memiliki
cacat fisik, orang dari ras yang berbeda, dan juga dari orang-orang yang dinilai negatif
dibandingkan dengan jarak yang dibuat dengan teman atau anggota kelompok.

Penggunaan Ruang

Peraturan mengenai jarak sosial pada sekelompok orang bahwa kita dapat mendeteksi
suatu aturan dalam pergaulan dengan melihat reaksi mereka ketika kita datang. Kalau kita
merasa aman namun mereka tidak merasa aman, sebaiknya kita mundur. Apabila mereka
melanggar ruang kita, pertimbangkan untuk membalas melanggar mereka.

·        Penggunaan Ruang antara di kota dan di desa

Orang-orang yang tinggal di desa atau kota kecil sering menghabiskan waktu bersama-
sama sehingga kebersamaannya sangat terasa. Sebaliknya di kota besar dan sesak, orang-
orang cenderung menjaga jarak dan tidak mau saling berdekatan. Normalnya, orang-orang
yang tinggalnya saling berjauhan satu sama lain akan meluaskan jarak sosial mereka,
bahkan setelah bersalaman dengan orang lain, mereka akan mundur pada jarak aman
mereka.

·        Penggunaan Ruang dalam Berbagai Budaya

Tiap negara memiliki peraturan yang berbeda-beda mengenai jarak sosial. Kepadatan di
negara- negara Asia, membuat orang-orang di Asia terbiasa berbicara berdekatan.

Ø  Jepang dan Western

Berdiri berdekatan adalah tanda keakraban. Di Jepang tak dikenal kata yang
berarti privacy    (rumah dari kertas, pembicaraan tidak ada yang disembunyikan). Bila
berbicara dengan seseorang, mereka saling berdekatan dan berhadapan, bahkan walaupun
sambil berdiri, mereka tetap dalam posisi melingkar dalam jarak sosial yang terdekat.
Sedangkan  orang  Western, mereka terbiasa berbicara berjauhan, bahkan seringkali tidak
berhadapan.

Ø  Arab dan Jepang

Ada persamaan, walaupun rumah orang Arab luas, tapi mereka duduk di dalam, kelompok
kecil. Biasanya ruangan-ruangan  terbuka karena mereka tak suka menyendiri.

Perbedaan:

a.       Orang Arab ingin menyentuh, meraba, membaui napas temannya. Menolak membaui
napasnya merupakan penghinaan. Orang Arab bila ingin menyendiri tetap duduk di
kelompok, tapi menutupi diri dengan jubah. Mendorong dalam kerumunan orang  biasa
bagi orang Arab. Demikian pula kalau antri  ia bisa saja masuk , bahkan menepuk
badan/mencubit bukan sesuatu yang tabu, tapi bila kita menghina pribadinya  marah
sekali.

b.      Orang Jepang sebaliknya, bisa menyentuh, tapi ada batasnya. Walaupun tidak ada kata
privacy, mereka tetap menghormati yang lainnya.
Ø  Inggris

Bila ingin menyendiri, tetap dalam ruangan (kekurangan ruang)  bahasa badan  tangan
dilipat di depan dada.

Ø  Amerika

Bila ingin menyendiri, pergi ke tempat lain. Misalnya: taman  duduk di tengah bangku, biar
yang lain tidak bisa duduk. Badan: sesuatu yang suci, tidak boleh sembarang sentuh

·    Penggunaan Ruang dalam Bisnis

Dalam dunia bisnis, mereka yang berkedudukan tinggi mempunyai kedudukan kemampuan
untuk memancarkan superioritasnya. Bagaimana caranya?

Telah dilakukan penelitian tentang hal ini:

Sample menonton 2 film tentang seorang wiraswasta yang menerima tamu di kantornya,
sample diminta untuk menilai status wiraswastawan dan si tamu.

o   Status tamu paling rendah ketika ia menutup pintu kantor di belakangnya, berhenti, dan
berbicara pada orang si belakang meja.

o   Status tertinggi diperoleh bila tamu langsung berjalan menuju wiraswastawan yang
duduk di belakang meja dan kemudian berdiri di depannya.

o   Faktor lain yang menentukan status menurut sample adalah waktu antara mengetuk dan 
memasuki ruangan. Status orang yang duduk ditentukan oleh lamanya (waktu) antara
mengetuk dan memanggilnya agar masuk. Semakin cepat tamu masuk, semakin tinggi
statusnya. Semakin lama orang di belakang meja mengulur jawaban, semakin tinggi
statusnya.

o   Status juga dapat ditunjukkan melalui ruang.

Contoh: Dalam dunia usaha yaitu kantor-kantor besar

·         Tempat terbaik di tingkat atas disediakan untuk Boss, ruang-ruang pojok di antaranya
untuk bawahan

·         Di tingkat sebelah bawah, ruang-ruang pojok diperuntukkan untuk level di bawah
para direktur personil penting

·         tapi di bawah level 2 mendapat ruangan lainnya


·         semakin bawah levelnya, semakin kurang nyaman tempat kerjanya

·         akhirnya level terendah harus puas untuk membagi 1 ruang besar dengan banyak
orang.

Selain ruang yang menentukan status, juga elemen-elemen lain berperan, misal: dekorasi
ruangan, mebel, dsb dan yang tidak kalah pentingnya adalah sekretaris. Kaca tembus
pandang dan kaca tidak tembus pandang juga turut berperan. Makin tinggi status
seseorang, makin tertutup ruangannya dari pandangan orang lain.

10.3 Bahasa tubuh dalam lingkungan kerja


Bahasa tubuh dalam lingkungan kerja

Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan yang
berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia tidak
terlepas dari berbagai keadaan lingkungan sekitarnya, antara manusia dan lingkungan
terdapat hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini, manusia akan selalu berusaha untuk
beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan sekitarnya. Demikian pula halnya ketika
melakukan pekerjaan, karyawan sebagai manusia tidak dapat dipisahkan dari berbagai
keadaan disekitar tempat mereka bekerja, yaitu lingkungan kerja. Selama melakukan
pekerjaan, setiap pegawai akan berinteraksi dengan berbagai kondisi yang terdapat dalam
lingkungan kerja.

Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito, 1992:25). Selanjutnya
menurut Sedarmayati (2001:1) lingkungan kerja merupakan kseluruhan alat perkakas dan
bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya,
serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.

Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik atau sesuai apabila manusia dapat melaksanakan
kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Kesesuaian lingkungan kerja dapat
dilihat akibatnya dalam jangka waktu yang lama lebih jauh lagi lingkungan-lingkungan kerja
yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja dan waktu yang lebih banyak dan tidak
mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien (Sedarmayanti, 2001:12).

Menurut Bambang (1991:122), lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Seorang pegawai yang bekerja di lingkungan kerja
yang mendukung dia untuk bekerja secara optimal akan menghasilkan kinerja yang baik,
sebaliknya jika seorang pegawai bekerja dalam lingkungan kerja yang tidak memadai dan
tidak mendukung untuk bekerja secara optimal akan membuat pegawai yang bersangkutan
menjadi malas, cepat lelah sehingga kinerja pegawai tersebut akan rendah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan
segala sesuatu yang ada disekitar pegawai pada saat bekerja, baik berbentuk fisik atau non
fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaannya
saat bekerja.

Dalam bekerja, ada hal yang tak kalah penting dari Skill dan attitude, yaitu menguasai
bahasa tubuh (body language) di tempat kerja. Dengan menguasai bahasa tubuh, kita akan
dapat mengontrol rasa malu dan gugup

Postur

Buatlah postur tubuh yang memperlihatkan kepercayaan diri, seperti duduk dengan posisi
tegak. Postur ini cukup membantu meningkatkan kepercayaan diri di antara kolega dan di
mata atasan.

Kontak mata

Dalam percakapan atau wawancara, baik dengan atasan maupun kolega, kontak mata
sangat penting. Ini menandakan bahwa kita percaya diri dan menghargai lawan bicara kita.
Melihat ke arah lain akan dianggap tidak sopan atau kurang memperhatikan.

Atur jarak formal

Mempertahankan jarak antara kita dan lawan bicara mengindikasikan bahasa tubuh yang
positif di lingkungan profesional. Perhatikan jarak yang cukup untuk bisa saling menatap
tanpa terasa terlalu jauh ataupun terlalu dekat.

Gunakan bantuan tangan

Berbicara menjelaskan sesuatu dengan bantuan tangan bisa menekankan pesan penting
yang ingin disampaikan. Gunakan bahasa tubuh ini dengan tidak berlebihan.

Nada suara
Pertahankan nada suara pada tingkat yang tidak terlalu keras. Orang kurang suka dengan
suara yang terlalu keras. Atur pada volume yang tepat agar komunikasi dapat berjalan
lancar.

Senyum

Sapaan dengan senyum akan membuat kita tampil lebih menyenangkan di mata lawan
bicara kita. Bentuk bahasa tubuh ini paling mudah diterima dan mampu meminimalisir
kegugupan.

Kuasai cara menjabat tangan

Dalam dunia profesional, menjabat tangan bisa menunjukkan karakter kita. Jabat tangan
yang baik akan banyak mendatangkan hal positif. Kuasailah cara menjabat tangan yang
benar. Salah cara menjabat tangan bisa-bisa mematahkan kesepakatan kerja.

10.4 Berbicara efektif


Berbicara efektif

Kata-kata yang keluar dari seseorang sangatlah mudah untuk dilakukan. Setiap manusia
mampu mengeluarkan kata-kata (berbicara) dengan mudah  (kecuali tuna wicara), tetapi
berbicara efektif kepada seseorang sangat sulit untuk dilakukan, apalagi berbicara di depan
umum. Berbicara di depan umum suara yang dikeluarkan membutuhkan teknik-tekniknya
supaya tidak salah ketika mengungkapkan kata-kata serta tidak monoton dan
membosankan.

Seseorang yang berbicara tidak dipengaruhi oleh suara, tetapidipengaruhi oleh kemampuan
untuk mengeluarkan suara.Walaupun memiliki suara yang begitu bagus, terkadang ia tak
biasa untuk berbicara efektif. Tetapi terkadang ada seseorang yang tidak memiliki suara
bagus, dapat melakukan pembicaraan yang efektif dengan orang lain atau pun kelompok
orang.

Secara sederhana berbicara dapat diartikan sebagai kata-kata yang keluar dan diucapkan
melalui suara.Sedangkan istilah kata dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa sansakerta
yaitu ”katha” yang artinya “bahasa”, “cerita” atau “dongeng”. Dalam bahasa Indonesia terjadi
penyempitan arti semantic menjadi “kata”. Menurut siswantosutojo menyatakan bahwa:
”Kata adalah alat utama untuk berbicara secara efektif”.

Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia tertulis bahwa berbicara adalah : ”berkata,
bercakap, berhasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan dan sebagainya)
atau berunding”.
Hal ini senada dengan pendapatnya Mulgrave yang  menyatakan bahwa: ”Berbicara adalah
kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan
pikiran”. 

Jadi pada prinsipnya berbicara dapat dikatakan efektif apabila suara yang dikeluarkan dapat
didengar dengan jelas (artikulasi kata jelas) dan cara menyampaikannya  pun  tidak terlalu
cepat serta tidak monoton yang nantinya akan membuat kebosanan dalam
mendengarkannya.

John C. Maxwell Adalah Seorang tokoh terkenal yang berkelahiran di California USA, ia


adalah seorang pengarang dan pembicara bermutu, dan juga dikenal akan motivasinya,
inspirasinya dan juga seminar – seminarnya. Mengatakan :  “Sebagian besar dari masalah
komunikasi adalah dari ketidak mampuan untuk mendengarkan”.

Kesimpulan

o   Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk tanpa
kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai daripada
komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi nonverbal ikut
terpakai. Karena itu, komunakasi nonverbal bersifat tetap dan selalu ada. Komunikasi
nonverbal lebih bersifat jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan karena spontan

o   Kebiasaan/kecenderungan penggunaan ruang muncul karena dorongan teritorial. 


Menurut  Edward T. Hall, seorang antropolog, penggunaan ruang berhubungan erat dengan
kemampuan bergaul dengan sesama dan penentuan keakraban antara diri dengan orang
lain.

o   Peraturan mengenai jarak sosial pada sekelompok orang bahwa kita dapat mendeteksi
suatu aturan dalam pergaulan dengan melihat reaksi mereka ketika kita datang. Kalau kita
merasa aman namun mereka tidak merasa aman, sebaiknya kita mundur. Apabila mereka
melanggar ruang kita, pertimbangkan untuk membalas melanggar mereka

o   Dalam bekerja, ada hal yang tak kalah penting dari Skill dan attitude, yaitu menguasai
bahasa tubuh (body language) di tempat kerja. Dengan menguasai bahasa tubuh, kita akan
dapat mengontrol rasa malu dan gugup

 Sebagian besar dari masalah komunikasi adalah dari ketidak mampuan untuk


mendengarkan
11.1 Pengertian
Menurut Bimo Walgito (1990; dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009) interaksi sosial
merupakan suatu hubungan antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu
yang satu dapat mempengaruhi individu yang lainnya sehingga terdapat hubungan yang
saling timbal balik (bimo walgito). 

Soekanto (1997; dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009) mendefinisikan interaksi sosial sebagai
hubungan antar orang per orang atau dengan kelompok manusia.

Oleh sebab itu, interaksi sosial adalah hubungan yang diciptakan yang saling
mempengaruhi,  adanya hubungan timbal balik untu memperbaiki perilaku yang
berlangsung antara individu dengan individu, individu dengan kelompok.

 Degan demikian interaksi sosial juga berfungsi menjalin berbagai jenis relasi sosial yang
dinamis, baik relasi yang berbentuk antar individu, kelompok dengan kelompok, atau
individu dengan kelompok.

11.2 Aspek-Aspek dan Faktor-Faktor Mempengaruhi


Interaksi Sosial
Pada sebuah kelompok sosial, setiap orang akan menemukan serangkaian perilaku dan
sikap unik tersendiri. Adapun perilaku sosial masyarakat ditentukan oleh tekanan sosial yang
dihadapi, artinya perilaku diciptakan salah satunya sebagai respon terhadap lingkungan
sekitar, khususnya kelompok social

Aspek-aspek yang mendasari terjadinya interaksi sosial, yaitu (Anorogo dan Widiyanti ,
1990) : 

1.    Adanya Kontak Sosial 

Dalam hubungan kontak sosial memiliki tiga bentuk yaitu : (a). hubungan antar perorangan,
(b). hubungan antar orang dengan kelompok, (c). hubungan antar kelompok.

Ketiga hubungan ini akan bisa dilakukan, bila seseorang berbicara dengan pihak lain secara
berhadapan langsung maupun tidak langsung. 

2.     Adanya Komunikasi 
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang pada orang lain,
yang biasanya proses penyampaiannya dengan menggunakan bahasa. 

Dengan demikian aspek-aspek interaksi sosial yang digunakan sebagai tolak ukur interaksi
sosial yaitu kontak sosial dan komunikasi,  dengan alasan kedua aspek tersebut sudah
mencakup unsur-unsur dalam interaksi sosial .

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial

Hal yang penting dilakukan dalam sebuah kehidupan sosial yaitu pentingnya sebuah
interaksi sosial yang baik yaitu adanya keterlibatan individu secara fisik maupun psikologis. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi sosial dalam sebuah kelompok,


antara  lain :

1.    Imitasi. Imitasi adalah keadaan seseorang yang mengikuti sesuatu di luar dirinya yaitu
dengan cara  meniru apa yang dilakukan orang lain.

Gabriel Tarde (Dayakisni & Hudaniah, 2009 ) menyatakan bahwa seluruh kehidupan sosial
manusia didasari oleh faktor-faktor imitasi. Imitasi dapat mendorong individu atau
kelompok untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik.

2.    Sugesti. Sugesti adalah proses individu menerima cara pandang orang lain tanpa kritik
lebih dulu. 

 Soekanto (1990; dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009) menyatakan bahwa proses sugesti
dapat terjadi apabila individu yangmemberikan pandangan tersebut adalah orang yang
berwibawa atau karena sifatnya yang otoriter.

 3.    Identifikasi. Identifikasi adalah proses yang berlangsung secara sadar, irasional,


berdasar perasaan, dan berkembang bahwa identifikasi berguna untuk melengkapi sistem
norma-norma yang ada

Menurut Sigmund Freud,  Identifikasi adalah merupakan cara belajar norma dari orang
tuanya.

4.    Simpati. Simpati adalah perasaan tertarik individu terhadap orang lain yang timbul atas
dasar penilaian perasaan.
Soekanto (1990; dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009 ) menyampaikan bahwa dorongan
utama pada simpati adalah adanya keinginan untuk memahami pihak lain dan bekerja
sama.

11. 3 Proses Komunikasi Antar Individu


Menurut Joseph A.Devito dalam buku The Interpersonal Communication Book (Devito,
1989:4), komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan antara
dua individu atau antar individu dalam kelompok dengan beberapa efek dan umpan balik
seketika. 

Menurut Evert M Rogers, Komunikasi antar pribadi adalah merupakan komunikasi dari
mulut ke mulut, dengan interaksi tatap muka antara beberapa orang pribadi.

Ada 5 (lima) aspek yang merupakan ciri-ciri dari Komunikasi Interpersonal (Sunarto, 2003),
antara lain:

1.      Komunikasi interpersonal terjadi secara spontan dan tanpa tujuan.. 

Artinya, komunikasi interpersonal dilakukan secara kebetulan tanpa rencana, sehingga


pembicaraan terjadi secara spontan.

2.      Komunikasi interpersonal mempunyai akibat yang direncanakan maupun tidak


terencana.

Artinya bila komunikasi direncanakan atau tidak terencana, akan berpengaruh terhadap
hasil komunikasi.

3.      Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung berbalasan. 

Ketika komunikasi interpersonal digunakan, maka akan ada umpan balik komunikasi dan
saling memberi maupun menerima informasi .

4.      Komunikasi interpersonal cenderung menghendaki keakraban. 

Suasana keakraban dari kedua belah pihak yang berbicara (komunikator dan komunikan)
harus saling terbuka.

5.      Komunikasi interpersonal pendekatannya psikologis. 

Keakraban pada dua atau tiga individu yang terlibat komunikasi, akan mempengaruhi
kejiwaan seseorang lebih mudah terungkap
Menurut Gary D’Angelo dalam Edi Harahap : Memandang komunikasi antar pribadi
berpusat pada kualitas pertukaran informasi antar orang-orang yang terlibat. Oleh sebab
itu, komunikasi antarpribadi merupakan proses pertukaran informasi yang dianggap paling
efektif dan prosesnya dapat dilakukan dengan cara sangat sederhana.

Dengan adanya proses komunikasi antar individu akan dibutuhkan kemampuan seseorang
untuk mengkomunikasikan secara jelas isi pesan maupun informasi yang disampaikan,
menciptakan kesan dan mempengaruhi orang lain sesuai dengan yang diinginkan.

11. 4 Tujuan Komunikasi Interpersonal


Dalam hubungan interpersonal dibutuhkan adanya sebuah komunikasi antar individu.
Dengan adanya komunikasi, bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga
menentukan hubungan interpersonal yang baik. 

Menurut Devito (1989)

Komunikasi Interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang serta penerimaan
pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya
serta dengan peluang untuk memberikan umpan balik.

Menurut Muhammad (2004;165-168 ),  ada beberapa hal tujuan komunikasi interpersonal :

1.    Menemukan Diri Sendiri.

Tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi, artinya


keterlibatan personal dengan orang lain, maka akan belajar banyak hal tentang diri diri
sendiri maupun orang lain. 

2.    Menemukan Dunia Luar.

Komunikasi interpersonal dapat menjadikan diri sendiri memahami lebih banyak tentang
orang lain saat berkomunikasi.

3.    Membentuk dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti.

Keinginan seseorang yang paling besar adalah salah satu bentuk serta cara memelihara
hubungan dengan orang lain.

4.    Merubah Sikap dan Tingkah Laku


Dengan menggunakan banyak waktu dan keinginan untuk mengubah sikap serta tingkah
laku diri sendiri dengan menggunakan komunikasi dan hubungan interpersonal

5.    Membentuk Permainan dan Kesenangan

Menciptakan sebuah aktivitas dalam bentuk bermain dan memiliki tujuan utama untuk
mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas pada waktu akhir pekan
dan berdiskusi mengenai olahraga.

6.    Membantu Orang Lain

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis serta terapi menggunakkan komunikasi interpersonal
dalam kegiatan profesional untuk mengarahkan kliennya. Setiap orang dapat membantu
orang lain dalam interaksi interpersonal sehari-hari. 

Oleh sebab itu, ketika melakukan komunikasi dibutuhkan adanya sikap suportif  dalam
sebuah komunikasi yang baik. Sikap suportif adalah sebuah sikap mendukung pembicaraan
antar kedua belah pihak, sedangkan sikap defensif adalah sebuah komunikasi penolakan
dalam bentuk melindungi diri dan kurangnya tanggapan.

Jack R. Gibb menyebut enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif dan defensif :

Sikap Suportif Sikap Defensif


1.    Deskripsi: Tidak melakukan penilaian 1.         Evaluasi: menilai perilaku orang lai
terhadap orang lain
2.    Orientasi masalah: mengajak orang lain 2.         Kontrol: mengontrol / mengarahkan 
menetapkan dan mencapai tujuan dan tidak orang lain
mengarahkannya
3. Spontan: tidak melakukan strategi atau 3.          Strategi: merencanakan teknik atau
bertaktik berstrategi dalam berhubungan dengan orang
lain
4.    Empati: menempatkan diri pada posisi 4.         Netralitas: menjauhkan diri dan
orang lain dengan pandangan orang lain itu mengabaikan perasaan atau perhatian orang lain
5.    Persamaan: memandang orang lain setara 5.         Superioritas: merasa lebih berharga 
atau lebih tinggi dari orang lain
 
6.    Provisionalisme: Kesediaan untuk selalui 6.          Certainty; bertindak atas pengetahuan,
meninjau kembali pendapat kita, tidak dogmatis keyakinan dan persepsi sendiri tanpa mau
mengubahnya
11.5 Hubungan Interpersonal yang Efektif
Hubungan interpersonal merupakan hubungan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
saling bergantung dengan yang lainnya dan menggunakan pola interaksi yang konsisten
(Pearson,1983). 

Menurut Ruben, tahapan-tahapan hubungan interpersonal akan meliputi;

1.    Inisiasi, 

Artinya individu memperoleh data mengenai masing-masing melalui petunjuk non-verbal


seperti senyuman, jabatan tangan, pandangan sekilas, dan gerakan tubuh tertentu.

 2.    Eksplorasi.

Tahap ini merupakan pengembangan dari tahap inisiasi dan mulai dijajaki potensi yang ada
dari setiap individu  serta dipelajari kemungkinan-kemungkinan yang ada dari suatu
hubungan.

 3.    Intensifikasi.

Pada tahap ini, individu harus bisa memutuskan—baik secara verbal maupun nonverbal,  
hubungan akan dilanjutkan atau tidak.

 4.    Formalisasi.

Pada tahap ini tiap-tiap individu secara bersama-sama mengembangkan simbol-simbol,


pola-pola komunikasi yang disukai, kebiasaan dan lain sebagainnya. 

 5.    Redefinisi.

Tahap ini menciptakan individu tidak dapat menghindar dari perubahan. Perubahan ini
mampu menciptakan tekanan terhadap hubungan yang tengah berlangsung. 

 6.    Deteriorasi.

Kemunduran suatu hubungan seringkali tidak disadari oleh setiap individu, maka segera
diantisipasi untuk memperbaiki suatu hubungan yang baik.

 
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya ada 5
(lima) sumber konflik yang dapat menyebabkan pemutusan hubungan, yaitu:

a. Kompetisi, 

Salah satu individu berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain, yaitu
menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.

b. Dominasi, 

Salah satu individu berusaha mengendalikan pihak orang lain, sehingga orang tersebut
merasakan hak-hak orang lain dirampas atau diambil alih.

c. Kegagalan, 

Dimana masing-masing individu berusaha menyalahkan orang lain,  apabila tujuan bersama
tidak tercapai.

d. Provokasi

Salah satu individu secara terus menerus berbuat sesuatu tindakan yang dapat
menyinggung perasaan individu yang lain.

e. Perbedaan Nilai, 

Dimana kedua belah pihak individu tidak sepakat tentang nilai-nilai yang telah dibicarakan.

Kesimpulan
Berdasarkan pembelajaran yang diterima berkaitan dengan kemampuan berinteraksi antar
individu dengan individu lain maupun dengan sebuah kelompok, maka beberapa hal yang
harus diperhatikan, antara lain :

1.    Memulai interaksi awal antar individu dengan individu lain adalah merupakan langkah
awal yang perlu diperhatikan, karena akan menjadi ukuran untuk menjalin hubungan
maupun komunikasi selanjutnya.

2.    Komunikasi interpersonal yang baik akan mampu menciptakan interaksi antar individu
menjadi lebih terbuka.

3.    Dengan adanya interaksi yang baik antar individu, maka akan menciptakan hubungan
interpersonal yang baik juga.
4.    Sikap suportif adalah salah satu cara untuk menciptakan komunikasi interpersonal bisa
dilakukan dengan baik.

12.1 Pengertian Etika


Setiap orang akan membutuhkan orang lain. Saat ada interaksi antar manusia, maka akan
membutuhkan sebuah aturan, tata cara atau yang biasa disebut etika. Peranan etika sangat
penting dalam hidup/bertingkah laku ketika melakukan interaksi dalam sebuah lingkungan.

Etika berasal  dari Yunani kuno "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan". 

Menurut Drs. O.P. Simorangkir, “Etika atau etik adalah sebagai pandangan manusia dalam
berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.

Menurut Prof. DR. Franz Magnis Suseno,  Etika adalah merupakan suatu ilmu yang
memberikan arahan, acuan dan pijakan kepada tindakan manusia

Jadi pengertian etika secara umum adalah ilmu yang membahas perbuatan atau perilaku
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia

Jenis-Jenis Etika

Etika terdiri atas berbagai jenis-jenis diantaranya :

- Etika Umum : Berhubungan dengan kondisi manusia untuk bertindak etis dalam
mengambil berbagai macam kebijakan berdasarkan teori-teori dan juga prinsip-prinsip
moral.

 - Etika Khusus : Etika yang menekankan pada tanggung jawab sosial (etika sosial),
menekankan pada kewajiban manusia sebagai pribadi (etika individu) dan diterapkan pada
sebuah profesi (etika profesi).

 - Etika Deskriptif : Memberikan gambaran dan ilustrasi tentang tingkah laku manusia
ditinjau dari nilai-nilai baik dan juga buruk serta hal-hal yang mana yang boleh dilakukan
sesuai dengan norma.

 - Etika Normatif : Membahas dan mengkaji ukuran baik dan buruknya sebuah tindakan
manusia, 

12.2 Pengertian Moral


Kata Moral berasal dari bahasa Yunani : Mos dan Etos mengandung arti Kebiasaan. 

Moral merupakan salah satu hukum perilaku yang diterapkan kepada setiap individu dalam
bersosialisasi,  sehingga terjalin rasa hormat dan menghormati antar sesama. Moral juga
terbentuk pada tindakan, perilaku yang memiliki nilai positif sesuai dengan norma yang ada
di suatu masyarakat.

Menurut Kamus Psikologi : 

Moral yakni sesuatu urusan yang mengacu untuk akhlak yang cocok dengan ketentuan
sosial, atau mencantol hukum atau adat kelaziman yang menata tingkah laku.

Menurut Sonny Keraf :

Moral adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai dasar guna menilai perbuatan
seseorang yang dirasakan baik atau buruk di dalam sebuah masyarakat.

Jenis – Jenis Moral

1        Moral Ketuhanan : Berhubungan dengan keagamaan atau religius berdasarkan


ajaran agama tertentu dan pengaruhnya terhadap diri sendiri.

Contoh  : Menghargai sesama manusia, dan hidup rukun dengan agama yang berbeda

 2        Moral Ideologi dan Filsafat : Berhubungan dengan semangat kebangsaan, loyalitas


kepada cita-cita bangsa dan negara.

Contoh : Menolak ideologi asing yang ingin mengubah dasar negara Indonesia.

 3        Moral Etika dan Kesusilaan : Berkaitan dengan etika dan kesusilaan yang dijunjung
oleh suatu masyarakat, bangsa, dan negara secara budaya dan tradisi.

Contoh : Mengucapkan salam kepada orang lain ketika bertemu atau berpapasan.

 4        Moral Disiplin dan Hukum : Berhubungan dengan kode etika profesional dan
hukum yang berlaku di masyarakat dan negara.

Contoh : Menggunakan perlengkapan yang diharuskan,  mematuhi rambu-rambu lalu lintas.

12.3 Pengertian Budi Pekerti


Budi pekerti merupakan gabungan dari dua kata yakni budi dan pekerti. Kata budi :
maknanya sadar, nalar, pikiran serta watak, sedangkan pekerti : artinya perilaku, perangai,
tabiat, perbuatan, watak.

Oleh sebab itu pengertian budi pekerti ialah nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur
menurut kebaikan dan keburukannya melalui ukuran norma agama, norma hukum, tata
krama, dan sopan santun, atau norma budaya atau adat istiadat suatu masyarakat atau
bangsa.

Menurut Ki Sugeng Subagya :

Budi Pekerti adalah salah satu perbuatan yang dibimbing oleh pikiran; perbuatan yang
merupakan realisasi dari isi pikiran; atau perbuatan yang dikendalikan oleh pikiran.

Menurut Balitbang Dikbud :

Budi pekerti yaitu budi yang dipekertikan (dioperasionalkan, diaktualisasikan atau


dilaksanakan) dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi, sekolah, masyarakat,
bangsa dan negara.

Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Budi Pekerti 

Pendidikan budi pekerti mencakup beberapa nilai dalam kehidupan, antara lain : 

a.      Akal

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, akal berarti tempat berfikir, daya pikir, ingatan, daya
upaya, ikhtiar, jalan atau cara untuk melakukan sesuatu (Purwadarminta, 1998: 18). Manusia
disebut sebagai makhluk yang sempurna karena manusia mempunyai akal.

 b.      Watak

Watak adalah seluruh tingkah laku yang ternyata dalam tindakannya, terlibat dalam situasi,
dibawah dari pihak bakat, temperamen, keadaan tubuh, dan sebagainya (Purwanto, 2000:
145). Jadi watak yang dimaksud disini adalah aspek dari keseluruhan pribadi seseorang atau
personality. 

 c.       Kepribadian

Kepribadian adalah suatu susunan dari pada sifat-sifat atau aspek-aspek tingkah laku lainya
yang saling berhubungan di dalam suatu individu (Purwanto, 2000: 154). Menurut ahli
psikologi menyebutkan bahwa kepribadian dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang nyata
dan dapat dipercaya tentang individu.
 d.      Sikap

Sikap adalah keadaan psikologis yang dapat menimbulkan tingkah laku tertentu dalam
situasi tertentu. Adapun ciri-ciri sikap adalah hubungan subyek dan obyek, sehingga tidak
ada sikap tanpa obyek yaitu berupa benda, organisasi kelompok orang, nilai-nilai sosial,
pandangan hidup.

e.       Perilaku

Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang bersifat
sederhana maupun bersifat kompleks. Khususnya manusia dan berbagai spesies hewan
umumnya memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species specific behavior)
yang didasari oleh kodrat untuk mempertahankan kehidupan. 

 f.       Etika

Etika adalah suatu cabang ilmu filsafat yang obyeknya mengenai tingkah lau manusia
ditinjau dari nilai baik dan buruknya -Bambang Daroeso (1998: 24)

12.4 Perbedaan Etika, Moral, Budi Pekerti


Pengertian etika adalah suatu kebiasaan yang diterima pada sebuah keadaan, suatu
kelompok, organisasi, atau masyarakat tertentu dan etika juga menilai baik buruknya
sebuah akal pikiran seseorang yang kemudian berbuah pada suatu tindakan. 

Etika merupakan sebuah dasar dari terbentuknya moral di suatu komunitas atau masyarakat,
misalnya etika dalam bertamu, etika mengantri, dan etika ketika makan. Dalam bertamu
atau melakukan kunjungan kerumah orang lain, tetangga misalnya, tentu terdapat sebuah
etika bertamu yang harus dilakukan. 

Pengertian moral adalah sebuah tata laku atau perbuatan yang berasal dari kesadaran
individu atau diri sendiri dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat dan
selain berdampak pada individu, namun juga sangat memungkinkan berdampak kepada
orang lain. 

 Moral yang baik atau buruk  tergantung pada nurani dan budi pekerti yang dimiliki oleh
masing-masing individu, karena setiap orang memiliki pemahaman dan penerapan budi
pekerti yang berbeda-beda, maka moral setiap orang juga berbeda-beda.

 Pengertian budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1989 adalah sebuah
tingkah laku, perangai, serta akhlak dan watak dan secara epistimologi terdiri atas dua kata
yaitu budi dan pekerti. Sehingga budi pekerti dapat dimaknai sebagai sebuah kesadaran
seseorang dalam bertindak dan berperilaku.

 Budi pekerti adalah sebuah sikap yang akan terbentuk dalam benak setiap orang serta
dengan sendirinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dn dapat diasosiasikan
dengan moral, etika, akhlak mulia, tata krama, dan sopan santun.

Perbedaan
Etika Moral Budi Pekerti
Melakukan yang benar Mengajarkan apa yang benar  Perilaku manusia diukur menurut
kebaikan dan keburukanya melalui
norma agama, norma hukum, tata
krama dan sopan santun
Berbuat atau bertindak sesuai Mengajarkan bagaimana Perbuatan manusia yang terlihat
dengan apa yang telah seharusnya hidup karena terdorong oleh perasaan hati
diajarkan dalam pendidikan
moral
Mentaati rambu-rambu Rambu-rambu kehidupan Berhubungan dengan kesadaran
kehidupan yang didorong oleh pemikiran
Berjalan sesuai arah yang Memberikan arah hidup yang Alat batin untuk menimbang dan
telah ditetapkan.  harus ditempuh menentukan mana yang baik dan
buruk
Berorientasi pada situasi dan Aturan yang wajib ditaati oleh Bersosialisasi antara satu dengan
kondisi, motif, tujuan, setiap orang yang lainnya agar terdapat batas-
kepentingan. batas yang jelas dalam bertindak
Bersumber pada akal manusia Sumber acuannya adalah norma Sifat positif manusia yang di
dan adat istiadat, dalamnya terdapat sikap sopan
  santun yang mana sopan santun
merupakan suatu tindakan
12.5 Implementasi nilai-nilai Etika, Moral dan Budi Pekerti 
Beberapa hal yang harus diperhatikan, ketika Etika, Moral dan Budi Pekerti
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa factor-faktor pendukung dan
penghambat pelaksanaan etika, moral dan budi pekerti, antara lain :

A.      Faktor Internal 

Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada
dalam dirinya. Faktor-faktor internal yang dimaksud adalah: 

 1.    Jenis Kelompok (Asala usul, geografis, suku) atau Keturunan,


Setiap kelompok yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku
khas ini berbeda pada setiap kelompok, karena memiliki ciri-ciri tersendiri. 

2.    Jenis Kelamin, 

Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan
pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan
karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas.

3.    Sifat Fisik.

Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya.


Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. 

 4.    Kepribadian,

Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang
digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang
datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya.

 5.    Intelegensi,

Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara
terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat
dipengaruhi oleh intelegensia. 

 6.    Bakat,

Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan
khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa
kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga.

  

B. Faktor Eksternal 

1. Pendidikan, 

Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar
mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat
besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. 

 2. Agama, 
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yang
diajarkan oleh agama yang diyakininya. 

3. Kebudayaan. 

Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku
seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada
kebudayaan lainnya. 

4. Lingkungan, 

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku
individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu 

5. Sosial Ekonomi, 

Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
perilaku seseorang. 

Kesimpulan
Dengan adanya proses pembelajaran berkaitan dengan etika, moral dan budi pekerti yang
dilakukan, maka beberapa kesimpulan antara lain : 

1.      Nilai-nilai Etika, Moral dan Budi Pekerti merupakan nilai-nilai yang saling berkaitan
dengan yang lain.

2.      Perlu pemahaman untuk penerapan dan pola pembiasaan dalam kehidupan sehari-
hari, saat melakukan interaksi dengan orang lain. 

3.      Adanya faktor pendukung dan pengahambat implementasi nilai-nilai etika, moral dan
budi pekerti dalam perilaku kegiatan sehari-hari 

4.      Memiliki pola pendekatan berbeda dalam menerapkan nilai-nilai etika, moral dan budi
pekerti dalam kehidupan sehari-hari.

13.1 Pengertian Etiket, Tata Krama


Menurut H. Burhanudin Salam : “Etiket adalah merupakan sebuah ilmu filsafat tentang nilai-
nilai serts norma yang harus dimiliki untuk dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya.

Menurut O.P. Simorangkir : “Etiket adalah merupakan ilmu yang harus dimiliki seseorang,
karena etiket adalah sebuah pandangan manusia dalam menilai terhadap baik dan buruknya
sebuah tindakan manusia dalam kehidupan masing masing.

Menurut Drs. Sidi Gajalba : “Dalam sisitematika filsafat, Tata Krama adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik maupun buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.

Tata Krama berasal dari bahasa Jawa. Tata berarti aturan dan Krama (kromo) berarti baik.
Jadi Tata Krama adalah tata aturan yang baik.

Jadi pengertian tata krama adalah aturan yang baik yang dilakukan oleh manusia sesuai


dengan lingkungannya. Sistem pengaturan dalam pergaulan yang harus memiliki sikap
saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun.

13.2 Tata Krama Global


Tata Krama merupakan sebuah kebiasaan. Kebiasaan ini merupakan tata cara yang lahir
dalam hubungan antar manusia. Oleh sebab itu tata krama menjadi hal yang penting untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa hal tata krama yang harus diperhatikan saat melakukan hubungan antar manusia,
antara lain :

1        Tata Krama Berbicara

Memahami tentang bagaimana berbicara sesuai dengan kondisi atau situasi dan tempat
yang tepat merupakan tata krama berbicara yang benar. Oleh sebab itu perlu diperhatikan
cara berbicara dengan orang lain.

2        Tata Krama Makan

Tata krama makan disetiap negara berbeda. Boleh bersuara saat makan dan tidak boleh
bersuara ketika makan. Di Indonesia tidak bersuara ketika makan,  hal ini salah satu sopan
santun.

3        Tata Krama Bertamu


Tata Krama merupakan hal penting untuk menjaga sopan santun, ketika bermain atau
bertamu ke rumah orang lain. Saat mampir atau datang harus menunjukan rasa terima kasih
sebagai tamu karena telah disambut dan diperlakukan dengan baik.

4.    Tata Krama Penampilan

Tata krama menunjukan kesiapan dan kesesuaian berpenampilan dalam sebuah acara
adalah bagian dari menghormati orang lain.  Tata krama penampilan berarti menjaga
penampilan agar tetap bagus.

5        Tata Krama Pergaulan 

Mencoba bergaul dengan orang lain merupakan cara manusia untuk bisa dekat dan
bersosialisasi dengan orang lain maupun sekitarnya. Faktanya ketika anda bergaul seringkali
muncul masalah. karena tidak menghargai atau karena sulit untuk dihargai. 

6        Tata Krama pada yang Berbeda Usia

Menghargai dan menghormati orang lain sangatlah penting. Usia muda menghormati yang
lebih tua, namun yang lebih tua menghargai yang lebih muda, dan itulah tata krama dengan
orang yang berbeda usia.

7        Tata Krama Bekerja

Dalam sebuah pekerjaan, maka akan bertemu dengan berbagai orang yang memiliki sifat
yang berbeda. Dengan sifat yang berbeda, maka dibutuhkan untuk menerapkan tata krama
atau sopan santun yang baik.

8        Tata Krama Meminta Bantuan

Meminta tolong kepada orang lain, dengan mengucapkan kata terima kasih adalah
merupakan tata krama mendasar dalam hal meminta bantuan.

9        Tata Krama Bicara Depan Umum 

Berbicara dihadapan banyak orang harus memperhatikan tata krama berbicara di tempat
umum, yaitu dengan cara menjaga kata-kata yang disampaikan.

Manfaat Tata Krama

Adapun fungsi dan peran seseorang menjalankan tata krama dalam kehidupan, antara lain;
1. Memiliki kehidupan yang tenang dengan orang-orang yang berada disekitarnya.
2. Memperkecil konflik di lingkungan masyarakat. Sikap yang santun, tentu merasa
dihargai dan tidak ada yang tersinggung.
3. Hidup dengan nayaman, karena tidak ada orang yang tersakiti dan tersinggung.
4. Memiliki banyak teman, saudara dan tidak memiliki musuh. Dengan tata krama yang
baik, secara otomatis banyak orang yang akan nyaman.
5. Memperkuat jalinan kerukunan yang selama ini sudah dibentuk. Dengan bertingkah
laku sopan, maka kerukunan akan semakin erat terjalin.
6. Memiliki kesadaran untuk taat pada hukum, taat pada norma dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
7. Dengan memiliki tata krama berarti seseorang telah menjadi warga negara yang baik
(good citizen)

3.3 Etiket di Tempat Umum


Perbedaan Etika dengan Etiket sangat mendasar. Etika berarti moral sedangkan Etiket
berarti sopan santun. Sedangkan persamaan antara keduanya, yaitu Etika dan Etiket
menyangkut perilaku manusia. 

Perbedaan : Etika vs Etiket

Etika Etiket
Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya Etiket menyangkut cara suatu perbuatan
suatu perbuatan harus dilakukan manusia
Etika selalu berlaku meskipun tidak ada Etiket hanya berlaku dalam pergaulan
saksi mata
Etika jauh lebih bersifat absolut. Prinsip-
Etiket bersifat relatif artinya yang
prinsipnya tidak dapat ditawar lagi dianggap tidak sopan dala suatu
kebudayaan
Etika menyangkut manusia dari segi dalam Etiket hanya memadang mausia dari segi
lahiriah saja

Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normative, artinya memberi norma bagi
perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan.

Dasar-dasar Etiket

a.    Politeness : Sikap sopan yang harus diperlihatkan kepada pihak lain dalam suatu
komunikasi. 
b.    Respectful : Sikap menghormati dan menghargai pihak lain (nasabah) secara baik dan
wajar

c.    Attentive : Sikap penuh perhatian yang diperlihatkan kepada pihak lain dan diberikan
secara baik dan wajar

d.   Cooperatif : Sikap suka menolong pihak lain yang memang membutuhkan pertolongan,
sementara kita sebenarnya sanggup dan mampu memberikan pertolongan

e.    Tolerance : Sikap tenggang rasa terhadap orang lain agar dapat diterima dan disukai
dimana saja kita berada

f.     Informality : Sikap ramah yang kita perlihatkan kepada pihak lain, bukan sikap formal
atau resmi, melainkan familiar, akrab, dan bersahabat.

g.    Self Control : Sikap menguasai diri dan mengendalikan emosi dalam setiap situasi.
Dengan tidak menyinggung perasaan atau mengganggu pikiran orang lain.

Prinsip-Prinsip Etiket

Adapun prinsip-prinsip Etiket, antara lain :

1.      Rasa Hormat atau Respect 

Mempunyai sikap hormat, menghargai, peduli, dan dapat memahami orang lain, merupakan
sikap yang penting harus dimiliki setiap orang.

2.      Empati 

Rasa peduli merupakan pondasi dari semua interaksi hubungan antar manusia, karena akan
ikut serta merasakan apa yang dialami  orang lain. 

3.      Jujur 

Kunci sukses dalam menjalin sebuah hubungan yang baik adalah dengan bersikap jujur.
Berkata jujur akan menjadi pribadi apa adanya tanpa perlu ada yang ditutup-tutupi

13.4 Etika Bisnis


Menurut Sumarni (1998:21)
Pengertian Etika bisnis itu terkait dengan masalah penilaian terhadap kegiatan serta perilaku
bisnis yang mengacu pada kebenaran atau juga kejujuran berusaha.

Menurut Velasquez (2005).

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi
ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi,
dan perilaku bisnis 

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh


aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan
dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja,
pemegang saham, masyarakat.

 Faktor-Faktor mempengaruhi perilaku Etika Bisnis :

a.       Lingkungan Bisnis : segala sesuatu yang berhubungan maupun mempengaruhi


aktivitas bisnis dalam sebuah perusahaan.

b.      Organisasi : sebagai wadah untuk sekelompok orang dalam melakukan kerjasama dan
memiliki seorang pemimpin untuk meraih tujuan.

c.       Individu : satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi, yaitu manusia yang hidup berdiri
sendiri

Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988),
memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :

1.      Utilitarian Approach : 

Setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak
seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-
rendahnya

2.      Individual Rights Approach : 

Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati.
Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan
menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
3.      Justice Approach : 

Para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara
kelompok.

Menurut Sonny Keraf (1998), ada lima prinsip yang dijadikan titik tolak pedoman perilaku
dalam menjalankan praktik bisnis yakni:

1        Prinsip Otonomi; 

Menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan, dan tanggungjawab. Orang yang mandiri


berarti orang yang dapatmengambil suatu keputusan dan melaksanakan tindakan
berdasarkan kemampuan sendiri sesuai dengan apa yang diyakininya, bebas dari tekanan,
hasutan, dan ketergantungan kepada pihak lain.

2        Kejujuran; 

Menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah apa yang dikatakan, dan apa yang
dikatakan adalah yang dikerjakan. Juga menyiratkan kepatuhan dalam melaksanakan
berbagai komitmen, kontrak, dan perjanjian yang telah disepakati.

3        Keadilan; 

Menanamkan sikap untuk memperlakukan semua pihak secara adil, yaitu suatu sikap yang
tidak membeda-bedakandari berbagai aspek baik dari aspek ekonomi, hukum, maupun
aspek lainnya.

4        Saling Menguntungkan; 

Menanamkan kesadaran bahwa dalam berbisnis perlu ditanamkan prinsip win-win solution,
artinya dalam setiap keputusan dan tindakan bisnis harus diusahakan agar semua pihak
merasa diuntungkan.

5        Integritas Moral; 

adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain dalam segala keputusan dan tindakan
bisnis yang diambil dan dilandasi oleh kesadaran bahwa setiap orang harus dihormati
harkat dan martabatnya. 
13.5 Etiket Jamuan Makan (Table Manner)
Sejarah Table Manner

Pada abad ke-15 Masyarakat Perancis menerapkan sebuah atuaran untuk menyantap
hidangan di atas meja makan. Awalnya Masyarakat Perancis memiliki kebiasaan menyantap
daging-daging di atas meja makan dengan menggunakan tangan yang kurang higienis.

Catherine de’ Medici (Ratu Perancis) memiliki gagasan yaitu menciptakan sebuah kebiasaan
untuk Masyarakat Perancis, agar memiliki etiket cara makan yang baik.

Etiket cara makan ini dikembangkan menjadi etiket table manner  yang dikembangkan
dimulai dari bagaimana penataan posisi peralatan makan dan minum, juga mengatur sikap
diri yang benar selama menikmati hidangan.

Pada abad ke-18, istilah table manner  mulai berkembang kepopulerannya di masyarakat


Perancis. Penggunaan pisau di tangan kanan dan garpu di tangan kiri termasuk bagian dari
lukisan sejarah tata cara makan yang berasal dari Perancis.

Pengertian

Etiket Jamuan Makan atau Table Manner adalah aturan yang harus dilakukan saat bersantap
bersama di meja makan. Etika makan diperkenalkan oleh bangsa Eropa yang merupakan
aturan standar terutama saat bersantap bersama-sama di sebuah acara resmi atau acara
makan bersama di keluarga besar. 

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika diundang untuk jamuan makan (table
manner) atau berada didepan meja makan :

1.        Menghadiri Undangan Jamuan

Mendapat undangan makan malam dari kolega atau rekanan bisnis, harus dipastikan
terlebih dahulu apakah undangan harus dikonfirmasi atau tidak. Jika dalam undangan
tercantum tulisan R.SV.P (Respondez S’il Vous Plait),  maka harus mengkonfirmasi
kehadiran.

2.        Sikap Tubuh
Sikap atau cara duduk tegap dengan tidak bersandar pada kursi dan membungkuk adalah
merupakan salah satu sikap yang baik. Hindari duduk santai atau membungkuk, karena hal
ini menimbulkan ketidaknyaman bagi orang lain. 

3.        Menggunakan Peralatan

Setiap makanan yang disajikan akan menggunakan peralatan  yang berbeda-beda. Oleh
sebab itu jangan sampai salah menggunakan peralatan, walaupun sekilas peralatan seperti
sendok ataupun garpu terlihat sama

4.        Saat Menyantap Makanan

Ketika makanan datang dan dipersilahkan untuk makan, maka setiap orang perlu memiliki
pola cara makan yang baik. Dengan demikian akan memberikan kenyamanan bagi orang
lain.

Dengan mengetahui aturan atau standar, maka akan lebih mudah untuk mendapatkan
manfaat dari table manner. Beberapa manfaat dari table manner, yaitu :

1.        Memudahkan penyesuaian diri

Aturan Table Manner sesuai dengan budaya barat bertolak belakang dengan budaya timur
seperti Indonesia. Di Indonesia sendiri saat makan menggunakan tangan, namun di budaya
barat makan menggunaan sendok, garpu dan pisau. Jenis makanannya sendiri juga
berbeda-beda, dengan memahami budaya barat tentang tata cara makan di meja makan
akan memberikan pemahaman tentang table manner.

2.        Meningkatkan rasa percaya diri

Dengan mengetahui pemahaman tentang tata cara makan di meja makan, maka seseorang
tidak perlu lagi merasa tidak nyaman ketika ada jamuan makan malam. Jadi dengan adanya
keinginan untuk belajar dan pemahaman tentang table manner akan menimbulkan rasa
percaya diri dan akan memberikan manfaat banyak sekali dalam kehidupan sehari-hari.

3.        Mengenal budaya barat

Adapun aturan table manner berasal dari budaya barat, karena lebih senang makan
menggunakan alat-alat makan daripada menggunakan tangan. Dengan adanya
keberagaman budaya akan menambah ilmu pengetahuan dan wawasan menjadi lebih
banyak.

4.        Mengajarkan sopan santun


Salah satu manfaat table manner adalah mengajarkan sopan santun, karena dengan standar
aturan yang umum pada table manner bisa menjadi acuan untuk mengajarkan cara makan
yang baik saat melakukan jamuan makan (table manner)

14.1 Pengertian Kesiapan Kerja


Tahun 2019, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mencatat sekitar 8,8%
dari total 7 juta pengangguran di Indonesia adalah sarjana. 

Pada tahun 2017, diketahui bahwa hanya ada 17,5% jumlah tenaga kerja lulusan perguruan
tinggi. Angka presentase ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan tenaga kerja lulusan
SMA/SMK sebesar 82% dan tenaga kerja lulusan SD sebesar 60% (Seftiawan, 2018). 

Menurut Caballero, Walker dan Fuller (2011) :

Kesiapan kerja adalah suatu sikap, keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki seorang
yang telah lulus dari institusi pendidikan tinggi sehingga memiliki kesiapan dalam bekerja
atau siap untuk sukses dalam lingkungan kerja.

Menurut Atlay dan Harris (2000) : 

Kesiapan kerja adalah mempersiapkan diri dengan baik untuk memungkinkan bagi seorang
individu untuk sukses dalam dunia kerja

14.2 Salesmanship
Sejarah Salesmanship

Pertengahan abad ke19, John Wanaker (1865) di Amerika Serika mulai merintis ilmu tentang
melakukan penjualan yang dikenal dengan Service Principle yaitu prinsip yang
mengharuskan seorang tenaga penjual memberikan pelayanan (service) yang baik dan
disertai dengan kualitas produk yang terbaik, dengan demikian pasar akan mengalami
pertumbuhan.

Pada tahun 1984 Arthur E, Sheldon mengembangkan service principle menjadi personal
selling dan dirubah menjadi science of salesmanship. Dengan perubahan tersebut akhirnya
Arthur E, Sheldon dinyatakan sebagai “pioner” pada ilmu menjual

 
Pengertian

Kata salesman terdiri dari dua suku kata, yakni ”Sales” dan ”Man”artinya seseorang yang
mampu untuk menjual atau orang yang mempunyai keahlian menjual.

Menurut Paul D. converse Huegy dan Mitchell:

Menjual adalah suatu metode yang paling tua dan paling efektif dalam menciptakan dan
mendorong permintaan, mencari pembeli dan melakukan penjualan (Salesmanship is one of
order and one of the most effective methods of creating and stimulating demand, finding
buyer’s and making sales)- (Alma, 2005: 111).

MenurutJ.S Konox :

Salesmanship adalah suatu kemampuan atau kecakapan untuk mempengaruhi orang


supaya merasa mau membeli barang-barang yang kita tawarkan dengan cara saling
menguntungkan, meski sebelumnya tak terpikirkan oleh calon pembeli untuk membeli
barang itu tetapi akhirnya tertarik untuk membelinya

14.3 Perilaku Manusia (Behavioral Science)


Bloom membedakan perilaku dalam tiga domain perilaku yaitu kognitif (cognitive), afektif
(affective), dan psikomotor (psychomotor). Ada tiga hal, di antaranya: 

a. Pengetahuan (knowledge) 

Merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.


Pengetahuan sendiri memiliki arti hasil dari mengetahui yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. 

b. Sikap (attitude) 

Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku atau bisa diartikan sebagai reaksi atau
respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
Sedangkan, menurut Newcomb, salah seorang psikolog sosial, sikap merupakan kesiapan
atau kesediaan untuk bertindak, dan bukanlah pelaksanaan motif tertentu. Sikap adalah
sebuah reaksi terbuka atau aktivitas tapi predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi
tertutup. 

c. Tindakan (practice) 
Merupakan berbagai kecenderungan untuk bertindak dari segi praktik. Sikap belum tentu
terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi tindakan, diperlukan
suatu kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas dan sarana prasarana. (Wardiah 2016:16-
19)

Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

A. Faktor Biologis 

Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara
genetis dalam jiwa manusia. Pengaruh biologis terhadap perilaku manusia tampak pada dua
hal, di antaranya: 

1. Adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh
lingkungan atau situasi yang lebih akrab dengan sebutan instink 

2. Adanya dorongan motif biologis, seperti kebutuhan untuk memelihara kelangsungan


hidup dengan menghindari sakit dan bahaya. 

B. Faktor Sosio psikologis 

Dari proses sosial, manusia memperoleh beberapa karakteristik yang mempengaruhi


perilakunya. Karakteristik tersebut diklasifikasikan kedalam tiga komponen, yaitu: 

1. Komponen afektif atau aspek emosional yang memiliki kaitan erat pada proses sosial 

2. Komponen kognitif yakni aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui
manusia. 

3. Komponen konatif adalah aspekvolisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan


kemauanbertindak.(Rakhmat,2004:34-37)

14.4 Mengenal Diri Sendiri


Pengertian

Mengenal diri sendiri adalah memahami hal-hal yang penting tentang diri sendiri,
membantu dalam usaha membangun sikap baik dan positif pada diri sendiri, mau menerima
dan mengembangkan diri sendiri.
Teori Johari window merupakan teori digunakan membantu orang dalam memahami
hubungan antara dirinya sendiri dan orang lain. 

Teori ini digagas oleh dua orang psikolog Amerika, yaitu Joseph Luft dan Harrington
Ingham pada tahun 1955. Teori Johari window disebut juga teori kesadaran diri mengenai
perilaku maupun pikiran yang ada di dalam diri sendiri maupun di dalam diri orang lain. 

Konsep teori Johari window menciptakan hubungan intrapersonal dan interpersonal, yaitu
hubungan pada diri sendiri dan hubungan antara diri sendiri dan orang lain.  Konsep teori
ini memiliki empat perspektif memiliki istilah dan makna yang berbeda, dimana setiap
makna mengandung pemahaman-pemahaman yang mempengaruhi pandangan seseorang.

1. Open self

Open self atau wilayah terbuka merupakan suatu keadaan dimana seseorang saling terbuka
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Open self dalam ilmu psikologi digambarkan
dengan sifat extrovert pada diri seseorang.
Orang yang berada pada wilayah terbuka lebih mudah menjalin komunikasi dengan
siapapun. Hal ini berpengaruh terhadap interaksi antara individu atau kelompok untuk
menciptakan komunikasi yang efektif. sendiri

2. Blind self

Blind self   atau wilayah buta merupakan kondisi dimana orang lain dapat memahami sifat,
perasaan, pikiran, dan motivasi seseorang, tetapi orang tersebut tidak dapat memahami
dirinya sendiri. Wilayah buta ini sering terjadi dalam interaksi manusia yang dapat
menimbulkan kesalahpahaman atau permasalahan lainnya.

Blind self  cenderung tidak dapat menciptakan komunikasi efektif, sehingga timbul berbagai
permasalahan. Misalnya, orang yang biasanya bersikap ‘sok’ asik ketika bertemu dengan
orang baru, padahal dirinya sendiri merupakan seorang yang pendiam. Ia tidak dapat
menilai dirinya sendiri sebagaimana sifat, perilaku, dan pikiran yang ia miliki, tetapi orang
lain dapat menilainya. Hal ini sering disebut sebagai orang yang ‘munafik’

3. Hidden self

Hidden self  atau wilayah tersembunyi/ rahasia adalah keadaan dimana seseorang memiliki
kemampuan untuk menyembunyikan atau merahasiakan sebagian hal yang dianggap tidak
perlu untuk dipublikasikan kepada orang lain. Hal-hal yang dimaksud bisa berupa sifat,
perilaku, motivasi, atau pemikiran. Misalnya, seseorang yang sudah bersahabat lama belum
tentu dapat terbuka sepenuhnya ketika menceritakan kisah hidupnya seperti masalah
keluarga dan masalah cinta karena ada beberapa orang yang merasa malu, takut, atau
kecewa apabila menceritakan hal-hal tersebut kepada orang lain. Konsep ini terbagi menjadi
dua, yaitu:

 Over disclosed, yaitu seseorang terlalu banyak menceritakan rahasianya, sehingga


kemungkinan hidden self lebih kecil. Hal ini membuat seseorang berada di wilayah
terbuka.
 Under disclosed, yaitu seseorang sedikit menceritakan rahasianya, tetapi hanya pada
bagian-bagian tertentu, sehingga seseorang cenderung berada di wilayah rahasia.

4. Unknown self

Unknown self atau wilayah tak dikenal merupakan kondisi seseorang yang tidak dapat
memahami dirinya sendiri bahkan orang lain pun tidak dapat mengenalinya. Wilayah ini
merupakan wilayah yang tidak dapat menciptakan interkasi dan komunikasi yang efektif
karena keduanya sama-sama merasa tidak ada pemahaman. Unknown self  disebut juga
sebagai konsep diri tertutup atau introvert, dimana seseorang tidak mau menerima masukan
atau feedback  dari orang lain. 
14.5 Kepemimpinan Diri yang diperlukan Salesman
Pengertian Kepemimpinan

Menurut Slamet: 

Kepemimpinan adalah merupakan suatu kemampuan, proses, atau fungsi, pada umumnya


untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. 

Menurut Wahjosumidjo:

Kepemimpinan adalah merupakan kemampuan dalam diri seseorang dan mencakup sifat-


sifat, seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan. 

Neck &Manz (2004) dikutipKalyar (2011 : 22) :

Self-leadership is a process of influencing or leading oneself through the use of specific sets
of behavioral and cognitive strategies . 

Dalam bukunya “The Leader in Me”,  Covey (2009) menjelaskan melatih anak untuk menjadi
pemimpin yang baik bagi dirinya terbukti dapat meningkatkan diri.

Kepemimpinan Diri (Self leadership) adalah proses mempengaruhi diri sendiri untuk


menetapkan tujuan dan memotivasi diri untuk mencapai tujuan. Self Leadership seseorang
akan mempengaruhi sikap mentalnya dalam melakukan pekerjaan dan juga merupakan
dasar dari segala bentuk kepemimpinan.

Menurut Amy Franko, 4 (empat) karakteristik inti dari skill  kepemimpinan diriuntuk


mencapai keberhasilan :

1. Antusiasme untuk belajar

Karakteristik pertama dari self leadership  adalah sikap antusias meuntuk terus


belajar. Karena orang-orang dengan skill  ini akan terus mengikuti situasi saat ini,suka
belajar dan berbagi informasi baru.

2. Memiliki Tujuan Hidup

Kepentingan pribadi dan profesional tidak dapat dipisahkan, menetapkan


tujuan dalam kehidupan sangatlah penting.Hal ini akan membantu seorang individu untuk
berjuang dan memperbaiki kualitas dirinya. Dengan memiliki skill  kepemimpinan diri juga
akan mengevaluasi usahanya dalam meraih tujuan yang telah ditetapkan.

3. Membuat Rencana dan Jadwal

Seseorang yang memiliki self leadership,  maka dibutuhkan pola atau cara untuk
membuat rencana dan jadwal yang telah disusun dengan rapi. Dengan rencana dan
jadwal, akan menimbulkan sifat disiplin dan time management yang baik. 

4. Fokus dan Konsentrasi

Skill  kepemimpinan diri telah mengembangkan keterampilan untuk memilih apa yang ingin
akan difokuskan dan menyesuaikan konsentrasi untuk jangka waktu tertentu. Oleh sebab
itu menciptakanhasil yang hampir sempurna karena fokus dan konsentrasi yang tak mudah
untuk dialihkan.

Kesimpulan
1. Menyadari pentingnya memahami dunia kerja dalam bidang penjualan, dalam rangka
mempersiapkan diri masuk dalam sebuah pekerjaan.
2. Memiliki pemahaman tentang perilaku dalam rangka persiapan kerja, terutama dalam
hal : pengetahun, sikap dan tindakan
3. Mengenali diri adalah merupakan hal penting untuk membuat diri sendiri menjadi mudah
berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

4. Kepemimpinan diri sangat dibutuhkan untuk menciptakan terobosan dan tindakan


berbeda.

Anda mungkin juga menyukai