Anda di halaman 1dari 12

PEMBENTUKAN KARAKTER MANUSIA DALAM PERSPEKTIF METAFISIKA

Karakter berasal dari bahasa Inggris yaitu character yang berarti watak,
karakter, atau sifat. Dalam kamus psikologi karakter adalah kepribadian ditinjau
dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya berkaitan
dengan sifat-sifat yang tetap.
A. PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS UMUM
Pendidikan karakter di lingkup satuan pendidikan perguruan tinggi
dilaksanakan melalui tridharma perguruan tinggi, budaya organisasi, kegiatan
kemahasiswaan, dan kegiatan keseharian. Penjelasan dari setiap aspek
pendidikan sebagai berikut:
a. Tridharma Perguruan Tinggi: Pengintegrasian nilai-nilai utama ke dalam
kegiatan pendidikan, penelitian serta publikasi ilmiah, dan pengabdian
kepada masyarakat;
b. Budaya organisasi: pembiasaan dalam kepemimpinan dan pengelolaan
perguruan tinggi;
c. Kegiatan kemahasiswaan: pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam
kegiatan kemahasiswaan, antara lain: Olahraga, Karya Tulis, Seni; Pramuka
d. Kegiatan keseharian: Penerapan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan kampus, asrama/pondokan/keluarga, dan masyarakat.
Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju suatu sistem, yang
melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.
Betapa pentingnya akhlak atau karakter dalam pendidikan sehingga Allah
mengabadikannya dalam Alquran di Surah Al-Qalam/ 68: 4
ٍ ‫َو ِإن ّ ََك ل ََعل َٰى ُخل ٍُق َع ِظ‬
‫يم‬
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
• Nilai kejujuran, kerja keras, sikap ksatria, tanggung jawab, semangat
pengorbanan, dan komitmen pembelaan terhadap kaum lemah dan tertindas,
bisa diakui sebagai nilai-nilai universal yang mulia dan diakui oleh setiap
agama.
• Pendidikan Karakter di Sekolah” mengembangkan pendidikan karakter dengan
empat pendekatan, yaitu keteladanan, pembelajaran, pemberdayaan dan
pembudayaan, penguatan yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila.
B. PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS METAFISIKA
Dalam mewujudkan karakter individu, diperlukan pengembangan diri secara
holistic, yang bersumber pada olah hatietika, olah pikirliterasi, olah
ragakinestetik, dan olah karsa estetika.
Universitas Pembangunan Panca Budi dibawah naungan Yayasan Prof. Dr. H.
Kadirun Yahya, berkomitmen dalam mencetak lulusan mahasiswanya yang
berkarakter dan berintegritas. Hal ini bertujuan agar mahasiswa lulusan UNPAB
mampu berkiprah dan bersaing di level global. Karakter yang dimaksud adalah:
Jujur, Cerdas, Tangguh, Peduli (empati).
Sikap empati, merupakan salah satu kualitas karakter yang dapat mengubah
dunia, karena ketika seseorang memiliki empati, dia akan memiliki kepedulian
terhadap tingkah laku yang diperbuat dan bagaimana memperlakukan orang lain.
Yang dapat menimbulkan empati ini dalam diri manusia adalah apa yang diisikan
ke dalam jiwa manusia tersebut melalui memasukan nilai-nilai agama.
• Oleh hal tersebut UNPAB dengan pemberian materi kuliah metafisika telah
lebih dulu memasukkan nilai-nilai yang baik dan benar pada jiwa dalam
menerapkan pendidikan karakternya di jenjang Universitas.
• Bahkan, sebagaimana hasil pemantauan lulusannya, maupun mahasiswa
yang sedang dalam masa kuliah jarang sekali kedengaran membuat
kerusuhan, baik berupa demontrasi, ugal-ugalan dalam hal mengungkapkan
rasa keperihatinanya dalam semua event-event yang pernah dilakukan
mahasiswa dari seluruh Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang ada di
Indonesia.
• Kalaupun ada hal tersebut hanya merupakan partisipasi, agar mereka tidak
dikucilkan dari keorganisasian antar mahasiswa yang diikuti, sebagaimana
kewajiban organisasi untuk mengaspirasikan dan mengaktualisasikan
tanggungjawabnya sebagi mahasiswa.
• Harapan pendidikan karakter di kampus mengarah pada pembentukan
individu mahasiswa yang memiliki integritas moral. Semua itu harus
didukung budaya dan kebijakan kampus.
• Nilai-nilai moral dalam keseharian mahasiswa harus mampu diaktualisasikan,
misalnya, menegakkan integritas pada hal-hal yang berhubungan dengan
plagiat dan vandalisme. Di samping itu, kampus juga dapat membuat
kebijakan anti diskriminasi. Seperti, memberi akses pada penyandang
disabilitas untuk dapat menikmati pendidikan.
• Lebih lanjut, bahwa kemampuan berpikir kritis di kalangan mahasiswa harus
dikembangkan. Tujuannya agar mahasiswa mampu memahami nilai-nilai
secara objektif.
• Menurut Prof. Dr. Kadirun Yahya, berhasilnya nation and characther building
bila dalam pelaksanaanya disertai dengan ajaran tasawuf dalam Islam yang
prakteknya dalam tarekat. Karena itu, pendidikan karakter tidak sekadar
pelatihan kilat dalam bentuk outbond maupun aktivitas-aktivitas serupa.
Tetapi, lebih pada melatih manusia melaksanakan pembelajaran metafisika
dimana jiwa yang berinteraksi dengan fisik (otak) diisi dengan nilai-nilai moral
sebagai akademisinya sedangkan jiwa yang berinteraksi dengan hati diisi
dengan perintah Allah yang terdapat dalam kitab suci Al Quran dan Hadis.
• Prinsip pembelajaran karakter berbasis metafisika yang digunakan dalam
pengembangan pendidikan karakter mengusahakan agar mahasiswa
mengenal dan menerima nilai-nilai karakter sebagai milik mereka dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan
mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya
menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
• Dengan prinsip ini manusia belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan
berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan
mahasiswa dalam melakukan kegiatan sosial dan mendorong mahasiswa
untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.
• Beberapa prinsip yang dikembangkan dalam mengimplementasikan
pendidikan karakter, antara lain;
 nilai tidak dipikirkan atau diajarkan tapi dikembangkan/dipelajari (value is
neither cought not taught, it is learned)
• Mengandung makna bahwa materi nilai-nilai dan karakter yang dalam hal ini
tertuang dalam (bernurani, cendikia, dan mandiri) bukanlah bahan ajar biasa.
Tidak semata-mata dapat ditangkap sendiri atau diajarkan, tetapi lebih jauh
diinternalisasi melalui proses belajar.
• Saat ini hal yang dibutuhkan manusia bukan hanya hard skill atau nilai
akademik, namun juga soft skill seperti kemampuan berkomunikasi,
sosialisasi, menyampaikan pendapat, mengkarakterkan kemampuan dan lain-
lain.
• Pembangunan pembentukan karakter meliputi pemberian nilai-nilai kedalam
jiwa mahasiswa, seperti nilai nilai religius, jujur, toleransi (cinta damai),
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan (cinta Tanah Air), menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif,
gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial. Materi mengenai
kepemimpinan, organisasi atau manajemen, keterampilan yang berkaitan
dengan pengembangan minat dan bakat atau interpersonal skill, budaya
• Di samping itu pembekalan pengetahuan mengenai kemampuan
menggunakan media teknologi informasi berbasis karakter. Misalnya dalam
membangun komunikasi yang berkaitan dengan media sosial. Tidak hanya
itu, materi mengenai kewirausahaan juga diberikan mengingat kaitannya
dengan kemandirian sebagai bagian dari karakter.
• Pembelajaran metafisika bertujuan untuk membangun atmosfer kehidupan
dalam persepsi yang nilai-nilai yang sama. Atmosfer yang dimaksud, yakni
yang lebih mengedepankan karakter yang berkompetisi, kejujuran,
profesionalisme, dan kepemimpinan yang berbasis ilmu dan karakter yang
baik yang masuk dalam matakuliah metafisika.
• Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan yang berorientasi pada
peserta didik bahwa kegiatan pembelajaran beragam dengan menggunakan
berbagai macam sumber belajar, metode, media, dan strategi secara
bergantian sehingga selama proses pembelajaran peserta didik berpartisipasi
aktif baik secara individu maupun kelompok.
• Selain itu, pendidikan pembangunan pembentukan karakter dalam bentuk
kegiatan formal dan informal. Contohnya, adanya kegiatan spiritualitas, bagi
yang ingin melanjutkan kebidang tasawuf dan sufi untuk mendapatkan
bimbingan pelatihan I’tikaf (Training Centre Spiritual). Dalam hal melanjutkan
kebidang I’tikaf ini tentunya terlebih dulu memenuhi persyaratan mendapat
izin dari orang tua, atau suami bagi yang sudah menikah untuk masuk
menjadi ikhwan dan akhwat atau bertarekat dibawah bimbingan Waliyam
Mursyida atau pemimpin tarekat.
• Menurut Roucek dan Warren menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat
mempengaruhi pembentukan karakter seorang individu, yaitu :
Pertama, faktor biologis atau fisik, contohnya seorang yang mempunyai cacat
fisik atau penampilannya kurang ideal, akan rendah diri, pemalu, sukar bergaul,
dan sebagainya sehingga akan mempengaruhi pembentukan karakternya. untuk
membedakan kemampuan dalam membuat pertimbangan moral, mendukung
perkembangan moral, dan melebihi berbagai teori lain yang berdasarkan kepada
Kedua, faktor psikologis atau kejiwaan. Faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi pembentukan karakter seorang individu antara lain unsur
temperamen seperti agresifitas, pemarah, pemalu, hasrat atau keinginan, dan
sebagainya. Selain itu keterampilan dan kemampuan belajar juga dapat
mempengaruhi karakter seseorang.
Ketiga, faktor sosiologis atau lingkungan. Yaitu faktor yang membentuk
karakter seseorang menjadi sesuai dengan perilaku atau karakter kelompok atau
lingkungan masyarakatnya. Contohnya, orang yang lahir di daerah pedesaan
cenderung memiliki karakter yang ramah, memiliki solidaritas dan kolektivitas
yang tinggi, serta keterikatan dengan lingkungan alam yang kuat. Sebaliknya,
orang yang dilahirkan di daerah perkotaan cenderung memiliki karakter
masyarakat kota yang lebih individualitas, rasa solidaritas dan kolektivitas yang
kurang, dan sebagainya.
Pendidikan karakter menurut David Elkind dan Freddy Sweet :
Pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu orang
memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Ketika kita
berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan untuk anak-anak kita, jelas
bahwa kita ingin mereka dapat menilai apa yang benar, sangat peduli tentang
apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini benar,
bahkan di menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam.
D. PENTINGNYA REKONSTRUKSI KARAKTER BERBASIS METAFISIKA
Pentingnya rekonstruksi karakter ini memberikan pesan bahwa spiritualisasi
dan nilai-nilai agama tidak bisa dipisahkan dari pendidikan karakter. Karakter
sering pula dikaitkan dengan kepribadian, sehingga pembentukan karakter juga
dihubungkan dengan pembentukan kepribadian.
ۗ ‫ِإ َّن ٱلل ّ َ َه ل َا يُ َغ ِيّ ُر َما ِب َق ْو ٍم َحتَّ ٰىيُ َغ ِيّ ُروا۟ َما ِبأَن ُف ِس ِه ْم‬
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS ar-Ra’d:11)
Menurut Prof.Dr.H.M. Quraish Shihab ayat ini mengandung informasi yang
amat mendasar, antara lain: Pertama, perubahan bermula dari manusia terlebih
dahulu melalui ‘sisi dalam’ sebagai makna yang diisyaratkan oleh kata ‘anfusihim’
(diri mereka). Kedua, perubahan yang bermakna harus melalui sekelompok
orang, bukan perorangan, sebagaimana diisyaratkan oleh bentuk jamak/plural
yang digunakan pada ayat di atas. Perubahan harus dimulai dari perubahan
paradigma, persepsi, pembentukan karakter (character building) yang
menyentuh sisi dalam (anfus) pada manusia.

Anda mungkin juga menyukai