Anda di halaman 1dari 27

Cara dan Contoh Perhitungan Metode FIFO, LIFO dan

Average
Dalam akuntansi persediaan barang bisa dihitung dalam beberapa metode, dimana metode ini bisa disesuaikan dengan jenis perusahaan dan juga
kepentingan perusahaan. Beberapa metode perhitungan persediaan yang populer digunakan adalah metode FIFO (First in First Out), LIFO (Last
In First Out), dan Average. Kemudian, ada dua sistem pencatatan persediaan yang digunakan yaitu sistem perpetual dan periodik. Biasanya
dalam menghitung persediaan, akan dihitung pula HPP (Harga Pokok Penjualan) dan laba kotor. Namun, di pembahasan kali ini kita akan fokus
pada cara dan contoh perhitungan Metode FIFO, LIFO dan Average saja.
Contoh Soal atau Data Persediaan untuk Perhitungan Metode FIFO, LIFO dan Average
Untuk lebih jelasnya berikut ini ada contoh data penjualan dan pembelian persediaan selama tahun 2017 di PT. XY :
Tanggal Keterangan Kuantitas (unit) Harga (Rp)
1 Jan Persediaan awal 100 100.000
5 Feb Pembelian 300 120.000
7 Maret Penjualan 100 150.000
10 April Penjualan 100 150.000
2 Mei Pembelian 100 130.000
5 Juni Penjualan 200 160.000
6 Juli Pembelian 300 125.000
7 Oktober Penjualan 100 160.000
10 November Penjualan 200 170.000
3 Desember Pembelian 100 130.000

Dari data di atas, berikut ini akan kita ulas cara perhitungannya menggunakan metode FIFO, LIFO dan Average.

Cara Perhitungan Metode FIFO


Dalam penerapan metode FIFO berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang lama/pertama masuk untuk dijual terlebih dahulu.
Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk. Metode FIFO cocok
diterapkan pada perusahaan yang menjual produk yang memiliki masa kadaluarsa, seperti makanan, minuman, obat dan lain sebagainya. Berikut
adalah contoh perhitungan metode FIFO dari data di atas:
Tanggal Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Unit Harga/ Unit (Rp)* Total Harga (Rp)* Unit Harga/ Unit (Rp)* Total Harga (Rp)* Unit Harga/Unit (Rp)* Total Harga (Rp)*

01 Jan - - - - - - 100 100 10.000


05 Feb 300 120 36.000 - - - 100 100 10.000
- - - - - - 300 120 36.000
07 Mar - - - 100 100.000 10.000.000 300 120 36.000
10 Apr - - - 100 120.000 12.000.000 200 120 24.000
02 Mei 100 130 12.000 - - - 200 120 24.000
- - - - - - 100 130 13.000
05 Jun - - - 200 120 24.000 100 130 13.000
06 Jul 300 125 37.500 - - - 100 130 13.000
- - - - - - 300 125 37.500
07 Okt - - - 100 130 13.000 300 125 37.500
10 Nov - - - 200 125.000 25.000.000 100 125 12.500
03 Des 100 130 13.000 - - - 100 125 12.500
- - - - - - 100 130 13.000
Total 800 - 98.500 700 - 84.000 200 - 25.500
*hitungan ribu

Cara Perhitungan Metode LIFO


Dalam penerapan metode LIFO berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang baru/terakhir masuk untuk dijual terlebih dahulu.
Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang pertama atau awal masuk. Berikut adalah
contoh perhitungan metode FIFO dari data di atas:
Tanggal Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Unit Harga/ Unit (Rp)* Total Harga (Rp)* Unit Harga/Unit (Rp)* Total Harga (Rp)* Unit Harga/Unit (Rp)* Total Harga (Rp)*

01 Jan - - - - - - 100 100 10.000


05 Feb 300 120 36.000 - - - 100 100 10.000
- - - - - - 300 120 36.000
07 Mar - - - 100 120 12.000 100 100 10.000
- - - - - - 200 120 24.000
10 Apr - - - 100 120 12.000 100 100 10.000
- - - - - - 100 120 12.000
02 Mei 100 130 12.000 - - - 100 100 10.000
- - - - - - 100 120 12.000
- - - - - - 100 130 13.000
05 Jun - - - 100 130 13.000 100 100 10.000
- - - 100 120 12.000
06 Jul 300 125 37.500 - - - 100 100 10.000
- - - - - - 300 125 37.500
07 Okt - - - 100 125 12.500 100 100 10.000
- - - - - - 200 125 25.000
10 Nov - - - 200 125 25.000 100 100 10.000
03 Des 100 130 13.000 - - - 100 100 10.000
- - - - - - 100 130 13.000
Total 800 - 98.500 700 - 86.500 200 - 23.000
*hitungan ribu

Cara Perhitungan Metode Average


Dalam penerapan metode Average berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang ada di gudang untuk dijual tanpa
memperhatikan barang mana yang masuk lebih awal atau akhir. Jadi persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan
persediaan rata-rata yang masuk. Berikut adalah contoh perhitungan metode Average dari data di atas:
Tanggal Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
Unit Harga/ Unit (Rp) Total Harga (Rp) Unit Harga/Unit (Rp) Total Harga (Rp) Unit Harga/Unit (Rp) Total Harga (Rp)

01 Jan - - - - - - 100 100 10.000


05 Feb 300 120 36.000 - - - 400 110 44.000
07 Mar - - - 100 110 11.000 300 110 33.000
10 Apr 100 110 11.000 200 110 22.000

02 Mei 100 130 13.000 - - - 300 120 36.000


05 Jun - - - 200 120 24.000 100 120 12.000
06 Jul 300 125 37.500 - - - 400 122.5 49.000
07 Okt - - - 100 122.5 12.250 300 122.5 36.750
10 Nov - - - 200 122.5 24.500 100 122.5 12.250
03 Des 100 130 13.000 - - - 200 126,25 25.250
Total 800 - 99.500 700 - 82.750 200 - 25.250

Cara Menghitung Persediaan Akhir dengan Metode FIFO

Perusahan-perusahan banyak melakukan pencatatan persediaan salah satunya dengan cara menghitung persediaan akhir dengan
metode fifo lifo average. Pencatatan dengan menggunakan beberapa metode memberikan beberapa kemudahan bagi perusahaan
yang mencatat dan menghitung nilai jumlah dari sisa persediaan stok yang ada dan mementingkan pengeluaran stok mana yang
lebih baik digunakan atau dikeluarkan terlebih dahulu.

Mencatat persediaan akhir dapat membantu memberikan informasi mengenai laporan stok barang yang tersedia pada akhir.
Biasanya pencatatan ini digunakan oleh perusahaan yang berjenis manufaktur dan dagang.
Pengertian Metode FIFO, LIFO dan Average
Apa itu FIFO?
Berikut akan dijelaskan secara singkat tentang fifo. Metode FIFO adalah first in first out yang artinya metode yang mengatur
barang dagangan yang pertama masuk adalah barang yang pertama kali keluar juga. Metode FIFO banyak digunakan oleh
beberapa perusahaan yang menjualkan produk yang mudah rusak jika tidak digunakan dalam jangka waktu cepat, karena produk
tersebut semua tidak bisa tahan lama seiringnya dengan waktu.

Contoh jenis perusahaan yang menggunakan metode ini adalah yang menjalankan bisnis kebutuhan makanan dan minuman
sehari hari yang memiliki masa expired atau kadaluarsa.

Apa itu LIFO?


Berikut akan dijelaskan secara singkat tentang lifo. Dimana kepanjangan dari LIFO yaitu last in first out yang artinya metode
yang mengatur barang dagangan yang terakhir masuk adalah barang yang pertama kali keluar yang bisa dikatakan kebalikan dari
fifo, sehingga sistem LIFO dan FIFO hampir sama hanya berbeda cara keluar barang yang dijual.

Apa itu Average?


Berikut akan dijelaskan secara singkat tentang average. Dimana metode average menghitung nilai barang dagangan dengan
meratakan semua dagangan tanpa memikirkan produk mana yang harus dikeluarkan terlebih dahulu.

Perbedaan Metode FIFO dan LIFO


Berikut akan dijelaskan secara singkat perbedaan mengenai fifo dan lifo :
Perbedaan Sistem Penjualan
Maksud bagian ini adalah FIFO menjual produk atau mengeluarkan produk yang pertama kali masuk terlebih dahulu dimana
lebih mementingkan menjual seluruh produk awal yang dibeli atau yang terlebih dahulu diproduksi sedangkan LIFO menjual
produk atau mengeluarkan produk yang terakhir kali masuk dimana lebih mementingkan menjual produk yang terakhir atau
barusan dibeli/diproduksi. 

Perbedaan Kegunaan
Maksud bagian ini adalah FIFO lebih banyak digunakan oleh perusahaan yang memproduksi atau menjualkan produk berjenis
makanan atau minuman. Sedangkan LIFO lebih banyak digunakan oleh perusahaan yang mementingkan produk yang diminati
saat itu dengan mengikuti permintaan pasar yang berjenis produk yang tahan lama.

Perbedaan Perhitungan Harga Jual


Maksud bagian ini adalah FIFO memberikan harga jual sesuai perhitungan mengikuti harga produksi dan harga beli supaya
produk yang pertama diproduksi lebih mudah dijual dan mendapatkan keuntungan daripada menyimpan terlalu lama yang
menyebabkan kerugian bagi perusahaan atas produk tersebut sudah tidak laku dijual. Sedangkan LIFO memberikan harga jual
mengikuti harga pasar terbaru dengan mengikuti harga beli atau proses produksi akhir tanpa mempedulikan kapan barang itu
masuk hanya mementingkan harga terakhir dibeli, dan langsung menjualnya berharap mendapatkan keuntungan dengan cepat
tanpa memikirkan keadaan stok awal / stok pertama.

Sistem Pencatatan Persediaan Barang


Dalam mencatat persediaan barang terbagi atas 2 sistem yaitu :
Sistem Perpetual 
Sistem pencatatan perpetual adalah mencatat perubahan barang dagangan selama terjadi transaksi yang artinya mencatat segala
perubahan data jumlah stok barang dagangan yang terjadi saat itu. Pencatatan ini mengurangi resiko terjadinya selisih jumlah
stok, dan dapat memberikan nilai persediaan akhir secara langsung.

Sistem Periodik
Sistem pencatatan periodik adalah mencatat perubahan barang dagangan secara periodik yang artinya mencatat data perubahan
stok di akhir bulan terjadinya transaksi yang atau melakukan pencatatan sesuai jadwal yang ditentukan saja tanpa
memperdulikan saat transaksi berlangsung. Pencatatan ini mengalami resiko terjadinya selisih jumlah stok dan tidak dapat
memberikan nilai persediaan akhir secara langsung

Contoh Rumus Metode FIFO Periodik & Perpetual


Setelah ketahui pengertian FIFO dan LIFO dan deskripsikan dengan contoh rumus menghitung persediaan barang dengan
metode FIFO sesuai sistem pencatatan yaitu :

Diketahui XYZ memiliki transaksi yang berkaitan dengan persediaan barang dagangan yang telah disajikan dalam tabel sebagai
berikut :

Tanggal  Keterangan QTY Harga Total Harga

01 Maret Persediaan 18 Rp 50.000 Rp 900,000


15 Maret Pembeliaan 50 Rp 53,000 Rp 2.650.000

18 Maret Penjualan 22 Rp 65.000 Rp 1.430.000

25 Maret Pembeliaan 30 Rp 59.000 Rp 1.770.000

30 Maret Penjualan 15 Rp 75,000 Rp 1.125.000

Ditanya :

Hitunglah nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan dan laba kotor dengan sistem periodik dan sajikan kartu persediaan stok
dengan cara perpetual beserta nilai hpp dan laba kotor.

Dijawab :

Metode FIFO sistem periodik

Nilai Persediaan Akhir

Berikut cara menghitung persediaan akhir dengan metode fifo periodik

Tanggal Keterangan QTY Harga Total Harga


1 Maret Persediaan Awal 18 Rp 50.000 Rp 900.000

15 Maret Pembelian 50 Rp 53.000 Rp 2.650.000

25 Maret Pembelian 30 Rp 59.000 Rp 1.770.000

  98   Rp 5.320.000

Maka, dapat diketahui contoh kartu persediaan metode fifo periodik persediaan akhir yang siap dijual adalah 98 unit dengan nilai
total harga Rp 5.320.000

Rumus Menghitung Unit Persediaan Akhir :

= Jumlah Unit Yang Siap Dijual – Unit Yang Terjual 

= 98 Unit – 37 Unit

= 61 unit

Nilai Unit akhir

QTY Harga Total Harga


30 unit Rp 59.000 Rp 1.170.000

31 unit Rp 53.000 Rp 1.643.000

Total = 61 unit Rp 2.813.000

Harga Pokok Penjualan

Rumus Menghitung Harga Pokok Penjualan :

= Nilai Total Harga Siap Dijual – Nilai Total Harga Unit Akhir

= Rp 5.320.000 – Rp 2.813.000

= Rp 2.507.000

Laba Kotor 

Rumus Menghitung Laba Kotor :

= Hasil Penjualan – Harga Pokok Penjualan

= Rp 2.555.000 – Rp 2.507.000
= Rp 48.000

Berikut cara menghitung persediaan akhir dengan metode fifo perpetual

(Dalam Ribuan Rupiah)

Tgl Pembelian HPP Persediaan

unit Harga T. Harga unit Harga T.Harga Unit Harga T.Harga

1/3 – – – – – – 18 50 900

15/3 50 53 2.650 – – – 18 50 900

– – – – – – 50 53 2.650

18/3 – – – 18 50 900
46 53 2.438

– – – 4 53 212

25/3 30 59 1.770 – – – 46 53 2.438

– – – – – – 30 59 1.770
30/3 – – – 15 53 795 31 53 1.643

– – – – – – 30 59 1.770

Total 80 – 4.420 37 – 1.907 61 – 3.413

Sehingga cara menggunakan metode fifo adalah menjual produk pertama yang ada dari persediaan ditambah menjual barang
yang pertama dibeli saat penjualan berlangsung.

Nilai HPP dengan cara perpetual

Berikut cara menghitung hpp dengan metode fifo perpetual :

  FIFO Perpetual

Persediaan awal Rp 900.000

Pembelian Rp 4.420.000 +

Barang tersedia untuk dijual Rp 5.320.000

Persediaan akhir (Rp 3.413.000)

Harga Pokok Penjualan Rp 1.907.000


Laba Kotor dengan cara perpetual

  FIFO Perpetual

Penjualan Rp 2.555.000

HPP (Rp 1.907.000)

Laba Kotor Rp 648.000

Manfaat Penggunaan Metode FIFO dibanding Metode Lain?


Resiko Kerugian Kecil
Karena FIFO mementingkan barang awal / barang yang dibeli dijual lebih awal, sehingga perusahaan terhindar dari barang yang
rusak atau cacat karena disimpan terlalu lama.

Perhitungan Akurat
Karena FIFO mencatat setiap barang masuk dan keluar secara akurat dan memudahkan menghitung keuntungan.
Penggunannya mudah Dimengerti dan Diterima
Karena FIFO memudahkan perusahaan menghasilkan laporan lebih sederhana dan lebih mudah dipahami dan diterima dengan
sekilas.

Tujuan Perusahaan Menggunakan Rumus FIFO


Perusahaan yang menggunakan Metode FIFO adalah perusahaan yang bergerak di sektor makanan dan minuman dikarenakan
paling cocok. Karena produk tidak boleh disimpan terlalu lama, dengan menggunakan metode FIFO perusahaan akan
menjualkan produk mereka yang memiliki tanggal masa guna lebih awal daripada memilih produk disimpan sampai tidak dapat
digunakan yang akhirnya perusahaan mengalami kerugian. Beberapa ada yang menggunakan metode fifo saham untuk
mempermudah dalam memberikan keputusan apakah saham itu akan dijual atau tidak karena laporan nya lebih mudah
dimengerti.

Metode Persediaan Stok Barang FIFO, LIFO, dan Average


Beberapa metode perhitungan atau pencatatan persediaan stok barang  yang populer digunakan adalah metode FIFO (First in
First Out), LIFO (Last In First Out), dan Average, simak perbedaan di antara ketiganya di Blog Mekari Jurnal!

Dalam akuntansi, persediaan barang bisa dihitung dalam beberapa metode, dimana metode ini bisa disesuaikan dengan jenis
perusahaan dan juga kepentingan perusahaan.

Persediaan merupakan semua barang yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali atau dikonsumsi dalam
operasi normal perusahaan.

Terdapat dua sistem pencatatan akuntansi persediaan yaitu sistem perpetual dan sistem periodik (fisik).
Penentuan kedua sistem pencatatan tersebut tergantung pada kebijakan yang diambil oleh perusahaan.

Dalam praktiknya, banyak perusahaan yang membuat asumsi tentang mekanisme cost persediaan masuk ke dalam dan keluar
perusahaan.

Asumsi aliran cost  persediaan tentunya harus sesuai dengan standar dan Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum (PABU).

Berikut ini adalah penjelasan tentang metode persediaan stok barang dan perbedaannya yang penting untuk Anda ketahui.

Metode Persediaan First In First Out (FIFO)


Seperti namanya first in first out yang artinya masuk pertama keluar pertama, maka pada metode ini unit persediaan yang
pertama kali masuk ke gudang perusahaan akan dijual pertama.

FIFO (First-In, First-Out) adalah metode untuk menentukan harga pokok penjualan  dengan cara mengasumsikan bahwa produk
yang sudah terjual merupakan produk terlama dalam inventaris.

Biaya yang dikeluarkan untuk produk terlama itulah yang digunakan dalam perhitungan.

Singkatnya, metode FIFO akan menghapus produk paling awal yang masuk dari akun persediaan setiap terjadi pencatatan
penjualan.

Misalnya, Anda menjalankan bisnis penjualan roti, maka roti yang terlebih dahulu dijual yaitu roti yang pertama kali masuk ke toko
Anda.
Perhitungan biaya dari roti yang terjual pertama itulah yang dijadikan sebagai biaya pokok penjualan.

Metode persediaan barang FIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa aliran cost masuk persediaan harus dipertemukan dengan
hasil penjualannya.

Sebagai akibatnya, biaya per unit persediaan yang masuk terakhir dipakai sebagai dasar penentuan biaya barang yang masih
dalam persediaan pada akhir periode (persediaan akhir).

Dalam penerapan metode FIFO berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang lama/pertama masuk untuk
dijual terlebih dahulu.

Jadi biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk.

Metode FIFO cocok diterapkan pada perusahaan yang menjual produk yang memiliki masa kadaluarsa, seperti makanan,
minuman, obat dan lain sebagainya.

Metode FIFO merupakan metode yang paling umum digunakan dalam pencatatan persediaan.

Hal tersebut tentu saja karena ada kelebihan dan kekurangan yang dipertimbangkan, berikut adalah kelebihan dan kekurangan
metode persediaan barang  FIFO:

Kelebihan Kekurangan

 Nilai persediaan disajikan secara relevan di laporan  Pajak yang harus dibayarkan perusahaan ke pemerintah
posisi keuangan. menjadi lebih besar.

 Menghasilkan laba yang lebih besar.  Laba yang dihasilkan kurang akurat.

 
Perusahaan yang Cocok Menggunakan FIFO

Jika dilihat dari proses operasinya, perusahaan dibedakan menjadi dua, yaitu perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang.

Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur biasanya mengategorisasikan inventaris menjadi tiga, yaitu barang baku, barang
proses, dan barang jadi.

Pengelompokan di bidang manufaktur ini berbeda dengan pengelompokan di bidang dagang karena fungsi dari keduanya
memang berbeda.

Ketika perusahaan manufaktur beroperasi untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi, perusahaan dagang langsung
beroperasi menjual barang yang sudah didapat dalam bentuk jadi tanpa membutuhkan proses pengolahan.

Akan tetapi, dua perusahaan yang proses operasinya berbeda itu sama-sama cocok menggunakan metode FIFO dalam
inventarisasi dengan dua syarat.

1. Produsen Makanan

Metode persediaan FIFO cocok diterapkan di perusahaan yang memproduksi barang makanan karena penjualan produk terlama
akan menjadikan persediaan selalu fresh.

Makanan yang telah diproduksi tapi penyimpanannya tumpang tindih akan membuat perusahaan Anda mengalami kesulitan saat
proses distribusi.

Produk terlama yang tidak segera dijual akan mengalami penurunan kualitas dan hal tersebut menyebabkan kerugian bagi
perusahaan Anda.
2. Perusahaan yang Menjual Produk Bertanggal Kadaluarsa

Produk makanan juga masuk dalam kategori ini. Akan tetapi, perusahaan seperti warung kelontong, minimarket,
dan supermarket memiliki produk yang lebih beragam jenisnya dengan batasan kadaluarsa yang berbeda pula.

Maka dari itu, metode FIFO sejalan dengan konsep penjualan mereka.

Jika Anda merupakan pengusaha di bidang ini, Anda pasti akan meletakkan produk yang terlebih dahulu masuk ke gudang atau
ke catatan inventaris pada bagian paling depan rak display agar produk tersebut diambil lebih dulu oleh pembeli.

Rata-rata, semua staf yang bertugas mendisplay produk akan membongkar sisa produk di rak, memasukkan produk baru di
bagian paling belakang, baru kemudian memasukkan kembali produk terlama di bagian depan.

Dengan metode pencatatan seperti itu, persediaan akhir barang di gudang penyimpanan akan tetap tinggi dan cenderung stabil
tapi pengeluaran tetap bergantung pada produk yang tersedia di rak display. Pantau stok persediaan dengan  aplikasi
persediaan berbasis web.

Metode Persediaan Last In First Out (LIFO)


LIFO artinya adalah yang masuk terakhir keluar pertama. Metode ini mengasumsikan unit persediaan yang dibeli pertama akan
dikeluarkan di akhir.

Artinya, unit yang dijual pertama adalah unit persediaan yang terakhir masuk ke gudang. Jadi biasanya persediaan akhir barang
dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang pertama atau awal masuk.
Metode biaya persediaan LIFO ini adalah didasarkan pada asumsi bahwa aliran keluar biaya persediaan adalah kebalikan dari
kronologi terjadinya biaya.

Pada metode ini, harga beli terakhir dibebankan ke operasi dalam periode kenaikan harga (inflasi), sehingga laba yang dihasilkan
akan kecil dan pajak yang terutang juga menjadi lebih kecil.

Namun, berdasarkan PSAK 14 metode LIFO tidak boleh digunakan lagi. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan metode LIFO.

Kelebihan Kekurangan

 Mudah membandingkan cost  saat ini dengan pendapatan


sekarang.  Bertolak belakang dengan aliran fisik persediaan
sesungguhnya.
 Apabila harga naik maka harga barang jadi konservatif.
 Biaya pembukuan menjadi mahal karena metode
 Laba operasional tidak terpengaruh oleh untung atau rugi dari ini lebih rumit.
fluktuasi harga.
 Laba atau rugi yang dihasilkan lebih rendah.
 Menghemat pajak

Metode Average (Rata-Rata Tertimbang)


Metode average biasa disebut metode rata-rata tertimbang. Metode average membagi antara biaya barang persediaan untuk
dijual dengan jumlah unit yang tersedia.

Sehingga persediaan akhir dan beban pokok penjualan dapat dihitung dengan harga rata-rata. Metode average adalah titik
tengah atau perpaduan dari metode FIFO dan LIFO.
Jadi kelebihan dan kekurangan metode ini berada diantara metode LIFO dan FIFO.

Dalam penerapan metode Average berarti perusahaan akan menggunakan persediaan barang yang ada di gudang untuk dijual
tanpa memperhatikan barang mana yang masuk lebih awal atau akhir.

Cara Menghitung Persediaan Barang dengan Metode FIFO


Pada awal tahun, perusahaan Anda, misalnya perusahaan roti, memiliki inventaris awal produk. Selama tahun itu, tentu
perusahaan Anda membeli produk dan menjualnya.

Pada akhir tahun Anda perlu melakukan pencatatan. Berikut adalah cara menghitungnya menggunakan metode FIFO.

Asumsikan bahwa produk Anda dibuat dalam tiga gelombang selama tahun tersebut. Biaya dan kuantitas setiap
gelombangnya yaitu :

Gelombang 1 : Jumlahnya 2.000 roti dengan biaya Rp8.000.000

Gelombang 2 : Jumlahnya 1.500 roti dengan biaya Rp7.000.000

Gelombang 3 : Jumlahnya 1.700 roti dengan biaya Rp7.700.000

Total yang diproduksi yaitu, 5.200 roti dengan biaya Rp22.700.000. Biaya rata-rata untuk memproduksi satu roti yaitu, Rp4.370.

Selanjutnya, Anda perlu menghitung unit biaya untuk setiap gelombangnya.

Gelombang 1 : Rp8.000.000/2.000 roti = Rp4.000


Gelombang 2 : Rp7.000.000/1.500 roti = Rp4.670

Gelombang 3 : Rp7.700.000/1.700 roti = Rp4.530

Asumsikan bahwa pada tahun ini perusahaan Anda berhasil menjual 4.000 roti dari 5.200 roti yang diproduksi. Anda tidak tahu
produk dari gelombang mana yang terjual.

Untuk menentukan biaya produk yang terjual menggunakan FIFO, Anda harus menganggap bahwa produk yang terjual
merupakan produk tertua (pertama masuk).

Jadi, perhitungan untuk 4.000 roti yang terjual yaitu :

 2.000 roti dari gelombang 1 bernilai masing-masing Rp. 4.000 terjual lebih dahulu dengan total Rp. 8.000.000.

 1. 500 roti dari gelombang 2 bernilai masing-masing Rp. 4.670 terjual berikutnya dengan total Rp. 7.005.000.

 500 roti dari gelombang 3 bernilai masing-masing Rp. 4.530 terjual paling akhir dengan total Rp. 2.265.000.

Jika dijumlah, total biaya dari 4.000 roti yang terjual adalah Rp. 17.270.000. Hasil perhitungan ini yang akan dianggap sebagai
biaya pokok produksi.

Penghitungan di atas bisa Anda terapkan dengan penyesuaian untuk perusahaan Anda.

Keuntungan Menggunakan Metode FIFO


FIFO dianggap sebagai metode yang lebih logis dan terpercaya. Dengan metode ini, resiko penurunan kualitas barang karena
terlalu lama disimpan, bisa diminimalisir.
Selain itu, berikut adalah beberapa keuntungan lain dari metode FIFO dibandingkan metode lain seperti LIFO atau Average.

1. Mudah Dipahami dan Diterima Secara Universal

FIFO mengikuti alur alami inventaris (produk tertua dijual terlebih dahulu, dengan perhitungan mengikuti biaya setiap gelombang
produksi).

Hal tersebut membuat pembukuan Anda menjadi lebih simpel juga bisa memperkecil kemungkinan kesalahan yang terjadi. Maka,
wajar jika FIFO diterapkan di banyak perusahaan.

2. Meminimalisir Pemborosan

Perusahaan yang benar-benar mengikuti FIFO akan selalu menjual inventaris tertua terlebih dahulu. Dengan begitu, biaya yang
terbuang karena penurunan kualitas produk bisa dihindari.

Produk yang tersisa tetap memiliki kualitas bagus dan bisa dijual dengan harga tinggi karena memang baru diproduksi. Pada
situasi penjualan yang konstan, Anda bisa sangat diuntungkan.

3. Laporan Keuangan Sulit Dimanipulasi

FIFO memberikan gambaran yang sangat akurat tentang penghitungan biaya perusahaan.

Garis pengeluaran biaya bisa ditarik secara urut sejak proses produksi hingga penjualan per gelombang.
Jika terjadi keraguan hasil saat penghitungan keuntungan atau bahkan seluruh penghitungan keuangan, Anda bisa melacaknya
secara mudah.

Dengan begitu, jika ada manipulasi yang mungkin dilakukan oleh pihak lain, akan mudah Anda temukan.

Kelemahan Metode Persediaan FIFO


Metode ini bisa mengakibatkan penghitungan pajak penghasilan yang lebih tinggi untuk bisnis Anda.

Kesenjangan antara biaya (modal produksi) dan keuntungan dari metode ini adalah lebih luas jika adalah dibandingkan metode
LIFO (Last In, First Out), metode kebalikannya.

Anda juga perlu berhati-hati saat perusahaan mengambil keuntungan yang terlalu sedikit.

Jika itu terjadi, Anda akan berada pada fase bahaya bahkan mengalami kerugian saat biaya produksi naik sedangkan angka-
angka yang terlanjur Anda gunakan dalam perhitungan merupakan harga pokok, bukan harga aktual.

Penjelasan di atas merupakan hal-hal yang perlu Anda pahami sebelum memutuskan untuk menerapkan FIFO pada perusahaan
Anda.

Jika Anda sudah tahu jenis perusahaan yang Anda jalankan, pertimbangkan baik-baik kelemahan FIFO untuk menyiapkan solusi
saat perusahaan Anda memasuki fase penurunan.
Mengapa Menggunakan Metode FIFO?
Pasar yang bersifat fluktuatif menyebabkan biaya produksi suatu produk terus naik sejalan dengan inflasi.

FIFO menjadi metode yang dapat membuat catatan keuangan perusahaan terlihat lebih impresif.

Dengan metode persediaan FIFO, produk  atau barang yang dijual adalah produk terlama dengan harga produksi yang masih
murah.

Hal ini membuat margin dan keuntungan terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan perhitungan metode rata-rata.

Oleh karena itu, FIFO sangat ideal untuk memukau investor,  karena dengan FIFO biaya produksi barang terlihat menjadi
semakin kecil sehingga membuat penghasilan di luar pajak menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan menggunakan metode
rata-rata.

Akan tetapi di sisi lain, dengan tingginya profit (keuntungan) perusahaan, pajak yang harus dibayarkanpun semakin besar.

Teknik rata-rata sendiri merangkum biaya produksi barang yang ada sehingga membuat barang yang dibeli dengan harga lebih
murah sama dengan barang yang dibeli dengan harga lebih mahal.

Kekurangan FIFO Dibandingkan Metode Rata-Rata


Seperti yang dijelaskan di atas, FIFO dapat membuat laporan keuangan  lebih impresif, karena margin pendapatan yang lebih
besar dibanding dengan metode rata-rata.
Namun, karena margin yang besar ini membuat keuntungan yang tercatat menjadi lebih besar pula. Sehingga pajak yang harus
dibayarkan menjadi lebih besar.

Sementara, dengan metode rata-rata, margin yang didapatkan relatif lebih kecil sehingga pajak yang dibayarkan menjadi lebih
rendah.

Kelola Persediaan Barang dengan Aplikasi Stok Barang Jurnal


Jurnal saat ini mendukung metode perhitungan biaya inventory dengan metode rata-rata (average) dan FIFO yang akan
menentukan kalkulasi penilaian barang, sehingga pencatatan laporan persediaan yang ada akan dikhususkan sesuai dengan
metode penilaian yang Anda pilih.

Pilihan metode penilaian inventory dapat Anda akses melalui pengaturan (settings) kemudian masuk ke menu produk (product),
selanjutnya pilih “ubah” di menu metode penilaian inventory.

Setelah itu, Anda akan diminta untuk memilih metode perhitungan inventory yang diinginkan.

Perlu diperhatikan bahwa, jika Anda sudah mengaktifkan fitur monitor persediaan barang pada salah satu produk, maka metode
penilaian inventory tidak dapat diubah.

Untuk membantu Anda mempermudah manajemen persediaan, Anda dapat menggunakan bantuan aplikasi inventory barang
dari Mekari Jurnal.

Dengan menggunakan Jurnal, melakukan pengelolaan dan pencatatan persediaan menjadi mudah menggunakan  fitur
manajemen gudang dan aplikasi stok barang, baik memilih metode persediaan FIFO maupun Average.

Anda mungkin juga menyukai