Anda di halaman 1dari 19

PENJADWALAN DAN PENGUKURAN KERJA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Operasi

Dosen Pengampu:

Bambang Setyobudi, S.E., M

Disusun Oleh:

Farikhah Qumairoturrohmah

(3119026)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS BISNIS DAN BAHASA

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM

JOMBANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Penjadwalan dan Pengukuran Kerja” ini sesuai

dengan waktu yang ditetapkan.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

untuk para pembaca. Lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Penulis telah berusaha untuk menyusun makalah ini dengan baik. Namun demikian,

penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karenanya,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Akhir kata penulis m maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat hal-hal

yang kurang berkenan. Terimakasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jombang,09 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………… …1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………2

1.3 Tujuan……………………………………………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………

2.1 Penjadwalan Kerja…………………………………………………………………………3

2.1.1 Pengertian Penjadwalan Kerja…………………………………………………3

2.1.2 Mengatur Waktu Kerja dalam Bekerja …………………………………….….3

2.2 Pembebanan Kerja……………………………………………………………………..4

2.2.1 Pengertian Pembebanan Kerja…………………………………………………9

2.2.2 Pengukuran Beban Kerja dalam Bekerja……………………………………..10

2.3 Metode Pengukuran Kerja……………………………………………………………13

2.3.1 Pengertian Metode Pengukuran Kerja………………………………………..13

2.3.2 Metode Pengukuran Kerja……………………………………………………14

2.4 Hubungan Penjadwalan Kerja, Pembebanan Kerja dan Metode Pengukuran Kerja…15

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………… 16

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….16

DAFTAR

PUSTAKA………………………………………………………………………...17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam mengasilkan produk


yang telah disepakati sesuai dengan kesepakatan. Penjadwalan produksi sangat erat kaitannya
dengan performansi suatu perusahaan. Performansi perusahaan juga dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan dalam memenuhi pesanan baik dari segi waktu maupun dari segi
jumlah produk yang dijanjikan. Kelalaian dalam memenuhi kepuasan pelanggan akan
berakibat fatal bagi kemajuan perusahaan, dimana persaingan antar perusahaan dalam dunia
industri semakin ketat.

Dalam dunia industri, waktu kerja merupakan salah satu faktor yang penting dan perlu
mendapat perhatian dalam sistem produksinya. Waktu kerja berperan dalam penentuan
produktivitas kerja serta dapat menjadi tolak ukur untuk menentukan metode kerja yang
terbaik dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Untuk dapat membandingkan waktu kerja yang
paling baik dari metode kerja yang ada dibutuhkan suatu waktu baku atau waktu standar
sebagai acuan untuk penentuan metode kerja yang terbaik. Waktu baku didapatkan dari
pengukuran waktu kerja. Pengukuran waktu kerja dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Yang dimaksud pengukuran secara langsung ialah pengamat mengukur atau
mencatat langsung waktu yang diperlukan oleh seorang operator dalam melakukan
pekerjaannya ditempat operator tersebut bekerja. Sedangkan yang dimaksud dengan cara
tidak langsung ialah pengamat tidak harus selalu mengamati suatu pekerjaan langsung
ditempat operator bekerja karena pekerjaan tersebut telah didokumentasikan sebelumnya.

Methods Time Measurement (MTM) merupakan salah satu metode pengukuran kerja secara
tidak langsung yang dapat digunakan dalam penentuan waktu kerja. Keistimewaan MTM
dibandingkan pengukuran waktu kerja yang lain ialah dapat menentukan waktu penyelesaian
suatu pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dilakukan, karena dalam perhitungan MTM
digunakan tabel-tabel waktu kerja berdasarkan elemen-elemen kerja yang telah distandarkan.
Akan tetapi, dalam proses pengidentifikasian gerakan kerja dalam MTM perlu dilakukan
simplifikasi karena proses identifikasi tersebut kurang efektif dan efisien untuk dilakukan
secara manual dan sulit dilakukan oleh orang yang masih awam dengan metode MTM.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana mengatur waktu kerja dalam bekerja?
1.2.2 Bagaimana pengukuran beban kerja dalam bekerja?
1.2.3 Bagaimana hubungan penjadwalan kerja, pembebanan kerja dan metode
pengukuran kerja?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui bagaimana mengatur waktu dalam bekerja.
1.3.2. Untuk mengetahui bagaimana pengukuran beban kerja dalam bekerja.
1.3.3. Untuk mengethaui bagaimana hubungan penjadwalan kerja, pembebanan kerja
dan metode pengukuran kerja.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penjadwalan Kerja


2.1.1 Pengertian Penjadwalan Kerja

Pengertian Penjadwalan menurut Herjanto (1999), Penjadwalan adalah


pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi, secara umum penjadwalan
bertujuan untuk meminimalkan waktu proses, waktu tunggu langganan, dan
tingkat persediaan, serta penggunaan yang efisien dari fasilitas, tenaga kerja, dan
peralatan. Penjadwalan disusun dengan pertimbangan berbagai keterbatasan yang
ada.

Sedangkan, pengertian penjadwalan menurut Abrar Husen (2009), penjadwalan


atau scheduling adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan
masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga
tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang
ada.

Sehingga penjadwalan produksi atau Production Scheduling ini dapat


didefinisikan sebagai proses mengatur, mengendalikan dan mengoptimalkan kerja
dan beban kerja dalam proses produksi atau proses manufaktur. Dengan kata lain,
Penjadwalan produksi adalah penentuan waktu dan tempat dimana suatu proses
produksi harus dilakukan untuk mendapatkan dengan jumlah yang diinginkan.
Dengan Penjadwalan Produksi ini, manajemen dapat mengidentifikasikan sumber
daya apa yang akan dikonsumsi pada tahap produksi tertentu berdasarkan
perkiraan jadwal yang dibuat agar perusahaan tidak kekurangan sumber daya pada
saat produksi berlangsung.

2.1.2 Mengatur Waktu Kerja dalam Bekerja

Pengukuran waktu kerja merupakan bagian penting dalam proses standarisasi


kerja, dimana Usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang
pekerja yang terlatih”qualified” dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang
spesifikasik pada tingkat kerja yang normal dalam lingkungan kerja yang terbaik
pada saat itu. Secara umum pengukuran waktu kerja terbagi atas dua bagian yaitu
pengukuran secara langsung dan secara tidak langsung.

Secara garis besar tekni-teknik pengukuran waktu kerja di bagi atas dua bagian
yaitu:

1. Pengukuran secara langsung


Pengukuran langsung adalah pengukuran yang dilaksanakan secara langsung
dimana tempat pekerjaan yang bersangkutan dilakukan. Terdiri dari dua jenis
pengukuran yaitu:
a. Pengukuran waktu dengan menggunakan jam henti (stopwatch)
b. Pengukuran waktu dengan menggunakan smpling pekerjaan.
2. Pengukuran secara tidak langsung
Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran yang dilakukan tampa harus
berada di tempat pekerjaan, yaitu dengan membaca table-tabel yang tersediah
dengan syarat mengetahui jalanya pekerjaan atau gerakan. Yang termasuk
dalam kelompok ini antara lain:
a. Data waktu baku adalah waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh pekerja
normal untuk menyelesaikan pekerjaan dalam sistem terbaik. Pengukuran
waktu yang dilakukan terhadap beberapa alternatif sistem kerja, maka
yang terbaik dilihat dari waktu penyelesaian tersingkat. Pengukuran waktu
juga ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian pekerjaan,
yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar, normal, dan terbaik.

2.2 Pembebanan Kerja


2.2.1 Pengertian Pembebanan Kerja

Beban kerja adalah sejumlah proses atau kegiatan yang harus diselesaikan oleh
seorang pekerja dalam jangka waktu tertentu. Apabila seorang pekerja mampu
menyelesaikan dan menyesuaikan diri terhadap sejumlah tugas yang diberikan,
maka hal tersebut tidak menjadi suatu beban kerja. Namun, jika pekerja tidak
berhasil maka tugas dan kegiatan tersebut menjadi suatu beban kerja.

Beban kerja adalah sesuatu yang dirasakan berada di luar kemampuan pekerja
untuk melakukan pekerjaannya. Kapasitas seseorang yang dibutuhkan untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan harapan (performa harapan) berbeda dengan
kapasitas yang tersedia pada saat itu (performa aktual). Perbedaan diantara
keduanya menunjukkan taraf kesukaran tugas yang mencerminkan beban kerja.

Berikut ini beberapa pengertian dan definisi beban kerja dari beberapa sumber
buku:

a) Menurut Menpan (1997), beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah


kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang
jabatan dalam jangka waktu tertentu. 
b) Menurut Permendagri (2008), beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus
dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara
volume kerja dan norma waktu. 
c) Menurut Gibson dan Ivancevich (1993:163), beban kerja adalah tekanan
sebagai tanggapan yang tidak dapat menyesuaikan diri, yang dipengaruhi oleh
perbedaan individual atau proses psikologis, yakni suatu konsekuensi dari
setiap tindakan ekstern (lingkungan, situasi, peristiwa yang terlalu banyak
mengadakan tuntutan psikologi atau fisik) terhadap seseorang. 
d) Menurut Munandar (2001), beban kerja adalah keadaan dimana pekerja
dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu.
e) Menurut Moekijat (2004), beban kerja adalah volume dari hasil kerja atau
catatan tentang hasil pekerjaan yang dapat menunjukkan volume yang
dihasilkan oleh sejumlah pegawai dalam suatu bagian tertentu. 

Beban kerja dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Beban Kerja Fisik


Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan, seperti : mengangkat,
merawat, mendorong dan sebagainya.

Faktor-Faktor Beban Kerja Fisik diantaranya adalah :

a. Faktor Internal

o Jenis Kelamin, biasanya laki-laki lebih mampu dalam menerima tugas atau
pekerjaan berat dibandingkan dengan perempuan.

o Usia, pada usia 18 hingga 40 tahun biasanya pekerja masih mampu dalam
melaksanakan beberapa tugas atau pekerjaan sekaligus, namun pada usia
41-56 tahun biasanya hanya mampu melaksanakan tugas atau pekerjaan
tertentu saja.

o Ukuran Tubuh, Postur tubuh tinggi besar biasanya mampu menjangkau


atau melaksanakan tugas atau pekerjaan berat daripada pekerja dengan
postur tubuh pendek.

o Kondisi Kesehatan, kesehatan yang baik dan prima biasanya lebih mampu
dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang lebih berat.
 

b. Faktor Eksternal

o Faktor Tugas atau Pekerjaan, misalnya dipengaruhi oleh : Desain Tata


Ruang Kerja, Tempat Kerja, Alat dan Sarana Kerja, Kondisi Tempat Kerja,
dan Sikap Kerja.

o Organisasi Kerja, misalnya dipengaruhi oleh : lamanya Waktu Bekerja,


Kelelahan.

o Lingkungan Kerja, misalnya dipengaruhi oleh : lingkungan Kerja bisa


berupa pengaruh dari faktor fisika, faktor kimia atau faktor biologi.
2) Beban Kerja Mental

Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan


prestasi kerja yang dimiliki seorang pekerja dibandingkan dengan pekerja
lainnya.

Faktor-Faktor Beban Kerja Mental :

a. Faktor Internal Beban Kerja Mental

o Motivasi

Kurangnya motivasi atau dukungan dari pihak lain biasanya akan


mempengaruhi mental pekerja.

o Persepsi

Persepsi yang negatif dengan orang lain akan mempengaruhi mental


pekerja

o Kepercayaan

Kurangnya kepercayaan dan pengakuan akan mempengaruhi mental dari


pekerja

o Keinginan dan Kepuasan

Keinginan dan Kepuasan yang tidak pernah tercapai akan mempengaruhi


mental pekerja

b. Faktor Eksternal Beban Kerja Mental

o Faktor Tugas/ Pekerjaan, seperti : Kompleksitas Tugas atau Pekerjaan,


Tingkat Kesulitan, Tanggung jawab pekerjaan dan sebagainya.
o Organisasi Kerja, seperti : Kerja malam, sistem pengupahan, struktur
organisasi, pelimpahan tugas atau wewenang, iri hati atau dengki dan
sebagainya.

o Lingkungan Kerja, seperti : faktor fisika, faktor kimia atau faktor biologi.
2.2.2 Pengukuran Beban Kerja dalam Bekerja

A. Tata cara Pelaksanaan Pengukuran

1. Persiapannya adalah peralatan yang digunakan dalam perhitungan beban kerja,


yaitu : stopwatch dan atau timbangan berat badan.

2. Pelaksanaan penimbangan berat badan dari pekerja yang akan dihitung beban
kerjanya, atau bisa juga menggunakan berat badan standard yaitu : laki-laki = 70
kg dan perempuan = 55 kg.

3. Mengamati dan mencatat setiap aktivitas tenaga kerja yaitu gerakan badan dan
posisi badan, minimal selama 4 jam kerja dalam satu shift atau jam kerja.

4. Menilai aktivitas tenaga kerja ke dalam tabel “Perkiraan beban kerja menurut
kebutuhan energi”.

5. Menghitung dan mencatat setiap waktu aktivitas setiap tenaga kerja dengan
menggunakan stopwatch.

6. Menghitung rerata beban kerja berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut


pengeluaran energi dengan menggunakan rumus beban kerja.
 

B. Rumus Rerata Beban Kerja


Cara pengukurannya adalah pertama-tama dengan menggunakan rumus Rerata
beban kerja yaitu :
Keterangan rumus diatas :

BK                           : Beban Kerja per jam

BK1,BK2,…BKn  : Beban Kerja sesuai aktivitas kerja tenaga kerja 1,2,…n


(dalam satuan menit)

T                              : Waktu (dalam satuan menit

T1, T2,……Tn      : Waktu sesuai aktivitas kerja tenaga kerja 1,2,…n (dalam
satuan menit)

C. Rumus Metabolisme Basal
Selanjutnya setelah Rerata Beban Kerja diketahui, gunakan metode Metabolisme
Basal, berikut ini pengertian dan cara pengukuran mengenai Metabolisme Basal :

Metabolisme basal adalah energi minimal yang diperlukan tubuh untuk


mempertahankan proses-proses hidup yang dasar, dihitung berdasarkan satuan
kalori per satuan waktu.

Pengukuran dari Metabolisme Basal (MB) adalah :

MB untuk laki-laki = berat badan dalam kg x 1 kkal per jam

MB untuk wanita    = berat badan dalam kg x 0,9 kkal per jam

Total BK = Rerata BK + MB

Berikut ini adalah kategori Kerja berdasarkan kalori yang dikeluarkan :

o Kerja Ringan adalah pekerjaan yang membutuhkan kalori untuk pengeluaran


energi yang besarnya dibawah 200 kkal per jam.
o Kerja Sedang adalah pekerjaan yang membutuhkan kalori untuk pengeluaran
energi sebesar 200 kkal per jam hingga 350 kkal per jam.

o Kerja Berat adalah pekerjaan yang membutuhkan kalori untuk pengeluaran energi
sebesar 350 kkal per jam sampai dengan 500 kkal per jam.

o Kerja Sangat berat adalah pekerjaan yang membutuhkan kalori untuk pengeluaran
energi sebesar lebih dari 500 kkal per jam.
 

D. Contoh Pengukuran Beban Kerja


Penempatan Palet Gudang ke Lori di Logistik Area dalam total waktu 300
menit/Shift.

Perhitungannya menjadi :

Rerata Beban Kerja =  x 60 kkal per jam

Rerata Beban Kerja =    x 60 kkal per jam

Rerata Beban Kerja =    x 60 kkal per jam = 561 kkal per jam

Metabolisme Basal = 70 kg x 1 kkal per jam

Total Beban Kerja = Rerata Beban Kerja + Metabolisme Basal

Total Beban Kerja = 561 kkal per jam + 70 kkal per jam = 631 kkal per jam

2.3 Metode Pengukuran Kerja


2.3.1 Pengertian Metode Pengukuran Kerja

Menurut Wibowo (2008), kinerja memiliki pengertian yang berasal dari


kata performance. Pengertian dari performance yaitu hasil kerja ataupun prestasi
kerja. Namun, kinerja sesungguhnya memiliki pengerian yang lebih luas, tidak
hanya hasil kerja, tetapi juga bagaimana suatu proses kerja berlangsung hingga
memberikan suatu hasil.

Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian


peningkatan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya oleh perusahaan. Stefan Tangen dalam Engelbert Christian (2010)
menyatakan bahwa sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sekumpulan
ukuran kinerja yang menyediakan perusahaan dengan informasi yang berguna
sehingga membantu mengelola, mengontrol, merencanakan dan melaksanakan
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Berikut ini terdapat beberapa
metode pengukuran kinerja.

2.3.2 Metode Pengukuran Kerja


Manajer operasional dapat menetapkan standar pekerja yang benar yaitu secara
tepat dapat menentukan rata-rata waktu yang dibutuhkan seorang karyawan untuk
melaksanakan aktivitas tertentu dalam kondisi kerja normal. Penetapan standar
pekerja dapat menggunakan empat cara yaitu:

1) Pengalaman Masa Lalu (Historical Experience)


Standar pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa yang telah terjadi di masa lalu
yaitu berapa jam kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Cara ini memiliki kelebihan karena relatif mudah dan murah didapatkan. Standar
seperti ini lazimnya didapatkan datanya dari kartu waktu pekerja atau dari data
produksi. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak objektif dan tidak dapat
diketahui keakuratannya apakah kecepatan kerjanya layak atau tidak, dan apakah
kejadian yang tidak biasa sudah diperhitungkan atau belum. Oleh karena itu
penggunaan teknik ini tidak dianjurkan maka tiga cara yang lain adalah yang
dianjurkan.

2) Studi Waktu (Time Study)


Studi waktu adalah bagian dari prosedur pengukuran kerja yang digunakan, di
mana usaha manusia menjadi bagian dari aktivitas produktif dan beberapa
prosedur yang digunakan untuk mengukur human time untuk beberapa konsep
dari sebuah level standar dari suatu usaha (Mundel and Danner, 1994).

Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja, yang melibatkan teknik
dalam penetapan waktu baku yang diijinkan untuk melakukan tugas yang telah
diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan memperhatikan faktor
kelelahan, pekerja dan kelambatan yang tidak dapat dihindarkan. Analisis studi
waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk menetapkan sebuah standar
yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch, pengolahan data dengan
menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai data gerakan,
pengambilan contoh kerja, dan perhitungan berdasarkan masa lalu. Setiap teknik
mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi, studi analisis waktu harus
dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik tertentu dan kemudian
menggunakan teknik tersebut secara benar.

Standar waktu digunakan untuk menentukan tenaga kerja dan peralatan yang
dibutuhkan; untuk membantu dalam pengembangan metode kerja yang efektif;
untuk mengatur pekerja dalam melakukan pekerjaannya; untuk membantu dalam
membandingkan performansi kerja dari suatu rencana yang sudah ditetapkan
dengan beban kerja dan sumberdaya yang digunakan; dan untuk melaksanakan
pengukuran produktivitas secara total. Aktivitas pengukuran waktu kerja
diperkenalkan pertama kali untuk penyelesaian kerja. Dengan adanya waktu ini
maka sistem pengaturan upah atau insentif akan dapat dibuat berdasarkan “a fair
day’s pay for a fair day’s work”. Begitu pula dengan mengetahui waktu ini maka
estimasi akan keluaran kerja yang dihasilkan serta jadwal perencanaan kerja dapat
dibuat secara lebih akurat.

3) Standar Waktu Yang Telah Ditentukan (Predetermined Time Study)


Suatu pembagian pekerjaan manual menjadi elemen dasar kecil yang waktunya
telah ditetapkan dan dapat diterima secara luas. Caranya dengan menjumlahkan
faktor waktu bagi setiap elemen dasar dari pekerjaan. Cara ini membutuhkan
biaya yang besar. Metode yang paling umum adalah metode pengukuran waktu
(MTM = Methods Time Measurement). Standar waktu yang telah ditetapkan
merupakan perkembangan dari gerakan dasar yang disebut sebagai Therblig yang
ditemukan oleh Frank Gilbreth, yang mencakup aktivitas seperti memilih,
mengambil, mengarahkan, merakit, menjangkau, memegang, beristirahat,
meneliti.

Standar waktu yang telah ditetapkan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan


dengan studi waktu yaitu:

(1) Standar waktu dapat dibuat di laboratorium sehingga prosedur ini tidak
mengganggu aktivitas sesungguhnya,

(2) Karena standar dapat ditentukan sebelum pekerjaan benar-benar


dilakukanmaka dapat digunakan untuk membuat rencana,

(3) Tidak ada pemeringkatan kinerja yang dibutuhkan,

(4) Serikat pekerja cenderung menerima metode ini sebagai cara yang wajar untuk
menetapkan standar,

(5) Standar waktu yang telah ditentukan biasanya efektif pada perusahaan yang
melakukan sejumlah besar penelitian pada tugas yang sama.

4) Pengambilan Sampel Kerja (Work Sampling)


Metode ini dikembangkan di Inggris oleh L. Tipper pada tahun 1930.
Pengambilan sampel kerja memperkirakan persentase waktu yang dihabiskan oleh
seorang pekerja pada beragam pekerjaan. Hasilnya digunakan untuk menentukan
bagaimana karyawan mengalokasikan waktu mereka di antara aktivitas yang
beragam. Hal ini akan mendorong adanya perubahan karyawan, penugasan ulang,
perkiraan biaya aktivitas dan kelonggaran keterlambatan bagi standar pekerja.
Apabila pengambilan sampel ini untuk menetapkan kelonggaran keterlambatan,
maka sering disebut penelitian rasio keterlambatan (ratio delay study). Prosedur
dalam metode ini ada lima langkah sebagai berikut:

(1) Mengambil sampel awal untuk mendapatkan sebuah perkiraan nilai parameter
seperti persentase waktu sibuk seorang pekerja,

(2) Hitung ukuran sampel yang dibutuhkan,

(3) Buat jadwal pengamatan pada waktu yang layak. Konsep angka acak
digunakan untuk menapatkan pengamatan yang benar-benar acak,

(4) Lakukan pengamatan dan catat aktivitas pekerja,

(5) Tentukan bagaimana pekerja menghabiskan waktu mereka biasanya dalam


persentase.

Fokus pada pengambilan sampel kerja adalah untuk menentukan bagaimana para
pekerja mengalokasikan waktu mereka di antara beragam aktivitas yang
dilakukannya. Hal ini dapat dicapai dengan menetapkan persentase waktu yang
dihabiskan oleh seorang pekerja pada aktivitas yang ada pada sejumlah waktu
tertentu. Seorang analis hanya mencatat aktivitas yang dilakukan secara acak.

2.4 Hubungan Penjadwalan Kerja, Pembebanan Kerja dan Metode Pengukuran


Kerja
Penerapan penjadwalan kerja hendaknya menjadi cerminan jadwal kerja sehingga
metode pengukuran dapat diterapkan dengan baik untuk produksi yang lebih
teratur dan menguntungkan. Pembebanan kerja pun dapat teratasi dengan baik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penjadwalan dan pengukuran waktu kerja merupakan suatu metode yang digunakan
untuk mengukur waktu standar suatu pekerjaan dan beban pekerjaan yang dibebankan
kepada pekerja. Penerapan metode pengukuran kerja secara tidak langsung sebagai
disiplin keilmuan yang baru, dalam perkembangannya akan banyak memerlukan
informasi yg berkaitan dengan fungsi manusia dengan segala kemampuan dan
keterbatasannya yang dalam hal ini dinamai beban kerja.
DAFTAR PUSTAKA
1. Donnelly, Gibson dan ivancevich. 1993. Perilaku Struktur Proses. Jakarta:
Erlangga.
2. Munandar. 2001. Stress dan keselamatan Kerja, Psikologi Industri dan organisasi.
Jakarta: Universitas Indonesia.
3. Moekijat. 2004. Manajemen Tenaga Kerja dan Hubungan Kerja. Bandung: Pioner
Jaya.
4. Davis, Keith dan Newstrom, John W. 1985. Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta:
Erlangga. Yuwono, Soni, dkk. 2002. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced
Scorecard Menuju Organisasi Yang Berfokus pada Strategi. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama
5. http://ccg.co.id/blog/2016/05/17/metode-metode-pengukuran-
kinerja/#:~:text=Pengukuran%20kinerja%20(performance%20measurement)
%20adalah,telah%20ditentukan%20sebelumnya%20oleh
%20perusahaan.&text=Scorecard%20menerjemahkan%20visi%20dan
%20strategi,di%20empat%20perspektif%20yang%20berbeda
6. https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-penjadwalan-scheduling-dalam-
proses-produksi/
7. http://putrakolut.blogspot.com/2013/06/penentuan-dan-pengukuran-waktu-
kerja.html
8. http://ekayanahidayat.blogspot.com/2013/11/penjadwalan-jangka-pendek.html

Anda mungkin juga menyukai