Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Pendidikan Agama Sebagai Pendidikan Karakter

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan

Dosen pengampu: Nur Setyaningrum, M. Si.

Disusun oleh :
Wahyusman Fitro R ( 21130075)
M Khoerul Fikri (21130045)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA INDONESIA
TAHUN AJARAN 2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii


PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang......................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
PEMBAHASAN TEORI ................................................................................................... 5
A. Pengertian Pendidikan Agama................................................................................. 5
B. Pendidikan Pemebentukan Karakter ........................................................................ 6
C. Pendidikan Agama dalam Pembentukan Karakter..................................................7
D. Tujuan Pendidikan Karakter....................................................................................9
STUDI KASUS DAN SOLUSI........................................................................................ 12
PENUTUP ........................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 16
B. Saran ...................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 17
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan karakter merupakan salah satu alat untukdapat membimbing
seseorang menjadi orang baik terutamapendidikan agama. dengan pendidikan agama
yang akanmembentuk karakter akhlakul karimah bagi anak sehinggamampu memflter
mana pergaulan yang tidak baik. Pergeseran zaman yang cepat mengakibatkan
pengembangan danperubahan pada berbagai aspek kehidupan. Tak terkecualiaspek
pendidikan yang merupakan penanda kualitas dan mututiap individu di suatu daerah.
Keseluruhan unsur pendidikanpun ikut teraliri arus perubahan yang tak terbendung
lagi.Namun seringkali arus perubahan itu ikut merubah moral dankarakter tiap
individu. Semakin maraknya perubahan danpenodaan moral semata-mata dimulai dari
kurangnya akhlakatau karakter yang bersifat agamis pada diri seseorang.Seseorang
yang mampu menanamkan jika yang beragamadengan baik" maka ia dapat menjalani
kehidupan multikulturaldengan positif. Lain halnya apabila ia kurang
berkarakteragamis maka akan dengan mudah melakukan akhlak negatif.
Menurut Tadkiratun Musfiroh “Karakter mengacu pada serangkaian sikap
perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills), meliputi
keinginan untuk melakukan hal yang terbaik” (2008: 27). Menurut Megawangi dalam
buku Darmiyati (2004: 110) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “Sebuah
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan
mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan
kontribusi yang positif pada lingkungannya”. Menurut Kementerian pendidikan
Nasional (2010: 4)
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan
karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter
sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya,
sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan
kreatif. Sedangkan menurut Koesoema pendidikan karakter merupakan nilai-nilai
dasar yang harus dihayati jika sebuah masyarakat mau hidup dan bekerja sama secara
damai. Nilai-nilai seperti kebijaksanaan, penghormatan terhadap yang lain, tanggung
jawab pribadi, perasaan senasib, sependeritaan, pemecahan konflik secara damai,
merupakan nilai-nilai yang semestinya diutamakan dalam pendidikan karakter (2007:
250).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Kebijakan Pemerintah Dalam Pengeloaan Satuan Pendidikan?
2. Apa Kebijakan Pemerintah Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan?
3. Apa Kebijakan Pemerintah Tentang Pendidikan?
B. Tujuan Penulisan

1.Untuk Mengetahui Kebijakan Pemerintah Dalam Pengeloaan Satuan Pendidikan.

2. Untuk Mengetahui Kebijakan Pemerintah Tentang Sistem Penjaminan Mutu


Pendidikan.

3. Untuk Mengetahui Kebijakan Pemerintah Tentang Pendidikan.


PEMBAHASAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Agama


Pendidikan berasal dari bahasa Arab yaitu “At-Tarbiyyah” dengan kata kerja
“Rabba” yang artinya bertambah, tumbuh atau berkembang. Pendidikan menurut istilah
adalah suatu usaha sadar yang teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang
yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak mempunyai sifat-sifat dan tabi’at
sesuai cita-cita pendidikan. Menurut Hamka pendidikan adalah proses ta’lim dan
menyampaikan sebuah misi (tarbiyah) tertentu. Tarbiyah mengandung arti yang lebih
komprehensif dalam memaknai pendidikan terutama pendidikan Islam baik secara vertikal
maupun horizontal. Prosesnya merujuk pada pemeliharaan dan pengembangan seluruh
potensi (fitrah) peserta didik baik jasmaniah maupun rohaniah.
Agama berasal dari bahasa sansekerta yang berarti tidak kacau atau teratur.
Menurut terminologi agama adalah suatu tata kaidah yang mengatur hubungan manusia
dengan yang Agung. Agama menurut Ensiklopedia Indonesia diuraikan sebagai berikut:
“Agama (umum), manusia mengakui dalam agama adanya yang suci: manusia itu insaf,
bahwa ada sesuatu kekuasaan yang memungkinkan dan melebihi segala yang ada.
Dari beberapa pengertian di atas dapatlah disimpulkan bahwa ”pendidikan agama”
adalah suatu usaha yang ditunjukkan kepada anak didik yang sedang tumbuh agar mereka
mampu menimbulkan sikap dan budi pekerti yang baik serta dapat memelihara
perkembangan jasmani dan rohani secara seimbang dimasa sekarang dan mendatang sesuai
dengan aturan agama.

B. Pengertian Pembentukan Karakter


“Karakter” merupakan akar kata dari bahasa latin yang berarti dipahat (Mark Rutland,
2009: 3). Kehidupan seperti balok besi bila dipahat dengan penuh kehati-hatian akan
menjadi mahakarya agung. Maka, karakter merupakan kualitas atau kekuatan mental atau
moral, akhlak atau budi pekerti individu yang menjadi kepribadian khusus sebagai
pendorong dan penggerak serta membedakannya dengan yang lain. Dalam upaya mendidik
karakter anak, harus disesuaikan menurut dunia anak tersebut. Yakni selalu selaras dengan
tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pembentukan karakter diklasifikasikan
dalam 5 tahapan yang berurutan dan sesuai usia yaitu :
1. Tahap pertama adalah membentuk adab, antara usia 5 sampai 6 tahun. Tahapan ini
meliputi jujur, mengenal antara yang benar dan yang salah, mengenal mana yang baik
dan yang buruk, serta mengenal mana yang diperintahkan.
2. Tahap kedua adalah melatih tanggung jawab diri, antara usia 7 sampai 8 tahun. Tahapan
ini meliputi perintah menjalankan kewajiban shalat, melatih melakukan hal yang
berkaitan dengan kebutuhan pribadi secara mandiri, serta dididik untuk selalu tertib dan
disiplin sebagaimana yang telah tercermin dalam pelaksanaan sholat mereka.
3. Tahap ketiga adalah membentuk sikap kepedulian, antara usia 9 sampai 10 tahun.
Tahapan ini meliputi diajarkan untuk peduli terhadap orang lain terutama teman-teman
sebaya, dididik untuk menghargai dan menghormati hak orang lain, mampu
bekerjasama, serta mau membantu orang lain.
4. Tahap keempat adalah membentuk kemandirian, antara usia 11 sampai 12 tahun.
Tahapan ini melatih menerima resiko sebagai bentuk konsekuensi bila tidak mematuhi
perintah, dididik untuk membedakan yang baik dan yang buruk.
5. Tahap kelima adalah membentuk sikap bermasyarakat, pada usia 13 tahun ke atas.
Tahapan ini melatih kesiapan bergaul di masyarakat berbekal pada pengalaman
sebelumnya. Bila mampu dilaksanakan dengan baik, maka pada usia yang selanjutnya
hanya diperlukan penyempurnaan dan pengembangan secukupnya.
Pendidikan adalah proses pembentukan karakter. Jadi, Pembentukan atau
Pembangunan karakter adalah proses membentuk karakter, dari yang kurang baik menjadi
yang lebih baik.

C. Pendidikan Agama dalam Pembentukan Karakter


Menurut Wahab (dalam Hamid dan Saebani, 2013: 30) istilah karakter sama dengan
istilah akhlak dalam pandangan Islam. Karakter dalam bahasa Arab diartikan khuluq,
sajiyyah, thab’u yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan syakhshiyyah atau
personality, artinya kepribadian. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas
(dalam Hamid dan Saebani, 2013: 31) adalah bawaan hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
tingkah laku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak. Adapun berkarakter adalah
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.
Megawangi (dalam Kesuma dkk, 2011: 4) mengemukakan pendidikan karakter
adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan
bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Lickona (dalam Gunawan, 2012: 23) bahwa
pendidikan karakter merupakan pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang
melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang,
yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, dan
kerja keras.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian
sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills).
Karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai bagaimana
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan, sehingga orang yang tidak jujur,
kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya,
orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan orang berkarakter baik.
Selanjutnya yang dimaksud pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengukir
karakter (akhlak) melalui proses knowing the good, loving the good, acting or doing the
good yaitu proses melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik sehingga akhlak mulia bisa
terukir menjadi habit of the mind, heart dan hands. Jadi pendidikan karakter merupakan
proses yang dilakukan untuk membentuk kepribadian peserta didik menuju perilaku-
perilaku tertentu yang diharapkan sehingga menjadi kebiasaan tertanam dalam
kehidupannya.
Pembinaan karakter atau jiwa utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh
lingkungan khususnya pendidikan. Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam pembentukan
kepribadian/karakter ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang mulia dan tingkat
kemulian akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan.
Dalam pembentukan karakter seseorang, hendaknya setiap guru menyadari bahwa
dalam pembentukan karakter sangat diperlukan pembinaan dan latihan-latihan akhlak pada
siswa, bukan hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus diajarkan ke arah kehidupan
praktis. Agama sebagai unsur esensi dalam kepribadian manusia dapat memberi peranan
positif dalam perjalanan kehidupan manusia, selain kebenarannya masih dapat diyakini
secara mutlak.

D. Tujuan Pendidikan Karakter


Socrates (dalam Majid dan Andayani, 2011: 30) berpendapat bahwa tujuan paling
mendasar dari pendidikan karakter adalah membuat seseorang menjadi good smart. Dalam
sejarah Isalam, Rasulullah Muhammad SAW menegaskan bahwa misi utamanya dalam
mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukan karakter yang baik.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong-royong, berjiwa patriotic,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai
oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (Gunawan,
2012: 28).
Menurut Undang-Undang Sisdiknas (dalam Hamid dan Saebadi, 2013: 39) ada enam
tujuan pendidikan karakter, berikut pemaparannya.
1. Membentuk siswa berpikir rasional, dewasa, dan bertanggung jawab.
2. Mengembangkan sikap mental yang terpuji.
3. Membina kepekaan sosial anak didik.
4. Membangun mental optimis dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan
tantangan.
5. Membentuk kecerdasan emosional.
6. Membentuk anak didik yang berwatak pengasih, penyayang, sabar, beriman, takwa,
bertanggungjawab, amanah, jujur, adil, dan mandiri.
STUDI KASUS DAN SOLUSI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan agama islam sejak dini akan sangat efektif dalam segi edukatifnya
untuk mempengaruhi pembentukan karakter anak yang baik. Pendidikan agama
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam meminimalisir dekadensi moral siswa,
namun pelaksanaan pendidikan agama dalam membentuk karakter siswa di sekolah
dasar masih ditemukan beberapa hambatan yaitu pengaruh televisi/internet/kemajuan
teknologi yang tidak terkontrol, lingkungan masyarakat, tidak sinkronnya aturan di
rumah dan sekolah, keteladanan, serta minimnya jam pelajaran pendidikan agama
islam disekolah-sekolah, sehingga menimbulkan pelajaran pendidikan agama Islam
dalam membentuk karakter anak hanya memberi kontribusi yang sangat kecil.

Pendidikan agama islam yang diberikan disekolah tidak hanya dari segi
kognitif, tetapi guru sebagai pendidik mampu memberikan pendidikan agama islam
secara afektif dan psikomotorik. Selama ini, pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang diberikan disekolah lebih berorientasi kepada aspek kognitif sehingga peserta
didik mengetahui tentang benar dan salah, perintah dan larangan, akan tetapi tidak
dapat menerapkannya dalam tindakan yang nyata. Untuk itu pembelajaran Pendidikan
Agama Islam harus berorientasi kepada pengamalan dan tindakan yang nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, diperlukan pembiasaan, keteladanan, dan
perubahan mindset peserta didik tentang pentingnya agama dalam kehidupan ini.
Karenanya guru PAI mesti berupaya seoptimal mungkin untuk menjadi teladan (figur-
central) bagi peserta didiknya dalam bersikap dan menerapkan agama di setiap
tindakannya. Selain itu, guru dituntut pula mengembangkan pendekatan dan
metodologi pembelajaran yang dapat merubah mindset peserta didik. Inovasi dan
kreatifitas guru Pendidikan Agama Islam tentu sangat diperlukan.

Pembentukan karakter dasar seorang anak sejak dini tentu sangat erat
hubungannya dengan apa yang diajarkan dalam sisi edukatif pendidikan agama islam.
Telah begitu banyak bukti dan realita yang benar-benar membuktikan secara nyata
bahwasannya pembelajaran pendidikan agama islam berperan besar dan mayoritas
mampu mengantarkan tiap individu agamis menghadapi kesulitan dan problematika
yang ada dengan arif dan bijaksana. Sekolah sebagai wahana pembelajaran tak
diragukan berperan besar dalam pengembangan karakter siswa. Sekolah telah
mengantar anak-anak dan remaja dalam menyelesaikan tugas perkembangannya
hingga memasuki masa dewasa dengan baik.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini, agar pembaca dapat menambah wawasan tentang
Kebijakan Pemerintah dalam pendidikan. Kami sebagai penulis menyadari kurangnya
referensi dan kurangnya kelengkapan dalam makalah ini, maka kami mengharapkan
kritik dan sarannya sehingga makalah ini dapat dengan lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Endang Sifuddin. 1976. Pokok-pokok Pikiran tentang Islam. Jakarta: Usaha
Enterprise
Azra, Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Djatnika, Rachmat. 1992. Sistem Ethika Islami (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta
Hamid, Hamdani Saebani, Beni Ahmad. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: Pustaka Setia
Kesuma, Dharma dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Kemdiknas, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter, Jakarta: Puskurbuk, 2011.

Lickona, Thomas, 1991. Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility, New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam Books.

Anda mungkin juga menyukai