Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan
Disusun oleh :
Siti Nurjannah ( 211300)
Ria Afrina (2230022)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan pemerintah menyelenggarakan pembaruan sistem pemerintahan yang
sentralistik menjadi desentralistik merupakan dampak dari tuntutan reformasi total.
Dampak reformasi pendidikan adalah melahirkan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang meliputi demokratisasi pendidikan,
peningkatan mutu pendidikan, penghapusan diskriminasi, serta perbaikan manajemen
sistem pendidikan. Selain itu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu
pesat juga menuntut adanya pembaruan sistem pendidikan, agar sesuai dengan tuntutan
global. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan strategi dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.
Masyarakat Islam sebagai komponen bangsa, telah lama berpartisipasi dalam
mewujudkan harapan dari undang-undang tersebut. Hal ini bisa dibuktikan dari sejarah
munculnya madrasah dan sekolah Islam di Indonesia, yang lebih didorong oleh
kebutuhan dan prakarsa masyarakat Islam sendiri. Madrasah merupakan institusi
pendidikan yang tumbuh dan berkembang dari dan oleh masyarakat. Dengan demikian,
secara substansial, madrasah telah otonom. Berangkat dari kenyataan ini,
maka pada dasarnya madrasah telah menerapkan model manajemen berbasis sekolah dan
masyarakat. Sejak diterbitkannya Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, madrasah secara institusi telah diakui sebagai bagian dari
sistem pendidikan nasional, tetapi perwujudan makna pengakuan itu belum sesuai dengan
jiwa undang-undang tersebut. Hal ini masih dirasakan sampai sekarang, misalnya alokasi
anggaran untuk pembinaan dan pengembangan mutu madrasah jumlahnya sangat sedikit.
Kenyataan ini membuat masyarakat Islam kecewa yang sejak lama telah memberi
kontribusi terhadap pendidikan di negeri ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Kebijakan Pemerintah Dalam Pengeloaan Satuan Pendidikan?
2. Apa Kebijakan Pemerintah Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan?
3. Apa Kebijakan Pemerintah Tentang Pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
pasal 35 ayat 2 UUSPN No. 20 Tahun 2003 dijadikan acuan standar nasional pendidikan.
pembiayaan, sistem evaluasi, serta manajemen dan proses pembelajaran. Kemudian pada
pasal 18 (tentang kurikulum) dan pasal 19 (tentang ujian nasional pendidikan diniyah
dasar dan menengah), pemerintah memberi kewenangan kepada Menteri Agama untuk
membuat peraturan lebih lanjut dengan tetap berpedoman pada Standar Nasional
Pendidikan. Demikian juga pada ayat 5 pasal 13 di atas, disebutkan bahwa untuk
pengaturan selanjutnya akan diatur via Peraturan Menteri Agama dengan berpedoman
pada ketentuan Standar Nasional Pendidikan.
Kebijakan pemerintah melalui PP No. 19 Tahun 2005 dan PP No. 55 Tahun 2007
jelas berimplikasi terhadap perubahan pada sisi manajerial satuan pendidikan keagamaan,
tidak terkecuali satuan pendidikan keagamaan Islam, sehingga perlu bagi Kemenag untuk
membuat kebijakan yang diawali dengan melakukan analisis SWOT-nya terlebih dahulu.
Apa yang diperlukan dan menjadi prioritas untuk menindaklanjuti PP tersebut. Hal ini
perlu, mengingat ketertinggalan yang dialami satuan pendidikan keagamaan (Islam)
selama ini.
d. Sebagai laporan resmi kepada para pemangku kepentingan terkait hasil kerja
yang telah dicapai.
SPME dilakukan oleh pihak luar sekolah lewat dua bentuk kegiatan, yaitu
monitoring oleh pemerintah daerah dan kegiatan akreditasi.
3) Bagi masyarakat dan orang tua, hasil akreditasi menjadi informasi mengenai
kualitas layanan pendidikan yang diberikan sekolah, sehingga mereka dapat
membuat pilihan dan keputusan yang tepat tterkait pendidikan anak-anaknya.
4) Bagi siswa, hasil akreditasi dapat meningkatkan posisi mereka karena mereka
dapat menerima pendidikan yang berkualitas.
pengembangan pendidikan bahwa pemerintah dengan segala penuh tanggung jawab memberikan
fasilitas agar basis-basis utama pendidikan dapat dilakukan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan di sekolah. Inilah atauran-aturan pemerintah untuk melakukan desenralisasi agar
pendidikan khususnya di Indonesia ini dapat perhatian lebih terutama pada aspekpengembangan
pendidikan Islam. Secara spesipik, desentralisasi pendidikan yaitu sebagai berikut:
Otonomi pendidikan memberikan kebebasan terhadap suatu lembaga di suatu daerah dalam
mengelola sesuai kemaman dan kebutuhan lembaga atau daerah tersebut. Maka dalam konteks
pendidikan yaitu pemerintah sebagai landasan utama yang mengatur bagaimana konsep
pendidikan ini semakin maju, terutama pada pihak sekolah dan pemerintah harus berjalan.
A. Kesimpulan
kebijakan penjaminan mutu terpadau adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus menerus pada seluruh rangkaian mulai produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungannya.Kebijakan pemerintah dalam penjaminan mutu
pendidikan dapat dikelompokkan dalam dua kegiatan, yaitu sistem penjaminan mutu
internal dengan pembuatan laporan EDS, dan sistem penjaminan mutu eksternal yang
terbagi menjadi dua bentuk kegiiatan yaitu monitoring sekolah oleh pemerintah daerah,
dan dengan pelaksanaan akreditasi sekolah oleh BAN. Tahapan kegiatan penjaminan
mutu dalam satuan pendidikan dimulai dengan pemetaan mutu, pemenuhan standar
nasional pendidikan, pemantauan, pelaporan, dan pengembangan standar di atas SNP.
Sementara Regulasi terkait kebijakan penjaminan mutu pendidikan terdapat dalam UU
Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas yang menjadi induk tertinggi, setelah UUD 1945. Dari
UU ini kemudian terbit sejumlah regulasi turunan bidang pendidikan pada tataran yang
lebih teknis dan aplikatif yakni UU Nomor 20/2003, PP Nomor 19/2005, dan PP Nomor
17/2010 yang terkait langsung dengan penjaminan mutu pendidikan.
Kebijakan pemerintah melalui Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bertekad menghilangkan diskriminasi. Berdasarkan UU ini pula,
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menjadi prinsip dalam penyelenggaraan satuan
pendidikan dasar dan menengah, dan harus memenuhi mutu minimal yang ada dalam
Standar Nasional Pendidikan.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, agar pembaca dapat menambah wawasan tentang
Kebijakan Pemerintah dalam pendidikan. Kami sebagai penulis menyadari kurangnya
referensi dan kurangnya kelengkapan dalam makalah ini, maka kami mengharapkan kritik
dan sarannya sehingga makalah ini dapat dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, A. (2016). Kebijakan pemerintah terhadap pendidikan inklusif. Golden Age: Jurnal
Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 1(3), 1-15.
Idris Apandi dan Sri Rosdianawati. (2017). Guru Profesional Bukan Guru Abal-Abal.
Yogyakarta: Deepublish, 84-85.
Martono, Nanang. (2017). Sekolah Publik VS Sekolah Privat dalam Wacana Kekuasaaan,
Demokrasi dan Liberalisasi Pendidikan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 47.
Sari, E. S., Alfiyah, A., & Sugiarto, F. (2021). Analisis Kebijakan Pemerintah Dalam Pendidikan
Agama Dan Keagamaan Di Indonesia. Awwaliyah: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, 4(1), 1-9.