Anda di halaman 1dari 8

PENYUSUNAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN

A. Latar Belakang
Istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) digunakan dalam
pelaksanaan kurikulum 2013. Kesamaan dari kurikulum 2006 dengan kurikulum
2013 sama-sama kurikulum berbasis kompetensi. Pada pelaksanaan K-13,
mewujudkan kompetensi siswa yang dicita-citakan harus menjadi poros
perhatian tiap satuan pendidikan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikansetiap satuan pendidikan wajib
menyusun dokumen KTSP sebagai acuan untuk mewujudkan target kompetensi
siswa yang menjadi targetnya.
Pengembangan KTSP dalam merealisasikan tujuan pelaksanaan kurikulum
2013 sesungguhnyamerupakan bagian dari strategi penjaminan pencapaian
tujuan pendidikan nasional yang mengacu pada pemenuhandelapan standar
nasional. Poros dari kedelapan standar adalah mewujudkan keunggulan mutu
lulusan.
Penyusunan dokumen bertujuan menyediakan panduan yang berfungsi
mengarahkan pemangku kewenangan pelaksanaan kurikulum 2013 dengan
melengkapi dokumen dengan rasional pengembangan KTSP yang fokus kepada
pemenuhan kebutuhan siswa mengembangkan kompetensi dalam perubahan
kehidupan abad ke-21; merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah untuk
mengembangkan keunggulan; mengelola program peminatan; menata struktur
kurikulum, memetakan beban belajar siswa, dan menyusun pedoman
penyelenggaraan pembelajaran yang meliputi pelaksanaan kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler, pedoman akademik, dan instrumen evaluasi
penyelenggaraan kurikulum.
SMK Negeri 1 Pangandaran adalah sekolah menengah kejuruan yang
bertujuan melahirkan generasi-generasi yang berpengetahuan luas, berakhlak
mulia, dan memiliki keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai kejuruannya. Kekurangan-kekurangan di berbagai standar
tentu pasti dijumpai. Maka melalui pengembangan kurikulum bisa dijadikan
salah satu solusi atau acuan untuk melengkapi kekurangan-kekurangan
tersebut. Serta pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah
dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelola
pendidikan yang bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik.
Desentralisik pengelola pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada
satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada Undang-
undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu pasal 3
tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35 mengenai Standar
Nasional Pendidikan.
Desentralisasi pengelola pendidikan, pengelola yang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan pendidikan dan kondisi daerah yang berbeda harus
segera dilaksanakan dalam bentuk nyata. Maka desentralisasi pengelolaan
pendidikan adalah di berikan wewenang kepada satuan pendidikan untuk
mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam
pengelolaan kurikulum, baik dalam menyusun maupun pelaksanaannya di
satuan pendidikan.
Satuan pendidikan merupakan pusat pengembangan budaya. KTSP ini
mengembangkan nilai-nilai budaya dan berkarakter bangsa sebagai satu
kesatuankegiatan pendidikan yang terjadi di sekolah. Nilai-nilai yang dimaksud
adalah antara lain: religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta damai, gemar
membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, dan tanggung jawab. Nilai-nilai
melingkupi dan terintegritas dalam seluruh kegiatan pendidikan sebagai budaya
sekolah
Sedangkan dalam kurikulum 2013 yang mengacu pada Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang pengertian kurikulum terdapat dua dimensi
kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran dan kurikulum 2013 yang di berlakukan mulai tahun
pelajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut
Sedangkan dalam kurikulum 2013, yang mengacu pada Undang–Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang pengertian kurikulum terdapat dua dimensi
kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran dan Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun
pelajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut.

Adapun Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan kondisi-kondisiyang


terkait keadaan disekolah SMK Negeri 1 Pangandaransebagai berikut:
1. Kondisi Ideal
Kondisi ideal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan
dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Kondisi ideal lainnya adalah kondisi ideal terbesar yang ada di sekolah
adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif
dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki
kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban
bangsa dan Negara.
2. Kondisi Nyata
Kondisi nyata antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai
isu yang terkait dengan dunia pendidikan yaitu masalah lingkungan hidup,
kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya,
dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan
menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional
menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern itu sebabnya
kekurangan sarana dan prasarana baik itu sepirirual ataupun moral dan
mental peserta didik sejak dini harus dibekali dengan pengetahuan yang
luas dan berakhlak yang mulia serta berbudi pekerti yang religius.
Kondisi nyata juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia,
pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi
bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan
Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan
dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini
disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan
PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia oleh sebab itu perbaikan
kurukulum dilakukan dari kurun waktu era orde lama, dilanjut era orde baru,
lanjut era reformasi, lanjut gotong royong, lanjut periode Indonesia bersatu
dan dilanjut periode Indonesia hebat terus dilakukan perbaikan demi
perbaikan agar kurikulum di Indonesia bisa berstandar internasional dan
bisa bersaing di kanca pendidikan internasional. Dan akhirnya dengan
adanya otonomi daerah tiap-tiap sekolah diharapkan adaya perbaikan-
perbaikan di bidang kurikulum agar tercapai sasaran dan tujuan oleh sebab
itu SMK Negeri 1 Pangandaran selalu berbenah untuk aktif mengikuti
informasi dari berbagai sumber agar kurikulum yang dijalankan di SMK
Negeri 1 Pangandaran sesuai dengan peraturan yang berlaku
dipemerintahan Indonesia dan pemerintahan daerah.
Di samping memperhatikan karakter pelaksanaan Kurikulum 2013,
sekolah mempertimbangkan segenap sumber daya yang dimiliki untuk
mewujudkan keunggulan sekolah dengan berpedoman pada standar
nasional pendidikan. Poros utama pertimbangan adalah bagaimana
merumuskan mutu lulusan yang sekolah harapkan yang dikembangkan
dalam bentuk indikator mutu lulusan seagai basis bagi pengembangan
standar yang lainnya.
Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat
memberi kesempatan peserta didik untuk:
a. Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
b. Belajar untuk memahami dan menghayati,makna belajar mandiri,
c. Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
d. Belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain,
e. Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses
belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau biasa disebut
PAIKEM.
Seperti disadari bersama bahwa SMK Negeri 1 Pangandaran sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pembangunan pendidikan
nasional, tentunya akan mengikuti arah baru dari kebijakan penggunaan
kurikulum dimaksud. Dalam hal ini, maka penyusun Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan SMK Negeri 1 Pangandaran dimaksudkan sebagai
upaya awal dalam mendorong pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang
pendidikan dan sekaligus sebagai upaya ke arah peningkatan mutu
pendidikan.
Berdasarkan Program Pendidikan yang ada pada SMK Negeri 1
Pangandaran dari Program Pendidikan Jangka Menengah dan Jangka
Panjangnya, maka penyusunan kurikulum sekolah ini mempunyai
karakteristik yang disesuaikan dengan potensi dan kawasan di lingkungan
SMK Negeri 1 Pangandaran yang letak geografisnya berada di daerah
pantai dan komunitas yang heterogen atau beragam.
B. Landasan Penyusunan Kurikulum
Secara yuridis kurikulum ini dikembangkan berdasarkan :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan
demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 Tahun 1992 tentang
Tenaga Kependidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2000;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi
Kerja Kepala sekolah/ Madrasahsebagaimana yang diubah dari Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan
Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Kepala sekolah/madrasah.
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan.
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Konselor.
12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya.
13. Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Repubik Indonesia Nomor 34
Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
24 Tahun 2013 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kurikulum
2013.
15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
69 Tahun 2013 tentang KD dan Struktur Kurikulum SMK-MA.
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
330 Tahun 2017 tentang KI-KD dan Struktur Kurikulum SMK-MAK.
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikukulum 2013.
18. Permendikbud No. 61 Tahun 2014 KTSP.
19. Permendikbud No. 62 Tahun 2014 Ekstra Kurikuler.
20. Permendikbud No. 63 Tahun 2014 Kepramukaan.
21. Permendikbud No. 64 Tahun 2014 Peminatan.

C. Tujuan Penyusunan Kurikulum


Kurikulum disusun dengan tujuan :
1. Sebagai pedoman bagi komunitas sekolah dalam menyelenggarakan
kegiatan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik sekolah, tujuan
pendidikan nasional, dan prinsip-prinsip pendidikan.
2. Menjadikan kurikulum lebih sesuai dengan kebutuhan setempat.
3. Menciptakan suasana pembelajaran di sekolah yang bersifat mendidik,
mencerdaskan, dan mengembangkan kreativitas anak.
4. Menciptakan pembelajaran yang efektif, demokratis, menantang dan
menyenangkan.

D. Prinsip Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
1. Kurikulum bukan hanya merupakan sekumpulan daftar mata pelajaran
karena mata pelajaran hanya merupakan sumber materi pembelajaran untuk
mencapai kompetensi. Atas dasar prinsip tersebut maka kurikulum sebagai
rencana adalah rancangan untuk konten pendidikan yang harus dimiliki oleh
seluruh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikannya di satu satuan
atau jenjang pendidikan, kurikulum sebagai proses adalah totalitas
pengalaman belajar peserta didik di satu satuan atau jenjang pendidikan
untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam rencana, dan
hasil belajar adalah perilaku peserta didik secara keseluruhan dalam
menerapkan perolehannya di masyarakat.
2. Kurikulum didasarkan pada standar kompetensi lulusan yang ditetapkan
untuk satu satuan pendidikan, jenjang pendidikan, dan program pendidikan.
Sesuai dengan kebijakan Pemerintah mengenai Wajib Belajar 12 Tahun
maka Standar Kompetensi Lulusan yang menjadi dasar pengembangan
kurikulum adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah
mengikuti proses pendidikan selama 12 tahun. Selain itu sesuai dengan
fungsi dan tujuan jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta
fungsi dan tujuan dari masing-masing satuan pendidikan pada setiap jenjang
pendidikan maka pengembangan kurikulum didasarkan pula atas Standar
Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta
Standar Kompetensi satuan pendidikan.
3. Kurikulum didasarkan pada model kurikulum berbasis kompetensi. Model
kurikulum berbasis kompetensi ditandai oleh pengembangan kompetensi
berupa sikap, pengetahuan, ketrampilan berpikir, ketrampilan psikomotorik
yang dikemas dalam berbagai mata pelajaran. Kompetensi yang termasuk
pengetahuan dikemas secara khusus dalam satu mata pelajaran.
Kompetensi yang termasuk sikap dan ketrampilan dikemas dalam setiap
mata pelajaran dan bersifat lintas mata pelajaran, diorganisasikan dengan
memperhatikan prinsip penguatan (organisasi horizontal) dan keberlanjutan
(organisasi vertikal) sehingga memenuhi prinsip akumulasi dalam
pembelajaran. Untuk mendukung keterpenuhan dokumen sekolah maka
sekolah membentuk tim perumus KTSP 2013 yang ditandai dengan
penerbitan tim.

Anda mungkin juga menyukai