Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini
meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan
potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum
disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program
pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) mengamanatkan kurikulum pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan
menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Stándar
Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) serta berpedoman pada panduan yang
disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan
KTSP juga harus mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU
20/2003 dan PP 19/2005.
Dengan dasar Undang-undang dan PP di atas, dalam upaya mendekatkan
pendidikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan peserta didik dan lingkungan,
SMP Negeri 2 Selong mengembangkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). KTSP ini disusun dengan mengacu pada Stándar Isi (SI) dan Stándar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk menjamin
pencapaian tujuan pendidikan.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang untuk selanjutnya disebut
Kurikulum SMP Negeri 2 Selong ini disusun untuk mewujudkan visi sekolah dengan
mengakomodasi potensi yang ada untuk meningkatkan kualitas satuan pendidikan,
baik dalam aspek akademis maupun non akademis, memelihara, mengembangkan
budaya daerah, menguasai IPTEK yang dilandasi iman dan taqwa dan berwawasan
lingkungan, serta ramah bagi semua peserta didik yang mengacu pada visi dan misi
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur

1
Kurikulum SMP Negeri 2 Selong pada tahun pelajaran 2020/2021
menerapkan prinsip-prinsip pengembangan Kurikulum 2013. Adapun
pengembangannya berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, berkarakter dan berbudi pekerti luhur dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab terhadap lingkungan. Pada kurikulum 2013
peserta didik diharapkan mempunyai ketrampilan abad 21 yang diistilahkan 4C yaitu
Communication, collaboration, Critical Thinking and Problem Solving dan
Creativity and Innovation). Penguasaan ketrampilan 4C ini sangat penting khususnya
di abad 21, abad dimana dunia berkembang dengan cepat dan dinamis. Untuk
mewujudkan ketrampilan 4C itu diantaranya yaitu dengan adanya Integrasi PPK
(Penguatan Pendidikan Karakter) dalam pembelajaran terutama 5 karakter yaitu
religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas serta Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) yang tidak hanya sekedar membaca dan menulis melainkan
mencakup keterampilan berpikir menggunakan berbagai sumber baik cetak, visual,
digital dan auditori. Dalam pembelajaran juga menerapkan Higher Order of Thinking
Skill (HOTS) yaitu dalam pembelajaran memberikan pelatihan yang melatih
kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitf yang merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi sehingga diharapkan peserta didik dapat bersaing dalam kancah
dunia. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan yang berkarakter dan berbudi pekerti luhur,
serta sesuai dengan visi SMP Negeri 2 Selong.
SMP Negeri 2 Selong memiliki peluang berkembang cukup besar karena letak
geografisnya yang strategis. Lokasi sekolah berada di kawasan yang mudah dijangkau
angkutan umum dan keadaan lingkungan yang tenang dan nyaman. Dibalik itu semua
ancaman SMP Negeri 2 Selong bersumber dari pergeseran nilai budaya yakni adanya
kecenderungan sikap hidup metropolis yang mulai melanda kehidupan peserta didik,
menirukan perilaku masyarakat yang tidak jelas latar belakangnya. Oleh karena itu,
kegiatan pembentukan budi pekerti dan melestarikan seni budaya tradisional sangat
dioptimalkan melalui kegiatan pengembangan diri. Keberadaan lembaga sekolah
negeri dan lembaga swasta merupakan pesaing besar terhadap keberadaan SMP
Negeri 2 Selong. Menyikapi kondisi ini, SMP Negeri 2 Selong melakukan upaya

2
nyata berupa peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, melengkapi sarana
dan prasarana, menjalin kerja sama yang harmonis dengan orang tua peserta
didik/wali peserta didik dan mengadakan kegiatan pengembangan diri dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Selain itu mengingat Kota Selong adalah daerah yang memulai berkembang
menjadi daerah perkotaan, maka dalam hal upaya pelestarian lingkungan, pencegahan
pencemaran dan kerusakan lingkungan maka ditetapkan mata pelajaran muatan lokal
Pendidikan Lingkungan Hidup di SMP Negeri 2 Selong diajarkan baik secara
monolitik maupun secara integratif ke semua mata pelajaran dan pengembangan diri,
yang meliputi berbagai masalah kehidupan, diantaranya tentang sampah, energi,
keanekaragaman hayati, air dan makanan serta kantin sekolah. Dengan adanya
Pendidikan Lingkungan Hidup tersebut diharapkan akan terbentuk karakter warga
sekolah yang peduli terhadap kelestarian fungsi lingkungan. Hal ini sesuai dengan
SMP Negeri 2 Selong sebagai Sekolah Adiwiyata yang berwawasan Lingkungan.
Pandemi covid-I9 yang melanda dunia saat ini menghantam hampir di semua
lini kehidupan manusia, termasuk dunia pendidikan. Pandemi coi,id- 19 merupakan
bencana yang tidak hanya melanda negara kita tetapi hampir di seluruh belahan
dunia. Hal ini menyebabkan kondisi menjadi tidak normal, darurat atau dalam istilah
dunia pendidikan disebut sebagai kondisi khusus. Kondisi Khusus adalah suatu
keadaan bencana yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
Dalam keadaan khusus atau darurat, tentu saja semua berjalan tidak seperti pada
situasi normal termasuk pelaksanaan kurikulum di satuan pendidikan, oleh karena itu
disusunlah kurikulum SMP Negeri 2 Selong dalam kondisi khusus. Dokumen ini
merupakan panduan operasional yang disusun dan dilaksanakan di SMP Negeri 2
Selong untuk mengarahkan penyelenggara program pelaksanaan kurikulum 2013.
dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik mengembangkan kompetensi
dalam dinamika perubahan kehidupan, rumusan visi, misi, dan tujuan sekolah,
struktur kurikulum, beban belajar peserta didik, dan pedoman penyelenggaraan
pembelajaran yang meliputi pelaksanaan kegiatan intrakurikuler dan ekstrkurikuler,
pedoman akademik, dan instrumen evaluasi penyelenggaraan kurikulum

B. Dasar Hukum
1. Landasan Filosofis

3
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar
bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia
berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan hal
tersebut, Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa
masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan Kurikulum 2013
dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia yang beragam, diarahkan
untuk membangun kehidupan masa kini, dan untuk membangun dasar bagi
kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan. Mempersiapkan peserta
didik untuk kehidupan masa depan selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal
ini mengandung makna bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk
mempersiapkan kehidupan generasi muda bangsa. Dengan demikian, tugas
mempersiapkan generasi muda bangsa menjadi tugas utama suatu kurikulum.
Untuk mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik,
Kurikulum 2013 mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan
kesempatan luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
diperlukan bagi kehidupan di masa kini dan masa depan, dan pada waktu
bersamaan tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris
budaya bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan
bangsa masa kini.
2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut pandangan
filosofi ini, prestasi bangsa di berbagai bidang kehidupan di masa lampau
adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum untuk dipelajari
peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu proses yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya
menjadi kemampuan berpikir rasional dan kecemerlangan akademik dengan
memberikan makna terhadap apa yang dilihat, didengar, dibaca, dipelajari dari
warisan budaya berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan
sesuai dengan tingkat kematangan psikologis serta kematangan fisik peserta
didik. Selain mengembangkan kemampuan berpikir rasional dan cemerlang
dalam akademik, Kurikulum 2013 memposisikan keunggulan budaya tersebut
dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga, diaplikasikan dan dimanifestasikan
dalam kehidupan pribadi, dalam interaksi sosial di masyarakat sekitarnya, dan
dalam kehidupan berbangsa masa kini.

4
3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan
kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi ini
menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan pembelajaran
adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi ini bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan intelektual dan kecemerlangan akademik.
4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang
lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,
kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk
membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik
(experimentalism and social reconstructivism). Dengan filosofi ini, Kurikulum
2013 bermaksud untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi
kemampuan dalam berpikir reflektif bagi penyelesaian masalah sosial di
masyarakat, dan untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang
lebih baik.
2. Landasan Sosiologis
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP Negeri 2 Selong dikembangkan atas
dasar adanya kebutuhan akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam
rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara,
sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Dewasa ini
perkembangan pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena
berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu
pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan perubahan kurikulum secara terus
menerus. Hal itu dimaksudkan agar pendidikan selalu dapat menjawab tuntutan
perubahan sesuai dengan jamannya. Dengan demikian keluaran pendidikan akan
mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya membangun
masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge-based society).
3. Landasan Psikopedagogis
Kurikulum SMP Negeri 2 Selong dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan
perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan peserta
didik beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai dalam konsepsi
pedagogik transformatif. Konsepsi ini menuntut bahwa kurikulum harus
didudukkan sebagai wahana pendewasaan peserta didik sesuai dengan
perkembangan psikologisnya dan mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai

5
dengan konteks lingkungan dan jamannya. Kebutuhan ini terutama menjadi
prioritas dalam merancang kurikulum untuk jenjang pendidikan menengah
khususnya SMP. Oleh karena itu implementasi pendidikan di SMP yang selama
ini lebih menekankan pada pengetahuan, perlu dikembangkan menjadi kurikulum
yang menekankan pada proses pembangunan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik melalui berbagai pendekatan yang mencerdaskan dan
mendidik. Penguasaan substansi mata pelajaran tidak lagi ditekankan pada
pemahaman konsep yang steril dari kehidupan masyarakat melainkan
pembangunan pengetahuan melalui pembelajaran otentik. Dengan demikian
kurikulum dan pembelajaran selain mencerminkan muatan pengetahuan sebagai
bagian dari peradaban manusia, juga mewujudkan proses pembudayaan peserta
didik sepanjang hayat.
4. Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 SMP Negeri 2 Selong dikembangkan atas teori “pendidikan
berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis
kompetensi (competency-based curriculum). Pendidikan berdasarkan standar
menetapkan adanya standar nasional sebagai kualitas minimal warganegara yang
dirinci menjadi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar
langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang,
karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung
individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil
belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.
5. Landasan Yuridis
Landasan yuridis yang digunakan SMP Negeri 2 Selong dalam menyusun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

6
2. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 6 Tahun 2007 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional dan nomor 24 Tahun 2006
tentang pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, “Satuan
pendidikan dapat mengadopsi atau mengadaptasi model Kurikulum Tingkat
Satuan Pedidikan Dasar dan Menengah yang disusun oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional bersama unit terkait”.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014
Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Pertama/ Madrasah Tsanawiyah
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No. 61
Tahun 2014 Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No. 62
Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler
9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No. 63
Tahun 2014 Tentang Kepramukaan
10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No.20
Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan
11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No.21
Tahun 2016 Tentang Standar Isi
12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No.22
Tahun 2016 Tentang Standar Proses
13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No.23
Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian
14. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No.24
Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran

7
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor No.03
Tahun 2017 Tentang Kompetensi penilaian oleh pendidik di satuan
Pendidikan.
16. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.4 Tahun 2020, tentang
pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran covid-l9
17. Surat Edaran Sekretaris Jendral Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan No.
15 Tahun 2020 tentang pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah dalam
masa darurat penyebaran covid-l9
18. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan, Menteri Agama
Menteri Kesehatan, Dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
0l[Kbn020, Nomor 516 Tahun 2020, Nomor Hk.03.01lMenkesl363l2020,
Nomor 440-882 Tahun 2020 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran
Pada Tahun Ajaran 202012021 dan Tahun Akademik 2020/241 di Masa
Pandemi Corona Vints Disease 2019 (Covid- 19)
19. Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 719lP/2020
tanggal 4 Agustus 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pada
Satuan Pendidikan Dalam Kondisi Khusus
20. Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan
Nomor
018/H/KR/2020 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran
Pada
Kurikulum 2013 pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah Berbentuk Sekolah Menengah Atas Untuk Kondisi
Khusus
21. Peraturan Bupati Lombok Timur No.39 Tahun 2020 Tentang Penerapan
Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya
Pencegahan dan Pengendalian Covid-19
22. Surat edaran Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Lombok Timur
No.800/1073.3/DIKBUD.I/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum
Pada Satuan Pendidikan Dalam Kondisi Khusus Tahun Pelajaran 2020/2021

C. Tujuan Penyusunan Kurikulum Dalam Kondisi Khusus


Kurikulum SMP Negeri 2 Selong dalam kondisi khusus disusun sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

8
di SMP Negeri 2 Selong. Tujuan pengembangan kurikulum di SMP Negeri 2 Selong
adalah tahapan atau langkah untuk mewujudkan visi sekolah dalam jangka waktu
tertentu dapat diukur, dan terjangkau. Kurikulum SMP Negeri 2 Selong
dikembangkan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial,
rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan
psikomotorik;
2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar
terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya
dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
5. Menyediakan dokumen yang memuat tujuan, strategi pencapaian tujuan,
pengaturan waktu, pedoman umum dan evaluasi penyelenggaraan kurikulum 2013;
6. Menyediakan acuan bagi warga sekolah dalam mengembangkan program
pelaksanaan kurikulum 2013 agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan
berkelanjutan.
7. Memberikan informasi kepada masyarakat terutama orang tua Peserta didik untuk
lebih memahami dan mmberikan dukungan terhadap penyelenggaraan kurikulum
2013 pada tingkat satuan pendidikan secara terarah agar lebih berhasil guna
8. Sebagai acuan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada SMP Negeri 2
Selong dalam kondisi khusus Pandemi covid-19 secara sistematis dan
kondisional

D. Acuan Konseptual Penyusunan Kurikulum


Acuan konseptual penyusunan Kurikulum SMP Negeri 2 Selong meliputi:
1. Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia
Iman, takwa, dan akhlak mulia menjadi dasar pengembangan kepribadian
peserta didik secara utuh. Kurikulum SMP Negeri 2 Selong ini disusun agar
semua mata pelajaran dapat meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia.
2. Toleransi dan Kerukunan Umat Beragama

9
Kurikulum dikembangkan untuk memelihara dan meningkatkan toleransi dan
kerukunan interumat dan antarumat beragama.
3. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan
Kurikulum diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan
peserta didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu,
kurikulum harus menumbuhkembangkan wawasan dan sikap kebangsaan
serta persatuan nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah
NKRI.
4. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, Bakat, dan Minat sesuai dengan Tingkat
Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik
Pendidikan merupakan proses holistik/sistemik dan sistematik untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri
(sikap, pengetahuan, dan keterampilan) berkembang secara optimal. Sejalan
dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, bakat, minat,
serta tingkat perkembangan kecerdasan; intelektual, emosional, sosial,
spritual, dan kinestetik peserta didik.
5. Kesetaraan Warga Negara Memperoleh Pendidikan Bermutu
Kurikulum diarahkan kepada pengembangan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang holistik dan berkeadilan dengan memperhatikan
kesetaraan warga negara memperoleh pendidikan bermutu.
6. Kebutuhan Kompetensi Masa Depan
Kompetensi peserta didik yang diperlukan antara lain berpikir kritis dan
membuat keputusan, memecahkan masalah yang kompleks secara lintas
bidang keilmuan, berpikir kreatif dan kewirausahaan, berkomunikasi dan
berkolaborasi, menggunakan pengetahuan kesempatan secara inovatif,
mengelola keuangan, kesehatan, dan tanggung jawab warga negara.
7. Tuntutan Dunia Kerja
Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi
peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup.
Oleh sebab itu, kurikulum perlu mengembangkan jiwa kewirausahaan dan
kecakapan hidup untuk membekali peserta didik dalam melanjutkan studi
dan/atau memasuki dunia kerja. Terlebih bagi peserta didik pada satuan

10
pendidikan kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi.
8. Perkembangan Ipteks
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat
berbasis pengetahuan di mana Ipteks sangat berperan sebagai penggerak
utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan penyesuaian
terhadap perkembangan Ipteks sehingga tetap relevan dan kontekstual
dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara
berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan Ipteks.
9. Keragaman Potensi dan Karakteristik Daerah serta Lingkungan
Daerah memiliki keragaman potensi, kebutuhan, tantangan, dan karakteristik
lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan yang sesuai
dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena
itu, kurikulum perlu memuat keragaman tersebut untuk menghasilkan
lulusan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah dan
lingkungan.
10. Tuntutan Pembangunan Daerah dan Nasional
Dalam era otonomi dan desentralisasi, kurikulum adalah salah satu media
pengikat dan pengembang keutuhan bangsa yang dapat mendorong
partisipasi masyarakat dengan tetap mengedepankan wawasan nasional.
Untuk itu, kurikulum perlu memperhatikan keseimbangan antara
kepentingan daerah dan nasional.
11. Dinamika Perkembangan Global
Kurikulum dikembangkan untuk meningkatkan kemandirian, baik pada
individu maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh
pasar bebas. Pergaulan antarbangsa yang semakin dekat memerlukan
individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai kemampuan
untuk hidup berdampingan dengan bangsa lain.
12. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial
budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya.
Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat ditumbuhkembangkan
terlebih dahulu sebelum mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.
13. Karakteristik Satuan Pendidikan

11
Kurikulum dikembangkan sesuai dengan kondisi dan ciri khas satuan
Pendidikan

E. Prinsip Pengembangan Kurikulum


Prinsip pengembangan Kurikulum:
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya.

Kurikulum SMP Negeri 2 Selong dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa


peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
Potensi yang dimiliki siswa di lingkungan SMP Negeri 2 Selong sangat beragam
antara lain potensi dalam bidang olah raga baik bola basket, sepak bola, dan lain
sebagainya.
2. Beragam dan terpadu

Kurikulum SMP Negeri 2 Selong dikembangkan dengan memperhatikan


keragaman karakteristik peserta didik, kondisi sekolah, serta menghargai dan tidak
diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial
ekonomi, dan jender. Kurikulum SMP Negeri 2 Selong meliputi substansi komponen
muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta
disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi. Keterpaduan substansi muatan kurikulum SMP Negeri 2 Selong ini
berwujud pada saling keterkaitan antara muatan kurikulum wajib dengan kurikulum
lokal yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan dan saling mengisi.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Kurikulum SMP Negeri 2 Selong dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa


ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu,
semangat dan isi kurikulum SMP Negeri 2 Selong memberikan pengalaman belajar
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan,

12
teknologi, dan seni, dengan memanfaatkan teknologi yang berkembang sesuai
perkembangan jaman seperti komputer, internet, alat-alat musik tradisional maupun
modern dan lain sebagainya.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

Pengembangan kurikulum SMP Negeri 2 Selong dilakukan dengan


melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi
pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan
keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan
akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. Mengacu pada hal
ini, Kurikulum SMP Negeri 2 Selong diarahkan untuk mendukung kebutuhan dalam
kehidupan seperti keterampilan menjahit dan anyaman, kecakapan menggunakan
teknologi, kecakapan memainkan alat-alat musik, kecakapan bersosial dan lain
sebagainya.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum SMP Negeri 2 Selong mencakup keseluruhan dimensi


kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan. Keseluruhan
dimensi kompetensi ini terlihat dalam kelompok mata pelajaran dan mata pelajaran
yang disajikan di sekolah sebagai bekal bagi siswa, yang meliputi kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, lmu
pengetahuan dan teknologi, estetika, serta jasmani olah raga dan kesehatan.
6. Belajar sepanjang hayat

Kurikulum SMP Negeri 2 Selong diarahkan kepada proses pengembangan,


pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum SMP Negeri 2 Selong mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur
pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya. Hal ini menunjukkan suatu indikasi bahwa pendidikan di SMP Negeri 2
Selong bukan merupakan satu-satunya bekal pendidikan bagi kehidupan siswa,
melainkan siswa harus mau dan mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang
berikutnya.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

13
Kurikulum SMP Negeri 2 Selong dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan
daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhinneka
Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN SMPN 2 SELONG

A. Visi Sekolah
“Mewujudkan SMP Negeri 2 Selong yang siswa-siswanya Tegar Berprestasi,
Terampil Bekerja, Santun dalam Berprilaku, Tulus beriman dan Berbudaya
Lingkungan”
Untuk mewujudkan visi tersebut maka dirumuskan Indikator visi sekolah sebagai
berikut:
1. Tegar Berprestasi :
1) Memperoleh nilai di atas standar kelulusan ujian nasional dan ujian sekolah
sesuai dengan potensi yang diniliki oleh tiap siswa
2) Terselenggaranya proses pembelajaran secara optimal sesuai dengan waktu,
sarana/prasarana yang dilandasi semangat bekerja keras.
3) Terwujudnya prestasi akademik sehingga menjadi salah satu sekolah yang
mampu bersaing dikabupaten Lombok Timur, NTB dan Nasional dengan
memanfaatkan seluruh potensi dan kemampuan sekolah dan daya dukung
masyarakat.
4) Terwujudnya prestasi akademik dan non akademik yang memanfaatkan seluruh
potensi yang ada misalnya bidang olah raga, seni dan kreasi siswa lainnya.
2. Terampil Bekerja
1) Menguasai satu di antara keterampilan yang ditawarkan sebagai pendidikan
berbasis life-skill, di antaranya keterampilan tata boga, tata busana dan tata niaga

14
2) Bersikap menghargai karya vokasional sebagai wujud menghargai karya orang
lain
3. Santun dalam berprilaku
1) Menghormati orang yang lebih tua dan menyangi yang lebih muda.
2) Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur.
3) Dapat menerima kekurangan orang lain
4) Dapat mememaafkan kesalahan orang lain
5) Mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman
latar belakang, pandangan, dan keyakinan
6) Tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri pada orang lain
7) Kesediaan untuk belajar dan terbuka terhadap keyakinan dan gagasan orang
lain agar dapat memahami orang lain lebih baik
8) Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat
9) Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain
10) Bersikap 3S (salam, senyum, sapa)
11) Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan
barang milik orang lain
12) Memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan
4. Tulus Beriman
1) Selalu berusaha belajar dan bekerja berdasarkan panggilan jiwa dengan dilandasi
keimanan yang tulus
2) Memprioritaskan prinsip-prinsip keimanan dalam berfikir bersikap dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari
3) Menjadikan kegiatan beribadah sebagai kegiatan yang paling diutamakan dari
kegiatan lainnya.
4. Berbudaya Lingkungan
1) Terwujudnya budaya Manajemen Berbasis Sekolah yang berwawasan
lingkungan
2) Terwujudnya sekolah yang sehat dan berbudaya lingkungan sebagai tempat
pendidikan yang aman, nyaman dan menyenangkan
3) Setiap guru mengintegrasikan pendidikan lingkungan hidup pada setiap mata
pelajaran yang diampu.

B. Misi Sekolah

15
Untuk mewujudkan visi sekolah di atas, maka disusunlah misi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran secara optimal sesuai dengan beban
belajar, sarana/prasarana dan waktu yang ditetapkan dalam kurikulum.
2. Menyelenggarakan proses pembelajaran yang bermutu dengan mengaplikasikan
inovasi pembelajaran seperti CTL, dan PAIKEM
3. Menyelenggarakan supervisi program dan proses pembelajaran secara terencana
terstruktur dan berkelanjutan.
4. Menyelenggarakan program pendidikan life-skill yang terencana terstruktur dan
berkelanjutan dengan baik
5. Optimalisasi semangat interprenersif pada siswa dan bisnis yang berbasis life-skill
6. Menciptakan budaya religius di lingkungan sekolah dengan menyiapkan kondisi
yang mendukung
7. Menciptakan budaya saling menghargai dan saling menghormati perbedaan serta
dapat berprilaku santun terhadap orang tua, guru dan teman sebaya.
8. Mengembangkkan budaya sekolah yang sehat dan berbudaya lingkungan sebagai
tempat pendidikan yang aman, nyaman dan menyenangkan
9. Mengembangkan sikap belajar dan bekerja keras dengan berbasis keimanan dan
ketulusan.
10. Mengembangkan sikap yang selalu santun dalam berprilaku baik kepada orang
yang lebih dewasa, teman sebaya maupun teman yang lebih muda.
11. Selalu bersikap memprioritaskan kegiatan ibadah di atas kegiatan lainnya
12. Selalu bersikap jujur dan tidak sombong

C. Tujuan Sekolah
1. Tujuan Jangka Panjang
a. Terselenggaranya kegiatan pembelajaran sesuai dengan SPM
b. Terselenggaranya kegiatan ekstrakurikuler
c. Tersedainya ruang belajar dan ruang penunjang belajar seperti Laboratorium
IPA, Lab. Bahasa, Lab. TIK, Ruang Multimedia sesuai dengan SPM
d. Tersedianya Lapangan Olah Raga yang sesuai dengan kondisi lingkungan
SMPN 2 Selong
e. Tercapainya kelulusan 100 % dengan kualifikasi 1 di atas nilai Standar
Kelulusan

16
f. Terselenggaranya program dan kegiatan monitoring pembelajaran dengan
prinsip zero lost pada jam pembelajaran efektif
g. Ikut serta dan menjuarai event olah raga dan seni dan kreasi siswa lainnya di
tingkat provinsi.
h. Ikut serta dan menjuarai kegiatan lomba Olimpiade Matematika, IPA, dan IPS
di tingkat kabupaten.
i. Terselenggaranya kegiatan pendidikan life-skill yang profesional dan
termotivsinya siswa mengikuti satu di antara empat program keterampilan yang
ditawarkan.
j. Beroperasinya ruang pamer dan pertokoan sebagai pusat bisnis dan latihan
interprenersif secara optimal.
k. Terciptanya lingkungan sekolah yang berbasis religius, keimanan dan
ketaqwaan serta ketulusan dalam belajar dan bekerja
l. Terpatrinya sikap hidup yang memprioritaskan kegiatan ibadah di atas kegiatan
lainnya bagi setiap personil sekolah.
m. Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai‐nilai pemeliharaan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat
sekitar.
n. Meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup meIalui
kegiatan pengendalian pencemaran, pengendalian kerusakan dan pelestarian
fungsi lingkungan di sekolah.

2. Tujuan Jangka Menengah


a. Melengkapi Prasarana Lokal Dan Kantor
b. Melengkapi Laboratorium Dan Perpustakaan Yang Baik
c. Melengkapi Ruang Publikasi/Jurnalistik
d. Melengkapi Fasilitas Olah Raga Dan Kesenian
e. Online Komputerisasi Di Semua Unit Yang Ada Di SMPN 2 Selong
f. Selalu Tampil Di Tengah Masyarakat Dengan Jati Diri Yang Terpuji
g. Inovatif Terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
h. Mampu Tampil Dalam Forum Seni, Olahraga dan Ilmiah Remaja

3. Tujuan Jangka Pendek


a. Peningkatan Nilai Ujian atau Assesment.

17
b. Memiliki 6 rombongan belajar untuk setiap jenjang kelas.
c. Menjadi juara I dalam keteladanan siswa tingkat kabupaten.
d. Menjadi juara I dalam lomba mata pelajaran tingkat kabupaten.
e. Menjadi juara I lomba Olimpiade MIPA tingkat kabupaten.
f. Tim Bola Voli menjadi finalis tingkat kabupaten.
g. Tim Sepak Bola menjadi finalis tingkat kabupaten
h. Tim PMR menjadi Juara I tingkat kabupaten.
i. Regu Pramuka menjadi Juara I tingkat kabupaten.
j. Grup Paduan Suara mampu tampil pada acara di tingkat Kabupaten dan
Provinsi yang dilakukan di Kab. Lombok Timur
k. Memiliki grup Teater yang mampu tampil pada acara di tingkat Kabupaten dan
Provinsi
l. Memiliki grup band yang mampu tampil pada acara di tingkat Kabupaten
m. Siswa yang mampu menghapal qur’an Juz 30 (Juz Amma)
n. 100% siswa melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut.
o. 90% siswa menguasai keterampilan program windows dan internet
p. Memiliki Perpustakaan yang representative dengan pelayanan yang optimal.
q. Memiliki ruang Multimedia dengan peralatan yang standar
r. 100% masyarakat dan pemerintah percaya atas produk dan bentuk-bentuk
pelayanan sekolah.

18
BAB III
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

A. Kompetensi Inti
Isi Kurikulum 2013 dikembangkan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti dikembangkan dari Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) dan merupakan kualitas minimal yang harus dikuasai peserta didik di
kelas untuk setiap mata pelajaran. Kompetensi Inti terdiri atas jenjang kompetensi
minimal yang harus dikuasai peserta didik di kelas tertentu, isi umum materi
pembelajaran, dan ruang lingkup penerapan kompetensi yang dipelajari. Jenjang
kompetensi dalam KI meningkat untuk kelas-kelas berikutnya, KI tidak memuat
konten khusus mata pelajaran tetapi konten umum yaitu fakta, konsep, prosedur,
metakognitif dan kemampuan menerapkan pengetahuan yang terkandung dalam setiap
mata pelajaran. Perluasan penerapan kompetensi yang dipelajari dinyatakan dalam KI,
dimulai dari lingkungan terdekat sampai ke lingkungan global. Dalam desain
Kurikulum 2013, Kompetensi Inti berfungsi sebagai pengikat bagi Kompetensi Dasar.
Oleh karena itu, setiap Kompetensi Dasar yang dikembangkan harus mengacu kepada
Kompetensi Inti
Kompetensi Inti terdiri atas empat dimensi yang satu sama lain saling terkait.
Keempat dimensi tersebut adalah: sikap spiritual (KI 1), sikap sosial (KI 2),
pengetahuan (KI 3), dan keterampilan (KI 4), yang tercantum dalam pengembangan

19
Kompetensi Dasar, Silabus, dan RPP. Dalam proses pembelajaran, KI 1 dan KI 2
dikembangkan di setiap kegiatan sekolah dengan pendekatan pembelajaran tidak
langsung (indirect teaching). Sedangkan KI 3 dan KI 4 dikembangkan oleh masing-
masing mata pelajaran dengan pendekatan pembelajaran langsung (direct teaching).
Kompetensi Inti 3 (KI 3) menitikberatkan pada pengembangan pengetahuan (faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif) dalam jenjang kemampuan kognitif dari
mengingat sampai mencipta. Sedangkan KI 4 merupakan penerapan dari apa yang
dipelajari pada KI 3 dalam proses pembelajaran yang terintegrasi ataupun terpisah.
Pembelajaran terintegrasi mengandung makna bahwa proses pembelajaran KI 3 dan KI
4 dilakukan pada waktu bersamaan baik di kelas, laboratorium maupun di luar sekolah.
Pembelajaran terpisah mengandung makna bahwa pembelajaran mengenai KI 3
terpisah dalam waktu dan/atau tempat dengan KI 4.
Selanjutnya, setiap KI dijabarkan dalam bentuk Kompetensi Dasar (KD).
Kompetensi Dasar (KD) dari masing-masing KI menjadi rujukan guru dalam
pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta
didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD)
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
1. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
2. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
3. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut:
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
1. Menghargai dan 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan
menghayati ajaran agama menghayati ajaran agama menghayati ajaran agama
yang dianutnya yang dianutnya yang dianutnya
2. Menghargai dan 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan
menghayati perilaku jujur, menghayati perilaku jujur, menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, disiplin, tanggungjawab, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong peduli (toleransi, gotong peduli (toleransi, gotong
royong), santun, percaya royong), santun, percaya royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi diri, dalam berinteraksi diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan secara efektif dengan secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam lingkungan sosial dan alam lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dalam jangkauan pergaulan dalam jangkauan pergaulan

20
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
dan keberadaannya dan keberadaannya dan keberadaannya
3. Memahami pengetahuan 3. Memahami dan 3. Memahami dan
(faktual, konseptual, dan menerapkan pengetahuan menerapkan pengetahuan
prosedural) berdasarkan (faktual, konseptual, dan (faktual, konseptual, dan
rasa ingin tahunya tentang prosedural) berdasarkan prosedural) berdasarkan
ilmu pengetahuan, rasa ingin tahunya tentang rasa ingin tahunya tentang
teknologi, seni, budaya ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan,
terkait fenomena dan teknologi, seni, budaya teknologi, seni, budaya
kejadian tampak mata terkait fenomena dan terkait fenomena dan
kejadian tampak mata kejadian tampak mata
4. Mencoba, mengolah, dan 4. Mengolah, menyaji, dan 4. Mengolah, menyaji, dan
menyaji dalam ranah menalar dalam ranah menalar dalam ranah
konkret (menggunakan, konkret (menggunakan, konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, mengurai, merangkai, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan memodifikasi, dan memodifikasi, dan
membuat) dan ranah membuat) dan ranah membuat) dan ranah
abstrak (menulis, abstrak (menulis, abstrak (menulis,
membaca, menghitung, membaca, menghitung, membaca, menghitung,
menggambar, dan menggambar, dan menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan mengarang) sesuai dengan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah yang dipelajari di sekolah yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dan sumber lain yang sama dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori dalam sudut pandang/teori dalam sudut pandang/teori

B. Kompetensi Dasar
Dalam kondisi khusus Kompetensi Dasar mengacu pada Keputusan Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Nomor 018/H/I(R"/2020
tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013
pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidilran Menengah
Berbentuk Sekolah Menengah Atas Untuk Kondisi Khusus

C. Struktur Mata Pelajaran


Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan
pendidikan berpedoman pada struktur kurikulum yang tercantum dalam Standar Isi.
Struktur Kurikulum SMP Negeri 2 Selong merupakan pengorganisasian kompetensi
inti, mata pelajaran, beban belajar, kompetensi dasar, dan muatan pembelajaran.
Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas
tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada
kelas yang berbeda dapat dijaga.
Mata pelajaran dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu:

21
1. Mata pelajaran Kelompok A (Umum) adalah kelompok mata pelajaran yang
kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata Pelajaran tersebut terdiri dari:
a. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
b. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
c. Bahasa Indonesia
d. Matematika
e. Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu
f. Pengetahuan Sosial, dan
g. Bahasa Inggris

1. Mata pelajaran Kelompok B (Umum), yaitu kelompok mata pelajaran yang kontennya
dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikembangkan
oleh pemerintah daerah terdiri atas mata pelajaran:
a. Seni Budaya
b. Prakarya, dan
c. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

Berdasarkan kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang
sesuai dengan karakteristik SMP Negeri 2 Selong. Susunan mata pelajaran dan
alokasi waktu pada SMP Negeri 2 Selong sebagaimana tabel berikut:
Alokasi Belajar
MATA PELAJARAN Perminggu
VII VIII IX
Kelompok A (Umum)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3 3 3
3 Bahasa Indonesia 6 6 6
4 Matematika 5 5 5
5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 5 5 5
6 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 4 4 4
7 Bahasa Inggris 4 4 4
Kelompok B (Umum)
8 Seni Budaya (termasuk muatan Lokal) 3 3 3
9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 3 3 3
10 Prakarya (termasuk muatan Lokal) 2 2 2
Jumlah Alokasi Waktu Perminggu 38 38 38

Keterangan:

22
• Mata pelajaran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah.
• Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di dalam struktur
kurikulum diatas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler antara lain Pramuka
(Wajib), Usaha Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja dll.
• Kegiatan ekstra kurikuler seperti Pramuka (terutama), Unit Kesehatan
Sekolah, Palang Merah Remaja, dan yang lainnya adalah dalam rangka
mendukung pembentukan kompetensi sikap sosial peserta didik,
terutamanya adalah sikap peduli. Disamping itu juga dapat dipergunakan
sebagai wadah dalam penguatan pembelajaran berbasis pengamatan maupun
dalam usaha memperkuat kompetensi keterampilannya dalam ranah konkrit.
Dengan demikian kegiatan ekstra kurikuler ini dapat dirancang sebagai
pendukung kegiatan kurikuler.
• Matapelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang
kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang
terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan
Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah kelompok mata pelajaran yang
kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal
yang dikembangkan oleh pemerintah daerah.
• Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi
dengan mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara
terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan
pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan
kebutuhan satuan pendidikan tersebut.

D. Penilaian (asesmen) Hasil Belajar Dalam Kondisi Khusus


1. Asesmen dalam Kondisi Khusus tetap dilaksanakan berdamrkan prinsip:
a. valid yaitu Asesmen menghasilkan informasi yang sahih mengenai
pencapaian Peserta Didik;
b. reliabel yaitu Asesmen menghasilkan informasi yang konsisten dan dapat
dipercaya tentang pencapaian Peserta Didik
c. adil yaint Asesmen yang dilaksanakan tidak merugikan Peserta Didik
tertentu;
d. fleksibel yaitu Asesmen yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan Peserta Didik dan Satuan Pendidikan;

23
e. otentik yaitu Asesmen yang terfokus pada capaian belajar Peserta Didik
dalam konteks penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari;
f. terintegrasi yaitu Asesmen dilaksanakan sebagai bagian integral dari
pembelajaran sehingga menghasilkan umpan balik yang berguna untuk
memperbaiki proses dan hasil belajar Peserta Didik
2. Hasil asesmen digunakan oleh pendidik, Peserta Didik, dan orang tua/wali sebagai
umpan balik dalam perbaikan pembelajaran
Penilaian hasil belajar dalam kondisi khusus memperhatikan hal-hal sebagai berikut;
a. Penilaian hasil belajar mengacu pada regulasi/juknis penilaian hasil belajar dari
Kemendikbud dengan penyesuaian masa darurat. - _
b. Penilaian hasil belajar mencakup aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek
keterampilan.
c. Penilaian hasil belajar berbentuk antara lain portofolio, penugasan, proyek,
praktek, tulis dan bentuk lainnya, yang diperoleh melalui tes daring, dan/atau
bentuk asesmen lainnya yang memungkinkan ditempuh secara jarak jauh dan
tetap memperhatikan protokol kesehatan dar/ahu keamanan.
d. Penilaian meliputi penilaian harian (PH), Penilaian Akhir Semester( PAS) dan
Penilaian Akhir Tahun (PAT).
e. Penilaian dirancang untuk mendorong aktivitas belajar yang bermaknq dan
tidak dipaksakan untuk mengukur ketuntasan capaian kurikulum secara
menyeluruh;
f. Pemberian tugas kepada peserta didik dan penilaian hasil belajar pada masa
Belajar dari Rumah dilaksanakan bervariasi antar peserta didik, sesuai minat
dan
kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/
ketersediaan fasilitas belajar di rumah.Pemberian tugas diberikan secara
proporsional atau tidak berlebihan dengan tujuan perlindungan kesehatan,
keamanan, dan motivasi peserta didik selama masa darurat tetap terjaga
g. Hasil belajar peserta didik dikirim ke guru antara lain berupa foto, gambar,
video, animasi, karya seni dan bentuk lain tergantung jenis kegiatannya dan
yang memungkinkan diwujudkan di masa darurat.
h. Terkait penugasan yang diberikan oleh guru, waktu pembelajaran dan
penge{aan tugas disesuaikan dengan jadwal ayang/siaran dan waktu
pengumpulan tugas setiap akhir minggu atau disesuaikan dengan kondisi

24
peserta
didik dan ketersediaan waktu peserta didik dan orangtua/wali
i. Dari hasil belajar tersebut, guru melakukan penilaian baik dengan teknik skala
capaian perkembangan, maupun hasil karya.
j. Guru melakukan analisis untuk melihat ketercapaian kompetensi dasar yang
muncul lalu dilakukan skoring

E. Pembelajaran Dalam Kondisi Khusus


a. Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan Literasi Sekolah merupakan upaya untuk melibatkan semua pihak di


lingkungan sekolah, dari mulai kepala sekolah, jajaran komite, pengawas, guru, siswa,
orang tua, dan masyarakat sekitar dalam mendukung kegiatan literasi. Pengembangan
budaya literasi dilaksanakan beriringan dengan penumbuhan karakter dan budi pekerti
di ekosistem sekolah. Dengan adanya hal ini, diharapkan akan tumbuh budaya
membaca dan menulis sebagai dasar terciptanya proses pembelajaran sepanjang hayat.
a. Sasaran Gerakan Literasi Baca-Tulis di Sekolah
Keluaran dan capaian yang ingin diwujudkan dalam literasi baca-tulis di sekolah
adalah sebagai berikut.
1. Basis Kelas
(a) Jumlah pelatihan fasilitator literasi baca-tulis untuk kepala ekolah,
guru, dan tenaga kependidikan;
(b) Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi numerasi dalam
kegiatan pembelajaran, baik berbasis masalah maupun berbasis
proyek; dan
(c) Skor PISA, PIRLS, dan INAP mengenai literasi membaca.
2. Basis Budaya Sekolah
(a) Jumlah dan variasi bahan bacaan;
(b) Frekuensi peminjaman bahan bacaan di perpustakaan;
(c) Jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan literasi bacatulis;
(d) Terdapat kebijakan sekolah mengenai literasi baca-tulis;
(e) Jumlah karya (tulisan) yang dihasilkan siswa dan guru; dan
(f) Terdapat komunitas baca tulis di sekolah.
3. Basis Masyarakat

25
(a) Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi bacatulis di
sekolah; dan
(b) Tingkat keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam
mengembangkan literasi baca-tulis di sekolah.
b. Strategi Gerakan Baca-Tulis di Sekolah
1. Penguatan Kapasitas Fasilitator
(a) Pelatihan bagi kepala sekolah dan guru terkait dengan
pengembangan pembelajaran yang terintegrasi dengan literasi baca-
tulis. Pada dasarnya, semua kegiatan pembelajaran dilandasi oleh
aktivitas membaca dan menulis. Dalam pelatihan ini,
dapat disampaikan teknik-teknik membaca yang efektif agar dapat
menangkap isi bacaan dengan baik. Selain itu, disampaikan juga
strategi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis,
baik menulis ilmiah aupun kreatif.
(b) Pelatihan bagi kepala sekolah, guru, dan siswa terkait dengan
penggalian nilai pada sebuah buku dan membuat tulisan menarik
dan sederhana. Materi pelatihan ini bisa berupa cara mengelola
kegiatan membaca buku dan menganalisis isinya lalu membuat
tulisan mengenai isi buku tersebut.
(c) Pelatihan bagi guru dan siswa untuk dapat melakukan berbagai
kegiatan membaca yang menyenangkan. Mulai dari memilih buku
yang sesuai dengan minat, menentukan waktu yang tepat, dan
menciptakan suasana membaca yang nyaman. Dengan demikian,
siswa dan guru menjadi lebih antusias untuk membaca.
(d) Tantangan membaca bagi seluruh warga sekolah. Peserta kegiatan
ini ditantang untuk menyelesaikan sejumlah bahan bacaan dalam
waktu tertentu. Tujuannya adalah agar warga sekolah terbiasa untuk
membaca buku. Peserta yang berhasil menyelesaikan tantangan ini
akan diberikan penghargaan oleh pihak sekolah.
(e) Jurnal baca bagi siswa dan guru. Jurnal ini berfungsi sebagai alat
kontrol untuk mencatat judul buku yang sudah dibaca dan
menjabarkan hal-hal menarik yang ada di buku tersebut secara
singkat.

26
(f) Forum membaca bagi warga sekolah untuk bertukar pendapat
mengenai buku yang dibaca. Kegiatan ini dapat memperluas
pandangan peserta diskusi karena setiap orang memiliki sudut
pandang yang berbeda walaupun membaca buku yang persis sama.
Kegiatan ini juga dapat menumbuhkan budaya berpikir kritis,
menghargai pendapat orang lain, kolaborasi, dan berani
mengungkapkan pendapat pribadi.
c. Peningkatan Jumlah dan Ragam Sumber Belajar Bermutu
1. Penyediaan bahan bacaan di perpustakaan sekolah. Jenis bacaan yang
beragam dapat memperluas pengetahuan terhadap banyak hal sehingga siswa
dapat melihat berbagai kesempatan dan memiliki lebih banyak pilihan.

2. Penggunaan alat peraga dan permainan edukatif yang menggunakan teks,


misalnya, scrabble untuk memperkaya kosakata siswa. Permainan dan alat
peraga dapat menstimulasi siswa untuk belajar banyak hal tanpa merasa
terbebani.

3. Pemanfaatan media teknologi informasi (gawai) dalam kegiatan baca-tulis


dengan bimbingan guru. Media digital menyediakan banyak sumber belajar, baik
dari segi jumlah, maupun ragam sehingga dapat memperkaya bahan
pembelajaran.

4. Program menulis buku bagi guru dan tenaga kependidikan. Guru dapat
mengaktualisasi pemikirannya ke dalam tulisan juga dapat menjadi teladan bagi
siswa untuk mengembangkan literasi menulis.
5. Program dan aktivitas literasi yang menyenangkan, baik di dalam, di luar kelas,
maupun di luar sekolah yang dapat membuat siswa dan guru terlibat langsung di
dalamnya.
d. Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar Bermutu dan Cakupan Peserta
Belajar
1. Pengembangan sarana penunjang yang membentuk ekosistem kaya literasi,
misalnya, dengan memasang tulisan peribahasa atau kalimat-kalimat positif dari
tokoh terkenal di koridor sekolah.

27
2. Pengoptimalan perpustakaan sebagai wahana belajar yang komprehensif bagi
warga sekolah. Perpustakaan merupakan akar dari budaya membaca dan menulis.
Sudah sepatutnya perpustakaan sekolah dapat memberikan kemudahan kepada
pengguna untuk mengakses bahan bacaan. Di perpustakaan pun dapat
dilaksanakan beragam kegiatan literasi yang menarik bagi warga sekolah.
3. Penyediaan sudut baca di kelas. Dengan begitu, siswa dapat memanfaatkan
waktu-waktu tertentu untuk membaca di kelas, misalnya, ketika guru belum
datang. Tersedianya bahan bacaan di kelas pun akan lebih memudahkan siswa
untuk mencari referensi ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun buku-
bukunya merupakan sumbangan dari siswa di kelas tersebut.
4. Penyelenggaraan open house oleh sekolah yang sudah mengembangkan literasi.
Sekolah yang sudah menjalankan program literasi dapat membuka diri untuk
menjadi percontohan bagi sekolah lain yang juga ingin mengembangkan literasi.
Melalui open house, sekolah lain dapat belajar mengenai cara pengelolaan, jenis
kegiatan, dan inovasi-inovasi yang dilakukan untuk menanamkan budaya literasi
di sekolah.
5. Program pengimbasan sekolah. Sekolah yang dijadikan model memiliki tanggung
jawab untuk mengimbaskan praktik baik penerapan kegiatan literasi di sekolah.
Sekolah-sekolah imbas dapat ditentukan berdasarkan jarak terdekat.
b. Gerakan Numerasi
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk (a)
menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait
dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam
berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisis
informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel,
bagan, dsb.) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk
memprediksi dan mengambil keputusan
Basis Kelas
a. Meningkatnya jumlah pelatihan guru matematika dan non matematika;
b. Meningkatnya intensitas pemanfaatan dan penerapan numerasi dalam
pembelajaran;
c. Meningkatnya jumlah pembelajaran matematika berbasis permasalahan dan
pembelajaran matematika berbasis proyek;

28
d. Meningkatnya jumlah pembelajaran nonmatematika yang melibatkan unsur
literasi numerasi; dan
e. Meningkatnya nilai matematika dalam Pisa/TIMSS/INAP.
Basis Budaya Sekolah
a. Meningkatnya jumlah dan variasi bahan bacaan literasi numerasi;
b. Meningkatnya frekuensi peminjaman bahan bacaan literasi numerasi;
c. Meningkatnya jumlah kegiatan literasi numerasi di sekolah;
d. Meningkatnya jumlah penyajian informasi dalam bentuk presentasi numerasi
(contoh: grafik frekuensi peminjaman buku di perpustakaan);
e. Adanya kebijakan sekolah mengenai literasi numerasi;
f. Meningkatnya akses situs daring yang berhubungan dengan literasi numerasi;
g. Tersedianya alokasi dana untuk literasi numerasi; dan
Basis Masyarakat
a. Meningkatnya jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi numerasi di
sekolah; dan
b. Meningkatnya keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan
literasi numerasi di sekolah

c. Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)


1) Rasional
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelec) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak
boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anakanak kita.
Demikian dinyatakan oleh Ki Hajar Dewantara. Oleh karena itu, transformasi
pendidikan nasional Indonesia harus menempatkan karakter sebagai ruh atau dimensi
terdalam pendidikan nasional berdampingan dengan intelektualitas yang tercermin
dalam kompetensi yang dapat diwujudkan. Dengan karakter yang kuat-tangguh
beserta kompetensi yang tinggi, yang dihasilkan oleh pendidikan yang baik, pelbagai
kebutuhan, tantangan, dan tuntutan baru dapat dipenuhi atau diatasi. Oleh karena itu,
selain pengembangan intelektualitas, pengembangan karalter peserta didik sangatlah
penting menempatan potensi-potensi intelektual dan karakter peserta didik
sebagai tujuan. Demikian juga laporan Delors untuk pendidikan abad XXI,
sebagaimana tercantum dalam buku Pembelajaran: Harta Karun di Dalamnya,
menegaskan bahwa pendidikan abad XXI bersandar pada lima tiang pembelajaran

29
sejagat (five pillar of leaming), yaitu leaming to know, leaming to do, learning to live
together, dan leaming to beserta leaming to transform for oneselfand society.
Selain itu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional telah menegaskan bahwa "Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehal
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokatis
serta bertanggung jawab
2) Lima nilai utama
Lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu
dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang
Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajarun agama
dan kepercayaan yang dianu! menghargai perbedaan agam4 menjunjung
tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan
lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter
religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu
dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta
(lingkungan).
2. Nasionalis;
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat
yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya
bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul,
dan berprestasi, cinta tanah aiq menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin,
menghormati keragaman budaya, sukudan agama.
3. Mandiri,

30
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung
pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk
merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai mandiri antara lain
etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional,
keatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat
4. Gotong Royong;
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan
bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/
pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong
royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas
keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolongmenolong, solidaritas,
empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen
dan kesetiaan pada nilai.

3) Sembilan Prinsip Penumbuhan Karakter


Penumbuhan karakter di sekolah menerapakan sembilan prinsip berikut;
1) Nilai-nilai Moral Universal,
Penumbuhan karakter berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal
yang prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu dari
berbagai macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan, sosial,
dan budaya.
2) Holistik Gerakan PPK,
Penumbuhan dilaksanakan secara holistik, dalam arti pengembangan fisik
(olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual
(olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui
proses pembelajman intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler,
berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi
dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan Pendidikan
3) Terintegrasi;

31
pelaksanaan di sekolah dikembangkan dan dilaksanakan dengan
memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan berbagai elemen
pendidikan, bukan merupakan program tempelan dan tambahan dalam proses
pelaksanaan pendidikan.
4) Partisipasi;
penumbuhan karakter dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan
publik seluasJuasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan sebagai
gerakan. Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah,
dan pihak-pihak lain yang terkait menyepakati prioritas nilai-nilai utama
karakter dan kekhasan sekolah yang diperjuangakan, menyepakati bentuk
dan strategi pelaksanaan Gerakan.
5) Kearifan Lokal,
Gerakan bertumpu dan responsif pada kearifan lokal Negeri 2 Selong
yang beragam dan majemuk agar pergerakan menjadi kontekstual dan
membumi.
6) Kecakapan Abad XXI;
Gerakan penumbuhan karakter merupakan usaha mengembangkan
kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup
pada abad XXI, antara lain kecakapan berpikir kitis (critical thinking),
berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi
(communication skill), termasuk penguasaan bahasa intemasional, dan
kerja sama dalam pembelajaran (collaborative leaming).
7) Adil dan Inklusif;
Penumbuhan dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
keadilan, non-diskiminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan dan
perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat manusia.
8) Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik
Gerakan dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan perkembangan
peserta didik baik perkembangan biologis, psikologis, maupun sosial, agar
tingkat kecocokan dan keberterimaannya tinggi dan maksimal.
9) Terukur;
Gerakan dikembangkan dan dilaksanakan agil dapat dimati dan diketahui
proses dan hasilnya secara objektif, Dalam hubungan ini komunitas
sekolah mendeskipsikan nilainilai utama karakter yang menjadi prioritas

32
pengembangan di sekolah dzlam sebuah sikap dan perilaku yang dapat
diamati dan diukur secara objektif; mengembangkan progam-progftlm
penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan dan
dicapai oleh sekolah; dan mengerahkan sumber daya yang dapat
disediakan oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.

4. Struktur Kurikulum penumbuhan melalui tiga cara, yaitu:


1) Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur
kurikulum dan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan
intrakurikuler dan kokurikuler. Sebagai kegiatan intrakurikuler dan
kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaran
berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai mata
pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama penumbuhan karalcer
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran sesuai dengan karakteristik mata
pelajamn masing-masing. Misalny4mata pelajaran IPA untuk SMP
mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan mendukung konservasi energi
pada materi tentang energi.
2) Mengimplementasikan melalui kegiatan ekshakurikuler yang ditetapkan
oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler, satuan pendidikan
melakukan penguatan kembali nilai-nilai karakter. melalui berbagai
kegiatan
3) Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses
kegiatan rutin, spontan, pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah.
Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar jam pembelajaran untuk memperkuat
pembentukan karakter sesuai dengan situasi, kondisi, ketersediaan sarana
dan prasarana di setiap satuan pendidikan. Struktur pendukung lain yang
terdiri atas: (a). Ekosistem dan budaya sekolah; mervujudkan tata kelola
yang sehat, hubungan antarwarga sekolah yang harmonis dan saling
menghargai, lingkungan sekolah yang bersih, ramah, sehat, aman, dan
damai. (b) Pendidikan keluarga dan masyarakat; menjalin keselarasan
antara pendidikan di sekolah, lingkungan keluarga, dan masyarakat
5. Penilaian
Penilaian dilakukan pada tingkat pendidik dan evaluasi dilakukan pada tingkat

33
satuan pendidikan dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian sikap dan
keterampilan.
6. Pembiasaan
Pembiasaan diri di SMP Negeri 2 Selong dalam kondisi khusus dilaksanakan dengan
menerap protokol kesehatan covid-I9, dengan menghindari kegiatan yang berpotensi
membentuk kerumunan meliputi :
Pembiasaan Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal tetapi
terbatas, meliputi :
a) Doa bersama sebelum belajar
b) Baca Al-qur'an tiap hari
c) Ketertiban
d) Pemeliharaan kebersihan
e) Kesehatan diri dan lingkungan
f) Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun atau membersihkan tangan
dengan hand sanitizer
g) Pembiasaan memakai masker
Pembiasaan Spontan, yaitu kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus, meliputi:
a) Pembentukan perilaku memberi senyum, salam, sapa
b) Membuang sampah pada tempatnya
c) Penerapan budaya antri dengan memperhatikan jarak
d) Mengatasi silang pendapat (pertengkaran)
e) Saling mengingatkan ketika melihat pelangaran tata tertib sekolah
f) Kesetiakawanan sosial
Pembiasaan Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku seharihari, meliputi
a) Berpakaian rapi,
b) Berbahasa yang baik
c) Rajin membaca
d) Memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain
e) Datang tepat waktu

d. Pelaksanaan Pembelajaran Dalam Kondisi Khusus


l) Pembelajaran dalam Kondisi Khusus tetap dilaksanakan berdasarkan prinsip:
1. Aktif: pembelajaran mendorong keterlibatan penuh Peserta Didik dalam
perkembangan belajarny4 mempelajari bagaimana dirinya dapat belajar,

34
merefleksikan pengalaman belajamya dan menanamkan pola pikir
bertumbuh;
2. Relasi sehat antar pihak yang terlibat yaitu pembelajaran mendorong semua
pihak yang terlibat untuk menaruh pengharapan yang tinggi terhadap
perkembangan belajar Peserta Didih menciptakan rasa aman, saling
menghargai, percaya, dan peduli, terlepas dari keragaman latar belakang
PesertaDidik;
3. Inklusif yaitu pembelajaran yang bebas dari diskriminasi Suku, Agama, Ras
dan Antar Golongan (SARA), tidak meninggalkan Peserta Didik manapun,
termasuk Pesera Didik berkebutuhan khusuVpenyandang disabilitas, serta
memberikan pengembangan ruang untuk identitas, kemampuan, minat,
bakat, serta kebutuhan Peserta Didik;
4. Keragaman budaya yaitu: pembelajaran mencerminkan dan merespon
keragaman budaya Indonesia yang menjadikannya sebagai kekuatan rmtuk
merefleksikan pengalaman kebhinekaan serta menghargai nilai dan budaya
bangsa;
5. Berorientasi sosial yaifi mendorong Peserta Didik untuk memaknai dirinya
sebagai bagian dari lingkungan serta melibatkan keluarga dan masyarakat;
6. Berorientosi pada masa depan yailrit pembelajaran mendorong Peserta Didik
untuk mengeksplorasi isu dan kebutuhan masa depan, keseimbangan
ekologis, sebagai warga dunia yang bertanggung jawab dan berdaya;
7. Sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan Peserta Didii yaitu pembelajaran
difokuskan pada tahapan dan kebutuhannya, berfokus pada penguasaan
kompetensi, berpusat pada Peserta Didik untuk memballgun kepercayaan dan
keberhargaan dirinya; dan
Menyenangkan yaitu pembelajaran mendorong Peserta Didik untuk senang
belajar dan terus menumbuhkan rasa tertantang bagi dirinya, sehingga dapat
memotivasi diri, aktif dan kreatif serta bertanggung jawab pada kesepakatan
yang dibuat bersama
2) Pembelajaran diawali dengan Asesmen Diagnostik. Asesmen Diagnostik adalah
asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi,
kekuatan, keiemahan peserta didik sehingga pembelajaran dapat dirancang
sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik

35
3) Peserta Didik yang perkembangan atau hasil belajamya paling tertinggal
berdasarkan hasil Asesmen Diagnostik, diberikan pendampingan belajar secara
afirmatif.
4) Pembelajaran dalam Kondisi Khusus dilaksanakan secara kontekstual dan
bermakna dengan menggunakan berbagai strategi yang sesuai dengan kebutuhan
dan kondisi Peserta Didih Satuan Pendidikan, dan daerah serta memenuhi
prinsip pembelajaran

Pengelolaan Kelas Masa Darurat


l) Kegiatan pembelajaran berbentuk kelas nyata atau tatap muka dilaksanakan
berdasarkan rekomendasi dari pemerintah daerah setempat atau Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan , dengan alasan bahwa semua peserta didik,
pendidik dan tenaga kependidikan bertempat tinggal di zona hijau atau kuning,
namun pelaksanaan proses pembelajaran tetap mengikuti kepada protokol
kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah baik dari segi sarana prasarana
metode pembelajaran maupun jumlah peserta didik dalam satu kelas.
2) Bila ruangan kelas tidak menoukupi, maka proses pembelajaran dilaksanakan
secara shifting sesuai dengan kondisi kedaruratan. Atau pembelajaran dapat
dilakukan dengan membagi meqiadi dua kelompok masing-masing kelompok
secara bergiliran dengan cara melakukan pembelajaran 3 hari tatap muka dan 3
hari secara daringfluring pada masing-masing kelompok secara bergantian.
3) Kegiatan pembelajaran kelas nyata (tatap muka) dimulai dengan mengikuti
ketentuan dan arahan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lombok
Timur.
4) Jika kegiatan pembelajaran tatap muka belum diperbolehkan sesuai rekomendasi
pemerintah maka kegiatan pembelajaran menggunakan mekanisme
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau Belajar Dari Rumah BDR

Pedoman Pengelolaan Kelas pada Sekolah yang berada pada zona merah
Jika wilayah berada pada zona merah sehingga tidak diizinkan melakukan
pembelajaran tatap muka oleh pemerintah, maka :
a. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan secara jarak jauh atau kelas virhral
Dalam Jaringan (Daring) yaitu bagi peserta didik yang terpenuhi fasilitasnya
berupa laptop, Hp android maupun jaringan inlemet. Sekolah dan guru aplikasi

36
pernbelajaran digital dengan menyediakan menu/pengaturan kelas virtual
antara lain Eleaming sekolah dari Dinas Dikbud, dan latail aplikasi lain yang
sejenis. Pada proses bembelajaran Daring tatap muka virtual juga dilakukan
melalui video conference, teleconference, dan/atau diskusi dalam group di
media sosial atau aplikasi pesan, hal tersebut dilahrkan untuk memastikan
adanya interaksi/ komunikasi dua arah antaxa guru dengan peserta didik.
b. Untuk pembelqiamn jarak jauh Luar Jaringan (Lunng) dilaksanakan bagi
peserla
didik yang belum terpenuhi fasilitasnya berupa laptop, Hp android maupun
jaringan intemet, guru dan peserta didik menggunakan vasilitas melalui media
buku, modul, dan bahan ajar dari lingkungan sekitar. Selainitu, para peserta
didik juga dapat menggunakan media telwisi dan radio atau pengiriman bahan
ajar menggunakan kurir.
c. Dalam pelaksanaan Kegiatan pembelajaran jarak jauh baik Daring maupun
Luring, jadwal kelas diatur secara proporsional, yaitu dalam sehari hanya ada
satu atau dua kelas virtual, hal tersebut dilakukan agar Beserta didik tidak
berada
di depan komputer/laptop/HP seharian penuh. Disamping itr juga untuk
menghemat penggunaan paket data intemet
F. Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan
kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri dibawah bimbingan konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang
dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri
dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan
dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier
peserta didik serta kegiatan ekstrakurikuler, seperti kepramukaan, kepemimpinan,
kelompok seni budaya, kelompok tim olahraga, dan kelompok ilmiah remaja.
Ekstrakurikuler di SMP Negeri 2 Selong terdiri dari:
1. Ekstrakurikuler wajib adalah Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan
oleh SMP Negeri 2 Selong dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik.
Ekstrakurikuler wajib di SMPN 2 Selong adalah Pramuka.
Tujuan :

37
- Memberikan wahana kepada siswa untuk berlatih berorganisasi.
- Melatih siswa agar trampil dan mandiri.
- Melatih siswa untuk mempertahankan hidup di lingkungan yang dinamis dan
kompetetif.
- Menanamkan rasa bangga dan cinta terhadap sekolah, bangsa dan tanah air.
- Melatih peserta didik untuk menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat.
- Mengenalkan beberapa usaha pelestarian alam, sikap ramah terhadap
lingkungan, kebiasaan diri hidup bersih dan sehat.
2. Ekstrakurikuler pilihan adalah Kegiatan Ekstrakurikuler yang dapat
dikembangkan dan diselenggarakan oleh SMP Negeri 2 Selong dan dapat diikuti
oleh peserta didik sesuai bakat dan minatnya masing-masing. Kegiatan
Ekstrakurikuler tersebut antara lain :
1) Seni Tari
Tujuan :
- Mengembangkan minat dan bakat siswa dalam bidang seni tari
- Menumbuhkembangkan rasa cinta terhadap seni tari nusantara.
- Melestarikan budaya nusantara melalui kegiatan tari tradisional maupun
tari modern kontemporer.
2) Seni Musik
Tujuan :
- Melatih peserta didik tentang Pernafasan
- Melatih peserta didik tentang Vokal suara
- Melatih peserta didik menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan
Mengheningkan Cipta, Lagu Nasional (Syukur, Terima Kasihku, Rayuan
Pulau Kelapa, Desaku)
- Persiapan peserta didik untuk mengisi acara di wisuda
- Mengembangkan minat dan bakat serta prestasi siwa dalam bidang olah
vokal/ menyanyi serta bermain alat musik secara rutin dan terprogram
sesuai dengan keahliannya.
- Meningkatkan daya kreasi, apresiasi dan kepekaan bidang seni suara dan
musik berkelompok/ band.
- Meningkatkan daya kemampuan siswa dalam menggunakan peralatan
musik.

38
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkreasi dan berinovasi dalam
group band.
3) PMR
a) Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan PMR, mencakup:
perekrutan, pelatihan, pengembangan individu, pengembangan
organisasi, Tri Bhakti PMR, pelaporan, monitoring, dan evaluasi
b) Pembinaan PMR diarahkan pada pengembangan karakter
kepalangmerahan
c) Pengembangan karakter kepalangmerahan yaitu mengarahkan anggota
PMR agar mengetahui, memahami, dan berperilaku sesuai prinsip
dasar gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
d) Pembinaan berbasis pengembangan karakter dilaksanakan dengan
pendekatan Ketrampilan Hidup, yaitu proses pembinaan interaktif
yang bertujuan memaksimalkan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap
(PKS) anggota PMR sehingga terjadi perubahan positif. Kemudian
anggota PMR juga dapat berperan sebagai ”peer educator” atau pelatih
sebaya, yaitu yang dapat berbagi PKS kepada teman sebaya sehingga
mendorong terjadinya perubahan perilaku positif pada remaja. Dengan
demikian anggota PMR tidak hanya sebagai obyek, tetapi juga subyek
yang terlibat aktif dalam siklus pembinaan PMR.
e) Peserta didik dapat mengetahui, memahami dan melaksanakan
pengetahuan dan keterampilan kepalang merahan yang diwujudkan
dalam kegiatan Tri Bakti PMR
f) para anggota PMR akan menjadi teladan di lingkungannya (peer
leader) serta kader dan relawan PMI di masa mendatang
g) Melatih praktik PPPK
h) Mengembangkan jiwa sosial dan peduli kepada orang lain
i) Peserta didik mengetahui Kebersihan dan Kesehatan diri serta tata
cara melakukan Pertolongan Pertama (PP)
j) Pengenalan obat-obatan dan pembidaian
4) Paduan Suara / Seni Vokal
Tujuan :
- Meningkatkan kemampuan dan keterampilan seni vokal.

39
- Meningkatkan prestasi nonakademik siswa dalam bidang seni
vokal
- Meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam seni vokal
5) Pencak Silat
Tujuan :
- Mengembangkan minat dan bakat serta prestasi bidang Silat.
- Meningkatkan keterampilan dasar ilmu bela diri.
- Meningkatkan kepercayaan siswa.
- Membekali kecakapan hidup siswa dalam upaya pertahanan diri.
6) Olimpiade MIPA
Tujuan
- Mengembangkan kebiasaan berfikir ilmiah
- Meningkatkan kemampuan dan keterampilan ilmiah
- Meningkatkan minat untuk menulis ilmiah
- Mengembangkan kemampuan siswa pada bidang MIPA dan IPS
7) Olahraga Prestasi
Tujuan :
- Mengembangkan minat, bakat dan prestasi siswa dalam bidang
olah raga seperti, bola volley, atletik yang dapat mewujudkan
prestasi.
- Meningkatkan kualitas kesehatan fisik dan mental siswa.
- Menumbuhkan sikap sportifitas.
8) Seni Drama:
Tujuan:
- Mengembangkan minat dan bakat dibidang seni drama
- Pengantar Umum (Unsur-unsur drama)
- Pelatihan Dasar I ( Pernafasan, Vokal, Mimik, Ekspresi, Intonasi dan
pengembangan Dialog)
- Pelatihan Dasar 2 (Pengembangan karakter, bloking)
- Akting dasar
- Menyusun naskah drama/teatrikal
- Memainkan peran (Praktek Teater/drama)
- Persiapan tampil di Pensi SMPN 2 Selong
9) Seni Tradisional/Gendang Beleq

40
Tujuan:
a. Melestarikan budaya daerah
b. Mampu memainkan alat musik Gendang Beleq
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di SMP Negeri 2 Selong dalam kondisi khusus
harus tetap memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan covid-19.
Menghindari kegiatan kegiatan yang berpotensi penularan dan penyebaran covid-19
seperti kerumunan, penggunaan alat bersama-sama dan lain-lain. Selama sekolah
melaksanakan pembelajaran BDR kegiatan ekstrakurikuler untuk sementara tidak
dilaksanakan.

G. Bimbingan Konseling
Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan
memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam pengembangan kualitas manusia
Indonesia yang telah diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional di dalam :
Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 yaitu : (1) beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berakhlak mulia, (3) memiliki pengetahuan dan
keterampilan,(4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) memiliki kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta (6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuskan)
bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses
pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut.
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu adalah suatu proses yang
menghantarkan peserta didik kearah pencapaian perkembangan diri yang optimal. Hal
ini karena peserta didik sedang berkembang ke arah kematangan atau kemandirian.
Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri merupakan bantuan
untuk peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan
berkembang secara optimal, dalam bimbingan dan konseling pribadi, sosial, belajar
dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pendukung berdasarkan
norma-norma yang berlaku.
Pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling SMP disusun sebagai
upaya memperjelas dan mempermudah dalam pencapaian tujuan yang telah menjadi
keputusan atau kesepakatan bersama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan pada
umumnya.

41
Bidang Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan
kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian
dan kebutuhan dirinya secara realistik.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta
didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga
lingkungan sosial yang lebih luas.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu
peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti
pendidikan sekolah / madrasah dan belajar secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Tujuan layanan Bimbingan Konseling
Tujuan layanan bimbingan konseling disekolah secara umum adalah:
a. Konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka
upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan
yang dimaksud agar peserta didik mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya
sendiri serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan
diri lebih lanjut.
b. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksud agar peserta didik
mengenal secara obyektif terhadap lingkungan, baik lingkungan sosial dan
ekonomi, lingkungan budaya yang syarat dengan nilai dan norma-norma, maupun
lingkungan fisik dan menerima berbagai lingkungan itu secara positif dan dinamis
pula.
c. Memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi peserta didik secara
optimal.
Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah secara khusus adalah:
”Tercapainya perkembangan peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar yang
dimiliki dengan mengembangkan tugas perkembangan. ”
Fungsi Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan
lingkungannya.

42
b. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu mencegah atau
menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat menghambat
perkembangan dirinya.
c. Pengentasan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mengatasi masalah yang
dialaminya.
d. Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik
memelihara dan menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif
yang dimilikinya.
Prinsip dan Asas Bimbingan dan Konseling
a. Prinsip-prinsip konseling berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan
yang dialami peserta didik, program pelayanan, serta tujuan dan pelaksanaan
pelayanan.
b. Asas-asas konseling meliputi asas (1) kerahasiaan, (2) Kesukarelaan, (3)
keterbukaan, (4) kekinian, (5) kemandirian, (6) kegiatan, (7) kedinamisan, (8)
keterpaduan, (9) kenormatifan, (10) keahlian, (11) alih tangan dan (12) tut wuri
handayani.
Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Layanan Orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik memahami lingkungan baru, seperti lingkungan satuan pendidikan
bagi peserta didik baru, dan obyek-obyek yang perlu dipelajari, untuk
menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran di lingkungan
baru yang efektif dan berkarakter.
b. Layanan Informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar,
karir/ jabatan, dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak.
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling
yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang
tepat di dalam kelas, kelompok belajar, peminatan/lintas minat/pendalaman
minat, program latihan, magang, dan kegiatan ekstrakurikuler secara terarah,
objektif dan bijak.
d. Layanan Penguasaan Konten, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan
atau kebiasaan dalam melakukan, berbuat atau mengerjakan sesuatu yang
berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, dan masyarakat sesuai

43
dengan tuntutan kemajuan dan berkarakter-cerdas yang terpuji, sesuai dengan
potensi dan peminatan dirinya.
e. Layanan Konseling Perorangan, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya melalui
prosedur perseorangan.
f. Layanan Bimbingan Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan
sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta
melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji
melalui dinamika kelompok.
g. Layanan Konseling Kelompok, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang
dialami sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika
kelompok.
h. Layanan Konsultasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan
cara-cara dan atau perlakuan yang perlu dilaksanakan kepada pihak ketiga sesuai
dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
i. Layanan Mediasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan
dengan pihak lain sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
j. Layanan Advokasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak
diperhatikan dan/atau mendapat perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan
karaktercerdas yang terpuji.
Format Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Individual, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
peserta didik secara perorangan.
b. Kelompok, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
sejumlah peserta didik melalui suasana dinamika kelompok.
c. Klasikal, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
sejumlah peserta didik dalam satu kelas rombongan belajar.
d. Lapangan, yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
seorang atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau lapangan.

44
e. Pendekatan Khusus / Kolaboratif yaitu format kegiatan bimbingan dan
konseling yang melayani kepentingan peserta didik melalui pendekatan kepada
pihak-pihak yang dapat memberikan kemudahan.
f. Jarak jauh yaitu format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
kepentingan peserta didik melalui media dan/atau saluran jarak jauh, seperti
surat adan sarana elektronik.
Jadwal Kegiatan
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan program Layanan Bimbingan dan Konseling di SMP
Negeri 2 Selong dilaksanakan melalui :
1. Di luar jam pembelajaran
Kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan
konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling
kelompok,dan mediasi, serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas
Satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/di luar jam
pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.
2. Tidak kontak langsung/non tatap muka malalui Himpunan data kunjungan rumah,
konferensi kasus, kolaborasi, konsultasi.
H. Pengaturan Beban Belajar
Pengaturan beban belajar peserta didik dapat dihitung dalam satu minggu,
satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
1. Beban belajar dalam kondisi khusus di SMP Negeri 2 Selong dinyatakan dalam
jam pembelajaran per minggu. Beban belajar satu minggu Kelas VII, VIII, dan
IX adalah 38 jam pembelajaran. Durasi setiap satu jam pembelajaran adalah 20
menit.
2. Beban belajar di Kelas VII, VIII, dan IX dalam satu semester paling sedikit 18
minggu dan paling banyak 20 minggu.
3. Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan
banyak 20 minggu.
4. Beban belajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit 14 minggu dan
paling banyak 16 minggu.
5. Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 32 minggu dan paling
banyak 36 minggu.
Kelas : VII, VlI, IX
Satu jam pembelajaran tatap muka (menit) : 20 menit

45
Jumlah jam pelajaran per minggu : 38 jam pelajaran
Waktu pembelajaran satu tahun : 760 jam pelajara

I. Beban Belajar Tambahan


Satuan pendidikan boleh menambah beban belajar berdasarkan pertimbangan
kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya dan
faktor lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan dan/atau daerah, atas
beban pemerintah daerah atau satuan pendidikan yang menetapkannya

J. Kriteria Ketuntasan Minimal


Kriteria Ketuntasan Minimal yang selanjutnya disebut KKM adalah kriteria
ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada
standar kompetensi lulusan. Dalam menetapkan KKM, satuan pendidikan harus
merumuskannya secara bersama antara kepala sekolah, pendidik, dan tenaga
kependidikan lainnya. KKM dirumuskan setidaknya dengan memperhatikan 3 (tiga)
aspek: karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata pelajaran
(kompleksitas materi/kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan (daya dukung)
pada proses pencapaian kompetensi.
Secara teknis prosedur penentuan KKM mata pelajaran pada satuan pendidikan
dapat dilakukan antara lain dengan cara berikut:
a. Menghitung jumlah KD setiap mata pelajaran pada masing-masing tingkat kelas
dalam satu tahun pelajaran.
b. Menentukan nilai aspek karakteristik peserta didik (intake), karakteristik mata
pelajaran (kompleksitas materi/kompetensi), dan kondisi satuan pendidikan (daya
dukung) dengan memperhatikan komponen-komponen berikut
1. Karakteristik Peserta Didik (Intake)

Karakteristik peserta didik (intake) bagi peserta didik baru (kelas VII) antara
lain memperhatikan rata-rata nilai rapor SD, nilai ujian sekolah SD, nilai hasil
seleksi masuk peserta didik baru di jenjang SMP. Bagi peserta didik kelas
VIII dan IX antara lain diperhatikan rata-rata nilai rapor semester-semester
sebelumnya.
2. Karakteristik Mata Pelajaran (Kompleksitas)

46
Karakteristik Mata Pelajaran (kompleksitas) adalah tingkat kesulitan dari
masing-masing mata pelajaran, yang dapat ditetapkan antara lain melalui
expert judgment guru mata pelajaran melalui forum
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat sekolah, dengan
memperhatikan hasil analisis jumlah KD, kedalaman KD, keluasan KD, dan
perlu tidaknya pengetahuan prasyarat.
3. Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung)

Kondisi Satuan Pendidikan (Daya Dukung) meliputi antara lain (1)


kompetensi pendidik (misalnya nilai Uji Kompetensi Guru); (2) jumlah
peserta didik dalam satu kelas; (3) predikat akreditasi sekolah; dan (4)
kelayakan sarana prasarana sekolah
Model KKM:
Model KKM yang digunakan oleh SMP Negeri 2 Selong pada Tahun Pelajaran
2020-2021 adalah lebih dari satu KKM

Adapun Standar Hasil Belajar/SKBM SMP Negeri 2 Selong Tahun Pelajaran


2020/2021 dengan menggunakan skala 1-100 adalah sebagai berikut :
KKM SMP NEGERI 2 SELONG TAHUN PELAJARAN 2020/2021
Kelas Kelas Kelas
No. Mata Pelajaran
VII VIII IX
1 Pendidikan Agama 70 72 75
2 Pendidikan Kewarganegaran 70 73 75
3 Bahasa Indonesia 72 74 75
4 Bahasa Inggris 70 71 72
5 Matematika 70 70 70
6 Ilmu Pengetahuan Alam 70 70 70
7 Ilmu Pengetahuan Sosial 70 70 70
8 Seni Budaya 70 75 75
9 Pend. Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 75 75 75
10 Prakarya 75 75 75

47
Pelaksanaan Program Remedial dan Pengayaan
Setelah KKM ditentukan, capaian pembelajaran peserta didik dapat dievaluasi
ketuntasannya. Peserta didik yang belum mencapai KKM berarti belum tuntas,
wajib mengikuti program remedial, sedangkan peserta didik yang sudah mencapai
KKM dinyatakan tuntas dan dapat diberikan pengayaan.
a. Remedial
• Remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi
peserta didik yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu.
Pembelajaran remedial diberikan segera setelah peserta didik diketahui
belum mencapai KKM.
• Pelaksanaan pembelajaran remedial disesuaikan dengan jenis dan tingkat
kesulitan peserta didik yang dapat dilakukan dengan cara:
1) Pemberian bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila
ada beberapa anak yang mengalami kesulitan yang berbeda-beda,
sehingga memerlukan bimbingan secara individual. Bimbingan yang
diberikan disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang dialami oleh
peserta didik.
2) Pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila
dalam pembelajaran klasikal ada beberapa peserta didik yang
mengalami kesulitan sama.
3) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang
berbeda.
4) Pembelajaran ulang dilakukan apabila semua peserta didik mengalami
kesulitan. Pembelajaran ulang dilakukan dengan cara penyederhanaan
materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan.
5) Pemanfaatan tutor sebaya, yaitu peserta didik dibantu oleh teman
sekelas yang telah mencapai KKM, baik secara individu maupun
kelompok.
• Pembelajaran remedial diakhiri dengan penilaian untuk melihat
pencapaian peserta didik pada KD yang diremedial.
Pembelajaran remedial pada dasarnya difokuskan pada KD yang belum
tuntas dan dapat diberikan berulang-ulang sampai mencapai KKM dengan
waktu hingga batas akhir semester. Apabila hingga akhir semester
pembelajaran remedial belum bisa membantu peserta didik mencapai

48
KKM, pembelajaran remedial bagi peserta didik tersebut dapat dihentikan.
Pendidik tidak dianjurkan memaksakan untuk memberi nilai tuntas
(sesuai KKM) kepada peserta didik yang belum mencapai KKM.

b. Pengayaan
• Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada
peserta didik yang telah melampaui KKM.
Fokus pengayaan adalah pendalaman dan perluasan dari kompetensi yang
dipelajari. Pengayaan biasanya diberikan segera setelah peserta didik
diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil PH. Pembelajaran
pengayaan biasanya hanya diberikan sekali, tidak berulang kali
sebagaimana pembelajaran remedial. Pembelajaran pengayaan umumnya
tidak diakhiri dengan penilaian.
• Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:
a. Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki
minat tertentu diberikan tugas untuk memecahkan permasalahan,
membaca di perpustakaan terkait dengan KD yang dipelajari pada
jam pelajaran sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah. Pemecahan
masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan
masalah nyata. Selain itu, secara kelompok peserta didik dapat
diminta untuk menyelesaikan sebuah proyek atau penelitian ilmiah.
b. Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai
sesuatu yang diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan.
Kegiatan pemecahan masalah nyata, tugas proyek, ataupun penelitian
ilmiah juga dapat dilakukan oleh peserta didik secara mandiri jika
kegiatan tersebut diminati secara individu.

K. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan


Kriteria Kenaikan Kelas
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi syarat:
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam dua semester pada
tahun pelajaran yang diikuti.
2) Memperoleh predikat nilai sikap minimal BAIK pada penilaian akhir untuk
seluruh mata pelajaran

49
3) Tidak memiliki LEBIH DARI TIGA mata pelajaran yang masing-masing
nilai Kompetensi Pengetahuan dan/atau kompetensi Ketrampilan di bawah
KKM yang dihitung dari rata-rata nilai raport semester I dan II.
4) Prosentase kehadiran Peserta didik minimal 70 %
5) Tidak terlibat narkoba, miras, perkelahian, mencuri, pelecehan seksual yang
menyebabkan berurusan dengan pihak kepolisian
Jika kondisi tidak normal aturan tersebut di atas akan disesuaikan
Kriteria Kelulusan
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dasar dan menengah apabila:
a) telah menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b) Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal Baik;
c) Lulus Ujian Sekolah
d) Prosentase kehadiran Peserta didik minimal 70 %
e) Nilai setiap mata pelajaran minimal 65 dan rata-rata 70
f) Tidak terlibat narkoba, miras, perkelahian, mencuri, pelecehan seksual yang
menyebabkan berurusan dengan pihak kepolisian
g) Pernah mengulang di kelas IX
Jika kondisi tidak normal aturan tersebut di atas akan disesuaikan

L. Peraturan dan Tata Pengelolaan Sekolah


1. Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru
- Pelaksanaan Penerimaan peserta didik baru dibiayai dari dana BOS
- Seleksi calon peserta didik baru menggunakan petunjuk dari pemerintah
2. Hak dan Kewajiban Siswa
Hak Siswa:
- Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama;
- Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya;
- Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya
- Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain
yang setara;

50
- Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar
masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang
ditetapkan
Kewajiban Siswa:
- Menjaga dan melaksanakan nonna-nonna pendidikan untuk menjamin
keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan
3. Mutasi Siswa
Aturan/syarat pindah sekolah peserta didik SMP Negeri 2 Selong:
1. SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat wajib menerima warga negara berusia
13 (tiga belas) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun sebagai peserta didik
sampai dengan batas daya tampungnya. (Pasal 71 ayat 2, PP No. 17 Tahun
2010). Berdasarkan bunyi pasal tersebut dapat kita ketahui bahwa setiap satuan
pendidikan dasar setingkat SMP, wajib menerima semua warga negara (peserta
didik barulpeserta didik pindahan) yang berusia 13-15 tahun sebagai peserta
didik sampai dengan batas daya tampungnya yaitu paling banyak 32 orang per
rombongan belajar/kelas.
2. Peserta didik jalur nonformal dan informal dapat diterima di SMP, MTs, atau
bentuk lain yang sederajat tidak pada awal kelas 7 (tujuh) setelah memenuhi
persyaratan: lulus ujian kesetaraan Paket A; dan lulus tes kelayakan dan
penempatan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan formal yang
bersangkutan. (Pasal 73 ayat 3, PP No. 17 Tahun 2010).Tidak hanya peserta
didik jalur formal saja (SMP/MTs) yang diperbolehkan untuk pindah sekolah,
tetapi juga peserta didik dari jalur nonformal ataupun informal memiliki
kesempatan yang sama dengan syarat lulus ujian kesetaraan paket A, dan lulus
tes kelayakan/penempatan sekolah yang dituju.
3. Peserta didik pendidikan dasar setara SMP di negara lain dapat pindah ke SMP,
MTs, atau bentuk lain yang sederajat di Indonesia setelah memenuhi
persyaratan: menunjukkan ijazah atau dokumen lain yang membuktikan bahwa
yang bersangkutan telah menyelesaikan pendidikan dasar setara SD; dan lulus
tes kelayakan dan penempatan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
yang bersangkutan. (Pasal 73 ayat 5, PP No. 17 Tahun 2010). Melalui ayat di
pasal ini pemerintah Indonesia memfasilitasi peserta didik setara SMP dari
Negara lain untuk dapat pindah sekolah di Indonesia, tentunya dengan syarat

51
telah menyelesaikan pendidikan dasar setara SD, dan lulus tes kelayakan dan
penempatan sekolah yang dituju terlebih dulu
4. Satuan pendidikan memberikan bantuan penyesuaian akademik, sosial, dan/atau
mental yang diperlukan oleh peserta didik berkelainan dan peserta didik
pindahan dari satuan pendidikan formal lain atau jalur pendidikan lain. (Pasal 73
ayat 7, PP No. 17 Tahun 2010). Bantuan bisa berupa penyesuaian nilai mata
pelajaran dan nilai raport, bantuan pengenalan lingkungan sekolah
dll. Penerimaan peserta didik pada satuan pendidikan dasar dilakukan secara
objektif, transparan, dan akuntabel. (Pasal 74 ayat 1, PP No. 17 Tahun 2010).
5. Keputusan penerimaan calon peserta didik menjadi peserta didik dilakukan
secara mandiri oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala satuan
pendidikan. (Pasal 74 ayat 3, PP No. 17 Tahun 2010). Setiap SMP diberikan
wewenang khusus untuk menerima atau tidaknya pindahan peserta didik melalui
rapat guru yang dipimpin oleh kepala sekolah. Salah satu tujuan dari rapat ini
adalah untuk mendengarkan pendapat dari wali kelas tentang kondisi daya
tampung kelas/jumlah peserta didik.
Satuan pendidikan dasar (SMP/MTs) dapat menerima peserta didik pindahan
dan satuan pendidikan dasar lain. (Pasal 75 ayat 1, PP No. 17 Tahun 2010).
Sangat jelas tertera pada pasal ini bahwa setiap sekolah (SMP/MTs), baik itu
SMP negeri maupun SMP swasta dapat menerima peserta didik pindahan dari
SMP lainnya dengan tidak melihat status swasta/negeri SMP tersebut.
6. Satuan pendidikan dapat menetapkan tata cara dan persyaratan tambahan
penerimaan peserta didik pindahan selain persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 73 dan Pasal 74 dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (Pasal 75 ayat 2, PP No. 17 Tahun 2010). Pemerintah
memberikan hak kepada setiap SMP untuk membuat juknis dan persyaratan
tambahan penerimaan peserta didik pindahan sesuai dengan aturan yang berlaku
dimasing-masing sekolah. Persyaratan tambahan dan tatacara penerimaan
peserta didik pindahan yang berlaku ditiap-tiap sekolah tidak boleh bertentangan
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

52
BAB IV
KALENDER PENDIDIKAN

Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada setiap jenjang diselenggarakan


dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun pelajaran. Kalender
pendidikan adalah pengaturan waktu dan pemetaan beban belajar untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama satu tahun pelajaran yang mencakup permulaan
tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.
Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada
awal tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan. Minggu efektif belajar adalah
jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun pelajaran pada setiap
satuan pendidikan. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran
setiap minggu, meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran
termasuk muatan lokal. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak
diadakan kegiatan pembelajaran terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud.
Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir

53
tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar
nasional, dan hari libur khusus.

A. Permulaan Waktu Belajar

Sesuai dengan standar Isi, maka dalam pengembangan Kalender


Pendidikan SMP Negeri 2 Selong mengacu pada Kalender Pendidikan yang
diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Lombok Timur
dengan rincian sebagai berikut:

1. Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada
bulan Juni tahun berikutnya.
2. Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya
keagamaan, Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi
penyelenggara pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
3. Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan dikembangkan oleh
masing-masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana
tersebut pada dokumen Standar Isi dengan memperhatikan ketentuan dari
pemerintah/pemerintah daerah.
4. Permulaan tahun pelajaran pada SMP Negeri 2 Selong Tahun Pelajaran
2020/2021 adalah tanggal 13 Juli 2020 dan berakhir pada bulan 26 Juni 2021

B. Pengaturan Waktu Belajar


1. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran di luar
waktu libur untuk setiap tahun pelajaran ada setiap satuan pendidikan. Minggu
efektif belajar dalam satu tahun pelajaran pada SMP Negeri 2 Selong adalah 36
minggu
2. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu
yang meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk
muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting
oleh satuan pendidikan. Pada kondisi khusus waktu pembelajaran efektif pada
SMP Negeri 2 Selong adalah 38 jam/ minggu, dengan alokasi waktu 20 menit
per jam pelajaran.
3. Minggu efektif belajar reguler setiap tahun (Kelas VII, VIII, X) Minimal 36
minggu

54
4. Minggu efektif semester ganjil tahun terakhir setiap satuan pendidikan (Kelas
IX) Minimal 18 minggu
5. Minggu efektif semester genap tahun terakhir setiap satuan pendidikan (Kelas
IX) Minimal 14 minggu
6. Jeda tengah semester Maksimal 1 minggu setiap semester
7. Jeda antara semester I dan II maksimal 2 minggu
8. Kegiatan khusus sekolah maksimum 3 minggu

C. Pengaturan Waktu Libur

Penetapan waktu libur dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang


berlaku tentang hari libur, baik nasional maupun daerah. Waktu libur dapat
berbentuk jeda tengah semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran,
hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari
libur khusus.

1. Libur Semester
Libur semester untuk SMP Negeri 2 Selong diatur sebagai berikut:
a. Libur semester ganjil selama 9 (sembilan) hari kerja mulai tanggal 21
Desember 2020 s.d 31 Desember 2020;
b. Libur semester genap selama 13 (tiga belas) hari kerja mulai tanggal 28 Juni s.d
11 Juli 2021.
2. Libur Umum
Libur umum Tahun Pelajaran 2020/2021 selain hari Ahad sebanyak 14 hari kerja,
dengan rincian sebagai berikut:

N
HARI TANGGAL LIBUR
O
1 Jum’at 31 Juli 2020 Hari Raya Idul Adha
2 Senin 17 Agustus 2020 HUT RI
3 Kamis 21 Agustus 2020 Tahun Baru Islam 1442 H
4 Kamis, 29 Oktober 2020 Maulid Nabi Muhammad SAW
5 Rabu 25 Nopember 2020 Hari Guru Nasional
6 Jum’at 25 Des 2020 Hari Natal
7 Jum’at 1 Januari 2021 Tahun Baru Masehi
8 Jum’at 12 Januari 2021 Tahun Baru Imlek
9 Kamis 11 Maret 2021 Isro’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

55
10 Jum’at 2 April 2021 Wafat Isa Almasih
11 Sabtu 1 Mei 2021 Hari Buruh Nasional
12 Kamis 13 Mei 2021 Kenaikan Isa Almasih
13 Rabu 26 Mei 2021 Hari Waisak
14 Selasa 1 Juni 2021 Hari Lahir Pancasila

3. Libur Khusus dan Libur Keagamaan


a. Libur khusus awal puasa tanggal 12-14 April 2021;

b. Libur khusus menjelang hari raya Idhul Fitri dari tanggal 10 s.d 22 Mei 2021.

4. Cuti Bersama 2020


a. Jum'at, 21 Agustus 2020 sebagai cuti bersama Tahun Baru Islam 1442 H
b. Rabu dan Jum'at, 28 dan 30 Oktober 2020 sebagai cuti bersama mauled Nabi
Muhammad SAW
c. Kamis, 24 Desember 2020 sebagai cuti bersama hari Natal
d. Senin, Selasa, Rabu dan Kamis, 28,29, 30 dan 31 Desember 2020 sebagai
pengganti cuti bersama hari Raya Iedul Fitri 1441 H

56
BAB V
PENUTUP

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyusun Kurikulum SMP Negeri 2 Selong dalam kondisi
khusus Tahun Pelajaran 2020/2021, dimana substansinya merupakan keinginan dan
komitmen bersama baik dalam perancangan maupun pelaksanaannya. Oleh karena itu
terealisasi atau tidaknya Kurikulum SMP Negeri 2 Selong ini merupakan tanggung jawab
seluruh stakeholder sekolah di bawah monitoring dan pengendalian Kepala Sekolah.
Oleh karena Kurikulum SMP Negeri 2 Selong dalam kondisi khusus ini bersifat
flaksibel dan dinamis, maka hal-hal lain yang merupakan ide dan gagasan seluruh
stakeholder selama pelaksanaan Kurikulum SMP Negeri 2 Selong akan tetap diperhatikan,
untuk kedepan dijadikan sebagai bahan masukan demi penyempurnaan dan perbaikan
Kurikulum SMP Negeri 2 Selong khususnya dan pelaksanaan pendidikan di SMP Negeri 2
Selong pada umumnya, baik dari segi input, proses maupun outputnya.

57

Anda mungkin juga menyukai