BERBASIS AL-QUR’AN
Moh. Aman*
amanthoha@umt.ac.id
ABSTRACT
The success of Al-Qur'an based education does not depend on one component only, but it
involves all the components that can not be separated from one another, so that the main goal
of education can be achieved. From the writing, it can be concluded that character education
is a spirit in the conception of al-Qur'an based education that can foster the potential of
students to become souls with better values. The existence of character education is even to
foster characters that have actually been embedded in every student, so that character
education is more to foster, strengthen and maintain so as not to come out of the concept of
the Koran so that it can run in line with character education that is actually not apart from the
concept of al-Qur'an based education which among others can foster good qualities in each
student. The application of the concept of character education in the Qur'an in the context of
character education today is by growing values that are carried out every day both in the
family and school environment and making it a good habit, so that these values can be used as
a basis sturdy and strong in building character.
5
Abdul Majid dan Dian Andayani,
8
Pendidikan Karakter Persepektif lslam, Bandung: Agus Wibowo dan Sigit Purnama,
Remaja Rosdakarya, 2012, hal. 11. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi,
6
WJS, Poerwadarminta, kamus Besar Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, hal. 34
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, hal.
9
20. Barnawi dan M. Arifin, Strategi Dan
7
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Kebijakan Pendidikan Karakter, Jogjakarta: Ar-
Karakter, Jakarta: Rajawali Press, 2013, hal. 28. Ruzz, 2013, hal. 12-24.
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (126)
Suyanto 10 setidaknya terdapat Sembilan menjadi pilar Pendidikan karakter dalam
pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai Islam.11
luhur universal. Kesembilan karakter Pendidikan karakter merupakan hal
tersebut hendaknya menjadi dasar utama dan paling utama yang harus dimiliki
Pendidikan karakter sejak kanak-kanak atau setiap individu. Karakter esensial yang
yang biasa disebut para ahli psikologi dimiliki oleh individu akan membawa
sebagai usia emas (golden age). implikasi positif bagi terbangunnya
Kesembilan pilar tersebut sebagai berikut: karakter Yang lain. Karakter esensial dalam
a. Cinta kepada Allah dan segenap isi- Islam mengacu Pada Sifat
Nya. Nabi Muhammad SAW. yang meliputi
b. Kemandirian dan tanggung jawab. sidik, amanah, fathanah dan tabligh.
c. Kejujuran/amanah. Dari karakter esensial ini, diharapkan
d. Hormat dan santun. terbentuk insan profetik. Insan dengan
e. Dermawan, suka menolong, dan santun. watak profetik tidak memikirkan dirinya
f. Percaya diri, pekerja keras, dan pantang sendiri, tetapi berpikir bagaimana dapat
menyerah. memberikan sebanyak-banyaknya bagi
g. Kepemimpinan dan keadilan. lingkungan (altruistik). Altruistik diartikan
h. Baik dan rendah hati. sebagai kewajiban yang ditujukan pada
i. Toleransi, cinta damai, dan persatuan. kebaikan orang lain. Altruisme pada
Secara umum manusia memiki potensi dasarnya dianjurkan oleh semua agama.
didalam dirinya untuk bertumbuh dan Dalam lslam, ada ajaran yang menyatakan
berkembang mengatasi keterbatasan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang
manusia dan budayanya. Tujuan pendidikan berguna bagi orang lain.
karakter semestinya diletakkan dalam Sedangkan, ciri-ciri karakter Esensial
kerangka gerak dinamis untuk dapat menurut Syaiful Anam dalam Bukunya
menempa dirinya menjadi sempurna, Barnawi dan M. Arifin yang berjudul
sehingga potensi-potensi yang ada dalam “Pembelajaran Pendidikan Karakter” adalah
dirinya berkembang secara penuh yang sebagai berikut:12
membuatnya semakin menjadi manusiawi. a. Sadar sebagai makhluk ciptaan Allah.
Sadar sebagai makhluk muncul ketika ia
2. Pendidikan Karakter dalam al- mampu memahami keberadaan dirinya,
Qur’an alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha
Era globalisasi telah membawa dampak Esa. Konsepsi ini dibangun dari nilai-
luas di belahan bumi mana pun, tak nilai transendensi. Nilai-nilai
terkecuali di negeri Indonesia. Oleh karena transedensi merupakan nilai-nilai
itu pembentukan watak atau karakter harus keilahian. Dari pemahaman akan
dimulai dari diri sendiri. Dalam Islam keberadaan diri yang tidak lepas dari
terdapat tiga nilai utama yaitu akhlaq, adab nilai transedensi, sehingga segala
dan keteladanan. Akhlaq merujuk kepada sesuatu dijalani dengan niat ibadah.
tugas dan tanggung jawab selain syari‟ah b. Cinta Allah. Orang yang sadar akan
dan ajaran Islam secara umum. Adapun keberadaan Allah meyakini bahwa ia
adab merujuk pada sikap yang dihubungkan tidak dapat melakukan apa pun tanpa
dengan tingkah laku yang baik. Sedangkan kehendak Allah. Keyakinan ini
keteladanan merujuk pada kualitas karakter memunculkan rasa cinta kepada Allah.
yang ditampilkan oleh seorang muslim Orang yang cinta Allah akan
yang baik mengikuti keteladanan Nabi
Muhammad SAW. Ketiga nilai inilah yang 11
Ainis Syifa, “Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Islam”, Jurnal Pendidikan Universitas
Garut , vol. 08, No. 01, 2014, hal. 4-5
10 12
Akhmad Muhaimin, Urgensi Pendidikan Barnawi dan M. Arifin, Strategi Dan
Karakter di Indonesia, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,
2013, hal. 29-38 Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2013, hal. 25-26.
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (127)
menjalankan apa pun perintah dan dan tempat-tempat ibadah, tidak akan
menjauhi larangan-Nya. Karena sesuatu membuat suatu masyarakat menjadi religius
datangnya dari Allah (dengan usaha apabila itu semua hanya mengisi ruang
yang sungguh-sungguh), pencapaian kognitif belaka, tanpa penghayatan yang
akan segala sesuatu tidak murni karena dihujamkan ke hati nurani, tindakan dan
usaha kita, namun ada kehendak Allah. pemikirannya.13
Atas kesadaran ini, sifat sombong, riya', Pendidikan karakter memiliki andil
dan sejenisnya tidak akan ada. yang sangat besar dalam menentukan arah
c. Bermoral jujur, saling menghormati, dan sebagai pedoman internalisasi karakter,
tidak sombong, suka membantu, dan sehingga terwujud insan kamil yang
lain-lain merupakan sifat dari manusia mempunyai posisi mulia di sisi Allah SWT.
yang bermoral. Secara garis besar pendidikan karakter
d. Bijaksana, karakter ini muncul karena merupakan jalan dalam mewujudkan
keluasan wawasan seseorang Dengan masyarakat beriman dan bertaqwa yang
keluasan wawasan, ia akan melihat senantiasa berjalan di atas kebenaran
banyaknya perbedaan yang mampu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
diambil sebagai” kekuatan. Karakter keadilan, kebaikan, musyawarah, serta
bijaksana ini dapat terbentuk dari nilai-nilai humanisme yang mulia.
adanya penanaman nilai-nilai Hal ini mengingat bahwa karakter
kebinekaan. merupakan pengetahuan yang memikirkan
e. Pembelajar sejati. Untuk dapat memiliki hakikat kehidupan manusia dalam
wawasan yang luas, seseorang harus bertingkah laku, sehingga diperlukan
senantiasa belajar. Seorang pembelajar landasan sebagai pedoman dalam
sejati pada dasarnya dimotivasi oleh berinteraksi dan berasosiasi. Lalu
adanya pemahaman akan luasnya ilmu bagaimana peran agama Islam dalam
Tuhan (nilai transendensi). Selain itu, menyikapi fenomena ini? Sejak 14 abad
dengan penanaman nilai-nilai yang lalu al-Qur‟an telah memberikan
kebhinekaan, ia akan semakin konsep-konsep tentang pendidikan
bersemangat untuk mengambil kekuatan karakter.Salah satu ayat yang menerangkan
dari sekian banyak perbedaan. Islam tentang pendidikan karakter adalah QS.
mengajarkan bahwa seorang Muslim Luqman ayat 12-17. Walaupun terdapat
hendaknya menjadi manusia banyak ayat al-Qur‟an yang memiliki
pembelajar. Hal ini dapat dicermati dari keterkaitan dengan pendidikan karakter,
ajaran yang menyatakan, “Carilah ilmu namun QS. Luqman ayat 12-17 ini
hingga ke negeri China”. Ajaran lain mewakili pembahasan ayat yang memiliki
juga menganjurkan bahwa ketika keterkaitan makna paling dekat dengan
seorang Muslim dalam perjalanan dan konsep pendidikan karakter.
menjumpai majelis ilmu, berhentilah ْْلِلْ َو ٍَِْْيَش ُنر َِْ ِ ُْْْاش ُنر ِْ ََوىَقَذْْآتَيَْبْىُق ََبَُْْاى ِحن ََ ْتَْأ
dan ikuti majelis tersebut. ْْ)ْ َوإِر٢١(ّْْللاْ َغِْيْْ َح َِيذ ََْ َُِْْس ِْهْ َو ٍَِْْ َمفَ َْرْفَإ ِ فَإَِّ ََبْيَش ُن ُْرْىَِْف
f. Mandiri. Karakter ini muncul dari َُِْْبلِل ْإ َ
ِْ ِي ْال ْتُش ِركْ ْب َْ ُْقَب َْه ْىُق ََبُُْ ْالبِْ ِْه ْ َوهُ َْى ْيَ ِعظ ْهُ ْيَب ْب
َ ُ
penanaman nilai-nilai humanisasi dan ُ
ُْسبَُْ ْبِ َىاىِذَي ِْه ْ َح ََيَت ْهُ ْأ ٍُّ ْه َ ّصيَْب ْاْل َ اىشِّركَْ ْىَظُيٌْ ْ َع ِظيٌْ ْ( َو َو
liberasi. Dengan pemahaman bahwa َُْْْاش ُنرْْ ِىيْ َو ِى َىا ِىذَيل ِْ َِْأ ِْ صبىُ ْهُْ ِفيْعَب ٍَي َ َوهًْبْ َعيَىْ َوهِْْ َو ِف
tiap manusia dan bangsa memiliki ْك ْبِي ْ ٍَب َ
َْ ك ْعَيى ْأُْ ْتُش ِر َْ ) ْ َوإُِْ ْ َجب َهذَا٢١(ْ صي ُْر ِ ََ ي ْاى َْ َإِى
potensi dan sama-sama subjek ْبحب ُه ََب ْ ِفي ْاىذُّّ َيب ْ ٍَع ُروفًب ص
ِ َ َ َُ ِ و ْ بَ ه ع ط ُ ت ْ ال َ ف ْ ٌ
ْ يع ْ ْ
ه
ِ ِ ِ ب ْ َْل َ ى ْ ْ
سَ ىَي
kehidupan, ia tidak akan membenarkan ُ َ
ٌُْْيْ ٍَر ِجعُ ُنٌْْفأَّبِّئُ ُنٌْْبِ ََبْ ُمْت َ
َْ يْث ٌَْْإِىُ َ
َْ بةْإِى َ
َْ َّسبِي َْوْ ٍَِْْأ َ َْْواتَبِع
adanya penindasan sesama manusia. ْْل ْ ٍِثقَب َْه ْ َحبَتْ ْ ٍِِْ ْ َخردَه ُْ ي ْإَِّ َهب ْإُِْ ْ َت َْ َُْ)ا ْب٢١(ْ َُْتَع ََيُى
Dari pemahaman ini, memunculkan ْث ْ ِب َهب ِْ ض ْيَأِْ ث ْأَوْ ْفِي ْاألر ِْ بوا َ ََ س َ صخ َرةْ ْأَوْ ْفِي ْاى َ ْ فَتَ ُنِْ ْفِي
sikap mandiri sebagai bangsa.
13
Mohamad Mustari, NIlai Karakter
Oleh karena itu pendidikan keagamaan Refleksi Untuk Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
yang selalu dipupuk di ruang-ruang kelas Persada, 2014, hal. 9
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (128)
َ ي ْأَقِ ٌِْ ْاى
ْْصالةَْ ْ َوأ ٍُر َْ َُْ) ْيَب ْب٢١(ْ ّْللا ْىَ ِطيفْ ْ َخبِير
ََْ ْ َُِّْللاُ ْإ
َْ yang demikian itu termasuk hal-hal yang
َُِْْصب َبلَْ ْإ
َ َ أ ْ بٍَ ْ ىَ يع َ
َ ِ َ ِ ُ ِ َ َ َ ِ ُ َ ِببى
ْ ر
ْ باص و ْ ْ
ر ن َْ اىْ ْ
ِ عْ ْ
ه ّاوْ ْ
وف ر ع َ diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman:
٢١(ْلْ ٍِِْْعَز ًِْْاأل ٍُى ِْر َْ َِرى 12-17)
“Dan Sesungguhnya Telah kami
berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: Aspek personal Luqman Jika dilihat
"Bersyukurlah kepada Allah. dan dalam perspektif pendidikan yaitu bahwa
barangsiapa yang bersyukur (kepada kualitas manusia tidak dipandang dari sudut
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur keturunan atau ras. Figur Luqman sebagai
untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa seorang pendidik memiliki kelebihan dalam
yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya kualitas kepribadiannya bukan kelebihan
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". dalam bentuk kepemilikan berupa material
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata maupun keturunan. Kelebihan dalam
kepada anaknya, di waktu ia memberi konteks ini yaitu hikmah. Luqman
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, dipandang sebagai figur pendidik yang
janganlah kamu mempersekutukan Allah, memiliki sifat dan perilaku yang
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) menggambarkan hikmah. Dalam tafsir Ath-
adalah benar-benar kezaliman yang besar". Thabari, hikmah diartikan sebagai
“Dan kami perintahkan kepada manusia pemahaman dalam agama, kekuatan
(berbuat baik) kepada dua orang ibu- berfikir, ketepatan dalam berbicara, dan
bapanya; ibunya Telah mengandungnya pemahaman dalam Islam meskipun ia
dalam keadaan lemah yang bertambah- bukan nabi dan tidak diwahyukan
tambah, dan menyapihnya dalam dua kepadanya. 16 Hal ini senada dengan tafsir
tahun14. bersyukurlah kepadaku dan kepada as-Suyuthi bahwa hikmah adalah akal,
dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada- pemahaman dan kecerdasan.17
Kulah kembalimu”. ”Dan jika keduanya Implikasi dari makna hikmah bagi figur
memaksamu untuk mempersekutukan pendidik adalah bahwa seorang pendidik
dengan Aku sesuatu yang tidak ada selain senantiasa berusaha meningkatkan
pengetahuanmu tentang itu, Maka kemampuan akademiknya, ia pun berupaya
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan menselaraskan dengan amalannya.
pergaulilah keduanya di dunia dengan Sebagaimana penjelasan al-Andalusi dalam
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali tafsirnya bahwa hikmah adalah ilmu haqiqi
kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada- yaitu amal, senada dengan Ath-Thabrani
Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan yang mengatakan bahwa hikmah adalah
kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”. akal, ilmu dan amal18
“(Luqman berkata): "Hai anakku, Kemudian pada surah Luqman ayat 12
Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) terdapat pula kata “syukur”. Yang menurut
seberat biji sawi, dan berada dalam batu ar-Razi syukur harus dilakukan disetiap
atau di langit atau di dalam bumi, niscaya waktu. 19 Sehingga konsep syukur dalam
Allah akan mendatangkannya ayat ini, menyiratkan pemahaman pendidik
(membalasinya). Sesungguhnya Allah terhadap dirinya sendiri yang menjadi
Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. 15
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (136)
Ja‟far, Abu ath-Thobari, Jami’ al-bayan fi Undang-Undang RI N0 14 tahun 2005
Ta’wil al-Qur’an, Mesir: Tentang Guru, Dosen, Dan No 20
Mu‟assasah ar-Risalah, 2000. Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS,
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2006.
Terjemahnya, Bandung: Syigma Wibowo, Agus dan Sigit Purnama,
Examedia Arkanleema, 2010. Pendidikan Karakter di Perguruan
Kemendiknas, Prinsip pendidikan Tinggi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Karakter, dalam 2013.
http://www.psyichologymania.com/
2013/01/prinsip-pendidikan
karakter,html. Diakses Jum‟at 15
Maret 2019
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (137)