Anda di halaman 1dari 14

KONSEPSI PENDIDIKAN KARAKTER

BERBASIS AL-QUR’AN

Moh. Aman*

amanthoha@umt.ac.id

*Dosen Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Tangerang

ABSTRACT

The success of Al-Qur'an based education does not depend on one component only, but it
involves all the components that can not be separated from one another, so that the main goal
of education can be achieved. From the writing, it can be concluded that character education
is a spirit in the conception of al-Qur'an based education that can foster the potential of
students to become souls with better values. The existence of character education is even to
foster characters that have actually been embedded in every student, so that character
education is more to foster, strengthen and maintain so as not to come out of the concept of
the Koran so that it can run in line with character education that is actually not apart from the
concept of al-Qur'an based education which among others can foster good qualities in each
student. The application of the concept of character education in the Qur'an in the context of
character education today is by growing values that are carried out every day both in the
family and school environment and making it a good habit, so that these values can be used as
a basis sturdy and strong in building character.

Keywords: Education, Character, Al-Qur'an

A. PENDAHULUAN ditentukan oleh pandangan tentang fithrah


manusia.1
Bagi manusia pendidikan merupakan Oleh karena itu, upaya perbaikan
kebutuhan primer yang harus dipenuhi kualitas pendidikan dengan
sepanjang hayat, karena tanpa pendidikan dimunculkannya gagasan mengenai
manusia tidak dapat hidup berkembang, pendidikan karakter dalam dunia
maju dan sejahtera. Dalam pengertian pendidikan di Indonesia adalah karena
umum makna pendidikan adalah usaha proses yang dilakukan dinilai belum
sadar manusia untuk menumbuhkan dan sepenuhnya berhasil dalam membangun
mengembangkan potensi-potensi manusia Indonesia yang berkarakter.
pembawaan baik jasmani maupun rohani Bahkan ada juga yang menyebut bahwa
sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam Pendidikan Indonesia telah gagal dalam
agama dan masyarakat. Salah satu membangun karakter. Penilaian ini
persoalan yang perlu diketahui adalah sifat- didasarkan pada banyaknya para lulusan
sifat dasar yang dimiliki oleh setiap peserta sekolah dan sarjana yang cerdas secara
didik ketika ia dilahirkan. Dalam literatur intelektual, namun tidak bermental tangguh
Islam masalah ini dibahas dengan tema dan berperilaku tidak sesuai tujuan mulia
fithrah. Para ahli sepakat bahwa teori dalam Pendidikan.
pendidikan sangat dipengaruhi dan
1
Abdurrahman Saleh Abdullah,
Educational Theory; A Qur’anic Outlook, Makkah:
Faculty of Education, Umm al-Qura University,
1402/1982, hal. 60.
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (124)
Perilaku yang tidak sesuai dengan sopan dan santun dalam berinteraksi dengan
tujuan mulia Pendidikan misalnya tindak masyarakat.
korupsi yang ternyata dilakukan oleh Adapun dasar pelaksanaan yang berasal
pejabat yang notabene adalah orang yang dari perundang-undangan pemerintah yang
berpendidikan. Tindak korupsi ini termasuk dapat dijadikan pegangan dalam
penyalahgunaan jabatan dan wewenang. pelaksanaannya adalah sebagaimana yang
Belum lagi tindak kekerasan, padahal kita tercantum pada Undang-Undang RI No 20
semua mengetahui dalam bermasyarakat Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pada Bab
kita harus saling menghargai dan III pasal (4) ayat (4) yang berbunyi:
menghormati bukan malah main hakim “Pendidikan diselenggarakan dengan
sendiri. Kemudian ditambah lagi dengan memberi keteladanan, membangun
perilaku remaja Indonesia yang sama sekali kemauan, dan mengembangkan kreatifitas
tidak mencerminkan sebagai remaja yang peserta didik dalam proses pembelajaran.”
3
terdidik. Misalnya, tawuran antar pelajar,
tersangkut jaringan narkoba, atau Menurut Durkheim peserta didik
melakukan tindak asusila. memerlukan bantuan pendidikan yang tidak
Jika dilihat dalam konteks pendidikan hanya diarahkan untuk mengembangkan
banyak perilaku tidak bermoral terjadi, kekuatan fisik dan intelektual semata, akan
antara lain kasus tawuran antar pelajar di tetapi moral adalah yang paling utama
beberapa sekolah, Komisi Perlindungan karena sangat dibutuhkan oleh lingkungan
Anak Indonesia mencatat sekitar 202 anak demi untuk menjaga keberlangsungan
berhadapan dengan hukum akibat terlibat kehidupan masyarakat.4
tawuran dalam rentang dua tahun terakhir, Oleh karena itu penerapan pendidikan
sekitar 74 kasus anak dengan kepemilikan karakter merupakan kebutuhan yang
senjata tajam.2 mutlak adanya, apalagi fakta penyimpangan
Dari data diatas, ini bukanlah problema akhlak dan moral banyak terjadi. Oleh
yang ringan, karena anak bangsa yang telah sebab itu melalui pendidikan karakter
kehilangan karakter akan berakhir kepada berbasis al-Qur‟an ini akan mengantarkan
dekadensi moral yang pada akhirnya juga peserta didik mencapai tujuan pendidikan
akan berakhir pada karakter suatu bangsa. bangsa yang cerdas dan berkahlak sehingga
Kenyataan sebagaimana tersebut tentu menjadi manusia seutuhnya, sebagaimana
saja membuat prihatin berbagai kalangan. firman Allah dalam Surat at-Tiin ayat 4
Oleh karena itu, salah satu upaya perbaikan berikut:
untuk Pendidikan di Indonesia adalah ٌْ‫ِْتَق ِىي‬ َ ‫سبَُْْفِيْأَح‬
ِْ ‫س‬ ِ ْ‫ىَقَذْْ َخيَقَْب‬
َ ّ‫اْل‬
Pendidikan karakter. Upaya ini menjadi “Sesungguhnya kami Telah menciptakan
bagian dari proses pembentukan akhlak manusia dalam bentuk yang sebaik-
anak bangsa juga diharapkan mampu baiknya.” (QS. At-Tiin: 4)
menjadi fondasi utama dalam
mensukseskan Indonesia di masa
mendatang B. PEMBAHASAN
Pendidikan karakter memiliki fungsi
dan tujuan pendidikan nasional, oleh karena 1. Konsep Dasar Pendidikan
itu pendidikan di setiap jenjang harus Karakter
diselenggarakan secara sistematis guna
mencapai tujuan tersebut. Hal ini berkaitan
dengan pembentukan karakter peserta didik 3
Undang-Undang RI N0 14 tahun 2005
sehingga mereka mampu bersaing, beretika, Tentang Guru, Dosen, Dan No 20 Tahun 2003
Tentang SISDIKNAS, Bandung: CV. Nuansa Aulia,
2006, hal. 103.
2
Dedi Hendrian, 202 Anak Tawuran, dalam
4
http://www.kpai.go.id/berita/kpai-202-anak- Zainuddin Maliki, Sosiologi pendidikan,
tawuran,html. Diakses kamis 14-03-2019 Yogyakarta: UGM PRESS, 2010, hal. 89.
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (125)
Sebelum memahami lebih jauh mereka yang cerdas secara kognitif dan
mengenai konsep dasar karakter, berikut psikomotorik tapi miskin karakter atau budi
merupakan beberapa pengertian karakter : pekerti luhur.8
Pengertian karakter secara etimologis, Pendidikan karakter merupakan
kata karakter berasal dari bahasa Latin pendidikan ihwal karakter, atau pendidikan
kharakter atau bahasa Yunani kharassein yang mengajarkan hakikat karakter dalam
yang berarti memberi tanda (to mark), atau ketiga ranah, yaitu cipta, rasa, dan karsa.
bahasa Prancis carakter, yang berarti Berikut adalah makna pendidikan karakter: 9
membuat tajam atau membuat dalam. 5 a. Pendidikan karakter merupakan
Dalam bahasa Inggris character, memiliki pendidikan yang mendukung
arti: watak, karakter, sifat, dan peran. perkembangan sosial, emosional,
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dan etis siswa).” Merujuk pada
karakter diartikan sebagai tabiat, watak, definisi di atas, pendidikan karakter
sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pada prinsipnya adalah upaya
pekerti yang membedakan seseorang dari untuk menumbuhkan kepekaan dan
pada yang lain.6 tanggung jawab sosial, membangun
Secara terminologis, para ahli kecerdasan emosional, dan
mendefinisikan karakter dengan redaksi mewujudkan siswa yang memiliki
yang berbeda-beda. Endang Sumantri etika tinggi. Sedari kecil, orangtua
menyatakan, karakter ialah suatu kualitas kita telah melaksanakan pendidikan
positif yang dimiliki seseorang sehingga karakter (yang waktu itu belum
membuatnya menarik dan atraktif; dilabelisasi sebagai penanaman
seseorang yang unusual atau memiliki karakter) yang menyangkut
kepribadian eksentrik.” Doni Koesoema pendidikan sosial, emosional, dan
memahami karakter sama dengan etika.
kepribadian, yaitu ciri atau karakteristik, b. Dirjen Dikti menyatakan,
atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang “Pendidikan karakter dapat
yang bersumber dari bentukan-bentukan dimaknai sebagai pendidikan nilai,
yang diterima dari lingkungan, misalnya pendidikan budi pekerti,
keluarga pada masa kecil.”7 pendidikan moral, pendidikan
Ki Hadjar Dewantara memandang watak, yang bertujuan
karakter itu sebagai watak atau budi pekerti. mengembangkan kemampuan
Dengan adanya budi pekerti, manusia akan peserta didik untuk memberikan
menjadi pribadi yang merdeka sekaligus keputusan baik-buruk, memelihara
berkepribadian, dan dapat mengendalikan apa yang baik, mewujudkan, dan
diri sendiri. Pendidikan dikatakan optimal, menebar kebaikan itu dalam
jika tabiat luhur lebih menonjol dalam diri kehidupan sehari-hari dengan
anak didik ketimbang tabiat jahat. Manusia sepenuh hati.”
berkarakter tersebut sebagai sosok yang
beradab, sosok yang menjadi ancangan Makna-makna tersebut bisa terwujud
sejati Pendidikan. Oleh karena itu, dengan kuatnya pilar-pilar karakter yang
keberhasilan Pendidikan yang sejati ialah tertanam pada peserta didik. Menurut
menghasilkan manusia yang beradab bukan

5
Abdul Majid dan Dian Andayani,
8
Pendidikan Karakter Persepektif lslam, Bandung: Agus Wibowo dan Sigit Purnama,
Remaja Rosdakarya, 2012, hal. 11. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi,
6
WJS, Poerwadarminta, kamus Besar Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013, hal. 34
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997, hal.
9
20. Barnawi dan M. Arifin, Strategi Dan
7
Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Kebijakan Pendidikan Karakter, Jogjakarta: Ar-
Karakter, Jakarta: Rajawali Press, 2013, hal. 28. Ruzz, 2013, hal. 12-24.
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (126)
Suyanto 10 setidaknya terdapat Sembilan menjadi pilar Pendidikan karakter dalam
pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai Islam.11
luhur universal. Kesembilan karakter Pendidikan karakter merupakan hal
tersebut hendaknya menjadi dasar utama dan paling utama yang harus dimiliki
Pendidikan karakter sejak kanak-kanak atau setiap individu. Karakter esensial yang
yang biasa disebut para ahli psikologi dimiliki oleh individu akan membawa
sebagai usia emas (golden age). implikasi positif bagi terbangunnya
Kesembilan pilar tersebut sebagai berikut: karakter Yang lain. Karakter esensial dalam
a. Cinta kepada Allah dan segenap isi- Islam mengacu Pada Sifat
Nya. Nabi Muhammad SAW. yang meliputi
b. Kemandirian dan tanggung jawab. sidik, amanah, fathanah dan tabligh.
c. Kejujuran/amanah. Dari karakter esensial ini, diharapkan
d. Hormat dan santun. terbentuk insan profetik. Insan dengan
e. Dermawan, suka menolong, dan santun. watak profetik tidak memikirkan dirinya
f. Percaya diri, pekerja keras, dan pantang sendiri, tetapi berpikir bagaimana dapat
menyerah. memberikan sebanyak-banyaknya bagi
g. Kepemimpinan dan keadilan. lingkungan (altruistik). Altruistik diartikan
h. Baik dan rendah hati. sebagai kewajiban yang ditujukan pada
i. Toleransi, cinta damai, dan persatuan. kebaikan orang lain. Altruisme pada
Secara umum manusia memiki potensi dasarnya dianjurkan oleh semua agama.
didalam dirinya untuk bertumbuh dan Dalam lslam, ada ajaran yang menyatakan
berkembang mengatasi keterbatasan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang
manusia dan budayanya. Tujuan pendidikan berguna bagi orang lain.
karakter semestinya diletakkan dalam Sedangkan, ciri-ciri karakter Esensial
kerangka gerak dinamis untuk dapat menurut Syaiful Anam dalam Bukunya
menempa dirinya menjadi sempurna, Barnawi dan M. Arifin yang berjudul
sehingga potensi-potensi yang ada dalam “Pembelajaran Pendidikan Karakter” adalah
dirinya berkembang secara penuh yang sebagai berikut:12
membuatnya semakin menjadi manusiawi. a. Sadar sebagai makhluk ciptaan Allah.
Sadar sebagai makhluk muncul ketika ia
2. Pendidikan Karakter dalam al- mampu memahami keberadaan dirinya,
Qur’an alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha
Era globalisasi telah membawa dampak Esa. Konsepsi ini dibangun dari nilai-
luas di belahan bumi mana pun, tak nilai transendensi. Nilai-nilai
terkecuali di negeri Indonesia. Oleh karena transedensi merupakan nilai-nilai
itu pembentukan watak atau karakter harus keilahian. Dari pemahaman akan
dimulai dari diri sendiri. Dalam Islam keberadaan diri yang tidak lepas dari
terdapat tiga nilai utama yaitu akhlaq, adab nilai transedensi, sehingga segala
dan keteladanan. Akhlaq merujuk kepada sesuatu dijalani dengan niat ibadah.
tugas dan tanggung jawab selain syari‟ah b. Cinta Allah. Orang yang sadar akan
dan ajaran Islam secara umum. Adapun keberadaan Allah meyakini bahwa ia
adab merujuk pada sikap yang dihubungkan tidak dapat melakukan apa pun tanpa
dengan tingkah laku yang baik. Sedangkan kehendak Allah. Keyakinan ini
keteladanan merujuk pada kualitas karakter memunculkan rasa cinta kepada Allah.
yang ditampilkan oleh seorang muslim Orang yang cinta Allah akan
yang baik mengikuti keteladanan Nabi
Muhammad SAW. Ketiga nilai inilah yang 11
Ainis Syifa, “Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Islam”, Jurnal Pendidikan Universitas
Garut , vol. 08, No. 01, 2014, hal. 4-5
10 12
Akhmad Muhaimin, Urgensi Pendidikan Barnawi dan M. Arifin, Strategi Dan
Karakter di Indonesia, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,
2013, hal. 29-38 Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2013, hal. 25-26.
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (127)
menjalankan apa pun perintah dan dan tempat-tempat ibadah, tidak akan
menjauhi larangan-Nya. Karena sesuatu membuat suatu masyarakat menjadi religius
datangnya dari Allah (dengan usaha apabila itu semua hanya mengisi ruang
yang sungguh-sungguh), pencapaian kognitif belaka, tanpa penghayatan yang
akan segala sesuatu tidak murni karena dihujamkan ke hati nurani, tindakan dan
usaha kita, namun ada kehendak Allah. pemikirannya.13
Atas kesadaran ini, sifat sombong, riya', Pendidikan karakter memiliki andil
dan sejenisnya tidak akan ada. yang sangat besar dalam menentukan arah
c. Bermoral jujur, saling menghormati, dan sebagai pedoman internalisasi karakter,
tidak sombong, suka membantu, dan sehingga terwujud insan kamil yang
lain-lain merupakan sifat dari manusia mempunyai posisi mulia di sisi Allah SWT.
yang bermoral. Secara garis besar pendidikan karakter
d. Bijaksana, karakter ini muncul karena merupakan jalan dalam mewujudkan
keluasan wawasan seseorang Dengan masyarakat beriman dan bertaqwa yang
keluasan wawasan, ia akan melihat senantiasa berjalan di atas kebenaran
banyaknya perbedaan yang mampu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
diambil sebagai” kekuatan. Karakter keadilan, kebaikan, musyawarah, serta
bijaksana ini dapat terbentuk dari nilai-nilai humanisme yang mulia.
adanya penanaman nilai-nilai Hal ini mengingat bahwa karakter
kebinekaan. merupakan pengetahuan yang memikirkan
e. Pembelajar sejati. Untuk dapat memiliki hakikat kehidupan manusia dalam
wawasan yang luas, seseorang harus bertingkah laku, sehingga diperlukan
senantiasa belajar. Seorang pembelajar landasan sebagai pedoman dalam
sejati pada dasarnya dimotivasi oleh berinteraksi dan berasosiasi. Lalu
adanya pemahaman akan luasnya ilmu bagaimana peran agama Islam dalam
Tuhan (nilai transendensi). Selain itu, menyikapi fenomena ini? Sejak 14 abad
dengan penanaman nilai-nilai yang lalu al-Qur‟an telah memberikan
kebhinekaan, ia akan semakin konsep-konsep tentang pendidikan
bersemangat untuk mengambil kekuatan karakter.Salah satu ayat yang menerangkan
dari sekian banyak perbedaan. Islam tentang pendidikan karakter adalah QS.
mengajarkan bahwa seorang Muslim Luqman ayat 12-17. Walaupun terdapat
hendaknya menjadi manusia banyak ayat al-Qur‟an yang memiliki
pembelajar. Hal ini dapat dicermati dari keterkaitan dengan pendidikan karakter,
ajaran yang menyatakan, “Carilah ilmu namun QS. Luqman ayat 12-17 ini
hingga ke negeri China”. Ajaran lain mewakili pembahasan ayat yang memiliki
juga menganjurkan bahwa ketika keterkaitan makna paling dekat dengan
seorang Muslim dalam perjalanan dan konsep pendidikan karakter.
menjumpai majelis ilmu, berhentilah ْْ‫لِلْ َو ٍَِْْيَش ُنر‬ َِْ ِ ْْ‫ُْاش ُنر‬ ِْ َ‫َوىَقَذْْآتَيَْبْىُق ََبَُْْاى ِحن ََ ْتَْأ‬
dan ikuti majelis tersebut. ْْ‫)ْ َوإِر‬٢١(ْْ‫ّللاْ َغِْيْْ َح َِيذ‬ ََْ َُِْْ‫س ِْهْ َو ٍَِْْ َمفَ َْرْفَإ‬ ِ ‫فَإَِّ ََبْيَش ُن ُْرْىَِْف‬
f. Mandiri. Karakter ini muncul dari َُِْْ‫بلِل ْإ‬ َ
ِْ ِ‫ي ْال ْتُش ِركْ ْب‬ َْ ُْ‫قَب َْه ْىُق ََبُُْ ْالبِْ ِْه ْ َوهُ َْى ْيَ ِعظ ْهُ ْيَب ْب‬
َ ُ
penanaman nilai-nilai humanisasi dan ُ
ُْ‫سبَُْ ْبِ َىاىِذَي ِْه ْ َح ََيَت ْهُ ْأ ٍُّ ْه‬ َ ّ‫صيَْب ْاْل‬ َ ‫اىشِّركَْ ْىَظُيٌْ ْ َع ِظيٌْ ْ( َو َو‬
liberasi. Dengan pemahaman bahwa َْْ‫ُْاش ُنرْْ ِىيْ َو ِى َىا ِىذَيل‬ ِْ َ‫ِْأ‬ ِْ ‫صبىُ ْهُْ ِفيْعَب ٍَي‬ َ ‫َوهًْبْ َعيَىْ َوهِْْ َو ِف‬
tiap manusia dan bangsa memiliki ْ‫ك ْبِي ْ ٍَب‬ َ
َْ ‫ك ْعَيى ْأُْ ْتُش ِر‬ َْ ‫) ْ َوإُِْ ْ َجب َهذَا‬٢١(ْ ‫صي ُْر‬ ِ ََ ‫ي ْاى‬ َْ َ‫إِى‬
potensi dan sama-sama subjek ْ‫بحب ُه ََب ْ ِفي ْاىذُّّ َيب ْ ٍَع ُروفًب‬ ‫ص‬
ِ َ َ َُ ِ ‫و‬ ْ ‫ب‬َ ‫ه‬ ‫ع‬ ‫ط‬ ُ ‫ت‬ ْ ‫ال‬ َ ‫ف‬ ْ ٌ
ْ ‫ي‬‫ع‬ ْ ْ
‫ه‬
ِ ِ ِ ‫ب‬ ْ َْ‫ل‬ َ ‫ى‬ ْ ْ
‫س‬َ ‫ىَي‬
kehidupan, ia tidak akan membenarkan ُ َ
ٌُْْ‫يْ ٍَر ِجعُ ُنٌْْفأَّبِّئُ ُنٌْْبِ ََبْ ُمْت‬ َ
َْ ‫يْث ٌَْْإِى‬ُ َ
َْ ‫بةْإِى‬ َ
َْ َّ‫سبِي َْوْ ٍَِْْأ‬ َ ْْ‫َواتَبِع‬
adanya penindasan sesama manusia. ْْ‫ل ْ ٍِثقَب َْه ْ َحبَتْ ْ ٍِِْ ْ َخردَه‬ ُْ ‫ي ْإَِّ َهب ْإُِْ ْ َت‬ َْ َُْ‫)ا ْب‬٢١(ْ َُْ‫تَع ََيُى‬
Dari pemahaman ini, memunculkan ْ‫ث ْ ِب َهب‬ ِْ ‫ض ْيَأ‬ِْ ‫ث ْأَوْ ْفِي ْاألر‬ ِْ ‫بوا‬ َ ََ ‫س‬ َ ‫صخ َرةْ ْأَوْ ْفِي ْاى‬ َ ْ ‫فَتَ ُنِْ ْفِي‬
sikap mandiri sebagai bangsa.
13
Mohamad Mustari, NIlai Karakter
Oleh karena itu pendidikan keagamaan Refleksi Untuk Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo
yang selalu dipupuk di ruang-ruang kelas Persada, 2014, hal. 9

Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (128)
َ ‫ي ْأَقِ ٌِْ ْاى‬
ْْ‫صالةَْ ْ َوأ ٍُر‬ َْ َُْ‫) ْيَب ْب‬٢١(ْ ْ‫ّللا ْىَ ِطيفْ ْ َخبِير‬
ََْ ْ َُِْ‫ّللاُ ْإ‬
َْ yang demikian itu termasuk hal-hal yang
َُِْْ‫صب َبلَْ ْإ‬
َ َ ‫أ‬ ْ ‫ب‬ٍَ ْ ‫ى‬َ ‫ي‬‫ع‬ َ
َ ِ َ ِ ُ ِ َ َ َ ِ ُ َ ‫ِببى‬
ْ ‫ر‬
ْ ‫ب‬‫اص‬ ‫و‬ ْ ْ
‫ر‬ ‫ن‬ َْ ‫اى‬ْ ْ
ِ ‫ع‬ْ ْ
‫ه‬ ّ‫ا‬‫و‬ْ ْ
‫وف‬ ‫ر‬ ‫ع‬ َ diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman:
٢١(ْ‫لْ ٍِِْْعَز ًِْْاأل ٍُى ِْر‬ َْ ِ‫َرى‬ 12-17)
“Dan Sesungguhnya Telah kami
berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: Aspek personal Luqman Jika dilihat
"Bersyukurlah kepada Allah. dan dalam perspektif pendidikan yaitu bahwa
barangsiapa yang bersyukur (kepada kualitas manusia tidak dipandang dari sudut
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur keturunan atau ras. Figur Luqman sebagai
untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa seorang pendidik memiliki kelebihan dalam
yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya kualitas kepribadiannya bukan kelebihan
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". dalam bentuk kepemilikan berupa material
“Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata maupun keturunan. Kelebihan dalam
kepada anaknya, di waktu ia memberi konteks ini yaitu hikmah. Luqman
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, dipandang sebagai figur pendidik yang
janganlah kamu mempersekutukan Allah, memiliki sifat dan perilaku yang
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) menggambarkan hikmah. Dalam tafsir Ath-
adalah benar-benar kezaliman yang besar". Thabari, hikmah diartikan sebagai
“Dan kami perintahkan kepada manusia pemahaman dalam agama, kekuatan
(berbuat baik) kepada dua orang ibu- berfikir, ketepatan dalam berbicara, dan
bapanya; ibunya Telah mengandungnya pemahaman dalam Islam meskipun ia
dalam keadaan lemah yang bertambah- bukan nabi dan tidak diwahyukan
tambah, dan menyapihnya dalam dua kepadanya. 16 Hal ini senada dengan tafsir
tahun14. bersyukurlah kepadaku dan kepada as-Suyuthi bahwa hikmah adalah akal,
dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada- pemahaman dan kecerdasan.17
Kulah kembalimu”. ”Dan jika keduanya Implikasi dari makna hikmah bagi figur
memaksamu untuk mempersekutukan pendidik adalah bahwa seorang pendidik
dengan Aku sesuatu yang tidak ada selain senantiasa berusaha meningkatkan
pengetahuanmu tentang itu, Maka kemampuan akademiknya, ia pun berupaya
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan menselaraskan dengan amalannya.
pergaulilah keduanya di dunia dengan Sebagaimana penjelasan al-Andalusi dalam
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali tafsirnya bahwa hikmah adalah ilmu haqiqi
kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada- yaitu amal, senada dengan Ath-Thabrani
Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan yang mengatakan bahwa hikmah adalah
kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan”. akal, ilmu dan amal18
“(Luqman berkata): "Hai anakku, Kemudian pada surah Luqman ayat 12
Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) terdapat pula kata “syukur”. Yang menurut
seberat biji sawi, dan berada dalam batu ar-Razi syukur harus dilakukan disetiap
atau di langit atau di dalam bumi, niscaya waktu. 19 Sehingga konsep syukur dalam
Allah akan mendatangkannya ayat ini, menyiratkan pemahaman pendidik
(membalasinya). Sesungguhnya Allah terhadap dirinya sendiri yang menjadi
Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. 15

“Hai anakku, Dirikanlah shalat dan 16


Abu Ja‟far ath-Thobari, Jami’ al-bayan fi
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik Ta’wil al-Qur’an, Mesir: Mu‟assasah ar-Risalah,
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan 2000, Juz 7, hal. 78.
yang mungkar dan Bersabarlah terhadap 17
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya Abdurrahman As-Suyuthi, Ad-Dar
Mantsur fi at-Tafsir bi al-Ma’tsur, Mesir: Daar Hijr,
2003, Juz11, hal. 626
14 18
Maksudnya: Selambat-lambat waktu Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsir al-Bahr
menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun. al-Muhith, Beirut: Daar al-Fikr, 1420 H. Juz 8, hal.
15
Yang dimaksud dengan Allah Maha 413.
19
Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu Fakhruddin ar-Razi, Mafatih al-Ghoib,
bagaimana kecilnya Beirut: Daar Ihya‟ at-Turats, tt., Juz 25, hal. 119
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (129)
bagian dari nilai pendidikan, yaitu sebagai azhim” (janganlah kamu mempersekutukan
salah satu syarat yang harus dimiliki oleh Allah, sesungguhnya mempersekutukan
pendidik. Adapun makna syukur berarti Allah adalah benar-benar kezaliman yang
meningkatkan seluruh potensi yang besar) mengandung arti bahwa sesuatu yang
diberikan oleh Allah baik fisik, mental tidak boleh dilakukan oleh anak didik tidak
maupun spiritual. Adapun bentuknya, yaitu: hanya sebatas larangan, tetapi juga diberi
Pertama, dengan mengucapkan argumentasi yang jelas mengapa perbuatan
Alhamdulillah. Kedua, dengan merasakan itu dilarang. Anak didik diajak berdialog
dan menikmati dengan segenap jiwa dan dengan menggunakan potensi pikirnya agar
raga. Ketiga, menjadikannya sebagai potensi itu dapat berkembang dengan baik.
pemicu untuk meningkatkan kualitas hidup, Komunikasi efektif antara Luqman dan
ibadah, amal baik dan prestasi. anaknya mengisyaratkan bahwa hendaknya
Dalam ayat 13, Allah mengabarkan seorang pendidik menempatkan anak
tentang wasiat Luqman kepada anaknya, didiknya sebagai objek yang memiliki
menurut al-Qurthubi wasiat ini merupakan potensi fikir.
hikmah yang Allah anugerahkan Dari segi lain, ungkapan “Janganlah
kepadanya. 20 yaitu Luqman bin „Anqa bin kamu mempersekutukan Allah,
Sadun dan nama anaknya Tsaran, agar sesungguhnya mempersekutukan Allah
anaknya tersebut hanya menyembah Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar”
semata dan tidak menyekutukannya dengan menimbulkan rasa kehati-hatian di diri anak
sesuatu apapun. Ungkapan “la tusyrik didik dalam melakukan kewajiban kepada
billah” dalam ayat ini, memberi makna Allah serta usaha untuk menghindar dari
bahwa ketauhidan merupakan materi persoalan yang dilarang, sehingga dengan
pendidikan terpenting yang harus demikian materi pendidikan lebih mudah
ditanamkan pendidik kepada anak didiknya diterima anak didik.
karena hal tersebut merupakan sumber Adapun makna yang dapat diungkap
petunjuk ilahi yang akan melahirkan rasa dalam ayat 14 adalah bahwa pendidikan
aman. Sebagaimana firman Allah: “Orang- Luqman tidak terbatas pada pendidikan
orang yang beriman dan tidak yang dilakukan orang tua kepada anaknya
mencampuradukkan iman mereka dengan dalam keluarga, karena ayat yang berisi
kezaliman (syirik), mereka itulah yang pesan berbuat baik kepada kedua orang tua
mendapat keamanan dan mereka itu adalah ini diletakkan di tengah-tengah konteks
orang-orang yang mendapat petunjuk.” pembicaraan peristiwa Luqman. Dengan
Penyampaian materi pendidikan dalam ayat demikian, wasiat Luqman kepada anaknya
ini, diawali dengan penggunaan kata “Ya menjadi dasar bagi pendidikan pada
bunayya” (wahai anakku) merupakan umumnya baik dalam keluarga maupun
bentuk tashgir (diminutif) dalam arti belas yang lainnya, yaitu antara lain upaya
kasih dan rasa cinta, bukan bentuk mendidik anak untuk berbuat baik kepada
diminutif penghinaan atau pengecilan. Itu orang tuanya.
artinya bahwa pendidikan harus Dalam ayat 14 ini materi berbuat baik
berlandaskan aqidah dan komunikasi efektif kepada kedua orang tua disampaikan
antara pendidik dan anak didik yang melalui anjuran untuk menghayati
didorong oleh rasa kasih sayang serta penderitaan dan susah payah ibunya selama
direalisasikan dalam pemberian bimbingan mengandung. Metode seperti ini merupakan
dan arahan agar anak didiknya terhindar cara memberi pengaruh dengan menggugah
dari perbuatan yang dilarang. emosi anak didik, sehingga berdampak kuat
Dari segi anak didik, ungkapan “la terhadap perubahan sikap dan perilaku
tusyrik billah innassyirka lazhulmun sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Dalam ayat 14 dapat diungkap pula
20
Abu Abdillah al-Qurthubi, Al-Jami’ li makna tujuan manusia yang terangkum
Ahkam al-Qur’an, Riyadh: Daar al-Alam, 2003, Juz dalam kalimat “ilayyal mashir”, yaitu
14, hal. 62.
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (130)
kembali kepada kebenaran hakiki dimana akan menjadikan manusia berbeda
sumber kebenaran itu sendiri adalah Allah dihadapan Allah ketika kembali
semata-mata. Dengan demikian dapat kepadaNya.
dikatakan bahwa tujuan hidup manusia Masa depan seseorang akan bergantung
adalah penyerahan diri secara total kepada pada bagaimana ia belajar dan menjalani
Allah. proses pendidikan. Setidaknya, hingga saat
Adapun nilai karakter yang termaktub ini anggapan pendidikan sebagai cara smart
dalam QS. Luqman ayat 12-14 tadi, yang pengembangkan bakat merupakan
pertama, dari seorang Luqman, pendidik anggapan yang diterima dan dilaksanakan.
hendaknya mempunyai karakter hikmah, Dalam kacamata pendidikan islam, al-
yakni berpengetahuan dan berilmu. Artinya, Quran bukan hanya sumber utama dalam
selain mempunyai pengetahuan, pendidik syari‟at tetapi juga sumber utama dalam
juga dituntut untuk mengamalkan pendidikan. Persoalan pendidikan adalah
pengetahuannya, sebagaimana penjelasan sub tema yang tidak luput dari pembahasan
Muhammad Rasyid bin Ali Ridho tentang al-Qur‟an, atau setidaknya banyak nilai-
hikmah, yaitu menjalankan dan nilai pendidikan yang diajarkan al-Qur‟an
mengajarkannya. 21 Kedua, pendidikan untuk dapat dikembangkan dalam
karakter yang terdapat dalam QS. Luqman kehidupan, tidak terkecuali dalam hal
diatas adalah anjuran untuk menjadikan kependidikan.
individu-individu yang bersyukur, syukur Al-Qur‟an menggambarkan konsep
dalam artian tidak hanya mengucapkan pendidikan secara komprehensif, baik
Alhamdulillah, ,melainkan menikmati kaitannya dengan pendidik maupun anak
segala karunia Allah untuk pemicu dalam didik. Dalam kaitannya dengan peserta
meningkatkan prestasi, ketiga nilai karakter didik, al-Qur‟an memberi perhatian yang
yang ada pada ayat ini adalah menjadikan cukup besar terhadap beberapa aspek
Tauhid atau Aqidah sebagai pondasi awal perkembangan peserta didik seperti:
bagi anak sebelum anak mengenal disiplin perkembangan kecerdasan intelektual,
ilmu pengetahuan yang lain. Keempat, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual
Luqman memanggil anaknya dengan maupun karakter.
sebutan Ya Bunayya, padahal bahasa arab Kecerdasan intelektual merupakan hal
yang biasa digunakan adalah Ya Ibnii, Ya yang mudah diukur menurut paradigma
Bunayaa adalah bahasa yang sangat halus akademik modern, paling tidak hingga saat
yang digunakan oleh orang tua kepada ini tolak ukur kemampuan intelektual
anaknya, nilai karakter yang ada pada ayat menempati posisi pertama dalam hirarki
ini adalah, hendaknya bagi para pendidik kemampuan personal. Perkembangan aspek
untuk bertutur halus kepada anak didiknya. intelektual telah menjadi bahan pembahasan
Kelima, pada ayat diatas juga diperintahkan al-Qur‟n sedari kata pertama yang
untuk merenungi penderitaan seorang ibu diturunkan yaitu iqra‟. Lafadz iqra‟
yang mengandung anaknya dalam keadaan merupakan kalimat perintah tanpa objek
wahnan „ala wahnin, nilai karakter pada yang diserukan kepada manusia. Menurut
ayat ini adalah nilai bakti seorang anak para ahli, kalimat perintah tanpa objek
kepada orang tuanya, khususnya kepada adalah kalimat yang mempunyai arti umum.
ibu. Keenam, penutup ayat ini Ilayyal Sebagai objek yang diseru Allah, manusia
Mashiir semua akan kembali kepada Allah, diperintahkan untuk membaca tanda-tanda
nilai karakter darinya adalah siapapun kita di alam semesta. Manusia diperintahkan
sebagai manusia pasti akan kembali kepada mengembangkan aspek pengetahuan, baik
Allah, dan ini melahirkan nilai-nilai hubungannya dengan Allah, hubungannya
ketakwaan, karena hanya taqwa lah yang dengan manusia dan hubunganya dengan
alam. Dapat disimpulkan, manusia sebagai
21
Muhammad Rasyid bin Ali Ridho, Tafsir mukhotob seruan Allah seyogyanya
al-Mannar, Mesir: al-Haiah al-Mishriah, 1990, Juz mengembangkan penguasaan ilmu aqidah-
2, hal. 24
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (131)
syariah sebagai manifestasi dari ada hal lain dari anak yang tak kalah
hubungannya dengan Allah, penting yang tanpa kita sadari telah
mengembangkan kemampuan ilmu sosial terabaikan.Yaitu memberikan pendidikan
sebagai manifestasi hubungannya terhadap karakter pada anak didik. Pendidikan
manusia dan mengembangkan kemampuan karakter penting artinya sebagai
ilmu alam sebagai manifestasi penyeimbang kecakapan kognitif. Ada
hubungannya dengan alam. sebuah kata bijak mengatakan “ ilmu tanpa
Adapun aspek kecerdasan emosional, agama buta, dan agama tanpa ilmu adalah
al-Qur‟an mengajak manusia untuk selalu lumpuh”. Sama juga artinya
bertafakur sebagaimana pikiran yang bahwa pendidikan kognitif
mampu mengontrol emosi, yaitu dengan tanpa pendidikan karakter adalah buta.
membiasakan diri untuk meninggalkan hal- Hasilnya, karena buta tidak bisa berjalan,
hal yang tidak bermanfaat yang menurut berjalan pun dengan asal nabrak. Kalaupun
Ibnu Katsir bahwa hal itu merupakan berjalan dengan menggunakan tongkat tetap
hikmah. 22 Oleh karena emosi yang tidak akan berjalan dengan lambat. Sebaliknya,
terkendali akan melahirkan beberapa pengetahuan karakter tanpa pengetahuan
kenakalan dan kriminalitas. kognitif, maka akan lumpuh sehingga
Sedangkan aspek spiritual juga mudah disetir, dimanfaatkan dan
merupakan lahan garapan al-Qur‟an dalam dikendalikan orang lain. Untuk itu, penting
mendidik manusia. Kecerdasan spiritual artinya untuk tidak
yang berkembang dengan baik akan mengabaikan pendidikan karakter
ditandai dengan kemampuan seseorang anak didik.
untuk bersikap fleksibel serta mampu Pendidikan karakter menjadi dasar
melaksanakan ajaran agama dengan baik. dalam pembentukan karakter bangsa yang
Manusia sebagai hamba, dituntut untuk berkualitas, tidak mengabaikan nilai-nilai
melaksanakan ajaran agama, melaksanakan sosial seperti toleransi, kebersamaan,
ritual keagamaan yang diperintahkan, dan kegotongroyongan, saling membantu dan
menjauhi hal-hal yang dilarang. mengormati dan sebagainya. Pendidikan
Kemampuan intelektual, emosional dan karakter akan melahirkan pribadi unggul
spiritual yang terasah dengan baik akan yang tidak hanya memiliki kemampuan
membentuk anak didik yang berkarakter kognitif saja namun memiliki karakter yang
serta memiliki kepribadian yang dapat mampu mewujudkan kesuksesan.
dibanggakan. Hal ini dengan tegas Berdasarkan penelitian di Harvard
dikatakan dalam surat lukman ayat 12-17 University Amerika Serikat, ternyata
yang mengatakan bahwa anak didik yang kesuksesan seseorang tidak semata-mata
berkarakter adalah ia yang pandai ditentukan oleh pengetahuan dan
bersyukur, beriman kepada Allah, berbuat kemampuan teknis dan kognisinyan (hard
baik terhadap berbuat baik terhadap kedua skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
orang tua, mendirikan shalat, mengajak mengelola diri dan orang lain (soft skill).
kebaikan dan mencegah kemungkaran serta Penelitian ini mengungkapkan bahwa ,
selalu bersabar atas apa yang menimpa. kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20
persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen
3. Implementasi Pendidikan oleh soft skill. Kecakapan soft skill
Karakter berbasis Al-Qur’an terbentuk melalui
Pendidikan yang diterapkan di sekolah- pelaksanaan pendidikan karater pada
sekolah menuntut untuk memaksimalkan anak didik. Berpijak pada empat ciri
kecakapan dan kemampuan kognitif. dasar pendidikan karakter di atas, kita bisa
Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya menerapkannya dalam pola
pendidikan yang diberikan pada anak didik.
22
Misalanya, memberikan pemahaman
Abu al-Fida Ismail Ibnu Katsir, Tafsir al- sampai mendiskusikan tentang hal yang
Qur’an al-Adzim, Daar Thoyyibah, Juz 6, hal. 334
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (132)
baik dan buruk, memberikan kesempatan b. Penggunaan bahasa dan kata kata yang
dan peluang untuk mengembangkan dan tidak baku. Kata dan bahasa yang tidak
mengeksplorasi potensi dirinya serta baku menjadi fenomena di tengah
memberikan apresiasi atas potensi yang masyarakat.
dimilikinya, menghormati keputusan dan c. Pengaruh peer-group (geng) dalam
mensupport anak dalam mengambil tindak kekerasan menguat. Kemunculan
keputusan terhadap dirinya, geng di kota-kota muncul dalam
menanamkan pada anakdidik akan arti kelompok geng-geng motor.
keajekan dan bertanggungjawab dan d. Meningkatnya perilaku merusak diri,
berkomitmen atas pilihannya. seperti penggunaan narkoba, alcohol,
Senada dengan temuan diatas bahwa, dan seks bebas.
kegagalan peserta didik bukan terletak pada e. Semakin kaburnya pedoman moral bank
kecerdasan otak, tetapi pada karakter, hal dan buruk. Moral kini dalam bayang-
ini sesuai dengan pendapat Daniel Goleman bayang sudut pandang relatif. Baik dan
tentang keberhasilan seseorang di buruk bergantung pada siapa dan apa
masyarakat. Menurutnya 80% keberhasilan sudut pandangnya. Hal ini sejatinya
seseorang di masyarakat dipengaruhi oleh tidak boleh terjadi karena sesungguhnya
kecerdasan emosi, dan hanya 20% baik dan buruk itu sifatnya pasti dan
ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). diatur dalam berbagai agama.
Anak-anak yang mempunyai masalah f. Etos kerja yang menurun. Etos kerja
dalam kecerdasan emosinya akan yang dipicu oleh spirit yang lemah,
mengalami kesulitan belajar, bergaul, dan artinya pemahaman sebagai bentuk
tidak dapat mengontrol emosinya. Anak- ibadah tidak dihayati.
anak yang bermasalah ini sudah dapat g. Semakin rendahnya rasa hormat kepada
dilihat sejak usia prasekolah, dan jika tidak orang tua dan guru. Rendahnya hormat
ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. pada orangtua dan guru disebabkan oleh
Sebaliknya, para remaja yang berkarakter banyak faktor: gagalnya orangtua
akan terhindar dari masalah-masalah umum sebagai figur bagi anak-anaknya,
yang dihadapi oleh remaja lain. Oleh karena lingkungan yang tidak kondusif,
itu, pendidikan karakter lebih pemahaman agama yang dangkal dan
mengutamakan pertumbuhan moral yang pola asuh anak yang salah.
tidak lepas dari peranan nilai dalam diri h. Rendahnya rasa tanggung jawab
manusia dan pembaruan tata kehidupanagar individu dan kelompok. Perilaku tidak
karakter bangsa tidak tergerus. 23 tanggung jawab terjadi di mana-mana,
Terdapat tanda-tanda merosotnya membuang sampah sembarangan,
karakter bangsa yang bisa terjadi seperti merokok di sembarang tempat dan lain-
yang dinyatakan Thomas Liekona tentang lain. Tanggung jawab rendah karena
sepuluh tanda zaman yang kini terjadi, ketiadaan sanksi yang tegas dari
yakni sebagai berikut: 24 penegak hukum dan sanksi moral dari
a. Meningkatnya kekerasan di kalangan masyarakat.
remaja masyarakat. Kekerasan di i. Budaya kebohongan/ketidakjujuran.
kalangan remaja dan masyarakat akhir- Korupsi, kolusi, dan nepotisme berawal
akhir ini memang meningkat. Tawuran dari ketidak-jujuran.
antarpelajar, bahkan antar mahasiswa j. Adanya rasa saling curiga dan
yang sejatinya merupakan para calon kebencian antar-sesama. Curiga dan
intelektual terjadi di mana-mana. kebencian berawal dari clash of
ignorance (benturan karena ketidak-
23
Doni Koesoema A, pendidikan Karakter, pedulian). Kasus konflik antar
Jakarta: Grasindo, 2010, hal. 134 golongan, saling truth claim dalam
24
Barnawi dan M. Arifin, Strategi Dan berbagai persoalan bersumber pada
Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, ketidak pedulian tersebut. Dalam
Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2013, hal. 12-14.
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (133)
kondisi seperti ini, yang dibutuhkan pengembangan pendidikan karakter dan
tidak sekadar bagaimana bertoleransi, budaya bangsa di sekolah, yaitu:
tetapi bagaimana membangun a. Mempromosikan nilai–nilai dasar etika
komunikasi antar elemen masyarakat. sebagai basis karakter.
Adapun faktor yang menjadi b. Mengidenfikasi karakter secara
kendala dalam penerapan pendidikan komprehensif supaya mencakup
karakter menurut Hidayatullah, 25 nilai pemikiran prasaan dan perilaku.
utama yang menjadi karakter guru adalah c. Menggunakan pendekatan yang tajam,
sebagai berikut. proaktif dan efektif untuk membangun
a. Amanah yaitu guru harus dapat karakter.
dipercaya dan mampu menerapkan d. Menciptakan komunitas sekolah yang
karakternya di manapun ia berada, mempunyai kepedulian.
terutama di lingkungan sekolah. e. Memberi kesempatan kepada siswa
b. Keteladanan yaitu guru harus mampu untuk menunjukkan perilaku yang baik.
menerapkan setiap karakternya secara f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum
efektif dan efisien, selain itu guru harus yang bermakna dan menantang yang
mampu melayani siswa dalam hal menghargai semua siswa, membangun
pengembangan potensinya. karakter mereka, dan membantu mereka
c. Cerdas yaitu kemampuan mengerti dan untuk sukses.
memahami, serta tanggap dalam g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri
menganalisis dan memecahkan masalah dari para siswa.
dengan baik. h. Memfungsikan seluruh staf sekolah
sebagai komunitas moral yang berbagi
Sekolah adalah tempat yang strategis tanggung jawab untuk pendidikan
untuk pendidikan karakter karena anak- karakter dan setia kepada nilai dasar
anak dari semua lapisan akan mengenyam yang sama.
pendidikan di sekolah. Selain itu anak-anak i. Adanya pembagian kepemimpinan
menghabiskan sebagian besar waktunya di moral dan dukungan luas dalam
sekolah, sehingga apa yang didapatkannya membangun insiatif pendidikan
di sekolah akan mempengaruhi karakter.
pembentukan karakternya. iklim sekolah j. Memfungsikan keluarga dan anggota
yang kondusif dan keterlibatan kepala masyarakat sebagai mitra dalam usaha
sekolah dan para guru adalah faktor penentu membangun karakter.
dari ukuran keberhasilan interfensi k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi
pendidikan karakter di sekolah. Dukungan staf sekolah sebagai guru–guru karakter,
saran dan prasarana sekolah, hubungan dan manifestasi karakter positif dalam
antar murid, serta tingkat kesadaran kepala kehidupan siswa.
sekolah dan guru juga turut menyumbang Dengandemikian pengembangan pendidik
bagi keberhasilan pendidikan karakter ini, an karakter dapat melalui mata pelajaran
disamping kemampuan diri sendiri (melalui (terintegrasi), kegiatan pengembangan diri
motivasi, kreatifitas dan kepemimpinannya) dan budaya sekolah. Selain itu dalam
yang mampu menyampaikan konsep pengembangan karakter peserta didik di
karakter pada anak didiknya dengan baik. sekolah, guru memiliki posisi yang strategis
sebagai pelaku utama. Guru merupakan
Sementara itu Kemendiknas 26 sosok yang bisa ditiru atau menjadi idola
menyebutkan beberapa prinsip bagi peserta didik. Guru bisa menjadi
sumber inpirasi dan motivasi peserta
25
Fihris, pendidikan Karakter di Madrasah didiknya. Sikap dan prilaku seorang guru
Salafiyah, Semarang: PUSLIT IAIN Walisongo,
2010, hal. 26. http://www.psyichologymania.com/2013/01/prinsip-
26
Kemendiknas, Prinsip pendidikan pendidikan-karakter,html. Diakses Jum‟at 15 Maret
Karakter, dalam 2019
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (134)
sangat membekas dalam diri siswa, guru (pembina program) melalui
sehingga ucapan, karakter dan kepribadian program pembiasaan diri lebih
guru menjadi cermin siswa. Dengan mengedepankan atau menekankan
demikian guru memiliki tanggung jawab kepada kegiatan-kegiatan
besar dalam menghasilkan generasi yang pengembangan budi pekerti dan akhlak
berkarakter, berbudaya, dan bermoral. mulia yang kontekstual, kegiatan yang
Tugas-tugas manusiawi itu merupakan menjurus pada pengembangan
transpormasi, identifikasi, dan pengertian kemampuan afektif dan psikomotorik.
tentang diri sendiri, yang harus d. Penciptaan lingkungan sekolah yang
dilaksanakan secara bersama-sama dalam kondusif untuk tumbuh dan
kesatuan yang organis, harmonis, dan berkembangnya karakter peserta didik.
dinamis. Lingkungan terbukti sangat berperan
Ada beberapa strategi yang dapat penting dalam pembentukan pribadi
memberikan peluang dan kesempatan bagi manusia (peserta didik), baik
guru untuk memainkan peranannya secara lingkungan fisik maupun lingkungan
optimal dalam hal pengembangan spiritual. Untuk itu sekolah dan guru
pendidikan karakter peserta didik di perlu untuk menyiapkan fasilitas-
sekolah, sebagai berikut:27 fasilitas dan melaksanakan berbagai
jenis kegiatan yang mendukung
a. Optimalisasi peran guru dalam proses kegiatan pengembangan pendidikan
pembelajaran. Guru tidak seharusnya karakter peserta didik.
menempatkan diri sebagai aktor yang e. Menjalin kerjasama dengan orang tua
dilihat dan didengar oleh peserta didik, peserta didik dan masyarakat dalam
tetapi guru seyogyanya berperan pengembangan pendidikan karakter.
sebagai sutradara yang mengarahkan, Bentuk kerjasama yang bisa dilakukan
membimbing, memfasilitasi dalam adalah menempatkan orang tua peserta
proses pembelajaran, sehingga peserta didik dan masyarakat sebagai fasilitator
didik dapat melakukan dan menemukan dan nara sumber dalam kegiatan-
sendiri hasil belajarnya. kegiatan pengembangan pendidikan
b. Integrasi materi pendidikan karakter ke karakter yang dilaksanakan di sekolah.
dalam mata pelajaran. Guru dituntut f. Menjadi figur teladan bagi peserta
untuk perduli, mau dan mampu didik. Penerimaan peserta didik
mengaitkan konsep-konsep pendidikan terhadap materi pembelajaran yang
karakter pada materi-materi diberikan oleh seorang guru, sedikit
pembelajaran dalam mata pelajaran tidak akan bergantng kepada
yang diampunya. Dalam hubungannya penerimaan pribadi peserta didik
dengan ini, setiap guru dituntut untuk tersevut terhadap pribadi seorang guru.
terus menambah wawasan ilmu Ini suatu hal yang sangat manusiawi,
pengetahuan yang berkaitan dengan dimana seseorang akan selalu berusaha
pendidikan karakter, yang dapat untuk meniru, mencontoh apa yang
diintergrasikan dalam proses disenangi dari model/pigurnya tersebut.
pembelajaran. Momen seperti ini sebenarnya
c. Mengoptimalkan kegiatan pembiasaan merupakan kesempatan bagi seorang
diri yang berwawasan pengembangan guru, baik secara langsung maupun
budi pekerti dan akhlak mulia. Para tidak langsung menanamkan nilai-nilai
karakter dalam diri pribadi peserta
27
Ahmad Tirmidzi, Peranan Guru dalam
didik. Dalam proses pembelajaran,
Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah, intergrasi nilai-nilai karakter tidak
dalam http://www.kompasiana.com/Ahmad- hanya dapat diintegrasikan ke dalam
Tirmidzi-peranan-guru-dalam-pengembangan- subtansi atau materi pelajaran, tetapi
pendidikan-karakter-disekolah. Diakses jum‟at 15 juga pada prosesnya.
maret 2019
Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (135)
yang dapat menumbuhkan potensi peserta
Momen seperti ini sebenarnya didik menjadi jiwa-jiwa yang berkarakter
merupakan kesempatan bagi seorang guru, dengan nilai-nilai yang lebih baik. Adanya
baik secara langsung maupun tidak pendidikan karakter bahkan untuk
langsung menanamkan nilai-nilai karakter menumbuhkan karakter-karakter yang
dalam diri pribadi peserta didik. Dalam sebenarnya telah tertanam pada diri setiap
proses pembelajaran, intergrasi nilai-nilai peserta didik, sehingga pendidikan karakter
karakter tidak hanya dapat diintegrasikan ke tersebut lebih untuk menumbuhkan,
dalam subtansi atau materi pelajaran, tetapi menguatkan dan menjaganya agar tidak
juga pada prosesnya dalam uraian di atas keluar dari konsep al-Qur‟an sehingga
menggambarkan peranan guru dalam dapat berjalan searah dengan pendidikan
pengembangan pendidikan karakter di karakter yang sebenarnya tidak terlepas dari
sekolah yang berkedudukan sebagai konsep pendidikan berbasis al-Qur‟an, yang
katalisator atau teladan, inspirator, antara lain dapat menumbuhkan sifat-sifat
motivator, dinamisator, dan evaluator. yang baik pada setiap peserta didik, dengan
Dalam berperan sebagai katalisator, orientasi pembelajaran ini lebih ditekankan
maka keteladanan seorang guru merupakan pada keteladanan dalam nilai pada
faktor mutlak dalam pengembangan kehidupan nyata, baik di sekolah maupun di
pendidikan karakter peserta didik yang wilayah publik.
efektif, karena kedudukannya sebagai figur
atau idola yang ditiru oleh peserta didik.
Peran sebagai inspirator berarti seorang DAFTAR PUSTAKA
guru harus mampu membangkitkan
semangat peserta didik untuk maju Abdillah, Abu al-Qurthubi, Al-Jami’ li
mengembangkan potensinya. Peran sebagai Ahkam al-Qur’an, Riyadh: Daar al
motivator, mengandung makna bahwa Alam, 2003.
setiap guru harus mampu membangkitkan Abdullah, Abdurrahman Saleh, Educational
semangat, etos kerja, dan potensi yang luar Theory; A Qur’anic Outlook,
biasa pada diri peserta didik. Peran sebagai Makkah: Faculty of Education,
dinamisator, bermakna setiap guru memiliki Umm al-Qura University, 1402/1982.
kemampuan untuk mendorong peserta didik Adisusilo, Sutarjo, Pembelajaran Nilai
ke arah pencapaian tujuan dengan penuh Karakter, Jakarta: Rajawali Press,
kearifan, kesabaran, cekatan, cerdas dan 2013.
menjunjung tinggi spiritualitas. Sedangkan
peran guru sebagai evaluator, berarti setiap Barnawi dan M. Arifin, Strategi Dan
guru dituntut untuk mampu dan selalu Kebijakan Pendidikan Karakter,
mengevaluasi sikap atau prilaku diri, dan Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2013.
metode pembelajaran yang dipakai dalam Fida, Abu Ismail Ibnu Katsir, Tafsir al-
pengembangan pendidikan karakter peserta Qur’an al-Adzim, Daar Thoyyibah, tt.
didik, sehingga dapat diketahui tingkat Fihris, pendidikan Karakter di Madrasah
efektivitas, efisiensi, dan produktivitas Salafiyah, Semarang: PUSLIT IAIN
programnya. Walisongo, 2010.
Hayyan, Abu al-Andalusi, Tafsir al-Bahr
al-Muhith, Beirut: Daar al-Fikr,
C. KESIMPULAN 1420 H.
Hendrian, Dedi, 202 Anak Tawuran dalam
Tujuan pendidikan karakter adalah http://www.kpai.go.id/berita/kpai20
penanaman nilai dalam diri peserta didik 2-anak-tawuran,html. Diakses kamis
dan pembaruan tata kehidupan bersama. 14-03-2019
Pendidikan karakter merupakan ruh dalam
konsepsi pendidikan berbasis al-Qur‟an

Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (136)
Ja‟far, Abu ath-Thobari, Jami’ al-bayan fi Undang-Undang RI N0 14 tahun 2005
Ta’wil al-Qur’an, Mesir: Tentang Guru, Dosen, Dan No 20
Mu‟assasah ar-Risalah, 2000. Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS,
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2006.
Terjemahnya, Bandung: Syigma Wibowo, Agus dan Sigit Purnama,
Examedia Arkanleema, 2010. Pendidikan Karakter di Perguruan
Kemendiknas, Prinsip pendidikan Tinggi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Karakter, dalam 2013.
http://www.psyichologymania.com/
2013/01/prinsip-pendidikan
karakter,html. Diakses Jum‟at 15
Maret 2019

Koesoema A, Doni, pendidikan Karakter,


Jakarta: Grasindo, 2010.
Majid, Abdul dan Dian Andayani,
Pendidikan Karakter Persepektif
lslam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012.
Maliki, Zainuddin, Sosiologi pendidikan,
Yogyakarta: UGM PRESS, 2010
Muhaimin, Akhmad, Urgensi Pendidikan
Karakter di Indonesia, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2013.
Mustari, Mohamad, NIlai Karakter
Refleksi Untuk Pendidikan, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2014.
Poerwadarminta, WJS, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1997.
Rasyid, Muhammad bin Ali Ridho, Tafsir
al-Mannar, Mesir: al-Haiah al
Mishriah, 1990.
Razi, Fakhruddin, Mafatih al-Ghoib,
Beirut: Daar Ihya‟ at-Turats, tt
Suyuthi, Abdurrahman, Ad-Dar Mantsur fi
at-Tafsir bi al-Ma’tsur, Mesir: Daar
Hijr, 2003.
Syifa, Ainis, “Pendidikan Karakter dalam
Perspektif Islam”, Jurnal
Pendidikan Universitas Garut , vol.
08, No. 01, 2014.

Tirmidzi, Ahmad, Peranan Guru dalam


Pengembangan Pendidikan
Karakter di Sekolah, dalam
http://www.kompasiana.com/Ahmad
Tirmidzi-peranan-guru-dalam-
pengembangan-pendidikan-karakter
disekolah. Diakses jum‟at 15 maret
2019

Tadarus Tarbawy. Vol.1 No. 2 Jul – Des 2019. ISSN. 2657-1285 e-ISSN. 2656-8756 (137)

Anda mungkin juga menyukai