Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/329130418

PERAN KADER HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM DALAM MEMBANGUN


TRADISI ILMIAH DI DALAM KAMPUS (Studi Peran Kader Himpunan
Mahasiswa Islam di Universitas Negeri Makassar)

Article  in  Jurnal Eksistensi Pendidikan Luar Sekolah (E-Plus) · November 2018


DOI: 10.30870/e-plus.v2i2.2955

CITATION READS

1 4,380

1 author:

A. Hasdiansyah M.Pd
Universitas Muhammadiyah Parepare
5 PUBLICATIONS   5 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Pelatihan View project

All content following this page was uploaded by A. Hasdiansyah M.Pd on 22 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Vol. 2. No 2 Hlm. 116-213 Agustus 2017
ISSN 2549-1717

PERAN KADER HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM DALAM MEMBANGUN


TRADISI ILMIAH DI DALAM KAMPUS
(Studi Peran Kader Himpunan Mahasiswa Islam di Universitas Negeri Makassar)

Andi Hasdiansyah
Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Muhammadiyah Parepare, Jl. Jend. Ahmad Yani Km. 6, Kode Pos 91113,
Indonesia.
Email: ahasdiansyah@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Peran Kader Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) Cabang Makassar di Universitas Negeri Makassar, (2) Model
Pembangunan Tradisi Ilmiah berciri Himpunan Mahasiswa Islam. Metode
penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif.
Data penelitian dikumpulkan melalui observasi tidak langsung, wawancara
mendalam, dan analisis dokumen kegiatan. Keabsahan data menggunakan teknik
trianggulasi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan model
interaktif Miles & Hubberman meliputi; reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Subjek penelitian ini terdiri 9 (sembilan) orang alumni
basic training dan Intermediate Training. Hasil penelitian ini menunjukkan 3
temuan mendasar: Pertama, kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang
Makassar mampu membangkitkan gairah belajar mahasiswa di Universitas Negeri
Makassar. Kedua, kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) melahirkan beberapa
komunitas belajar di setiap fakultas yang ada di Universitas Negeri Makassar.
Ketiga, kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mampu menghidupkan dan
menjaga tradisi ilmiah dengan menggencarkan diskusi terbuka di dalam kampus.

Kata Kunci: Peran Kader, Himpunan Mahasiswa Islam, Tradisi Ilmiah

132
Vol. 2. No 2 Hlm. 116-213 Agustus 2017
ISSN 2549-1717

Abstract

his research aim to know: (1) The Role of Islamic Student Association
(HMI) cadres of Makassar Branch at Universitas Negeri Makassar, (2)
Development Model of Scientific Tradition in Islamic Student
Association. In this research, we used qualitative research method with
descriptive type. Research data through indirect observation, in-depth
interviews, and document analysis of activities. Validity of data used
triangulation technique. Data that have been analyzed using Miles &
Hubberman interactive models include; Data reduction, presentation of
data, and pullout. The subjects of this study consisted of 9 (nine) alumni
of basic training and Intermediate Training. The results of this study
indicate 3 basic findings: First, the cadres of Islamic Student Association
(HMI) Makassar Branch are able to increase the students' passion in
Universitas Negeri Makassar. Secondly, the cadres of Islamic Students
Association (HMI) can generate several learning communities in every
faculty in Universitas Negeri Makassar. Third, the cadres of the Islamic
Students Association (HMI) are able to live and maintain the scientific
tradition by intensifying open discussion inside the campus.

Keywords: Role of Cadres, Islamic Students Association, Scientific


Tradition

133
Vol. 2. No 2 Hlm. 116-213 Agustus 2017
ISSN 2549-1717

PENDAHULUAN satu cara yang terbaik untuk mewujudkan hal


tersebut adalah meningkatkan keaktifan
A. Latar Belakang berorganisasi mahasiswa (Yasinta Karina Caesari
dkk, 2013). Lebih lanjut, hasil penelitian (Huang
Pendidikan adalah alat yang digunakan & Chang, 2004) menemukan bahwa mahasiswa
untuk mengembangkan kemampuan seseorang, yang aktif dalam kegiatan akademik dan
baik dari sisi kognitif, afektif, dan psikomotorik. kokurikuler akan memiliki kemampuan yang
Pendidikan bisa didapatkan di sekolah-sekolah berbeda dengan mahasiswa yang sama sekali tidak
formal, lembaga-lembaga nonformal, maupun berorganisasi misalnya mahasiswa yang aktif
informal. Seseorang bisa bebas memilih jalur berorganisasi unggul dalam kemampuan berpikir,
mana yang hendak dijadikan jalan untuk menempa kemampuan komunikasi, kemampuan
bakat dan potensi dalam dirinya, bahkan pada saat interpersonal, dan kepercayaan diri. Jika melihat
menempuh pendidikan formal pun seorang situasi saat ini, penelitian di atas sejalan dengan
individu berhak juga ikut dalam kegiatan-kegiatan beberapa fenomena di kampus diantaranya
pendidikan nonformal. Salah satu tempat yang melemahnya daya kritis mahasiswa karena
paling tepat menempa kemampuan seseorang disibukkan oleh berbagai macam tugas akademik
adalah kampus. Seluruh kampus negeri maupun seperti; tugas mengarang atau membuat paper,
swasta diwajibkan mendorong kegiatan organisasi belajar untuk menghadapi ujian, membaca buku
mahasiswa di dalam kampus, olehnya itu penunjang, tugas-tugas administratif penunjang
dibentuklah lembaga-lembaga kemahasiswaan proses belajar, menghadiri pertemuan, dan kinerja
mulai dari tingkat universitas sampai ke tingkat akademik secara keseluruhan Solomon &
jurusan/program studi. Hal tersebut dilakukan agar Rothblum (Ghufron & Risnawita, 2010: 157-158).
mahasiswa memiliki wadah mengasah kemampuan Keterlibatan mahasiswa dalam organisasi baik
dan bakat yang terpendam dalam dirinya karena internal maupun eksternal memiliki pengaruh kuat
ruang-ruang akademik seperti di kelas dan terhadap perkembangan psikososialnya (Foubert &
laboratorium tidak cukup digunakan untuk Grainger, 2006:180) perkembangan tersebut dapat
mengembangkan bakat seseorang. Kehadiran dilihat dalam kehidupan sehari-hari antara
lembaga-lembaga nonformal seperti Badan mahasiswa berorganisasi dan yang tidak
Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa berorganisasi, nampak jelas perbedaan
Jurusan, dll akan memberi dampak positif bagi kemampuan dalam hal penyesuaian diri ketika
tumbuhkembangnya tradisi atau sikap ilmiah berjumpa dengan orang-orang yang baru.
mahasiswa di dalam kampus. Berbagai hasil riset di atas menunjukkan
Tidak dapat dipungkiri mahasiswa adalah bahwa peran organisasi sangat penting dalam
salah satu sumber daya manusia Indonesia yang penumbuhan dan peningkatan kualitas manusia.
paling penting dan juga merupakan generasi Penelitian ini tidak akan membahas lebih jauh soal
penerus pembangunan bangsa. Mahasiswa sebagai mahasiswa yang beroraganisasi dan yang tidak
generasi muda merupakan insan yang memiliki berorganisasi atau membedah kualitas masing-
banyak tanggungjawab sebab dipundaknyalah arah masing. Penelitian ini akan fokus mengkaji sejauh
bangsa Indonesia terpikul. Saat ini, mahasiswa mana peran kader Himpunan Mahasiswa Islam
merupakan harapan besar bagi rakyat indonesia, (HMI) Cabang Makassar sebagai sebuah
sebab perannya adalah agen perubahan di organisasi mahasiswa yang berada di luar kampus.
masyarakat (Agen social of cahange). Terdapat Himpunan Mahasiswa Islam adalah sebuah
hubungan yang sangat harmonis antara mahasiswa organisasi kekaderan yang sudah sangat lama
dan rakyat, mahasiswa bertugas sebagai berdiri di bumi Indonesia. Organisasi ini berdiri
penyambung lidah rakyat, mahasiswa bertugas pada 5 Februari 1947 yang diprakarsai oleh Lafran
sebagai pengontrol berbagai kebijakan pemerintah. Pane bersama 14 orang mahasiswa STI (Agus
Oleh karena itulah, posisi mahasiswa saat ini Salim Sitompul, 1997:331). Jika membaca tahun
sangat dibutuhkan dan wajib terlibat dalam berdirinya usia HMI sudah 70 tahun, usia yang
berbagai agenda pembangnan bangsa. sangat matang bagi sebuah organisasi
Untuk mewujudkan segala peran dan kemahasiswaan. Perkembangan HMI dari tahun ke
tanggungjawab seorang mahasiswa dibutuhkan tahun menandakan bahwa organisasi tersebut
sebuah wadah pengembangan diri, wadah itu dikelola dengan baik. Khusus untuk HMI cabang
adalah organisasi. Saat ini, perkembangan ilmu Makassar, jumlah kadernya dari tahun 2006-2013
pengetahuan semakin pesat. Hal itu ditandai menembus angka 14.000 kader (data base HMI
dengan persaingan untuk mendapatkan pekerjaan cabang Makassar). Hal tersebut menunjukkan
semakin sulit. Oleh sebab itu, keberadaan adanya ketertarikan dan peran kader HMI dalam
perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan membangun citra positif di dalam kampus.
sangat mempengaruhi lahirnya sumber daya Eksistensi HMI sebagai organisasi
manusia baru yang berdaya saing tinggi, dan salah kemahasiswaan yang berkedudukan di luar
134
Vol. 2. No 2 Hlm. 116-213 Agustus 2017
ISSN 2549-1717

kampus menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi pola Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
perkaderan yang dilakukan oleh HMI berbeda dari maka dalam penelitian ini akan dirumuskan
organisasi kemahasiswaan pada umumnya. permasalahan sebagai berikut:
Sebagai organisasi besar, HMI adalah bagian dari 1. Bagaimana peran kader HMI Cabang
pendidikan luar sekolah yang menjalankan Makassar dalam membangun tradisi ilmiah di
pelatihan dan pembinaan kepada generasi muda Universitas Negeri Makassar?
khususnya mahasiswa. Pelatihan dan kaderisasi 2. Bagaimana model pembangunan tradisi
inilah yang turun temurun dilakukan oleh HMI ilmiah berciri HMI di Universitas Negeri
sehingga mampu bertahan sampai sekarang. Makassar?
Organisasi ini meyakini bahwa hanya peran kader C. Tujuan Penelitian
yang mampu melanjutkan perjuangan dan cita-cita Sesuai rumusan masalah di atas maka tujuan
HMI. Seperti yang dijelaskan oleh (Soerjono penelitian ini untuk mengetahui:
Soekanto, 2002) peran adalah aspek dinamis 1. Peran kader HMI Cabang Makassar dalam
kedudukan (status) seseorang, apabila seseorang membangun tradisi ilmiah di Universitas
tersebut melaksanakan hak dan kewajibannya Negeri Makassar.
sesuai dengan kedudukannya, maka ia 2. Model pembangunan tradisi ilmiah berciri
menjalankan suatu peranan. Berdasarkan HMI di Universitas Negeri Makassar.
penjelasan di atas, setiap kader HMI cabang
Makassar sudah seharusnya mengetahui D. Manfaat Penelitian
peranannya dan menjalankan tugas dan fungsinya 1. Secara Teoritis
masing-masing karena kader merupakan tulang Hasil penelitian ini diharapakan menjadi
punggung yang menggerakkan roda organisasi. sumber dan tambahan informasi mengenai
Oleh sebab itu, kader harus memiliki pandangan, perlunya mengetahui peran kader HMI cabang
visi, dan ideologi organisasi. Demi mewujudkan Makassar di Kampus Universitas Negeri
itu, kader membutuhkan pendidikan politik dan Makassar.
pelatihan yang baik (Sidratahta Mukhtar, 2. Secara Praktis
2006:89). Pendidikan dan pelatihan bagi kader Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi
HMI merupakan gerakan politik dan keagamaan, panduan bagi mahasiswa ataupun birokrasi
menurut pendiri HMI Lafran Pane, HMI dan kampus dalam membangun tradisi ilmiah
politik tidak bisa dipisahkan sebab untuk mahasiswa di Universitas Negeri Makassar.
mewujudkan cita-cita dan tujuan HMI harus
dilakukan secara politis dan itu sudah menjadi METODE PENELITAN
watak HMI sejak berdiri (Saleh Hasanuddin M, A. Jenis Penelitian
1996:5). Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
Dari pendidikan dan pelatihan itulah lahir dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penggunaan
kader-kader unggul di HMI cabang Makassar. metode ini adalah untuk mengungkap fakta,
Kader itulah yang bergerak membangun tradisi mengurai fenomena, dan realitas secara apa
ilmiah di dalam kampus khususnya di Universitas adanya. Jenis ini digunakan untuk menafsirkan dan
Negeri Makassar (UNM). Dinamika peran kader menuturkan data-data seperti apa peran kader HMI
HMI di kampus tersebut telah memberikan banyak cabang Makassar di Universitas Negeri Makassar
warna dan tradisi tersendiri, meskipun masih dan bagaimana kader-kader tersebut membangun
terdapat beberapa kader yang melanggar aturan tradisi ilmiah di dalam kampus. Penelitian ini
kampus. Namun meski demikian, peran positif dipilih karena peneliti ini mendalami dan melihat
kader HMI cabang Makassar di kampus UNM secara langsung proses atau dinamika kader HMI
tidak bisa dipungkiri. Dari berbagai dinamika yang cabang Makassar di dalam kampus.
terjadi peneliti tertarik untuk mendalami sejauh
mana peran kader HMI cabang Makassar di B. Tempat dan Waktu Penelitian
Universitas Negeri Makassar dalam membangun, 1. Tempat
menjaga, dan mengembangkan tradisi ilmiah di Penelitian ini dilakukan di dalam kampus
kampus. Universitas Negeri Makaasar. Lebih spesifik lagi,
dilaksanakan di setiap fakultas yang juga
B. Rumusan Masalah merupakan komisariat HMI cabang Makassar
Kegiatan Waktu 2. Waktu
Tahap Perizinan April 2015 Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April
Tahap Pengumpulan Data April - Juni 2015 – Juni 2015. Berikut ini adalah uraian proses
Tahap Pengolahan Data Mei - Juni 2015 penelitian yang akan dilakukan.
Tahap Penyusunan Juni 2015
Laporan Tabel 1. Proses Penelitian

135
Vol. 2. No 2 Hlm. 116-213 Agustus 2017
ISSN 2549-1717

C. Subjek Penelitian hal yang bersifat pokok dan penting. 2. Penyajian


Subjek penelitian ini adalah kader HMI data, data disajikan dalam bentuk narasi berupa
cabang Makassar yang berkampus di Universitas informasi mengenai hal-hal yang terkait evaluasi
Negeri Makassar. Penentuan subjek atau informan keberhasilan program pelatihan dasar (basic 98
menggunakan prosedur purposif, Bunging training) HMI Cabang Makassar. Penyajian data
(2010:107) menjelaskan prosedur purposif adalah dimaksudkan untuk mengorganisir hasil reduksi
suatu strategi yang digunakan dalam menentukan data dan menyusunnya ke dalam pola hubungan
informan sesuai dengan kriteria dan relevan yang jelas sehingga mudah dipahami. 3. Penarikan
dengan masalah penelitian. Tujuan menggunakan kesimpulan, penarikan kesimpulan secara kritis
prosedur ini karena informan dianggap memiliki dengan menggunakan metode induktif yang
peran di dalam kampus khususnya pada berangkat dari hal-hal khusus untuk memperoleh
komisariatnya masing-masing. kesimpulan umum yang objektif. Kesimpulan
tersebut kemudian diverifikasi dengan cara melihat
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data kembali hasil reduksi dan display data sehingga
Pengumpulan data pada penelitian ini kesimpulan yang diambil tidak menyimpang dari
dengan menggunakan observasi, wawancara, dan masal
dokumentasi. (1) teknik wawancara merupakan
suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan HASIL DAN PEMBAHASAN
antara pewawancara dengan informan. Jenis A. Sejarah Berdirinya
wawancara yang digunakan dalam penelitian ini Sejarah berdirinya Himpunan Mahasiswa
yaitu jenis menggunakan pendekatan pedoman Islam tidak bisa dilepaskan dengan nama yang
wawancara. Patton (2009: 188) menjelaskan sangat populer dikalangan HMI yaitu Lafran Pane
bahwa pendekatan pedoman wawancara adalah sebagai inisiator berdrinya HMI. Pada hari Rabu
daftar pertanyaan atau soal yang dicari selama Pon, 14 Rabiulawal 1366 H atau bertepatan
berjalannya wawancara dan dilakukan secara dengan 5 Februari 1947 M pukul 16.00 WIB,
mendalam. (2) dalam penelitian ini, jenis observasi Lafran Pane mendeklarasikan berdirinya
yang digunakan adalah observasi tak terstruktur. organisasi mahasiswa Islam dengan memanfaatkan
Menurut (Sugiyono, 2010:313) observasi tak jam perkuliahan Prof. Husein Yahya dihadapan 20
tersturktur adalah observasi yang tidak mahasiswa lainnya diantaranya Kartono, Dahlan
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang Husein, Anton Timur Djaelani, Yusdi Ghozali dll.
akan diobservasi (3) dokumentasi merupakan Acara deklarasi tersebut bertempat di salah satu
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen ruang kuliah Sekolah Tinggi Islam/STI (sekarang
bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya UII), Jl. Setyodiningratan 30 (Sekarang P.
monumental dari sesorang. Senopati 30). Berawal dari tempat itulah HMI
berdiri dengan deklarasi singkat Lafran Pane
E. Keabsahan Data berikut ini: “Hari ini adalah rapat pembentukan
Teknik pemeriksaan data digunakan untuk organisasi mahasiswa Islam, karena seluruh
menetapkan keabsahan suatu data agar data itu persiapan maupun perlengkapan yang diperlukan
sah. Moleong, (2007:332) mengemukakan bahwa sudah siap”.
“Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan Sejak berdirinya, HMI mengidentifikasi
keabsahan data yang dapat digunakan untuk dirinya sebagai organisasi independen yang
menghilangkan perbedaan konstruksi realitas berbasis kemahasiswaan dengan mengutamakan
dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan kebebasan berpikir dan bertindak sesuai hati
data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari nurani masing-masing. Prinsip dan komitmen pada
berbagai pandangan. perjuangan Islam dalam bingkai Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah 101 idealisme yang
F. Teknik Analisis data selalu dipegang teguh dan utuh oleh para kader
Proses analisis data menggunakan model HMI, hal tersebut disebutkan secara padat dalam
interaktif Miles dan Hubberman (1994) yaitu tujuan awal pembentukan HMI yaitu (1)
reduksi data, penyajian data, dan penarikan mempertahankan Negara Republik Indonesia dan
kesimpulan. 1. Reduksi data, data yang dihasilkan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, (2)
dari wawancara, observasi, dan dokumentasi menegakkan dan mengembangkan Agama Islam.
merupakan data mentah yang masih bersifat acak Tujuan tersebut dikembangkan menjadi lebih
dan kompleks. Untuk itu, peneliti melakukan universal yaitu pada bab 3 pasal 4 anggaran dasar
pemilihan data yang relevan dan bermakna serta HMI yang berbunyi ”terbinanya insan akademis,
mampu menjawab permasalahan penelitian. pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam dan
Selanjutnya, data disederhanakan kemudian bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat
disusun secara sistematis ke dalam unit-unit sesuai adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu
dengan sifat masing-masing dan menonjolkan hal- Wata’ala”. Selain hal tersebut, ada yang
136
Vol. 2. No 2 Hlm. 116-213 Agustus 2017
ISSN 2549-1717

melatarbelakangi berdirinya HMI. Setelah dilakukan oleh seorang kader, tetapi bekal
menelisik lebih jauh, ada 3 faktor yang dijadikan semangat dan dorongan senior-seniornya, kader
sebagai alasan didirikannya organisasi mahasiswa tersebut mampu mengambil bagian dalam berbagai
berbasis Islam tersebut yaitu, (1) situasi dinamika di dalam kampus. Seperti yang
kebangsaan terdiri dari 2 yaitu internal dan disampaikan oleh SR, kader yang berkampus di
eksternal, internal ditandai dengan kehadiran Fakultas Bahasa dan Sastra. Menurutnya, ketika
Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dengan peran seorang kader adalah harus mampu
terang-terangan ingin mengganti ideologi mengajak mahasiswa lainnya agar terlibat di HMI.
pancasila menjadi ideologi komunis, sedangkan Berikut ulasannya, saat ditanya mengenai
eskternal ditandai dengan ancaman dan agresi perannya sebagai kader HMI:
militer belanda II pada kisaran tahun 1948, (2) “Ketertarikan teman-teman yang jadi
pergolakan umat islam di tanah air juga menjadi pengurus itu lebih besar di organisasi
tanda kelahiran HMI dimana pada fase tersebut kampus daripada HMI, itu yang menjadi
tepat pasca kemerdekaan Republik Indonesia permasalahan. Saya berusaha untuk
organisasi bernafaskan Islam muncul dengan merangkul semua teman-teman dengan
kepentingan yang berbeda-beda, terutama cara apapun, tentu bukan cara negatif,
golongan Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah misalnya mereka membutuhkan sesuatu
yang berselisih paham. Oleh karena itu, saya usahakan”
masyarakat menjadi bingung memilih aliran yang Ulasan di atas menyiratkan bahwa, seorang
paling tepat, (3) situasi kampus dan kader memiliki peran merangkul setiap mahasiswa
kemahasiswaan di Indonesia khususnya di agar bisa menjadi salah satu bagian dari HMI.
Yogyakarta ditandai dengan menyebarnya virus- Oleh karena itulah HMI secara kuantitas unggul,
virus sosialisme dan komunisme dikalangan terlebih untuk wilayah Cabang Makassar. Lebih
masyarakat dan mahasiswa. Sehingga pada lanjut, RDM menambahkan mengenai perannya
perjalanannya HMI berhasil membentuk beberapa sebagai kader HMI yang berkampus di Fakultas
cabang di Indonesia termasuk cabang Makassar. Psikologi. Menurutnya, tradisi ilmiah itu penting
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang dikembangkan di dalam kampus, sejauh ini peran
Makassar merupakan salah satu cabang yang RDM dalam hal tersebut adalah:
berada dibawah naungan Pengurus Besar “Selalu mendorong kegiatan diskusi
Himpunan Mahasiswa Islam. Himpunan maupun kajian di kampus kak, cuma
Mahasiswa Islam bertempat di Jalan Bonto mahasiswa cenderung apatis untuk
Lempangeng Kecamatan Ujung Pandang Nomor mengikutinya”
39 Kota Makassar. Keberadaan Himpunan Meskipun mahasiswa cenderung apatis dan
Mahasiswa Islam di Makassar awalnya dibawa tidak mempedulikan kegiatan tersebut, RDM tidak
oleh Mustamin Dg. Mattutu pada bulan maret pernah berhenti melakukan tugasnya sebagai agen
1953 bersama beberapa temannya diantaranya, perubahan, khususnya di Fakultas Psikologi. Tidak
Andi Walinono, Syarif Saleh, Letkol Dr. Natsir bisa dipungkiri, budaya baca, diskusi, dan belajar
Said. Pada mulanya, wacana pendirian Himpunan mahasiswa menurun dan itu terjadi dihampir
Mahasiswa Islam di Makassar berguling dalam semua kampus di Indonesia. hal inilah yang selalu
Forum Mahasiswa Hukum Indonesia di Jakarta menjadi tantangan HMI cabang Makassar.
tahun 1953. Pada masa itu, Himpunan Mahasiswa Menghidupkan budaya atau tradisi ilmiah berarti
Islam Cabang Makassar masih banyak dikuasai secara tidak langsung kita telah memberikan
oleh mahasiswa fakultas hukum Universitas kontribusi yang sangat besar untuk bangsa dan
Hasanuddin hingga kemudian pada tahun kedua negara.
yaitu 1954 Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Tidak hanya RDM, mahasiswa Fakultas
Makassar dibentuk secara defenitif. Ilmu Keolahragaan IL juga memperjelas peran
kader HMI di kampus Universitas Negeri
B. Peran Kader Hmi Makassar dalam menumbuhkan tradisi ilmiah,
Peran Kader HMI di kampus Universitas menurutnya:
Negeri Makassar tidak terlepas dari semangat “Kampus adalah tempat pertemuan yang
perubahan yang terpendam dalam diri setiap kader. efektif. Entah itu berbicara tentang
Semangat tersebut diperoleh dari proses keilmuan ataupun berbicara tentang apa
perkaderan yang dilakukan oleh HMI cabang yang terjadi pada lingkup kampus. Apapun
Makassar seperti Basic Training, Intermediate temanya. Diskusinya kadang dilakukan 2 x
Training, dan Advanced Training. Setiap kader seminggu, terkadang juga 1 x seminggu”
yang telah melewati tahapan pelatihan di HMI Penjelasan IL di atas mempertegas jika dalam
diberi tugas dan tanggungjawab agar selalu seminggu minimal berjalan 1 atau 2 kali diskusi.
menghidupkan budaya ilmiah di kampus masing- Tanpa berdiskusi, bedah buku, atau kegiatan
masing. Peran tersebut tentu tidak mudah organisasi lainnya seorang kader seperti sedang
137
Vol. 2. No 2 Hlm. 116-213 Agustus 2017
ISSN 2549-1717

“kehausan”. Kehausan yang dimaksud di sini Sebagai sebuah organisasi tua, HMI selalu
adalah, rasa kepenasaran intelektual kader HMI menjunjung prinsip pengelolaan organisasi secara
tinggi dan selalu ingin belajar banyak hal, apapun profesional. Tanpa pengelolaan yang profesional,
temanya. Kegiatan diskusi tersebut kadang HMI tidak akan mampu mengarahkan dan
dilakukan di kelas, di kantin kampus, di bawah menumbuhkan jiwa partisipatif kader-kadernya.
pohon, atau di sekretariat lembaga kemahasiswan. Hal itu jugalah yang membuat HMI bertahan
Begitulah kader HMI bekerja mengembangkan sampai sekarang dan mampu bersaing dengan
kemampuan personal sekaligus mengharumkan organisasi kemahasiswaan lainnya. Dari
nama HMI di kampus. Peran-peran yang pengelolaan yang baik itulah, HMI dengan mudah
dijalankan merupakan bagian dari tanggungjawab mampu merekrut peserta atau calon anggota baru.
kader dalam mengemban amanah dari salah satu Perekrutan tersebut dilakukan di tingkat komisariat
materi yang didapatkan pada saat basic training atau di masing-masing fakultas yang ada di
yakni materi mission HMI. Univeristas Negeri Makassar. Setiap komisariat
Bagaimanapun, setiap kader harus wajib melaksanakan minimal satu kali basic
memahami ideologi dan dasar kebenaran yang training dan lulusan tersebut harus di dampingi
dianut oleh HMI dalam menjalankan nilai-nilai sampai benar-benar paham. Model pendampingan
keislaman itu sendiri. Jika ideologi dan dasar-dasar ini tersebut dilakukan dengan cara follow up. Cara
kebenaran telah dipahami secara mendalam maka ini dilakukan secara sistematis dan terorganisir.
yakin dan percaya seorang kader mampu Setiap komsariat tidak boleh melaksanakan follow
melaksanakan peran dan tanggungjawabnya up jika tidak melalui vice of master (wakil). Wakil
sebagai seorang muslim. Senada dengan ulasan master ini bertugas mendampingi proses
fasilitator DM perkaderan yang dilaksanakan oleh komisariat
“Kebenaran yang ditanamkan adalah sampai proses follow up. Senada dengan ungkapan
bahwa islam itu Rahmatan Lil Alamin” ketua umum HMI cabang Makassar HSB:
Setiap fasilitator yang khusus membawakan materi “Basic training itu kan dipandu oleh vice of
ke-HMI-an harus sebisa mungkin menanamkan master nah setelah selesai basic training
kesadaran bahwa Islam itu Rahmatan Lil Alamin. ketua komisariat harus menghubungi vice
Selain itu, fasilitator harus bisa memastikan bahwa of master ini untuk mengawal proses follow
setiap peserta telah sampai pada kepenasaranan up atau kajian adik-adik. Selama 6 bulan
intelektual. Oleh karena semangat kepenasaran komisariat harus adakan follow up atau
intelektual itulah kader gencar melakukan kajian pendalaman materi-materi pelatihan. Vice
dan diskusi rutin di dalam kampus. Berikut ini of master inilah yang mengawal bersama
ulasan fasilitator HMI tentang kecintaan kader ketua komisariat dan bidang PA-nya
terhadap organisasi yang diikuti: menghadirkan narasumber, mislanya
Kenapa HMI mampu membuat setiap kader mengadakan kajian paket logika. Vice of
mencintainya? Tentunya karena HMI masterlah yang mencarikan materi”
mampu memberikan apa yang mereka Penjelasan HSB di atas menunjukkan
inginkan dan untuk apa mereka menetap bahwa dalam melaksanakan pendampingan, pihak
disitu. Kebetuhan intelektual bisa komisariat tetap harus sesuai prosedur organisasi.
diberikan oleh HMI sehingga ia layak Proses Follow up biasanya dilaksanakan di
untuk ditempati. Persoalan kenyamanan, di kampus dimana masing-masing komisariat
HMI tidak melihat siapa junior, siapa penyelenggara bertempat. Hal itulah yang
senior. Pada dasarnya mereka semua dilakukan oleh kader-kader HMI dalam menjaga
sama. Kenapa HMI membuat kita jatuh dan merawat kader-kader baru lulusan basic
cinta karena ada pengalaman baru. training. Kebiasaan ini pula memicu bangkitnya
Atas dasar kecintaan itulah kader dengan ikhlas ketertarikan mahasiswa yang lain untuk mengikuti
dan tulus menjalankan perannya tanpa ada paksaan program-program HMI cabang Makassar. Secara
dari orang lain. Ketulusan dan keikhlasan tersebut sengaja, kajian dilaksanakan di tempat terbuka
terlihat dari tidak adanya praktik bayar membayar tetapi bukan untuk umum. Jika ingin mengikuti
antara senior dan junior saat melakukan kegiatan. materi tersebut, seseorang harus ikut basic training
Begitulah budaya yang dibangun oleh HMI dan terlebih dahulu. Tradisi seperti inilah yang
kader-kadernya selama ini. Berkat itupula, diharapkan hadir disetiap kampus yang ada di
organisasi HMI diperhitungkan baik dalam pentas Indonesia.
politik maupun dalam panggung-panggung Lebih lanjut, untuk menjalankan perannya,
demokrasi baik level daerah maupun level kader HMI telah dibekali doktrin ke HMI-an.
nasional. Menurut AKB, doktrin tersebut diberikan pada
saat basic training. Berikut penjelasannya:
C. Model Pembangunan Tradisi Ilmiah “Sementara mereka melaksanakan bastra
itu sudah diberikan doktrin tentang ke
138
Vol. 2. No 2 Hlm. 116-213 Agustus 2017
ISSN 2549-1717

HMI-an, doktrin tentang tujuan HMI PEMBAHASAN


bahkan kita berikan mission secret HMI
yang mereka harus jalankan di kampus, A. Peran Kader
namanya mission secret ya peserta basic Kader merupakan nafas dan ujung tombak
training yang tau. Berkat materi inilah perjuangan HMI. Tanpa kader, HMI bukanlah
proses kaderisasi sampai sekarang tidak siapa-siapa. Oleh sebab itu, cabang manapun harus
berhenti. Mission secret inilah dibawa oleh menjaga agar proses kaderisasi itu agar tetap
tiap kader memainkan peran untuk berjalan sebagaimana mestinya. Untuk HMI
menghadirkan kader-kader selanjutnya. cabang Makassar, proses pengkaderan merupakan
Jawabannya semakin mengerucut. Alasan yang ajang pembentukan kerangka berpikir. Setiap
membuat HMI bertahan karena adanya mission mahasiswa yang telah mengikuti basic training
secret yang melatarbelakangi peran-peran kader di dipastikan motivasi belajar dan cara pandangnya
dalam kampus. Jika ditelusuri lebih jauh, berbagai berubah. Hal itu dibuktikan dengan hadirnya
peran yang dimainkan oleh setiap kader diskusi-diskusi kecil di sudut-sudut kampus.
diantaranya: gencar melakukan diskusi dengan Tradisi tersebut terpelihara sehingga banyak
teman kelas, teman se HMI, dan tidak jarang mahasiswa tertarik mengikuti kegiatan basic
mengundang organisasi lain untuk mendiskusikan training. Kader-kader mampu membangkitkan
banyak hal. Secara tidak langsung kader-kader gairah belajar mahasiswa yang lain dan memicu
tersebut telah memperkenalkan HMI kepada terbentuknya kelompok belajar oleh mahasiswa
mahasiswa lain. Tidak hanya sampai disitu, kader non HMI.
HMI mengupayakan terbentukya kelompok- Temuan di atas menunjukkan bahwa kader
kelompok studi di dalam kampus. Hal itu HMI cabang Makassar telah memberikan dampak
memudahkan koordinasi dan mengatur jadwal positif terhadap perkembangan tradisi ilmiah
pemateri. mahasiswa di dalam kampus Universitas Negeri
Organisasi tersebut mampu memicu lahirnya Makassar, itu berarti pengkaderan telah
kelompok-kelompok belajar baru dari kalangan memberikan sesuatu yang luar biasa. Senada
mahasisw non HMI. Tentu hal ini sangat positif dengan Zubaeri (2011: 17) bahwa makna
bagi tumbuhkembangnya tradisi ilmiah di kampus pengkaderan HMI adalah menyadarkan kadernya
Universitas Negeri Makassar. Jika ingin diurutkan agar mampu menjadi dirinya sendiri (capacity
model pembangunan tradisi ilmiah kader itu building) yang memadai sebagai bekal hidup dan
dimulai dari basic training – follow up – fungsi kekhalifaan di muka bumi, yaitu penjaga
diskusi/kajian terbuka – basic training. Begitulah keseimbangan antara mikrokosmos dengan
arah pembangunan tradisi ilmiah berciri khas makrokosmos hingga terciptanya dinamisasi
HMI. Model seperti ini terpeliharan secara turun hubungan yang saling membutuhkan tetapi tidak
temurun, setiap ada kader baru, pendahulunya saling menguasai. Pendapat di atas sangat sinkron
pasti memberi contoh sehingga dapat berlangsung dengan realitas di lapangan. Kader yang dulunya
sampai sekarang. Walau demikian, dalam belum mengikuti basic training diketahui sangat
perjalanannya, masih tetap ada kekurangan yang malas membaca buku, berdiskusi, bahkan sama
ditemui. Selain contoh dari senior-seniornya, cara sekali tidak ingin berorganisasi. Tetapi, setelah
kerja seperi ini memang telah diatur dalam mengikuti pengkaderan, semuanya dapat berubah.
konstitusi HMI terkait independensi etis dan Ditemukan mahasiswa lulusan basic training lebih
organisatoris. Menurut HSB: sering membawa dan membaca buku dimanapun
berada. Walaupun di sisi lain masih ada sebagian
“Independensi etis inilah yang kemudian kecil lulusan pelatihan belum memiliki kesadaran
bergerak secara individual agar kita sadar demikian.
bahwa kita ini adalah kader HMI, oleh Uraian di atas menunjukkan bahwa kader
sebab itu langkahkanlah kaki dimana kamu benar-benar berperan positif di tempat lain.
sebagai kader HMI, ketika itu terjadi maka Dipertegas lagi oleh Goldstein dan Ford (2002:1)
akan berdampak baik bagi dirimu dan bahwa pelatihan memang sebagai wadah untuk
intitusimu karena HMI itu akan melekat mengupgrade kemampuan secara sistematis,
dalam dirimu dan dalam perjalanan aturan, dan sikap yang menghasilkan peningkatan
kehidupannmu” kerja di dalam lingkungan lain. Oleh sebab itulah
peran kader HMI cabang Makassar di Universitas
Penejelasan di atas bermakna bahwa setiap kader Negeri Makassar sangat berjalan dinamis.
harus sadar bahwa dirinya adalah HMI dan oleh Di sisi lain, HMI berhasil membuat
sebab itu harus menjaga sikap, perilaku, dan mahasiswa mencintai dirinya, atas dasar itulah
tindakan-tindakannya dalam kehidupan sehari- HMI selalu ada dalam diri setiap kader dimanapun
hari. berada. Hal ini bisa menjadi alasan kenapa dalam
menjalankan peran-perannya setiap kader tidak

139
Vol. 2. No 2 Hlm. 116-213 Agustus 2017
ISSN 2549-1717

pernah mengeluh dan meminta imbalan atas apa menarik perhatian mahasiswa yang lain untuk
yang telah dilkukan. Walaupun secara kompetensi mengikuti basic training. Begitu seterusnya,
keluaran pelatihan HMI cabang Makassar belum sehingga tercipta satu tradisi tersendiri yang
mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama mengakar dalam hati masing-masing kader. Selain
(Andi Hasdiansyah & Yoyon Suryono, 2016) di kampus, mission secret HMI dijalankan juga
dikarenakan faktor kemalasan kader itu sendiri. dalam kehidupan sehari-hari.
Peran kader HMI cabang Makasiswa walau kecil
namun telah banyak memberi arti dalam KESIMPULAN
kehidupan kemahasiswaan dan agama islam itu Setelah melakukan penelitian dan
sendiri. pengkajian mendalam, maka peneliti akan
menyimpulkan hasil penelitian ini. Adapun
B. Model Pembangunan Tradisi Ilmiah kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimanapun, model pembangunan tradisi 1. Peran kader HMI di kampus Universitas
ilmiah HMI memiliki ciri khas dan sangat berbeda Negeri Makassar memberi dampak positif
dengan organisasi pada umumnya. Cara kerja terhadap tumbuhkembangnya tradisi ilmiah di
kader HMI terstruktur dan tanpa rasa lelah. dalam kampus seperti tumbuhnya gairah
Pembinaan demi pembinaan dilakukan agar belajar mahasiswa ditandai dengan seringnya
lepasan basic training mampu mendalami secara kader HMI membawa dan membaca buku,
khidmat materi-materi dasar yang diberikan pada berdiskusi ataupu berdebat dengan rekan
saat pelatihan. Dengan penguasaan materi, maka sejawat, dan kegiatan-kegiatan penyadaran
diyakini kader akan dengan mudah melakukan lainnya.
sosialisasi dan mempengaruhi orang lain agar ikut 2. Terbentuk kelompok-kelompok belajar
ber-HMI. mahasiswa lulusan basic training HMI cabang
Dari berbagai temuan hasil penelitian di Makassar dan memicu lahirnya kelompok-
atas maka dalam bagian ini peneliti akan kelompok belajar dari mahasiswa non HMI.
memberikan gambaran mendetail bagaimana HMI 3. Terdapat model pembangunan tradisi ilmiah
menciptakan dan membangun tradisi ilmiah di yang sudah mengakar sehingga dalam
dalam kampus. Dari 9 kader yang menjadi melaksanakan perannya, kader sudah memiliki
informan penelitian ditambah ketua umum dan petunjuk yang alamiah pula.
pengelola pelatihan peneliti akhirnya menemukan
model pembangunan tradisi ilmiah tersebut. DAFTAR PUSTAKA
Berikut ini adalah model yang dimaksud:
Agussalim Sitompul. 1997. Pemikiran HMI dan
Relevansinya dengan Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media

Bunging, B. 2012. Penelitian Kualitatif. Jakarta:


Kencana

Foubert, J. D., & Grainger, L. U. (2006). Effect of


involvement in clubs and organization on the
psychosocial development of first-year and senior
college students. Naspa Journal, 43(1), 166-182.

Ghufron, M. N., & Risnawita, R. 2010. Teori-teori


psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Goldstein, I. L & Ford, J. K. (2002). Training In


Gambar 1. Model Pembangunan Tradisi Ilmiah. Organization. Canada:Vicky Knight
Hasil ilustrasi peneliti
Huang, Y. & Chang, S. 2004. Academic and
Gambar di atas merupakan model cocurricular involvement: Their relationship and
pembangunan tradisi ilmiah berciri khas HMI. best combinations for student growth. Journal of
Setiap peserta pelatihan yang mengikuti basic College Student Development, 45 (4), 391-406.
training diberikan misi tersembunyi untuk
dijalankan di kampus. Misi tersebut ditularkan Miles, M.B & Huberman, A.M. 1994. Qualitative
melalui kegiatan follow up dan diskusi atau kajian data analysis: An expanded sourcebook (2nd ed).
ilmiah di kampus. Berangkat dari kegiatan di atas, New York: Sage Publications.
HMI berhasil membangun citra positif sehingga
140
Vol. 2. No 2 Hlm. 116-213 Agustus 2017
ISSN 2549-1717

Moleong, L.J. 2007. Metodologi penelitian


kualitatif (Rev. ed.). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Patton. M. Q. 2009. Metode evaluasi kualitatif.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Saleh, Hasanuddin M. 1996. HMI dan Rekayasa


Azas Tunggal Pancasila, Yogyakarta : Kelompok
Studi Lingkaran.

Sidratahta Mukhtar, HMI dan Kekuasaan,


(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006),

Soekanto, Soerjono. 2002, Teori Peranan, Jakarta,


Bumi Aksara

Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan


(pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D)
Bandung: Alfabeta.

Yasinta KC, Anita L, dan Jati A. 2013. “kuliah


versus organisasi” Studi kasus mengenai strategi
belajar pada mahasiswa yang aktif dalam
organisasi mahasiswa pecinta alam universitas
diponegoro [elektronik] Jurnal Psikologi Undip
Vol.12 No.

Zubaeri & Sahide, A. (2011). HMI (pemikiran dan


gerakan intelektual). Yogyakarta: The Phinisi
Press Yogyakarta.

141

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai