Anda di halaman 1dari 12

PERAN PETUGAS LAPANGAN KELUARGA BERENCANA TERHADAP

AKSES PELAYANAN KB di KABUPATEN KUPANG


DIANA SAN TABUN*
Dosen Universitas Nusa Cendana – Kupang Alamat: Jln. Adisucipto,Kelurahan
Lasiana-Kota Kupang. Emile: alfaomegatabun@rocketmail.com
Penelitian ini menggambarkan pentingnya peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) terhadap akses pelayanan Keluarga Berencana dalam upaya pengendalian penduduk,
dari aspek kuantitas untuk menunjang kualitas penduduk. Program KB sebagai bagian dari
kependudukan merupakan media yang sangat strategis dan efektif, karena program KB
memiliki korelasi dengan berbagai dimensi pembangunan, termasuk kesehatan ibu dan anak.
Bila tanpa program KB, sulit untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, sulit diturunkan
angka kematian Ibu dan anak. Bila penduduk tidak dapat dikendalikan maka, hasil
pembangunan tidak mampu memberikan kesejahtraan kepada seluruh penduduk secara merata
dan optimal, karena pertumbuhan penduduk lebih cepat dari kemajuan pembangunan yang ada.
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui peran PLKB terhadap akses pelayanan KB di
Kabupaten Kupang dan mencari alternatif jawaban terhadap hambatan-hambatan yang dialami
dalam penyuluhan KB di Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan subyek
penelitian para petugas lapangan keluarga berencana dan PUS. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah in-depth interview dan penelaahan terhadap dokumen tertulis. Setelah data
dikumpulkan dilakukan analisis data dengan cara mengkategorikan data yang telah
dikumpulkan sesuai dengan permasalahan yang diteliti.(JURNAL BKKBN DIANA 1, n.d.)

Temuan dari hasil penelitian yang dilakukan ini, dapat dikatakan bahwa kebijakan
program keluarga berencana sangat tepat sasaran dalam kasus menekan laju pertumbuhan
penduduk Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, walaupun dalam
implementasinya belum berjalan dengan baik dan terencana sesuai dengan harapan kebijakan
program keluarga berencana. Dilihat dari faktor yang memengaruhi keberhasilan program yaitu
faktor ketersediaan sumberdaya pendukung yaitu peran petugas lapangan keluarga berencana
dalam akses pelayanan KB, kurangnya tenaga PLKB, masih terbatasnya pendanaan untuk
menunjang kegiatan operasional pembinaan keluarga berencana dilapangan dan terbatasnya
akses informasi pelayanan keluarga berencana bagi pasangan usia subur. Untuk dukungan
sarana dan prasarana pelayanan keluarga berencana masih belum memadai serta pengenalan
kebijakan program keluarga berencana khususnya peran petugas lapangan Keluarga Berencana
yang dilakukan hanya bersifat internal oleh pengelola program tanpa dilakukan dengan metode
advokasi yang tepat bagi peserta program keluarga berencana secara keseluruhan. Sedangkan
faktor kondisi sosial ekonomi dalam masyarakat bergantung pada kemampuan ekonomi, sikap
mental dan budaya lokal yang masih cenderung beranggapan bahwa program KB hanya untuk
bagian yang membutuhkan saja. Namun kebijakan program keluarga berencana secara umum
dari segi adat dan budaya lokal diterima oleh masyarakat Kabupaten Kupang sebagai bentuk
penerimaan terhadap pembangunan di bidang kependudukan.

Keywords: arti Penting Peran PLKB, Akses Pelayanan KB

I. PENDAHULUAN di Kabupaten Kupang dan mencari


Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui alternatif jawaban terhadap hambatan-
peran PLKB terhadap akses pelayanan KB hambatan yang dialami dalam penyuluhan
*
Dosen Universitas Nusa Cendana-Kupang,no HP: 082141193306 Email: alfaomegatabun@rocketmail.com
KB di Kabupaten Kupang. Banyak hal yang sulit untuk di jabarkan tapi pada
melatarbelakangi terjadinya kekeliruan kenyataannya mereka juga sering
dalam penyampain informasi bagi pengguna menggunakan cara tradisional sebagaimana
KB khusunya untuk Pasangan Usia Subur di tersebut di atas. Sehingga hal ini sejalan
kalangan masyarakat Kabupaten Kupang itu dengan program pemerintah untuk
sendiri, dimana sebaran Petugas Lapangan mewujudkan pertumbuhan penduduk yang
Keluarga Berencana yang masih sangat seimbang. Petugas PLKB juga mempunyai
kurang sehingga tidak bisa menjangkau andil dalam mewujudkan sosialiasi yang
semua masyarakat dalam hal ini pengguna baik. Namun keterbatasan petugas juga
KB khususnya Pasangan Usia Subur (PUS) menjadi masalah sendiri dalam perwujudan
di wilayah desa/kelurahan Kabupaten program KB di Masyrakat Kabupaten
Kupang. Keberadaan pelayanan KB yang Kupang.
terjadi di masyrakat sebagaimana untuk Keluarga Berencana merupakan kebijakan
mencapai hasil berkualitas juga belum pemerintah untuk mewujudkan pertumbuhan
nampak, hal ini terlihat dari representase kependudukan yang seimbang dan
petugas PLKB yang walaupun ada tapi meningkatkan kualitas keluarga. Pengertian
dalam pelayanannya sering terbengkalai. Keluarga Berencana tersebut diatas adalah
Rata-rata sebaran ratio PLKB di upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
desa/kelurahan se-Kabupaten Kupang adalah usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan,
satu orang PLKB melayani populasi 30 (tiga melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
puluh) PUS di setiap desa/kelurahan, bahkan sesuai dengan hak reproduksi untuk
terdapat pula satu orang PLKB merangkap mewujudkan keluarga yang berkualitas.
beberapa wilayah administrasi pemerintahan Pengaturan kehamilan adalah upaya untuk
Kecamatan di Kabupaten Kupang yang membantu pasangan suami istri untuk
jumlah desa/kelurahannya melebihi dari 4 melahirkan pada usia yang ideal, memiliki
(empat) desa/kelurahan ke atas hanya di jumlah anak dan mengatur jarak kelahiran
layani oleh 1 (satu) tenaga PLKB. anak yang ideal dengan menggunakan cara,
Yang menarik adalah masyrakat lokal juga alat, dan obat kontrasepsi. Kebijakan KB
sudah mengetahui bagaimana cara untuk bertujuan untuk mengatur kehamilan,
menunda kehamilan dengan menggunakan menjaga kesehatan dan menurunkan angka
beberapa kearifan lokal yang mereka miliki kematian ibu, bayi dan anak, meningkatkan
yakni membalik salah satu papan tempat akses dan kualitas informasi, pendidikan,
tidur ketika hendak melakukan hubungan konseling, dan pelayanan KB, dan
intim suami istri atau adapula yang meningkatkan partisipasi pria dengan
menggunakan ramuan tradisional (herbal). memprioritaskan pada: penurunan angka
Apabila dicermati lebih jauh lagi memang
kematian ibu waktu hamil, ibu melahirkan, Moleong (2010:4) mendefinisikan
pasca persalinan, bayi serta anak. metodologi kualitatif sebagai prosedur
Keluarga Berencana (KB) adalah upaya penelitian yang menghasilkan data deskriptif
mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
ideal melahirkan melalui promosi, orang-orang dan perilaku yang dapat
perlindungan, dan bantuan sesuai dengan diamati.
hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
Beberapa pertimbangan menggunakan
yang berkualitas. Pengaturan kehamilan
metode ini adalah Pertama, menyesuaikan
adalah upaya untuk membantu pasangan
metode kualitatif lebih mudah apabila
suami istri untuk melahirkanpada usia yang
berhadapan dengan kenyataan ganda.
ideal, memiliki jumlah anak, dan mengatur
Kedua, metode ini menyajikan secara
jarak kelahiran anak yang ideal dengan
langsung hakekat hubungan antara peneliti
menggunakan cara, dan alat kontrasepsi.
dan informan (subjektif). Dan ketiga,
Kebijakan KB bertujuan untuk mengatur
metode ini lebih peka dan lebih dapat
kehamilan, menjaga kesehatan dan
menyesuaikan diri dengan banyak
menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan
penajaman pengaruh bersama dan terhadap
anak, meningkatkan akses dan kualitas
informasi, pendidikan, konseling dan
pelayanan KB dan meningkatkan partisipasi pola-pola nilai yang dihadapi. Penulis
laki-laki dalam pelaksanaan program KB.
mengambil lokasi penelitian di Kabupaten
Implementasi dari sikap dan aksi masyarakat
Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
terhadap program KB ini diatur dalam
Alasannya adala secara akademis Kabupaten
undang-undang Nomor 52 Tahun 2009
Kupang merupakan daerah tapal kuda yang
tentang Perkembangan Kependudukan dan
mempunyai karakteristik unik yang berbeda
Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara
dengan daerah lain. Kemudian di daerah ini
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161,
dalam perencanaan pembangunan banyak di
Tambahan Lembaran Negara Republik
pengaruhi oleh aktor-aktor informal dalam
Indonesia Nomor 5083); serta Instruksi
penyelenggaraan pemerataan jumlah
Presiden Nomor 9 Tahun 2000 Tentang
penduduk sehingga relevan dengan
Pengarusutamaan gender dalam
penelitian ini. Selain itu terdapat kemudahan
Pembangunan Nasional.
akses dalam mendapatkan data yang
II. METODE PENELITIAN dibutuhkan oleh peneliti.

Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis


penelitian deskriptif kualitatif. Menurut II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bogdan dan Taylor (1975:5) yang dikutip
Komposisi penduduk Kabupaten Kupang Upaya pengendalian penduduk di Kabupaten
sangat heterogen karena terdiri dari berbagai Kupang dari aspek kuantitas untuk
macam etnis, agama, latar belakang menunjang kualitas penduduk, program KB
pendidikan, pekerjaan, latar belakang sebagai bagian dari kependudukan
ekonomi, dan sebagainya. Heterogenitas itu merupakan media yang sangat strategis dan
berdampak pada pemahaman yang efektif, karena program KB memiliki
bervariasi tentang berbagai hal yang korelasi dengan berbagai dimensi
menyangkut hajat hidup bersama termasuk pembangunan, termasuk kesehatan Ibu dan
berbagai program pemerintah. Di satu sisi, anak. Bila tanpa program KB, sulit
perbedaan-perbedaan tersebut telah dikendalikan pertumbuhan penduduk dan
memperkaya kehidupan sosial sulit diturunkan angka kematian ibu dan
masyarakatnya, namun di sisi lain anak. Bila penduduk tidak dapat
melahirkan berbagai persoalan yang perlu dikendalikan maka hasil pembangunan tidak
diatasi secara bersama-sama. mampu memberikan kesejahtraan kepada
seluruh penduduk secara merata dan
Salah satu contoh persoalan yang merupakan
optimal, karena pertumbuhan penduduk
dampak dari heterogenitas yang ada adalah
lebih cepat dari kemajuan pembangunan
perbedaan pemahaman masyarakat terhadap
yang ada.
program pemerintah untuk menekan laju
pertumbuhan penduduknya melalui program Arah pemahaman para petugas PLKB
Keluarga Berencana (KB). berkaitan dengan kemudahan bagi PUS
dalam akses pelayanan KB di Kabupaten
Arti Penting Peran Petugas Lapangan
Kupang memilki arti yang sangat penting,
Keluarga Berencana Terhadap Akses
namun ada beberapa faktor yang menjadi
Pelayanan Keluarga Berencana
kendala. Faktor-faktor tersebut antara lain
Penduduk yang banyak dan berkualitas akan berkaitan dengan masalah sosialisasi yang
menjadi modal bagi pembangunan di suatu harus dilakukan secara kontiniu, kurangnya
daerah. Sebaliknya jika penduduknya besar perencanaan yang kreatif, kurangnya
tapi tidak berkualitas akan menjadi beban pendampingan, lemahnya implementasi, dan
bagi pembangunan di suatu daerah. Hal ini tidak selalu dilakukan evaluasi hasil
dapat dikonteskan dalam keluarga dimana pencapaian program.
jika satu keluarga memiliki banyak anak
A. Minimnya Sosialisasi: Top-down of
tetapi tidak berkualitas maka akan menjadi
Policy
beban bagi keluarga dan juga bagi
Kegiatan Sosialisasi program KB di
pemerintah, begitu juga sebaliknya.
Kabupaten Kupang secara umum hanya
dilakukan sekali dalam setahun dan
selanjutnya hanya di setiap kegiatan Berkaitan dengan minimnya kegiatan
posyandu oleh petugas KBKS yang sosialisasi ternyata juga disebabkan oleh
disebabkan oleh kurangnya petugas baik kurangnya buku-buku, liflet atau majalah-
secara kuantitas maupun kualitas serta majalah yang berkaitan dengan jenis-jenis
kurangnya pemahaman bagaiman pelayanan alat kontrasepsi. Seperti diungkapkan oleh
KB untuk PUS Hal itu tampak dari ibu Agnes Jeni Nganggus, salah satu petugas
pernyataan salah satu kepala bidang yang PLKB di Kabupaten Kupang:
mengatakan :
“kami sering kewalahan menangani
“kegiatan sosialisasi selama ini, kami kegiatan sosialisasi karena kurang
hanya lakukan satu tahun sekali saja, ketersediaan sarana penunjang dalam hal
selanjutnya akan diteruskan oleh ini buku-buku, liflet atau media-meedia yang
PLKB yang bekerja sama dengan bisa kami pakai untuk membantu
petugas posyandu karena anggaran mensosialisasikan kepada warga PUS”.
dan tenaga terbatas.” (wawancara
Selain kekurangan alat peraga bisa juga
tanggal 28 Agustus 2015)
menggunakan testimoni atau kesaksian dari
Kurangnya sosialisasi yang diberikan oleh keluarga-keluarga sejahtra yang ada di
petugas PLKB menyebabkan masyarakat Kabupaten Kupang untuk menjadi model
dalam hal ini PUS enggan untuk mengikuti atau contoh manfaat mengikuti KB, hal ini
program KB itu sendiri. Sedangkan banyak seperti yang disampaikan oleh Bapak
varian kontrasepsi yang ada sekarang Aleksander Kapitan ketua IPeKB (ikatan
misalkan IUD, implan, suntikan, Pil, Penyuluh Keluarga Berencana):
kondom, MOW bagi wanita dan MOP bagi
“ dibuatkan satu program yang menunjukan
pria.
bahwa KB itu bersifat positif dengan
Berkaitan dengan kurangnya sosialisasi hal menghadirkan keluarga-keluarga yang
ini juga seperti yang disampaikan oleh salah sukses dalam program KB ”
seorang petugas PLKB di Kabupaten
Banyak alat peraga dan testimoni juga
Kupang Bapak Domingos Mario Da Silva :
elemen-elemen sosialisasi yang patut juga
“kecenderungan yang terjadi dalam hal diperhitungkan oleh para petugas PLKB
melakukan sosialisasi sering mengikuti dalam setiap kegiatan penyuluhan agar
program dari pemerintah sendiri, jadi kalo informasi yang didapatkan akurat dan
tidak ada program dan anggaran maka kami transparan.
juga tidak terlalu sosialisasi, namun kami
tetap kerja sama dengan tokoh masyrakat
B. Kurangnya Pendampingan
untuk bisa melakukan program ini”
Peran PLKB sangat mempunyai andil dalam ketua RT/RW. Menurut ibu Agnes Jeni
mewujudkan terealisasinya program KB Nanggus dukungan dari kalangan orang tua
yang baik. Namun secara kuantitas dan diperlukan untuk mengajak yang lebih muda
kualitas keterbatasan petugas juga menjadi untuk berpartisipasi dalam program
masalah sendiri dalam perwujudan program pemerintah. Pendapat ibu Jeni terkait
KB. Hal ini diakui oleh ibu Martina Feto pendampingan dari tokoh masyarakat:
sebagai petugas penyuh PLKB yang
”yang harus saling ajak yang untuk
mendampingi kecamatan Kupang Tengah:
datang di sosialisasi. Yang tidak
“ wilayah sosialisasi saya datang di sosialisasi sebelumnya
dikecamatan Kupang Tengah tapi diajak. Tokoh agama juga harus
semua wilayah desa yang terdiri dari diikutsertakan dalam mendampingi
Baumata, Bokong, Kuaklalo, petugas penyuluh saat sosialisasi,
Noelbaki, Oebelo, Oelnasi, Oelpuah, sehingga masyarakat merasa yakin.”
Oeltua dan Tarus, itu menjadi
Peran tokoh masyarakat dalam suksesnya
wilayah kerja saya dan jarak antara
sosialisasi dianggap vital untuk mengajak
satu desa ke desa yang lain lumayan
sekaligus mengayomi para pasangan usia
berjauhan oleh karena itu sosialisasi
subur untuk datang mengikuti sosialisasi,
bisanya saya buat perdesa satu tahun
menerima informasi terkait program KB
satu kali. Kadang dari rumah ke
termasuk penggunaan alat kontrasepsi.
rumah saya lakukan pendataan
sekalian bicara tentang kontrasepsi C. Implementation
atau ke Posyandu dan sosialisasi Implementasi kebijakan pada dasarnya
disana. Walaupun baru-baru ini ada ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks
tambahan satu orang tenaga kebijakan. Isi kebijakan menunjukkan
penyuluh, tapi dia juga belum terlalu kedudukan pembuat kebijakan sehingga
paham, sehingga masih butuh posisi kedudukan ini akan mempengaruhi
pembelajaran” proses implementasi kebijakan, kontek
kebijakan ini meliputi kekuasaan,
Luasnya wilayah juga berdampak pada
kepentingan dan strategi aktor-aktor yang
jumlah sosialisai yang dilakukan. Semakin
telibat. Pencapaian keberhasilan suatu
minim sosialisasi program tidak akan
kebijakan sangat tergantung pada pelaku
berjalan sebagaimana mestinya.
yang mempunyai peranan di luar
Petugas penyuluh juga harus bisa bekerja kebijakan.Oleh karena itu dalam
sama dengan masyarakat terutama dengan menentukan keberhasilan suatu program
para tokoh masyarakat seperti tokoh agama, maka model kesesuaian D.C Korten dalam
Tjokrowinoto (1996:136) merupakan bentuk faktor-faktor situasi dan organiasasi dalam
yang ideal untuk mencapai keberhasilan komunikasi; sedangkan menurut Stephen P
suatu program/kebijakan. Keberhasilan Robbins (1989:269) komunikasi
suatu program juga akan terjadi jika terdapat administrasi adalah pembuatan sandi, warta
kesesuaian antara hasil program dengan saluran, penafsiran sandi, penerima umpan
kebutuhan sasaran, syarat tugas-tugas balik, dan apa bila disimpulkan dari
pekerjaan program dengan kemampuan beberapa pendapat di atas unsur-unsur
pelaksana, serta proses pengambilan komunikasi adalah adanya sumber warta
keputusan organisasi pelaksana dengan saluran, penerima, hasil umpan balik, dan
sarana pengungkapan kebutuhan sasaran. lingkungan. Faktor-faktor yang
Untuk memahami kebijakan publik banyak mempengaruhi komunikasi yang efektif
sekali factor yang mempengaruhi menurut Moekijat (1990:80) adalah (a)
keberhasilan kebijakan. Pada hakekatnya kemampuan orang untuk menyampaikan
kebijakan publik berada dalam suatu sistem, informasi; (b) pemilihan dengan seksama
dimana kebijakan dibuat mencakup apa yang ingin disampaikan oleh
hubungan timbal balik antara tiga elemen komunikator; (c) saluran komunikasi yang
yaitu kebijakan publik, pelaku kebijakan dan jelas dan langsung; (d) media yang memadai
lingkungan kebijakan. George C.Edwards III untuk pesan (e) penentuan waktu dan
yang menyatakan bahwa variabel yang penggunaan media yang tepat; (f) tempat-
mempengaruhi implementasi kebijakan tempat penyebaran yang memadai apa bila
adalah: Komunikasi, Sumber daya, Disposisi diperlukan untuk memudahkan penyampaian
dan Struktur birokrasi. pesan yang asli, tidak  dikurangi, tidak
diubah, dan dalam arah yang tepat. Faktor-
- Komunikasi
faktor yang perlu diperhatikan apa bila
Menurut Harold Koontz (1981:686) yang memilih komunikasi menurut Deyer
dimaksud komunikasi adalah penyampaian (1973:151) adalah (a) kecepatan, (b)
informasi dari pengirim kepada penerima kecermatan, (c) keamanan, (d) kerahasiaan,
dan informasi itu dimengerti oleh yang (e) catatan, (f) kesan, (g) biaya, (h) senang
belakangan, selanjutnya menurut Stephen P. memakainya, (i) penyusunan tenaga kerja,
Robbins (1985:356) komunikasi adalah (j) Jarak.
penyampaian dan pemahaman suatu
Sejalan dengan implementasi kebijakan
maksud. Unsur-unsur komunikasi
sebagaimana yang dikatakan diatas, maka
administrasi menurut Harold Koontz
masyarakat pengguna dalam hal ini PUS
(1981:690-693) adalah pengirim warta,
juga harus mengalami hal yang sama.
pengiriman warta, penerima warta,
Kecenderungan yang terjadi berbeda, hal ini
perubahan sebagai akibat komunikasi,
tampak dalam situasi komunikasi yang untuk keperluan implementasi dan (c)
dilakukan oleh petugas PLKB yang terkesan adanya dukungan dari lingkunan untuk
tidak terlalu intens dan kurang pembaharuan mensukseskan implementasi dan (d) adanya
informasi. Sebagaimana pernyataan dari slah wewenang yang dimiliki implementator
seorang petugas PLKB ibu Fenty Sofiana untuk melaksanakan kebijakan, (e) fasilitas-
yang mengatakan bahwa: fasilitas lain.

” saya juga berniat untuk melakukan Kondisi di lapangan tentu menjadi


sosialisasi namun terkendela juga akses pertimbangan besar bagi pemerintah dan
lokasi dan biaya, kita kalau turun BKKBN untuk mengupayakan peningkatan
kemasyrakat dan kumpul untuk bicara- Sumber daya manusia itu sendiri dalam hal
bicara membutuhkan anggaran juga, ini PLKB untuk lebih giat dalam membuat
seandainya kalo belum ada anggaran kita program-program di daerah agar bisa
harus bagaimana, sejauh ini belum ada menjadi pelajaran bagi masyarakat
terobosan yang bisa kami lakukan,saya pengguna alat kotrasepsi agar lebih menarik.
secara pribadi karena baru sebagai tenaga Dengan memberikan pelatihan atau
kontrak juga belum terlalu paham” pendidikan tambahan bagi para petugas
PLKB maka diharapkan menjadi salah satu
- Sumber Daya
alternatif jawaban pada peningkatan kualitas
Menurut Hani Handoko (1980: 5) peran PLKB dalam meningkatkan jumlah
manajemen sumberdaya manusia adalah minat masyarakat dalam mengikuti
penarikan, seleksi, pengembangan, pelayanan KB.
pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya
Kedua bahwa kurangnya ketersediaan media
manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan
yang menarik agar pengguna dalam hal ini
individu maupun tujuan organisasi.
PUS selain mendengar dari PLKB mereka
Ketersediaan dan kelayakan sumberdaya
juga bisa membaca sendiri seperti buku-
dalam implementasi kebijakan memegang
buku, liflet atau majalah yang membahas
peranan penting, karena implementasi
tentang keluarga sejahtera khususnya yang
kebijakan tidak akan efektif bilamana
membahas tentang keunggulan dari jenis-
sumber-sumber yang dibutuhkan tidak
jenis alat kontrasepsi. Sarana dan prasarana
cukup memadai. Sumber-sumber yang
yang kurang memadai juga menjadi salah
dimaksud menurut George C. Edwards III
satu penghambat terjadinya komunikasi
(1980:30) adalah : (a) staf yang relatif cukup
yang intens antara masyarakat (PUS) dengan
jumlahnya dan mempunyai keahlian dan
petugas PLKB, hal ini juga nampak dalam
ketrampilan untuk melaksanakan kebijakan,
pernyataan ibu Fernandes yang berpendapat
(b) informasi yang memadai atau relevan
bahwa:
“PLKB didaerah ada yang kurang Membangun pemahaman yang baik pada
memahami dengan baik bagaimana tingkat PLKB sendiri baik yang senior
membuat program untuk melakukan maupun yang yunior, memang sangat
sosialisasi juga masih kurang, hal ini diperlukan guna meningkatkan keefektifan
terlihat dengan jelas banyak yang dari segi pelayanan. Sehingga terlihat peran PLKB
pendidikan juga hanya lulusan SMU, terhadap akses pelayanan KB di Kabupaten
sehingga imbasnya ketika melakukan Kupang terkesan sangat berjalan dengan
komunikasi di masyrakat masih kurang”. baik, namun diperlukan dukungan-
dukungan, baik dari segi anggaran maupun
- Disposisi
dalam hal peningkatan mutu Sumber Daya
Disposisi sebagaimana dijelaskan oleh Manusia agar terjadi keefktifan dalam
Subarsono AG (2005:91) diartikan sebagai pelayanan.
watak dan karakteristik yang dimiliki oleh
Sebagaimana hasil wawancara dengan salah
implementator, seperti komitmen, kejujuran,
seorang PLKB:
sifat demokratik. Disposisi implementator
ini mencakup tiga hal penting, yang meliputi “wilayah kerja saya sangat luas dan rata-
: rata semua PLKB tangani 1 kecamatan
hanya 1 orang dengan jumlah
(1) Respons implementator terhadap
desa/kelurahan ada yang sampai 5-7 desa,
kebijakan, yang akan mempengaruhi
sedangkan kami yang PNS satu kecamatan 1
kemauannya untuk melaksanakan kebijakan;
orang, baru-baru memang ada perekrutan
(2) kognisi, yakni pemahaman para
tenaga kontrak tapi mereka juga belum
implementator terhadap kebijakan yang
berpengalaman, jadi turun ke lapangan
dilaksanakan; (3) intensitas disposisi
hanya ikut-ikut saja”.
implementator, yakni referensi nilai yang
dimiliki oleh implementator Hasil wawancara diatas memperkuat
(Subarsono,2005: 101) pernyataan tentang pentingnya peningkatan
Sumber Daya Manusia itu sendiri dan sistem
D. Evaluation
perekrutan PLKB dilapangan yang dimana
Belum adanya mekanisme evaluasi pada
diketahui bahwa masih kurangnya peran
tingkat kecamatan dan Kabupaten juga
aktif dari PLKB itu sendiri dalam
berdampak pada setiap keaktifan PLKB. Hal
meningkatkan pelayanan KB.
bisa terlihat jelas karena kurangnya laporan
secara simultan tentang perkembangan- 4.1.1 Faktor-Faktor Penghambat
perkembangan yang terjadi, apakah Terhadap Akses Pelayanan KB
berdampak pada masyarakat PUS atau tidak.
Sebagaimana hasil pemaparan penjelasan Pelaksanaan program keluarga berencana
sebelumnya tampak jelas bahwa hal yang yang dilaksanakan oleh Penyuluh Lapangan
menjadi penghambat dalam akses pelayanan Keluarga Berencana di Kabupaten Kupang,
KB, salah satu yang sangat dominan juga yang mana dalam pelaksanaannya di tengah
berkaitan dengan kekurangan petugas masyarakat Kabupaten Kupang tidak begitu
lapangan keluarga berencana dan juga optimal dalam pelaksanaannya, hal ini
tingkat pemahaman yang sangat minim baik disebabkan banyak faktor. Faktor
dari PLKB senior maupun yang yunior. Hal penghambat dalam pelaksanaan kegiatan
itu kemudian berdampak pada keengganan keluarga berencana oleh Petugas Lapangan
PUS untuk mengikuti pelayanan KB. Keluarga Berencana adalah :
Berikut akan dibahas secara rinci tentang
1. Terbatasnya tenaga Penyuluh Lapangan
berbagai faktor yang menjadi alasan di balik
Keluarga Berencana di setiap kecamatan
keengganan masyarakat mengikuti KB.
sebagaiamana satu kecamatan rata-rata
Dalam rangka kepedulian pemerintah diatas 4- 7 desa/kelurahan hanya
terhadap kehidupan masyarakat, yang salah dikontrol oleh 1 (satu) orang petugas.
satunya adalah dengan dilaksanakannya 2. Partisipasi masyarakat yang kurang
program Keluarga Berencana (KB) dalam mengikuti Program Keluarga
merupakan upaya peningkatan kepedulian Berencana. Dimana daerah Kabupaten
dan peran serta masyarakat melalui Kupang termasuk masyarakatnya masih
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan ada yang beranggapan banyak anak
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, banyak rezeki.
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk 3. Terbatasnya sarana dan prasarana dalam
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia pelaksanaan kegiatan. Tempat
dan sejahtera (NKKBS). penyuluhan yang diadakan oleh petugas
keluarga berencana tidak ada tempat
Dalam mewujudkan program keluarga
khusus, hanya pada waktu diadakan
berencana tersebut, maka dalam
bersamaan dengan kegiatan Posyandu
pelaksanaannya diperlukan aparatur
dan dari rumah ke rumah.
pemerintah, baik dari tingkat pusat maupun
4. Kurangnya media pendukung, dimana
daerah dan desa. Dan dalam pelaksanaan
dengan menggunakan media seperti
Program Keluarga Berencana di tingkat
buku-buku, liflet atau majalah yang
daerah, khususnya di wilayah kabupaten
membahas khusus tentang fungsi
Kupang diperlukan peran serta Petugasn
program KB
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) guna
terwujudnya program Keluarga Berencana
tersebut.
Dari keempat faktor penghambat dalam pendanaan untuk menunjang kegiatan
pelaksanaan program keluarga berencana operasional pembinaan keluarga berencana
yang dijalankan oleh petugas penyuluh dilapangan dan terbatasnya akses informasi
keluarga berencana, untuk itu diharapkan pelayanan keluarga berencana bagi pasangan
adanya suatu kerja sama yang baik, agar usia subur. Untuk dukungan sarana dan
pelaksanaan program keluarga berencana prasarana pelayanan keluarga berencana
dapat terwujud dengan baik, sesuai harapan masih belum memadai serta pengenalan
pemerintah, dan menciptakan norma kebijakan program keluarga berencana
keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Setiap khususnya peran petugas lapangan Keluarga
penduduk mempunyai kesempatan untuk Berencana yang dilakukan hanya bersifat
berperan serta dalam pengelolaan internal oleh pengelola program tanpa
kependudukan dan pembangunan keluarga, dilakukan dengan metode advokasi yang
individu, LSM, organisasi kemasyarakatan, tepat bagi peserta program keluarga
organisasi profesi, dan pihak swasta. Yang berencana secara keseluruhan. Sedangkan
mana jika perkembangan penduduk dapat faktor kondisi sosial ekonomi dalam
terkendali, maka kualitas pendudukpun juga masyarakat bergantung pada kemampuan
dapat terperhatikan. Jika penduduknya ekonomi, sikap mental dan budaya lokal
berkualitas, makaa setiap anak memiliki yang masih cenderung beranggapan
kesempatan yang sama untuk hidup lebih
bahwa program KB hanya untuk bagian
baik lagi. (Studies et al., 2021)
yang membutuhkan saja. Namun
IV. KESIMPULAN kebijakan program keluarga berencana

Temuan dari hasil penelitian yang dilakukan secara umum dari segi adat dan budaya
ini, dapat dikatakan bahwa kebijakan lokal diterima oleh masyarakat sebagai
program keluarga berencana sangat tepat bentuk penerimaan terhadap
sasaran dalam kasus menekan laju pembangunan di bidang kependudukan.
pertumbuhan penduduk Kabupaten Kupang,
DAFTAR PUSTAKA
walaupun dalam implementasinya belum
berjalan dengan baik dan terencana sesuai Budiarto dan Munir, Rozy. 1986. “Teori-teori
Kependudukan”. Jakarta: PT. BinaAksara.
dengan harapan kebijakan program keluarga Fakih, Mansour, DR. 2001.“Analisis Gender dan
Transformasi Sosial”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
berencana. Dilihat dari faktor yang Handayani, Trisakti. 2008. “Konsep Dan Teknik Penelitian
Gender”. Edisi
memengaruhi keberhasilan program yaitu Revisi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
faktor ketersediaan sumberdaya pendukung Hartanto, Hanafi. 2004. “Keluarga Berencana Dan
Kontrasepsi”. Cet. Ke5.
yaitu peran petugas lapangan keluarga Moleong, Lexy. 1990. ”Metodologi Penelitian Kualitatif”.
Bandung: PT. Remaja
berencana dalam akses pelayanan KB, Rosdakarya.Mustofa, Bisri. 2008. ”Kamus Lengkap
Sosiologi”. Jogyakarta Panji Pustaka.
kurangnya tenaga PLKB, masih terbatasnya JURNAL BKKBN DIANA 1. (n.d.).
Studies, C., Warman, I., Kompetensi, M., Melalui, P.,
Supervisi, P., & Dasar, G. S. (2021). Cendekia
(2021,. 15(2), 162–171.
https://doi.org/10.30957/cendekia.v15i2.682.kompete
nsi

Anda mungkin juga menyukai