Changebility faktor perilaku yang berpengaruh terhadap tingginya fertilitas
Ibu tidak bekerja
Curah jam kerja merupakan sebagai proses pembentukan
atau penciptaan nilai baru disuatu unit sumber daya, penambahan atau pengubahan nilai di suatu unit alat pemenuhan kebutuhan yang ada. Korelasi antara fertilitas dan tenaga kerja wanita didasarkan pada persepsi bahwa tugas dan fungsi wanita menjadi ibu dan istri dalam banyak hal sering berseberangan dengan tugasnya menjadi pekerja. Dari hal demikian, tenaga kerja wanita mempunyai korelasi yang negatif sehingga partisipasi wanita diangkatan kerja dipandang sebagai cara untuk membantu program pengurangan tingkat fertilitas (Saleh, 2003). Todaro (2006) mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan, perempuan condong hendak bekerja dibidang ekonomi, dengan begitu akan menurunkan ketergantungan perempuan terhadap anak. Biasanya pemacu perempuan bekerja yaitu untuk membina karir, mengisi waktu senggang, atau untuk meningkatkan penghasilan keluarganya. Pada perempuan yang sudah berumah tangga keikutsertaan mereka dalam melakukan urusan rumah tangga, melahirkan dan membesarkan anak. Hal tersebut dapat mempengaruhi fertilitas (kesuburan) yang terlihat dalam jumlah anak yang dilahirkan hidup. Memilih untuk menjadi wanita yang bekerja ataupun menjadi seorang ibu rumah tangga adalah hak setiap orang. Keputusan untuk bekerja atupun untuk tidak bekerja berkaitan dengan pendidikan ibu, umur ibu, pekerjaan suami, dan keadaan perekonomian keluarga. Sehingga dalam hal ini perilaku ibu untuk bekerja atupun tidak bekerja sulit untuk diubah.
Sumber :
1. Saleh, M., 2003. Pengaruh jenis pekerjaan dan waktu kerja
terhadap struktur sosial ekonomi serta fertilitas di kabupaten Jember Jawa Timur. Jurnal Program pascasarjana 2. Todaro, Michael P. 2006. Pembangunan Ekonomi Jilid 1 Edisi Kesembilan. Jakarta: Erlanga Tidak berpartisipasi dalam program KB
Keluarga Berencana dirumuskan sebagai upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, pembinaan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2008). Upaya yang sudah dicanangkan oleh pemerintah tersebut menjadi salah satu fokus untuk menurunkan angka fertilitas yang tinggi, tetapi dalam pelaksanaannya masih didapati Pasangan yang tidak menggunakan KB. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi Pasangan Suami Istri memutuskan untuk tidak menggunakan atau berpartisipasi dalam program KB Sosialisasi Sosialisasi yang dimaksud adalah proses penyampaian informasi kepada masyarakat mengenai Program KB untuk mengenal dan mengerti serta berpartisipasi dalam program KB (Keluarga Berencana). Kuantitas dari sosialisasi program KB harus diperhatikan, apabila hanya dilaksanakan satu kali akan menjadi salah satu faktor kurang menarik minat berpartisipasi di masyarakat. Partisipasi Partisipasi yang dimaksud adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan masyarakat dalam mengikuti program KB. Salah satu faktor yang menjadi hambatan dalam partisipasi adalah permasalahan gender dalam mengikuti program KB (Keluarga Berencana) beberapa masyarakat masih beranggapan bahwa program KB (Keluarga Berencana) ini hanya dilakukan oleh wanita saja. Program KB sendiri terkadang masih dianggap suatu hal yang tabu di mata masyarakat. Tenaga Medis Tenaga medis tenaga ahli kedokteran yang memberikan pelayanan medis kepada akseptor program KB (Keluarga Berencana) dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran dan etika yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan. Ketersediaan tenaga ahli dalam program KB masih terbatas di lingkungan masyarakat dan jarak yang jauh atau akses dalam fasilitas kesehatan masih harus diperhatikan karena menjadi salah satu faktor ketidakikutsertaan masyarakat dalam program KB. Umur Umur berperan sebagai faktor predisposisi dalam hubungannya dengan pemakaian atau keikutsertaan program KB. Umur berpengaruh pada struktur organ, fungsi fisiologis komposisi biokimiawi serta sistem hormonal pada seorang wanita. Hasil studi suma (2013), menunjukan bahwa umur berhubungan dengan kejadian unmet need KB. Dari nilai Phi yang didapatkan, umur muda (15-49 tahun) berisiko 21,8 kali lebih besar mengalami kejadian unmet need KB dibandingkan dengan umur yang lebih dari 49 tahun. Sosial Ekonomi Pendapatan adalah jumlah penghasilan seluruh anggota keluarga yang sangat berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga tersebut. Penghasilan yang tinggi dan teratur membawa dampak positif bagi keluarga karena seluruh kebutuhan hidup termasuk kesehatan dapat terpenuhi. Dari Penelitian yang dilakukan oleh Suseno (2011) Pendapatan keluarga perbulan yang rendah akan memungkinkan PUS tersebut untuk tidak menggunakan KB karena penggunaan KB bukan merupakan kebutuhan primer di keluarga. Pendapatan akan berbanding terbalik dengan peluang status unmet need. Semakin tinggi pendapatan maka peluang status unmet need semakin menurun. Pengetahuan Berdasarkan beberapa penelitian yang dilaksanakan, salah satu faktor yang menyebabkan PUS tidak menggunakan KB adalah minimnya pengetahuan PUS mengenai alat dan metode kontrasepsi, baik dari segi jenis, tempat mendapatkan layanan, efek samping dan sebagainya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan tentang segi positif dan segi negatif dari program KB tersebut akan menentukan sikap masyarakat khususnya PUS terhadap program KB. Hasil analisis didapatkan Odds Ratio (OR) terhadap KB Pasangan Usia Subur atau PUS yang berpengetahuan kurang baik akan melakukan unmet need dibandingkan mereka berpengetahuan baik. Pekerjaan Istri Pekerjaan dari seorang istri juga menentukan atau berpengaruh akan keikutsertaan pasangan dalam program KB. Hasil penelitian yang dilakukan Sitorus (2019) menyatakan status pekerjaan ibu berpengaruh terhadap kasus unmet need Program KB. Ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang menjadi unmet need lebih besar dibandingkan ibu yang bekerja. Jika istri bekerja sebagai ibu rumah tangga, maka kesempatan untuk tidak menggunakan kontrasepsi lebih besar. Kesertaan KB Sebelumnya Pengalaman yang dialami oleh seseorang sangat berpengaruh dalam menentukan keputusannya. Pasangan Usia Subur (PUS) yang sebelumnya sudah pernah menggunakan alat kontrasepsi dan mengalami masalah seperti efek samping yang tidak langsung ditangani atau dibina oleh petugas akan mengalami traumatic dan pengalaman yang tidak baik dalam penggunaan alat kontrasepsi. Pengalaman efek samping penggunaan KB ini yang bila dialami oleh satu pasangan yang kemungkinan akan menceritakan kembali kepada orang lain. Hal ini menjadi berpengaruh terhadap penerimaan dan sikap pasangan dalam menentukan kepesertaan program KB. . Memilih untuk berpartisipasi atau tidak dalam program KB adalah hak setiap pasangan. Keputusan untuk berpartisipasi atau tidak dalam program KB berkaitan faktor- faktor yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga dalam hal ini partisipasi dalam program KB bisa diubah sejalan dengan tercapainya penyampaian informasi mengenai pentingnya program KB kepada Pasangan Usia Subur, peningkatan pengetahuan tentang program KB kepada Pasangan Usia Subur, dan tersedianya akses pelayanan KB kepada Pasangan Usia Subur. Sumber : 1. Arliana,Wa Ode Dita, Mukhsen Sarake dan Arifin Seweng. Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB di Kelurahan Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Bagian Biostatistik/KKB, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UNHAS, Makassar. 2. Katili, Andi Yusuf. 2016. Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Program Keluarga Berencana (KB) Metode Kontrasepsi Operasi Pria (MOP) di Kabupaten Boalemo. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Administrasi dan Pelayanan Publik. III (1). 3. Muhammad Ancha Sitorus. 2019. Faktor Pengetahuan dan Sikap Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kabupaten Asahan, Jurnal Bidan Komunitas. 11(2): 76- 88. 4. Sulistyowati, Novera. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Unmet Need Kb Pada WUS di Kota Yogyakarta tahun 2017. Skripsi. Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Jurusan Kebidanan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu